Pembimbing:
dr. Andriani, Sp.F. M
Nasution, Indra & Tanzila, R.A & Irfannuddin, Muhammad. (2014). Gambaran Tanda Kardinal Asfiksia Pada Kasus Kematian Gantung Diri di
Departemen Forensik RSU Dr. Muhammad Hoesin Palembang Periode Tahun 2011-2012. Syifa' MEDIKA: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan.
Etiologi
Alamiah Trauma mekanik
Trauma yang mengakibatkan emboli,
Penyakit yang sumbatan saluran napas
pneumotoraks bilateral, sumbatan atau
dan gangguan pergerakan paru
halangan pada saluran napas
Keracunan
Keracunan bahan yang menimbulkan depresi
pusat pernafasan, misalnya barbiturate,
narkotika
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat
dibagi dalam 2 golongan (Amir, 2008), yaitu:
Primer Sekunder
• Kekurangan oksigen di seluruh tubuh
Berhubungan dengan penyebab dan usaha
kompensasi dari tubuh
• Sel-sel otak sangat sensitif sel-sel serebrum, Keadaan
Jantung
ini didapati
berusahapadamengkompensasi
: keadaan
serebellum, dan basal ganglia membutuhkan lebih • tekanan
Penutupan mulut dan hidung
oksigen yang (pembekapan)
rendah dengan
banyak oksigen shg lebih rentan terhadap • mempertinggi
Obstruksi jalan napas (mati gantung,
outputnya, akibatnyapenjeratan,
tekanan
kekurangan oksigen sel sel tersebut nekrosis pencekikan dan korpus alienum dalam saluran
arteri dan vena meninggi. Karena oksigen napas,
digantikan oleh jaringan glial tenggelam.
dalam darah berkurang terus dan tidak cukup
• Organ jantung, paru-paru, hati, ginjal dan yang • Gangguan gerak pernafasan (terhimpit atau berdesakan
untuk kerja jantung, maka terjadi gagal jantung
/ Traumatic asphyxia).
lainnya perubahan tidak jelas. dan kematian berlangsung dengan cepat.
• Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan
pada pusat pernafasan (luka listrik dan beberapa
keracunan)
Stadium Asfiksia
Fase dispneu / sianosis Fase konvulsi Fase apneu Fase akhir / terminal / final
• Bintik -bintik perdarahan
(petekie) akibat pelebaran
kapiler darah setempat.
• Bila jerat kecil dan keras maka terjadi hambatan total arteri sehingga wajah akan
tampak pucat dan tidak terdapat ptekie pada kulit maupun konjungtiva
• Bila jerat lebar dan lunak maka hambatan hanya terjadi pada saluran pernapasan dan
pada aliran vena dari kepala ke leher, sehingga tampak perbendungan pada daerat
sebelah atas ikatan
• Jejas jerat relative lebih tinggi daripada leher , tidak mendatar melainkan lebih
meninggi di bagian simpul, kulit mencekung kedalam sesuai dengan bahan
penjeratnya, kulit berwarna coklat, perabaan kaku, terdapat luka lecet.
• Terkadang tepi jejas jerat terdapat sedikit perdarahan
• Dapat ditemukan patah tulang lidah atau rawan gondok atau keduanya
• Distribusi lebam mayart pada kasus gantung mengarah ke bawah yaotu pada kaki,
tangan dan genitalia eksterna bila korban tergantung cukup lama
• Pada wanita didapatkan labium membesar dan terdapat lebam sedangkan pada pria hal
ini terjadi pada skrotum
Jenis Letak jeratan
Penggantungan Tipikal Atipikal
Letak tubuh ke lantai
Wet Drowning
Air masuk ke paru :
- Merusak surfaktan paru
KEMATIAN
Dry Drowning
- Edema paru
Diagnosis sulit ditegakkan
akibat mati
lemas (asfiksia)
- Alveolitis
Secondary akibat cairan masuk ke dalam
Drowning
saluran pernapasan
-Immersion
Asidosis metabolic
Syndrome
- Hipoksemia
Etiologi
Asfiksia
Fibrilasi
ventrikuler
Oedem Paru
Refleks vagal
Tenggelam di air tawar
Gangguan tegangan
Absorbsi permukaan paru kolaps Anoksia otak
cairan masif alveolus, atelektasis
2 2 2
1 2 3 4 35 6
2 2 2
1 2 3 4 35 6