Anda di halaman 1dari 33

ASFIKSIA MEKANIK

ZAFIRAH ARIBAH SANIYAH I


1610211121
DEFINISI
Asfiksia
Adalah suatu keadaan yang ditandai dengan terjadinya gangguan
pertukaran udara pernapasan, mengakibatkan oksigen darah
berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan karbon dioksida
(hiperkapnea). Dengan demikian organ tubuh mengalami kekurangan
oksigen (hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian.

Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran


pernafasan disebut asfiksia mekanik.
ETIOLOGI
1. Alamiah :
Penyakit saluran nafas.
misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis, difteri, atau menimbulkan
gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.
2. Mekanik :
- Trauma (trauma yang mengakibatkan emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral)
- Sumbatan saluran nafas
3. Keracunan :
CNS Depresant
Central Nervous System (CNS) depressants are medicines that include sedatives, tranquilizers, and
hypnotics. These drugs can slow brain activity, making them useful for treating anxiety, panic, acute
stress reactions, and sleep disorders.
Contohnya barbiturat dan narkotika.
4 STADIUM GEJALA/ TANDA DARI
ASFIKSIA
Fase dispneu / Fase akhir /
Fase konvulsi Fase apneu
sianosis terminal / final
• Berlangsung • Berlansung kira- • Berlangsung • Paralisis pusat
kira-kira 4 kira 2 menit. kira-kira 1 pernapasan
menit. • Awalnya berupa menit. lengkap.
• Pernapasan kejang klonik • Depresi pusat • Denyut jantung
terlihat cepat, lalu kejang tonik pernapasan beberapa saat
berat. kemudian (napas lemah), masih ada lalu
• Nadi teraba opistotonik. kesadaran napas terhenti
cepat. • Kesadaran mulai menurun kemudian mati.
• Tekanan darah hilang, pupil sampai hilang
terukur dilatasi, denyut dan relaksasi
meningkat. jantung lambat, spingter.
dan tekanan
darah turun.
TANDA ASFIKSIA
Pada pemeriksaan jenazah
1. Sianosis
Merupakan warna kebiru-biruan yang terdapat pada kulit dan selaput lendir yang terjadi
akibat peningkatan jumlah absolut Hb tereduksi (Hb yang tidak berikatan dengan oksigen).
2. Kongesti
Terjadi perbendungan sistemik maupun pulmoner dan dilatasi jantung kanan. Gambaran
perbendungan pada mata berupa pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan
palpebra yang terjadi pada fase 2.
Akibatnya tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah meningkat terutama dalam vena,
venula dan kapiler. Selain itu, hipoksia dapat merusak endotel kapiler sehingga dinding
kapiler yang terdiri dari selapis sel akan pecah dan timbul bintik-bintik perdarahan yang
dinamakan sebagai Tardieu’s spot.
Tardieu’s spot (Petechial hemorrages)
 Ditemukan pada jaringan longgar, seperti kelopak mata, dibawah
kulit dahi, kulit dibagian belakang telinga, circumoral skin, konjungtiva
dan sklera mata. Selain itu juga bisa terdapat dipermukaan jantung,
paru dan otak, mukosa laring dan faring.
3. Buih halus
Terdapat busa halus pada hidung dan mulut yang timbul akibat
peningkatan aktivitas pernapasan pada fase 1 yang disertai sekresi
selaput lendir saluran napas bagian atas. Keluar masuknya udara yang
cepat dalam saluran sempit akan menimbulkan busa yang kadang-
kadang bercampur darah akibat pecahnya kapiler.
4. Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap
Warna lebam mayat merah kebiruan gelap ini terbentuk lebih cepat.
Distribusi lebam lebih luas akibat kadar karbondioksida yang tinggi dan
akitivitas fibrinolisin dalam darah sehingga darah sukar membeku dan
mudah mengalir. Pada pemeriksaan dalam jenazah dapat ditemukan,
antara lain:
i. Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer karena kadar
karbondioksida yang tinggi dan fibrinolisin darah yang meningkat
paska kematian.
ii. Busa halus di dalam saluran pernapasan.
5. Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ dalam tubuh
sehingga menjadi lebih berat, berwarna lebih gelap, dan pada
pengirisan banyak mengeluarkan darah.
6. Petekie
dapat ditemukan pada mukosa usus halus, epikardium pada bagian
belakang jantung belakang daerah aurikuloventrikular, subpleura
viseralis paru terutama di lobus bawah pars diafragmatika dan fisura
interlobaris, kulit kepala sebelah dalam terutama daerah otot temporal,
mukosa epiglotis, dan daerah subglotis.
GAMBARAN POST MORTEM PADA
ASFIKSIA
Pemeriksaan luar Pemeriksaan dalam
Sianosis pada bibir, ujung - ujung jari dan kuku Darah berwarna lebih gelap dan lebih encer,
karena fibrinolisin darah yang meningkat pasca
mati.
Pembendungan sistemik maupun pulmoner dan Busa halus di dalam saluran pernapasan.
dilatasi jantung kanan
Warna lebam mayat merah-kebiruan gelap dan Pembendungan sirkulasi pada seluruh organ
terbentuk lebih cepat. dalam tubuh sehingga menjadi lebih berat,
berwarna lebih gelap dan pada pengirisan
banyak mengeluarkan darah.
Pemeriksaan luar Pemeriksaan dalam
Busa halus pada hidung dan mulut Edema paru
Pelebaran pembuluh darah konjungtiva bulbi dan Kelainan-kelainan yang berhubungan dengan
palpebra yang terjadi pada fase 2 kekerasan, seperti fraktur laring langsung atau tidak
langsung, perdarahan faring terutama bagian
belakang rawan krikoid (pleksus vena submukosa
dengan dinding tipis).
Tardieu’s spot
ASFIKSIA MEKANIK
Mati lemas yang terjadi bila udara pernapasan terhalang
memasuki saluran pernapasan oleh berbagai kekerasan
(yang bersifat mekanik), misalnya:
1. Penutupan lubang saluran pernapasan bagian atas:
- Pembekapan (smothering)
- Penyumbatan (gagging dan choking)
2. Penekanan dinding saluran pernapasan:
- Penjeratan (strangulation)
- Pencekikan (manual strangulation, throttling)
- Gantung (hanging)
3. Penekanan dinding dada dari luar (asfiksia traumatik)
4. Saluran pernapasan terisi air (tenggelam/ drowning)
GANTUNGAN (HANGING)
Jenis Penggantungan
a.Dari letak tubuh ke lantai dapat dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tergantung total (complete), dimana tubuh seluruhnya tergantung di atas lantai.
2. Setengah tergantung (partial), dimana tidak seluruh bagian tubuh tergantung, misalnya
pada posisi duduk, bertumpu pada kedua lutut, dalam posisi telungkup dan posisi lain.
b. Dari letak jeratan dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu:
1. Tipikal, dimana letak simpul di belakang leher, jeratan berjalan simetris di samping
leher dan di bagian depan leher di atas jakun. Tekanan pada saluran nafas dan arteri
karotis paling besar pada tipe ini.
2. Atipikal, bila letak simpul di samping, sehingga leher dalam posisi sangat miring (fleksi
lateral) yang akan mengakibatkan hambatan pada arteri karotis dan arteri vetebralis. Saat
arteri terhambat, korban segera tidak sadar.
Penyebab Kematian
Kematian yang terjadi pada peristiwa gantung dapat disebabkan oleh karena :5,7
1. Asfiksia
Penekanan pada leher menyebabkan saluran pernafasan menjadi tersumbat.
2. Iskemik otak
Disebabkan oleh penekanan pada arteri besar di leher yang berperan dalam mensuplai darah ke otak,
umunya pada arteri karotis dan arteri vertebralis.
3. Kongesti vena
Disebabkan oleh lilitan tali pengikat pada leher sehingga terjadi penekanan pada vena jugularis oleh
alat penjerat sehingga sirkulasi serebral menjadi terhambat.
4. Fraktur atau dislokasi dari vertebra servikal 2 dan 3
Hentakan yang tiba-tiba pada ketinggian 1-2 meter oleh berat badan korban dapat menyebabkan
fraktur dan dislokasi dari vertebra servikalis yang selanjutnya dapat menekan atau merobek spinal cord
sehingga terjadi kematian yang tiba-tiba.
