Anda di halaman 1dari 5

Upaya Petugas Kesehatan Dalam Menangani Penyebaran HIV/AIDS

UPAYA PETUGAS KESEHATAN DALAM MENANGANI


PENYEBARAN HIV/AIDS
Di Indonesia, bahaya HIV/AIDS belakangan ini semakin menghawatirkan,
terutama di kota-kota besar di Indonesia seperti Bali, Jakarta, Surabaya dan Sumatra utara
dimana jumlah penderita HIV/AIDS bertambah sampai dengan 15 persen. Hal ini
disebabkan karena belum maksimalnya upaya dan perhatian pemerintah dalam
menangani kasus HIV/AIDS. Di kota-kota besar seperti yang sudah disebutkan di atas,
pasien yang positif mengidap HIV/AIDS cenderung lebih banyak laki-laki, dan penularan
virus mematikan itu terbesar melalui narkoba/jarum suntik, hubungan seks bebas dan
transfusi darah.
HIV merupakan virus yang di ketehui menjadi penyebab AIDS. Jika seseorang
positif HIV ini berarti mereka terinveksi virus tersebut. Seseorang yg terinveksi HIV
tidak mempunyai AIDS selama virus tersebut secara serius merusak sistem kekebalan,
membuat mereka lemah/mudah terserang infeksi, beberapa di antaranya menyebabkan
kematian. HIV ditularkan melalui cairan tubuh.kebanyakan dalam darah, sperma, cairan
vagina dan ASI.
Virus AIDS diperkirakan sudah berada diantara manusia sejak 100 tahun yang
lalu, alis 1 dekade lebih lama di banding dugaan para peneliti yang mengatakan HIV
sudah muncul antara tahun 1884 dan 1924, dengan perkiraan paling mendekati adalah
tahun 1908.AIDS dikenal resmi tahun 1981 saat penyakit hilangnya kekebalan tubuh ini
mendapat perhatian pejabat-pejabat kesehatan di AS.Seperti yang di ungkapkan oleh
MICHAEL WOROBEY dari Universitas Arizona yang di kutip oleh jurnal Nature yang
mengatakan temuan ini bukan merupakan tonggak monumental, namun ini berarti virus
tersebut sudah berada diantara manusia lebih lama dari yang telah diduga sebelumnya.
Dikatakan para peneliti, tidak mengherankan bila virus HIV ternyata sudah beredar lama
sebelum akhinya dikenali. Pasalnya infeksi yang ditimbulkan seringkali memerlukan
waktu beberapa tahun untuk menghasilkan gejala-gejala sakit. Selain itu, pada awal
kemunculannya, ia hanya menginfeksi sedikit orang saja.
Ada beberapa cara seseorang dapat menjadi HIV positif antara lain kasus yang
terbanyak adalah berhubungan seksual tanpa menggunakan pelindung dengan orang yang
Yulia Dewi Putri
NIM: 08.06.0027

Upaya Petugas Kesehatan Dalam Menangani Penyebaran HIV/AIDS

terinfeksi, selain itu juga berbagi jarum suntik atau alat suntik yang terkontaminasi atau
alat tindik, darah dan produk darah melalui contohnya transfusi, pencangkokan organ
atau jaringan yang terinfeksi, dan penularan melalui ibu yang terinfeksi kepada anak
dalam kandungan atau pada saat kelahiran dan pemberian ASI juga dapat menyebabkan
seseorang itu positif HIV. Banyak juga masyarakat yang menganggap jika berjabat
tangan, berbagi alat potong, berpelukan, menggunakan gelas yang sama, bertemna
dengan penderita, bermain bersama dan belajar bersama atau bersekolah di tempat yang
sama dapat menyebabkan seseorang dengan mudah tertular HIV tapi menurut fakta dan
penelitian yang ada hal-hal di atas sama sekali tidak dapat membuat seseorang terjangkit
HIV. Bias anya tidak ada gejala khusus pada orang-orang yang terinfeksi oleh HIV dalam
waktu 5 sampai 10 tahun. Setelah itu, AIDS mulai berkembang dan menunjukan tandatanda atau gejala-gejala seperti kehilangan berat badan secara drastis, kemudian diare
yang berkelanjutan selanjutnya terjadi pembengkakan pada leher/ketiak dan juga disertai
dengan batuk terus-menerus.
HIV/AIDS adalah masalah kesehatan dan masalah sosial. Karena penyebaran
HIV/AIDS sangat kuat dan di pengaruhi oleh tingkah laku manusia, serta segala usaha
untuk pencegahannya haruslah mempertimbangkan factor ini. Berbagai strategi di
lakukan pemerintah untuk melakukan pencegahan agar dapat menekan angka kematian
yang di sebabkan oleh HIV/AIDS, antara lain usaha pencegahan di antara populasi umum
terdiri dari perbaikan ketrampilan dan pengetahuan, tentang bagaimana virus ini
berpindah, konsekuensi dan pencegahannya. Selanjutnya masih ada pula beberapa usaha
pemerintah seperti penyebar luasan pengetahuan melalui jalur pendidikan formal dan
informal begitu juga melalui jalur agama di capai dengan cara sistematis memasukan
material tentang HIV/AIDS kedalam kurikulum regular mereka. Usaha pencegahan di
tunjukan pada populasi yang beresiko tinggi seperti para pekerja seks dan klien mereka,
dan juga bagi mereka yang secara umum pekerjaannya beresiko terinfeksi HIV/AIDS
seharusnya didasari ukuran pencegahan efektif seperti penggunaan kondom, pengurangan
resiko, ketaatan beribadah, sebagai tindakan pencegahan universal dan sebagainya.
Seperti yang telah diketahui bahwa masalah HIV/AIDS bukan semata-mata
masalah kesehatan tetapi mempunyai implikasi

