Anda di halaman 1dari 41

ASFIKSIA DAN TENGGELAM

Preseptor : dr. Fitri Agustina Huspa, SpF


Oleh : Fransiska Ivona Angelia
ASFIKSIA
 Suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah
berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida
(hiperkapnea).

 Asfiksia berasal dari bahasa Yunani yaitu hilang atau


berkurangnya pulsasi. Dalam ilmu forensik, asfiksia biasanya
mendeskripsikan suatu situasi dimana terjadi obstruksi fisikal antara
mulut dan hidung ke alveoli meskipun ada mekanisme asfiksia lainnya
yang menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan oksigen di tingkat
sel tanpa adanya obstruksi secara fisik.
KLASIFIKASI
Berdasarkan mekanisme :
Asfiksia mekanik
 Mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang memasuki
saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan (yang bersifat mekanik).
 penjeratan, pencekikan, gantung diri, tersedak, tertekan, dan
pembekaman.
Asfiksia non-mekanik
Keracunan karbon monoksida atau karbon sianida.
Asfiksia dalam bentuk lain
kasus tenggelam. Dalam hal ini, tenggelam tidak murni disebabkan oleh
asfiksia, melainkan keterlibatan mekanisme lainnya.
FASE ASFIKSIA
Dyspnea
 kadar O2 di eritrosit dan  CO2 di plasma  rangsang pusat nafas di medulla
oblongata  takypnoe, takykardi, TD , sianosis di wajah dan tangan
Konvulsi
 CO2 akan merangsang SSP  kejang klonik  kejang tonik  spasme
opistotonik, nadi  , TD 
Apnea
Depresi pernafasan, kesadaran berkurang, relaksasi sfingter
Terminal
Paralisis pusat pernafasan lengkap, dilatasi pupil
TANDA-TANDA JENAZAH ASFIKSIA
Pemeriksaan luar
Sianosis pada bibir, ujung jari dan kuku.
Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap, terbentuk lebih cepat. Distribusi lebam
lebih luas disebabkan oleh peningkatan kadar CO2 dan aktivitas fibrinolisin dalam
darah sehingga darah sukar membeku dan mudah mengalir.
Busa halus pada hidung dan mulut akibat peningkatan aktivitas pernafasan pada
fase dispnea. Keluar masuknya udara dengan cepat dalam saluran sempit akan
menimbulkan busa.
Tardieu’s spot, yaitu bintink-bintik perdarahan yang muncul akibat rusaknya endotel
kapiler. Baisanya ditemukan pada jaringan ikat longgar seperti konjungtiva bulbi,
palpebra, dan subserosa lain. Kadang ditemukan pada kulit wajah.
TANDA-TANDA JENAZAH ASFIKSIA
Pemeriksaan dalam:
Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer karena fibrinolisin yang meningkat
pasca mati.
Busa halus pada saluran pernapasan.
Perbendungan sirkulasi pada organ dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap, dan pada pengirisan mengeluarkan banyak darah.
Petekie pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian belakang jantung
daerah aurikoventrikular, kulit kepala bagian dalam, mukosa epiglotis dan sub glotis.
Edema paru, sering terjadi pada kematian yang berhubungan dengan hipoksia.
Kelainan yang berhubungan dengan kekerasan seperti fraktur laring, perdarahan
laring, dan lain-lain.
TANDA KORBAN YANG SELAMAT DARI ASFIKSIA
Sakit dan nyeri tekan pada area sekitar leher beserta struktur di sekitarnya
Kerusakan laring dan kartilago sekitarnya
Kerusakan tulang hyoid
Keringnya saliva di sekitar mulut
Sianosis (terutama jika korban ditemukan segera setelah serangan)
Bendungan dan Edema di atas level dari penekanan
Petekiae di atas level penekanan yang menyebabkan asfiksia
Pendarahan dari mulut, hidung, dan telinga disebabkan oleh meningkatnya tekanan
intravaskular, inkontinensia feses dan urine.
