DIABETES MELLITUS
Pembimbing:
dr. Winarti Arifuddin, SP.PD
Pendahuluan
Diabetes mellitus (DM)
Komplikasi
Akut Kronis
Definisi
Sindroma gangguan metabolik kronis
Berhubungan dengan hiperglikemi
Akibat kekurangan insulin dan/atau resistensi
insulin
Gejala Klinik
Gejala Khas Gejala Kronik
Polifagi
Cepat lelah n mengantuk
Polidipsi
Kesemutan
Penglihatan kabur
Poliuri
Mialgia
BB
Atralgia
Keputihan
Bisul yang hilang timbul
Luka yang tak kunjung
sembuh
Diagnosis
Bukan DM Belum pasti DM
GDA Plasma vena <110 110-199 ≥200
Kapiler <90 90-199 ≥200
GDP Plasma vena <110 110-125 ≥126
Kapiler <90 90-109 ≥110
Keluhan klnis DM
Gangguan morfologi
dan fungsional sel
RETINOPATI
DIABETIK NEFROPATI
Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan jika didapatkan
kadar albumin >30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari
3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3- 6 bulan,
tanpa penyebab albuminuria lainnya.
Penapisan dilakukan:
• Segera setelah diagnosis DM tipe 2 ditegakkan.
• Jika albuminuria <30 mg/24 jam dilakukan evaluasi
ulang setiap tahun.
PERKENI 2011
Urin 24 jam Urin dlm waktu Urin sewaktu
(mg/24 tertentu (µg/mg
jam) (µg/menit) kreatinin)
Normal < 30 < 20 < 30
Mikroalbuminuria 30 – 299 20 – 199 30 – 299
Makroalbuminuria ≥ 300 ≥ 200 ≥ 300
PERKENI 2015
Klasifikasi nefropati diabetik tidak lagi menggunakan istilah ‘mikroalbuminuria’ dan
makroalbuminuria’ tetapi albuminuria saja. Nefropati diabetik dibagi atas albuminuria
©Bimbel UKDI
persisten pada level 30-299mg/24 jam dan albuminuria persisten pada level ≥300mg/24
MANTAP
NEFROPATI
TATALAKSANA DIABETIK
NEFROPATI
Optimalisasi kontrol glukosa untuk Perlu dilakukan monitoring terhadap
mengurangi resiko ataupun menurunkan kadar serum kreatinin dan kalium
progresi nefropati. serum pada pemberian penghambat
Optimalisasi kontrol hipertensi untuk ACE, penyekat reseptor angiotensin II,
mengurangi resiko ataupun menurunkan atau diuretik lain.
progresi nefropati. Diuretik, Penyekat Kanal Kalsium, dan
Pengurangan diet protein pada diet pasien Penghambat Beta dapat diberikan
diabetes dengan penyakit ginjal kronik tidak sebagai terapi tambahan ataupun
direkomendasikan karena tidak mengubah pengganti pada pasien yang tidak dapat
kadar glikemik, resiko kejadian mentoleransi penghambat ACE dan
kardiovaskuler, atau penurunan GFR. Penyekat Reseptor Angiotensin II.
Terapi dengan penghambat ACE atau obat Apabila serum kreatinin ≥2,0 mg/dL
penyekat reseptor angiotensin II tidak sebaiknya ahli nefrologi ikut dilibatkan.
diperlukan untuk pencegahan primer. Pertimbangkan konsultasi ke ahli
Terapi Penghambat ACE atau Penyekat nefrologi apabila kesulitan dalam
Reseptor Angiotensin II diberikan pada menentukan etiologi, manajemen
pasien tanpa kehamilan dengan penyakit, ataupun gagal ginjal stadium
albuminuria sedang (30-299 mg/24 jam) lanjut.
dan albuminuria berat (>300 mg/24 jam).
Aktivasi aldose
Radikal bebas Vasodilatasi
reduktase
NEUROPATI DIABETIK
Penyakit Jantung Koroner
Dasar terjadinya peningkatan resiko penyaki jantung
koroner pada pasien DM belum diketahui secara pasti
Angka kejadian aterosklerosis lebih tinggi pada pasien
DM dibanding populasi non DM
Pasien DM mempunyai resiko tinggi untuk mengalami
trombosis, penurunan fibrinolisis dan peningkatan
respons inflamasi
Pada pasien DM terjadi glikosilasi protein yang akan
mempengaruhi integritas dinding pembuluh darah
Lesi aterosklerosis pada pasien DM dapat terjadi
akibat:
Hiperglikemia
Resitensi Insulin dan hiperinsulinemia
Hiperamilinemia
Inflamasi
Dislipidemia
Hipertensi hiperhomosisteinemia
DISLIPIDEMIA
Dislipidemia primer:
kelainan genetik→ dislipid
moderat ec hiperkolesterolemia
poligenik dan dislipidemia
kombinasi familial
Dislipidemia sekunder:
disebabkan penyakit lain seperti DM,
hipotiroidisme, peny hati obstruktif,
SN, obat (progestin, steroid anabolik,
kortikosteroid, beta blocker)
Pemeriksaan ATP III
CLASSIFICA–TION
LDL Cholesterol Primary Target of
1. skrining: dewasa >20 tahun
Therapy
2. Cara: kol total, LDL, HDL tdk perlu < 100 Optimal
puasa. TG harus puasa 12-16 100-129 Near optimal/above
jam. Kadar LDL dpt dihitung optimal
dengan rumus Friedewald 130-159 Borderline high
160-189 High
LDL-C =
≥190 Very high
Total Cholesterol – (HDL-C Total Cholesterol
+ TG/5) <200 Desirable
Rumus ini hny berlaku bila kadar 200-239 Borderline high
TG ≥240 High
<400 mg/dl HDL Cholesterol
<40 Low
≥60 High
Triglycerides
<15 Norm
0
150- al
Borderline
199
200- high
Hig
©Bimbel UKDI 499 h
MANTAP ≥5 Very
©Bimbel UKDI
MANTAP
©Bimbel UKDI
MANTAP
KAKI DIABETIK
• Kelainan tungkai kaki
bawah akibat diabetes
melitus yang tidak
terkontrol.
(neuropati)
infeksi
Bila terdapat gejala klaudikasio atau
melemahnya nadi dorsalis pedis
©Bimbel UKDI ANTAP
Pemeriksaan Ankle Brachial Index (ABI)
Kaki diabetes Diabetes Mellitus ·Hiperlipidemia
·Merokok
Somatik
Ulcers
sehingga harus dihindari. Mengurangi tekanan merupakan hal
6 4 sangat penting dilakukan pada ulkus neuropatik. Pembuangan
kalus dan memakai sepatu dengan ukuran yang sesuai diperlukan
Educati Vascula untuk mengurangi tekanan.
Penyuluhan (education control): penyuluhan baik.
on r yang Seluruh pasien dengan diabetes perlu diberikan
control Control edukasi mengenai perawatan kaki secara mandiri.
5
Mechan
ic
Control
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Perkeni. 2015
TERIMA KASIH