politik, social, agama dan hukum.

Bahkan bila tidak melakukan penanganan yang sungguh-sungguh maka dampaknya


Yulia Dewi Putri
NIM: 08.06.0027

Upaya Petugas Kesehatan Dalam Menangani Penyebaran HIV/AIDS

secara nyata, cepat atau lambat dapat menyentuh hampir semua aspek kehidupan manusia
pada akhirnya hal ini akan mengancam upaya bangsa untuk meningkatkan sumber daya
manusia. Penanggulangan HIV/AIDS yang secara efektif melalui pendidikan baik secara
peserta didik, guru maupun tenaga pendidikan formal maupun nonformal, yang dapat di
lakukan dengan berbagai cara termasuk mengintegrasikan materi HIV/AIDS pada setiap
kegiatan pelatihan atau kegiatan belajar mengajar yang relevan, bahkan dapat pula
dilakukan secara khusus melalui media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang
relevan.
Strategi pencegahan HIV/AIDS ini disusun dengan mengacu kepada Strategi
Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 2003-2007 dan keputusan Mentri Pendidikan
Nasional tentang Pedoman Pencegahan HIV/AIDS melalui Pendidikan. Strategi Nasional
ini dimaksutkan sebagai acuan dan pedoman bagi para pengelola pendidikan baik dipusat
maupun daerah, serta lembaga swadaya masyarakat (LSM) dalam melakukan upaya
pendidikan pencegahan HIV/AIDS. Setiap unit kerja/lembaga penanggung jawab
program dapat mengembangkan lebih lanjut strategi yang tetap serta program yang sesuai
dengan situasi dan kondisinya masing-masing.
Angka kematian yang cukup tinggi akibat virus mematikan HIV/AIDS ini tentu
saja mengundang perhatian Organisasi Kesehatan dunia (WHO) dan menteri kesehatan
Negara- negara Asia Tenggara sehingga melakukan pembahasan khusus tentang angka
kematian ibu di kawasan Asia Tenggara yang tergolong tinggi mencapai hampir sepertiga
jumlah kematian ibu dan anak global. WHO memperkirakan, sebanyak 37 juta kelahiran
terjadi di Asia Tenggara setiap tahun, sementara total kematian ibu dan bayi baru lahir di
kawasan ini di perkirakan berturut-turut 170,000 dan 1,3 juta per tahun. Sebanyak 98
persen dari seluruh kematian ibu dan anak di kawasan ini terjadi di India, Bangladesh,
Indonesia, Nepal dan Myanmar. Dalam hal ini hampir semua Negara anggota telah
berupaya menurunkan kematian ibu dan anak dengan meningkatkan penyediaan
pelayanan kelahiran oleh tenaga kesehatan terampil.
Direktur WHO Regional Asia tenggara Dr. Samlee Plianbangchang mengatakan,
guna mengatasi masalah itu kini Negara-negara di kawasan Asia Tenggara sudah
meningkatkan akses pelayanan kesehatan. Namun masih ada kesenjangan berupa
cakupan pelayanan yang rendah, alokasi anggaran kesehatan yang rendah, serta kurang
Yulia Dewi Putri
NIM: 08.06.0027