ASFIKSIA MEKANIK
Penjeratan (strangulation) → tekanan pada leher dengan menggunakan
tali atau tangan
Gantung Diri (hanging) → tekanan pada leher dengan menggunakan
tali dan berat dari tubuh
Tersedak (chocking) → obstruksi fisik dalam saluran napas bagian
dalam
Tertekan (compression asphyxia) → tekananan diberikan pada dada
atau perut yang mengganggu kemampuan bernapas dengan efektif
Pembekaman (physical obstruction of the mouth/nose) → obstruksi fisik
pada mulut atau hidung yang mencegah pernapasan yang efektif.
MEKANISME ASFIKSIA
Mekanisme yang terjadi pada penekanan pada leher
Obstruksi Vena Jugular → menyebabkan venous return dari kepala ke
jantung tidak bisa → sianosis, bendungan dan petechiae
Obstruksi Karotid Arteri → yang parah dan menyebabkan hipoksia
serebral
Stimulasi baroreseptor sinus karotid pada percabangan common carotid
arteries → secara neruologi menyebabkan henti jantung
Elevasi laring dan lidah, menyebabkan penutupan jalur nafas
PEMBEKAPAN (SMOTHERING)
Definisi: penutupan lubang hidung dan mulut yang menghambat masuknya udara ke
paru-paru. Pembekapan dapat menimbulkan kematian akibat asfiksia.
Cara kematian yang berkaitan dengan pembekapan dapat berupa bunuh diri
(suicide), kecelakaan (accidental smothering), ataupun pembunuhan (homicidal
smothering).
Mungkin terdapat luka lecet / geser, goresan kuku, luka memar, akibat korban
melawan, luka memar pada permukaan dalam bibir karena menekan gigi.
Perlu diperiksa kerokan bawah kuku korban  epitel pelaku
SUFFOCATION
Definisi: Suatu keadaan asfiksia yang disebabkan oleh berkurangnya konsentrasi oksigen
yang terkandung di dalam udara untuk bernafas. Individu yang berada dalam situasi ini akan
cepat mengalami penurunan kesadaran yang ekstrim dan akan mati dalam kurun waktu yang
singkat.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan suffocation diantaranya:
Akumulasi gas-gas polutan yang biasanya banyak terdapat pada daerah-daerah
perindustrian dan pertanian.
Udara di dalam tangki pada bagian paling bawah dari sebuah kapal dimana terjadi
proses perkaratan bahan-bahan dari besi (pembentukan ferous oxide karena terjadi
oksidasi). Proses ini dapat mengurangi kadar oksigen.
Sumur yang dalam, dimana terdapat akumulasi CO2.
Membungkus kepala dengan kantung plastik dengan atau tanpa diikat.
GAGGING DAN CHOKING
Terjadi sumbatan jalan napas oleh benda asing, yang mengakibatkan hambatan udara
untuk masuk ke paru-paru.
Gagging : sumbatan terdapat dalam orofaring,
Choking : sumbatan terdapat lebih dalam pada laringofaring.
Choking pada umumnya terjadi karena kecelakaan karena adanya objek yang menghalangi
jalan nafas bagian atas.
Cafe coronary  kesadaran tiba-tiba menghilang karena benda yang mengobstruksi jalan
nafas terlalu besar sehingga tidak ada refleks batuk tidak terjadi, sehingga individu dapat
meninggal secara cepat dan tiba-tiba, penyebab kematian pada umumnya baru dapat
diketahui saat otopsi.
Pada pemeriksaan jenazah dapat ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan
luar maupun pembedahan jenazah. Dalam rongga mulut (orofaring atau laringofaring) dapat
ditemukan sumbatan berupa kain, kertas, gigi dan sebagainya.
PENCEKIKAN (MANUAL STRANGULATION)
Definisi: penekanan leher dengan tangan, yang menyebabkan dinding saluran
napas bagian atas tertekan dan terjadi penyempitan saluran napas sehingga udara
tidak dapat lewat.
Mekanisme kematian pada pencekikkan adalah :
Asfiksia
Refleks vagal, terjadi sebagai akibat rangsangan pada reseptor nervus vagus pada Corpus caroticus
(carotid body) di percabangan arteri karotis interna dan eksterna.