5. Syok vagal
Menyebabkan serangan jantung mendadak karena terjadinya hambatan pada refleks vaso-vagal secara
tiba-tiba. Hal ini terjadi karena adanya tekanan pada nervus vagus.
JERATAN (Strangulation by ligature)

Sebab Kematian
Pada peristiwa penjeratan dengan tali maka kematian yang terjadi dapat
disebabkan :
- Tertutupnya jalan nafas sehingga menimbulkan anoksia atau hipoksia
- Tertutupnya vena sehingga menyebabkan anoksia pada otak
- Refleks vagal
- Tertutupnya pembuluh darah karotis sehingga jaringan otak kekurangan
darah, kecuali pada bunuh diri yang kekuatan jeratnya diragukan mampu
menutup pembuluh darah karotis.
Kematian Pos Mortem
Pada tubuh jenazah yang mati akibat jeratan dengan tali dapat ditemukan kelainan sebagai
berikut:
1. Leher
a. Jejas berat
-Tidak sejelas jejas gantung
- Arahnya horizontal
- Kedalaman regular tetapi jika ada simpul atau tali disilingkan maka jejas jerat pada tempat tersebut labih
dalam atau lebih nyata
- Tinggi kedua ujung jejas jerat tidak sama
b. Lecet/memar
- Pada peristiwa pembunuhan sering ditemukan adanya lecet – lecet atau memar- memar disekitar jejas.
Kelainan tersebut terjadi karena korban berusaha membuka jeratan.
2. Kepala
a. Terlihat tanda – tanda asfiksia
b. Kongesti dan bintik – bintik perdarah pada daerah diatas jejas. Jika kematian karena refleks
vagal maka tanda – tanda tersebut tidak ditemukan
3. Tubuh bagian dalam
a. Leher bagian dalam terdapat :
- Resapan darah pada otot dan jaringan ikat
- Fraktur dari tulang rawan ( terutama tulang rawan thyroid), kecuali pada
korban yang masih muda dimana tulang rawan masih sangat elastik
- Kongesti pada jaringan ikat, kelenjar limfe, dan pangkal lidah
b. Paru – paru
- Sering ditemukan edema paru- paru
- Sering ditemukan adanya buih halus pada jalan nafas
CEKIKAN (manual strangulation)
Mekanisme :
1. penekanan pada leher dengan penyempitan saluran nafas (hipoksi-
hipoksia)
2. kompresi/penekanan pada sinus carotus lalu terjadi reflek vagal dan
terjadi cardiac arrest
3. obstruksi arteri carotis dan vena jugularis internal, terjadi hipoksi
cerebral, memerlukan waktu yang lama untuk menyebabkan
kematian.
Pemeriksaan:
Pada pemeriksaan kasus cekikan, fokus pemeriksaan pada daerah leher.
Di sini kita harus hati-hati sekali, mengamati dengan cermat; apakah
ada memar yang halus, luka lecet tekan yang tipis pada daerah sisi
kanan dan kiri leher yang berbentuk cetakan dari telapak jari jempol di
sebelah kanan korban (untuk penyekik "right handed") atau luka lecet
tekan dengan cetakan dari telapak jari jempol di sebelah kiri korban
dengan keempat jari lainnya di kanan (untuk penyekik "left handed").
• Bentuk luka lecet tekan akibat jari jempol mirip seperti bulan sabit "crescent
appearance".
• Letak dari luka akibat cekikan ini sejajar dengan tulang jakun di samping kiri atau
kanan, di atas m. sternocleidomastoideus di bawah angulus mandibulae (daerah
sinus caroticus). Diusahakan pemeriksaan secepat mungkin dan pada siang hari.
Apabila diperiksa kebetulan pada malam hari maka dengan sinar lampu yang cukup
terang.