Upaya Petugas Kesehatan Dalam Menangani Penyebaran HIV/AIDS

optimalnya koordinasi dan penggunaan dana yang ada dari para donor. Oleh karena itu,
Who mempromosikan pendekatan kesehatan masyarakat untuk memerangi HIV/AIDS,
yakni melalui pendefinisian masalah, identifikasi metode penanganan yang tepat,
intensifikasi intervensi yang dinilai efektif, serta melakukan pemantauan serta evaluasi
terhadap dampak intervensi serta pembiayaannya.
Permasalahan HIV/AIDS telah sejak lama menjadi isu dan terus menyedot
perhatian berbagai kalangan, terutama sektor kesehatan yang tentu saja mengupayakan
berbagai macam cara agar virus ini tidak memakan lebih banyak korban lagi. HIV dapat
dicegah dengan memutus rantai penularan yaitu menggunakan komdom pada setiap
berhubungan seks beresiko, tidak menggunakan jarum suntik secara bersama-sama dan
sedapat mungkin tidak memberi ASI pada anak bila ibu positif mengidap HIV. Sampai
saat ini belum ditemukan obat yang dapat mengobati AIDS, tetepi yang ada adalah obat
untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut
meningkat dan obat ini diminum sepanjang hidup.
Sebagian besar test HIV adalah test antibody yang mengukur antibody yang
dibuat tubuh untuk melawan HIV. Memerlukan waktu bagi sistim imun untuk
memproduksi antibodi yang cukup untukdideteksi oleh test antibodi. Periode waktu ini
dapat bervariasi antara satu orang dengan orang yang lainnya. Periode ini biasa disebut
periode jendela. Sebagian besar orang akan mengembangkan antibody yang dapat
dideteksi dalam waktu 2 sampai 8 minggu. Akan tetapi terdapat kemungkinan bahwa
beberapa individu akan memerlikan waktu yang lebih lama untuk mengembangkan
antibody yang dapat terdeteksi. Jika test HIV awal negative dilakukan dalam waktu 3
bulan setelah kemungkinan pemaparan kuman, test ulang harus dilakukan sekitar 3 bulan
kemudian untuk menghindari kemungkinan hasil negative palsu.
Ada beberapa tipe test yang bisa dilakukan untuk mengetahui seseorang itu
terjangkit HIV atau tidak yaitu melalui test RNA, yang dapat mendeteksi HIV secara
lagsung. Selanjutnya dapat juga melakukan test Cairan Oral, menggunakan cairan oral
yang dikumpulkan melalui mulut menggunakan alat khusus. Dan terakhir dapat juga
melakukan test Urine. Tentunya test tersebut juga harus memenuhi beberapa persyaratan
antara lain bersifat rahasia dan tentu saja atas persetujuan dari orang yang akan di test

Yulia Dewi Putri


NIM: 08.06.0027

Upaya Petugas Kesehatan Dalam Menangani Penyebaran HIV/AIDS

selanjutnya bersifat sukarela atau tidak boleh dipaksa dan terakhir disertai dengan
konseling.
Jika seorang pasien mengidap HIV positif, itu tidak berarti bahwa pasangan
hidupnya juga positif. HIV tidak harus ditransmisikan setiap kali terjadi hubungan sosial.
Satu-satunya cara agar dapat mengetahui apakah pasangan hidup pasien tersebut
mendapat HIV positif atau tidak adalah dengan melakukan test HIV terhadapnya. Test
HIV selama kehamilan sangat penting, sebab terapi anti-viral dapat meningkatkan
kesehatan ibu dan menurunkan kemungkinan dari wanita hamil yang HIV positif untuk
menularkan HIV pada anaknya sebelum, selama, atau sesudah kelahiran. Terapi
sebaiknya dimulai seawal mungkin pada masa kehamilan.
Di Indonesia, rumah sakit besar di ibu kota provinsi telah menyediakan fasilitas
untuk test HIV/AIDS. Di Jakarta, Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) dan rumah
sakit lain juga sudah memiliki fasilitas untuk itu. Di Bandung, RS Hasan Sadikin juga
sudah memiliki fasilitas yang sama. HIV/AIDS merupakan virus mematikan yang dapat
menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Banyak pihak yang terlibat dalam menangani
dan menekan angka kematian akibat HIV/AIDS. Petugas kesehatan salah satunya yang
mempunyai peranan penting dalam masalah ini. Tapi tentu saja masalah ini bukan
menjadi tanggung jawab petugas kesehatan saja melainkan juga harus ada campur tangan
pemerintah dan instalasi terkait. Mengingat pasien HIV/AIDS cenderung lebih banyak
remaja, tentu saja peranan keluarga dan orang tua sangat penting untuk memberikan
bimbingan moril dan spritual kepada anak-anak meraka tentang bahaya HIV/AIDS agar
mempunyai pegangan dan tidak terjerumus dalam pergaulan bebas remaja masa kini yang
menjadi jalan terbesar dan termudah terinfeksi HIV/AIDS.

Yulia Dewi Putri


NIM: 08.06.0027

Anda mungkin juga menyukai