Tanda pada pemeriksaan luar: luka lecet dan memar pada bagian depan dan
samping dari leher. Luka lecet biasanya dangkal dan berbentuk bulan sabit akibat
penekanan kuku jari dengan ukuran 0,5-1 cm. Bila tekanan berlangsung lama,
tanda-tanda klasik obstruksi vena mulai terlihat, seperti sianosis, edema dan
bendungan pada muka, ptekie di mata dan muka, dan kadang terdapat
pendarahan dari hidung dan telinga.
PENCEKIKAN (MANUAL STRANGULATION)
CONT’
Pada pemeriksaan dalam:
laring sering ditemukan rusak, namun bagian yang paling mudah
mengalami kerusakan adalah kartilago tiroid yang mengalami fraktur
baik pada satu atau kedua belah sisinya.
Fraktur pada kartilago cricoid dan robekan pada piringan utama
kartilago tiroid lebih mengindikasikan pada penekanan yang sangat
berat seperti pemukulan atau tendangan dari pada pencekikan.
PENJERATAN (LIGATURE
STRANGULATION)
Definisi: penekanan leher dengan mengikatkan benda-benda seperti tali, ikat pinggang,
kawat, kabel, kaos kaki dan sebagainya, sehingga saluran pernafasan terhambat.
Tanda-tanda: bendungan, sianosis dan ptekie yang luas pada muka. Berbeda dengan
gantung diri yang biasanya merupakan suicide (bunuh diri), maka penjeratan biasanya
merupakan suatu pembunuhan.
Apabila jerat maasih ditemukan melingkari leher, maka jerat harus disimpan baik untuk
barang bukti.
Terdapat dua jenis simpul jerat yaitu simpul hidup (lingkar jerat dapat diperbesar atau
diperkecil) dan simpul mati (lingkar jerat tidak dapat diubah).
Jejas jerat pada leher biasanya mendatar, melingkari leher dan terdapat lebih rendah
daripada jejas jerat pada kasus gantung.
Mekanisme kematian pada penjeratan adalah akibat asfiksia atau refleks vaso-vagal.
PENGGANTUNGAN (HANGING)
Penekanan benda asing yang berupa benda panjang melingkari leher dengan
tekanan tenaga yang berasal dari berat badan korban sendiri.
Mekanisme kematian pada kasus gantung:
Kerusakan pada batang otak dan medulla spinalis. Hal ini terjadi akibat dislokasi
atau fraktur vertebra ruas leher, misalnya pada judicial hanging (hukum gantung).
Asfiksia, akibat terhambatnya aliran udara pernapasan.
Iskemia otak akibat terhambatnya aliran arteri-arteri leher.
Refleks vagal
PENGGANTUNGAN (HANGING)
CONT
Posisi korban pada gantung diri:
Kedua kaki tidak menyentuh lantai (complete hanging)
Duduk berlutut (biasanya menggantung pada daun pintu)
Berbaring (biasanya di bawah tempat tidur)
Jenis gantung diri:1
Typical hanging, terjadi bila titik gantung terletak di atas darah oksiput dan tekanan pada
arteri karotis paling besar.
Atypical hanging, bila titik penggantungan terdapat di samping, sehingga leher dalam posisi
sangat miring(fleksi lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan
arteri vertebralis. Saat arteri terhambat, korban segera tidak sadar.
Kasus dengan letak titik gantung di depan atau dagu.
PENGGANTUNGAN (HANGING)
CONT
Tanda gantung:
Jejas jerat yang meninggi ke bagian simpul.
Resapan darah pada jaringan bawah kulit dan otot
Patah tulang, yaitu os hyoid &cartilago cricoid
Lebam mayat (Pada bagian bawah leher)
Jika posisi tali dibawah cartilago thyroidmaka lidah akan terlihat menjulur keluar
dan berwarna lebih gelap akibat proses pengeringan.
TRAUMATIC ASPHIXIA ATAU
COMPRESSION ASPHYXIA
Keadaan dimana terjadi penekanan dari luar pada dinding dada dan perut,
sehingga terfiksasi dan menghalangi gerak pernapasan.