• Setelah dilakukan pemeriksaan luar, pada pemeriksaan dalam; setelah insisi pertama
(primary incision), jangan dulu dipotong iga II – VII. Dikupas dulu kulit bagian leher
secara hati-hati untuk melihat apakah ada bintik perdarahan, memar pada lapisan
dalam kulit yang merupakan lanjutan dari luka lecet di bagian luar tadi. Juga otot-
otot leher diperhatikan adanya bintik perdarahan serta tulang-tulang rawan,os
hyoid, os crycoid, apakah ada yang patah atau retak.
PEMBEKAPAN (Smothering)
Cara kematian yang berkaitan dengan pembekapan dapat berupa:
1. Bunuh diri (suicide). Bunuh diri dengan cara pembekapan masih mungkin terjadi misalnya
pada penderita penyakit jiwa, orang tahanan dengan menggunakan gulungan kasur, bantal,
pakaian, yang diikatkan menutupi hidung dan mulut.
2. Kecelakaan (accidental smothering). Kecelakaan dapat terjadi misalnya pada bayi dalam
bulan-bulan pertama kehidupannya, terutama bayi prematur bila hidung dan mulut tertutup
oleh bantal atau selimut. Anak-anak atau dewasa muda yang terkurung dalam suatu tempat
yang sempit dengan sedikit udara misalnya terbekap dalam kantong plastik. Orang dewasa
yang terjatuh waktu bekerja atau pada penderita epilepsi yang mendapat serangan dan
terjatuh sehingga mulut dan hidung tertutup dengan pasir, gandum, tepung, dan sebagainya.
3. Pembunuhan (homicidal smothering). Biasanya terjadi pada kasus pembunuhan anak sendiri.
Pada orang dewasa hanya terjadi pada orang tidak berdaya seperti orang tua, orang sakit
berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras.
Pemeriksaan Luar
Didapati pada daerah hidung/mulut hiperemis/bintik-bintik
perdarahan/memar disekitar mulut serta ditandai tanda-tanda asfiksia
umum (lebam mayat lebih gelap, dilatasi pembuluh darah, ptechiae
haemorrhagic bola mata, congestive alat-alat dalam, dilatasi pembuluh
darah (arteri/vena)
PENYUMPALAN (Choking/Gaging)
Kematian dapat terjadi akibat:
• Bunuh diri (suicide). Hal ini jarang terjadi karena sulit memasukkan benda asing ke dalam
mulut sendiri disebabkan adanya refleks batuk atau muntah. Umumnya korban adalah
penderita sakit mental atau tahanan.
• Pembunuhan (homicidal chocking). Umumnya korban adalah bayi, orang dengan fisik lemah
atau tidak berdaya.
• Kecelakaan (accidental choking). Pada bolus death yang terjadi bila tertawa atau menangis
saat makan, sehingga makanan tersedak ke dalam saluran pernapasan. Mungkin pula
terjadi akibat regurgitasi makanan yang kemudian masuk ke dalam saluran pernapasan. 
• Pada pemeriksaan jenazah dapat ditemukan tanda-tanda asfiksia baik pada pemeriksaan
luar maupun pembedahan. Dalam rongga mulut (orofaring atau laringofaring) didapatkan
sumbatan
TENGGELAM (drowning)
Berdasarkan penyebabnya, mati tenggelam terbagi atas:
• Dry drowning adalah mati tenggelam tanpa ada air di saluran nafas.
Penyebab kematian pada kasus ini, antara lain:
a. Spasme laring (menimbulkan asfiksia).
b. Vagal reflex/cardiac arrest/kolaps sirkulasi.
• Wet drowning adalah mati tenggelam dimana cairan masuk ke dalam
saluran nafas.
Sebab Kematian
Kematian yang terjadi pada peristiwa tenggelam dapat disebabkan oleh :
1. Refleks vagal
Peristiwa tenggelam yang mengakibatkan kematian karna refleks vagal disebut tenggelam
tipe I. Kematian terjadi sangat cepat dan pada pemeriksaan pos mortem tidak ditemukan
tanda – tanda asfiksia maupun air di dalam paru – paru sehingga sering disebut tenggelam
kering (dry drowning).
2. Spasme laring
Kematian karena spasme laring pada peristiwa tenggelam sangat h]jarang sekali terjadi.