Merupakan tipe asfiksia yang paling murni, ditemukan adanya tanda-tanda klasik
asfiksia  bendungan pada wajah, sianosis, ptekie dan perdarahan pada mata,
kelopak mata, dan wajah.
Postural Hypoxia  pada individu yang tidak sadar atau individu dengan disabilitas
dimana posisi tubuh bagian atas lebih rendah dibandingkan tubuh bagian bawah.
Keadaan ini menyebabkan organ organ di perut menekan diafragma sehingga
dada tidak berkembang secara maksimal dan efektif sehingga dapat menyebabkan
kematian.
AUTOEROTIC ASPHYXIATON ATAU
ASFIKSIA SEKSUAL
Terjadi pada kasus deviasi seksual yang menggunakan cara gantung atau jerat untuk
mendapatkan kepuasan. Penggunaan alat dengan tujuan tersebut dapat
menyebabkan penekanan pada leher sehigga terjadi hipoksia otak dan dapat
menyebabkan kematian. Penetuan diagnosis asfiksia seksual harus berdasarkan:
Terbukti adanya aktivitas seksual solo
Lokasi yang privat
Bukti adanya aktivitas yang serupa sebelumnya
Tidak ada maksud untuk bunuh diri
Adanya barang-barang yang tidak biasanya seperti penjerar, pakaian, pornografi
Kerusakan pada alat
TENGGELAM
DEFINISI DAN ETIOLOGI
Tenggelam didefinisikan sebagai kematian akibat mati lemas (asfiksia) disebabkan
masuknya cairan ke dalam saluran pernafasan. Sebenarnya istilah tenggelam harus
pula mencakup proses yanng terjadi akibat terbenamnya korban ke dalam air yang
mengakibatkan hilangnya kesadaran dan mengancam jiwa.
Kematian pada korban tenggelam dapat terjadi akibat :
Asfiksia akibat spasme laring
Asfiksia karena dagign dan choking
Refleks Vagal
Fibrilasi ventrikel (dalam air tawar)
Edema pulmoner (dalam air asin)
BEBERAPA ISTILAH TENGGELAM (DROWNING)
Wet drowning. Pada keadaan ini cairan masuk ke dalam saluran pernafasan setelah
korban tenggelam.
Dry drowning. Pada keadaan ini cairan tidak masuk ke dalam saluran pernapasan,
hal ini disebabkan karena ada spasme laring.
Secondary drowning. Terjadi gejala beberapa hari setelah korban tenggelam (dan
diangkat dari air) dan korban meninggal akibat komplikasi
Immersion Syndrome. Korban tiba-tiba meninggal setelah tenggelam dalam air
dingin akibat refleks vagal.
MEKANISME TENGGELAM PADA AIR
TAWAR
Air tawar merupakan cairan hipotonik.
Air tawar akan diabsorpsi secara masif karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar
lebih rendah daripada konsentrasi dalam darah, sehingga akan terjadi hemodilusi
darah dan mengakibatkan terjadinya hemolisis.
Akibat pengenceran darah, tubuh akan mencoba mengatasi dengan melepaskan ion
kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion kalium dalam plasma meningkat.
Terjadinya perubahan keseimbangan ion kalium dan calsium dalam serabut otot
jantung dapat mendorong terjadinya fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah
sehingga dapa menimulkan kematian akibat anoksia otak.
MEKANISME TENGGELAM PADA AIR ASIN
Air asin merupakan cairan hipertonik.
Pada kasus ini akan terjadi perpindahan cairan dari plasma ke rongga alveoli pada
paru akibat osmosis.
Hal ini akan menyebabkan edema pada paru-paru yang hebat dalam waktu yang
singkat dan hemokonsentrasi pada darah.
Selain itu juga terjadi pertukaran elektrolit, terutama adalah natrium dan klorida
pada cairan hipertonis pada paru-paru ke pembuluh darah.
Hemokonsentrasi menyebabkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan
terjadinya payah jantung.
PEMERIKSAAN LUAR
Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan benda – benda asing
lain
Lebam mayat (livor mortis), akan tampak jelas pada dada bagian depan, leher, dan
kepala. Lebam mayat akan berwarna merah terang jika dibandingkan dengan keracuna CO.