Spasme laring tersebut disebabkan rangsangan air yang masuk ke laring.Pada pemeriksaan
pos mortem ditemukan tanda – tanda asfiksia, tetapi paru – parunya tidak didapati adanya
air atau benda – benda air.Tenggelam jenis ini juga disebut tenggelam tipe I.
3. Pengaruh air yang masuk paru – paru
a. Tenggelam di air tawar
Pada peristiwa tenggelam di air tawar akan menimbulkan anoksia disertai gangguan elektrolit.
Pada keadaan ini terjadi absorbsi cairan yang masif. Karena konsentrasi elektrolit dalam air tawar lebih
rendah daripada konsentrasi dalam darah, maka akan terjadi hemodilusi darah, air masuk ke dalam aliran
darah sekitar alveoli dan mengakibatkan pecahnya sel darah merah (hemolisis).
Akibat pengenceran darah yang terjadi, tubuh mencoba mengatasi keadaan ini dengan melepaskan ion
kalium dari serabut otot jantung sehingga kadar ion Kalium dalam plasma meningkat (hiperkalemi), terjadi
perubahan keseimbangan ion K+ dan Ca++ dalam serabut otot jantung dan dapat mendorong terjadinya
fibrilasi ventrikel dan penurunan tekanan darah, yang kemudian menyebabkan timbulnya kematian akibat
anoksia otak. Kematian terjadi dalam waktu 5 menit.
Pemeriksaan post mortem ditemukan tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl jantung kanan lebih tinggi dari
jantung kiri dan adanya buih serta benda-benda air pada paru-paru. Tenggelam jenis ini disebut tenggelam
tipe II A.
 
b. Tenggelam di air asin
Pada peristiwa tenggelam di air asin akan mengakibatkan terjadinya anoksia dan
hemokonsentrasi. Tidak terjadi gangguan keseimbangan elektrolit.
Konsentrasi elektrolit cairan air asin lebih tinggi daripada dalam darah, sehingga air akan
ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringgan intertisial paru yang akan menimbulkan
edema pulmoner, hemokonsentrasi, hipovolemi dan kenaikan kadar magnesium dalam
darah. Hemokonsentrasi akan mengakibatkan sirkulasi menjadi lambat dan menyebabkan
terjadinya payah jantung.
Pemeriksaan post mortem ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia, kadar NaCl pada jantung
kiri lebih tinggi daripada janung kanan dan ditemukan buih serta benda-benda air.
Tenggelam jenis ini disebut tenggelam tipe II B. Kematian terjadi kira-kira dalam waktu 8-9
menit setelah tenggelam (lebih lambat dibandingkan dengan tenggelam tipe IIA).
Kelainan Pos Mortem
Pemeriksaan Luar.1
a. Pakaian basah, kadang – kadang bercampur lumpur
b. Kulit basah, keriput, dan terkadang seperti kulit angsa (cutis anserina)
c. Kulit tangan dan kaki terkadang menyerupai washer woman skin
d. Lebam mayat terutama pada kepala dan leher
e. Terkadang ditemukan cadaveric spasm (karena berusuha bergerak ketika tenggelam, glikogen nya
habis terpakai, terjadi cadaveric spasm)
f. Tanda khas pemeriksaan luar pada kasus tenggelam adalah ditemukannya buih halus yang
terbentuk akibat acute pulmonary edema, berwarna putih, dan persisten. Buih menjadi banyak jika
dada ditekan
Pemeriksaan Dalam.1
g. Saluran nafas, trakea dan bronkus, ditemukan adanya buih halus
h. Paru – paru membesar dan pucat seperti layaknya paru – paru penderita asma tetapi lebih berat
dan basah. Dibanyak bagian terdapat gambaran marmer, bila permukaannya ditekan meninggalkan
lekukan dan bila diiris terlihat buih berair. Kondisi ini disebut emfisema aquosum yang merupakan
petunjuk kuat terjadinya peristiwa tenggelam
i. Lambung dan esophagus berisi air dengan butir – butir pasir dan alga
j. Bila terjadinya hemolisis maka akan terlihat adanya bercak hemolisis pada dinding aorta

Anda mungkin juga menyukai