Busa halus pada hidung dan mulut.
Kutis anserine (gambaran kulit angsa) pada kulit.
Washer’s woman hand (telapak kaki dan tangan berwarna putih dan berkeriput).
Cadaveric Spasm, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu korban berusaha
menyelamatkan diri dengan memegang apa sahaja seperti rumput atau benda – benda lain
di dalam air. Hal ini menunjukkan korban masih hidup pada saat tenggelam.
PEMERIKSAAN LUAR
Luka – luka lecet pada siku, jari tangan, lutut dan kaki akibat gesekan pada benda
– benda di dalam air.
Bila korban teggelam adalah bayi maka dipastikan kasusnya adalah kasus
pembunuhan.
Bila seorang dewasa ditemukan mati pada temtap yang dangkal maka dipikirkan
unsur pidana, dimana korban sengaja dibuang untuk mengacaukan penyidikan.
Bila bunuh diri maka perlu dipikirkan apakah kematianya akibat benturan keras
sehingga bisa ditemukan kerusakan pada tulang kepala atau leher.
PEMERIKSAAN DALAM
Busa halus dan benda – benda asing (pasir, tumbuhan air) dalam saluran
pernafasan (trachea dan cabang)
Paru-paru akan membesar, lebih berat dan dapat mencapai berat 700-1000 gr,
dimana normalnya hanya 250-300 gram. Dan pada paru-paru akan banya keluar
cairan.
Terdapat bercak Paltauf (ungu , berbatas tegas) akibat alveoli yang pecah pada
permukaan paru-paru.
Obtruksi pada paru-paru akan menyebabkan distensi pada jantung kanan, dan
pembuluh vena besar. Keduanya akan penuh berisi darah berwarna merah gelap
dan cair, tidak ada bekuan.,
PEMERIKSAAN DALAM
Pada pemeriksaan getah paru akan ditemukan diatom, alga, plankton dan lain-lain.
Paru-paru pucat diselingi bercak merah diantara warna kelabu, pada pengirisan
tampak cairan merah kehitaman bercampur buih keluar dari penampang tersebut.
Pada paru normal keluarnya cairan dengan buih tesebut hanya akan terjadi jika
dipijat dengan dua jari (Emphysema aquosum).
Hal ini ditemukan pada 80% kasus tenggelam. Adanya kelainan ini bukti kuat kalau
penyebab kematianya adalah tenggelam.
PEMERIKSAAN DIATOM
Pemeriksaan untuk melihat apakah terdapat mikroskopik alga yang disebut diatoms.
Diatom bisa terdapat pada air laut dan air tawar.
Pada orang yang normal diatom tidak terdapat dalam jumlah yang signifikan di
otak, ginjal, sumsum tulang, dan lain-lain.
Pada kasus tenggelam alga yang terdapat di air akan masuk ke alvoli dan bisa
menyebar lewat darah ke otak, ginjal, sumsum tulang jika jantung masih bekerja.
Meningkatnya jumlah diatom pada organ internal menunjukkan bahwa korban kasus
tenggelam.
DIAGNOSIS TENGGELAM
Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosa kematian
dapat di lakukan dengan:
Pemeriksaan Luar
Pemeriksaan Dalam
Pemeriksaan Laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi jaringan, dan berat
jenis serta kadar elektrolit darah.
Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian dibuat berdasarkan adanya
diatom yang cukup banyak pada paru-paru yang bila disokong oleh penemuan
diatom pada ginjal, otot skelet atau diatom pada sumsum tulang, maka diagnosis
akan menjadi makin pasti.
REFERENSI

1. Arif Budiyanto dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. 1th ed: Bagian Kedokteran
Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 1997.
2. Dr.Abdul muin Idries.Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik.edisi pertama. Binarupa
Aksara 1997.
3. J, Payne-James dkk. Simpson’s Forensic Medicine edisi 13. Arnold: London. 2011
4. Saukko P, Knight B. Knight’s Forensic Pathology. Arnold: London. 2001

Anda mungkin juga menyukai