Anda di halaman 1dari 9

REVIEW ARTICLE

$&87(5(63,5$725<',675(666<1'520(
&OHRSDV0DUWLQ5XPHQGH1,3XWX(ND.ULVQKD:LMD\D2
1
Departement of Internal Medicine, Cipto Mangunkusumo National General Hospital Indonesia
2
Division of Respirology and Critical Care Medicine, Departement of Internal Medicine, Cipto Mangunkusumo National General Hospital Indonesia

$%675$.
Acute Respiratory Distress Syndrome merupakan akumulasi cairan di alveoli yang menyebabkan
terganggunya pertukaran gas di alveoli dan berkurangnya perfusi di jaringan. Kondisi ini dapat
disebabkan berbagai etiologi. Tatalaksana ARDS meliputi terapi umum, terapi ventilasi, terapi
penyakit yang mendasari, dan terapi target.
.DWDNXQFLacute respiratory distress syndrome

ABSTRACT SyndromeGLGH¿QLVLNDQSHUWDPDNDOLWDKXQ
Acute Respiratory Distress Syndrome is a oleh AECC (American-European Consensus
condition charactherized by accumulation Conference  'H¿QLVL $5'6 PHQXUXW $(&&
RI ÀXLG LQ DOYHROL WKDW LPSDLU JDV H[FKDQJH adalah; Gagal napas dengan onset yang bersifat
in alveoli and reduce tissue perfusion. This akut; Rasio PaO2/FIO2 ”  PP+J ,Q¿OWUDW
condition be occured due to several etiologies bilateral pada foto toraks, tanpa adanya bukti
dan mechanisms. Management of ARDS edema paru kardiogenik; Pulmonary arterial
consists of treatment of general condition, wedge pressure 3$:3 ”PP+JDWDXWLGDN
ventilation therapy, treatment of underlying
ada tanda-tanda peningkatan tekanan pada
diseases, and targeted therapy.
atrium kiri.1
Keywords: acute respiratory distress syndrome Derajat hipoksemia untuk menegakkan
diagnosis ARDS ditentukan dengan rasio tekanan
EPIDEMIOLOGI parsial oksigen pada darah arteri (PaO2) dengan
Di Amerika Serikat, insiden Acute fraksi oksigen pada udara inspirasi (FiO2). Nilai
Repiratory Distress Syndrome (ARDS) pada PaO2 didapat dari hasil pemeriksaan analisis
orang dewasa pada tahun 2005 diperkirakan gas darah dengan memperhatikan berapa liter
sebesar 200.000 kasus per tahun dengan angka oksigen yang diberikan saat pengambilan
mortalitas 40%. Keadaan ARDS dapat terjadi spesimen darah. Fraksi oksigen didapat dengan
pada semua kelompok umur, dari anak-anak memperhatikan jumlah oksigen yang diberikan.
hingga dewasa. Insiden ARDS meningkat Dengan pemberian oksigen binasal setiap 1
dengan pertambahan usia, berkisar 16 kasus per liter akan akan meningkatkan FiO2 4% dan
100.000 per tahun pada rentang usia 15-19 tahun nilai tersebut ditambahkan dengan nilai FiO2
dan meningkat menjadi 306 kasus per 100.000 pada room air yang besarnya 21 %. Dengan
per tahun pada rentang usia 75-84 tahun.1 pemberian oksigen melalui simple mask dimana
oksigen yang diberikan 8-10 liter maka besarnya
DEFINISI
Acute respiratory distress syndrome Address for corespondance :
merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan di &OHRSDV0DUWLQ5XPHQGH
bidang pulmonologi yang terjadi karena adanya Departement of Internal Medicine, Cipto
akumulasi cairan di alveoli yang menyebabkan Mangunkusumo National General Hospital Indonesia
Email : rumende_martin@yahoo.com
terjadinya gangguan pertukaran gas sehingga
distribusi oksigen ke jaringan menjadi berkurang. How to cite this article :
'H¿QLVL$5'6 PHQJDODPL SHUNHPEDQJDQ GDUL $&87(5(63,5$725<',675(66
waktu ke waktu. Adult Respiratory Distress SYNDROME

Indonesia Journal Chest Vol. 6, No. 2 Juli- Des. 2019 109


FiO2 adalah 100%. Kriteria ARDS menurut Acute Respiratory Distress Syndrome dapat
AECC adalah bila didapatkan perbandingan disebabkan oleh mekanisme langsung di paru
3D2),2 ”  PP+J VHGDQJNDQ ELOD maupun mekanisme tidak langsung di luar paru.
SHUEDQGLQJDQ 3D2),2 ”  PP+J VHVXDL Etiologi ARDS akibat kelainan primer paru
dengan ALI (Acute Lung Injury).1 dapat terjadi akibat aspirasi, pneumonia, inhalasi
Dalam penggunaan kriteria AECC tersebut, toksik, kontusio paru, sedangkan kelainan
terdapat beberapa keterbatasan sehingga ektraparu terjadi akibat sepsis, pankreatitis,
GH¿QLVL $5'6 GLSHUEDUXL SDGD WDKXQ  transfusi darah, trauma dan penggunaan obat-
dalam Kriteria Berlin. Berdasarkan Kriteria obatan seperti heroin (tabel 2). Penyebab ARDS
%HUOLQ$5'6GLGH¿QLVLNDQEHUGDVDUNDQZDNWX terbanyak adalah akibat pneumonia baik yang
gambaran foto toraks, penyebab edema paru, dan disebabkan oleh bakteri, virus, maupun jamur,
GHUDMDWKLSRNVHPLD'H¿QLVL$5'6EHUGDVDUNDQ dan penyebab terbanyak selanjutnya adalah
Kriteria Berlin dapat dilihat pada tabel 1. sepsis berat akibat infeksi lain di luar paru2,3.
Pada kriteria Berlin, PAWP tidak digunakan Beberapa faktor risiko yang diketahui dapat
lagi dalam kriteria diagnosis, demikian juga meningkatkan terjadinya ARDS adalah usia
dengan terminologi ALI dan digantikan dengan tua, jenis kelamin perempuan (terutama pada
pembagian subgrup ARDS berdasarkan tingkat kasus trauma), riwayat merokok, dan riwayat
keparahan hipoksemia.1 alkoholik. Skor APACHE (Acute Physiology
and Chronic Health Evaluation) yang semakin
7DEHO  'H¿QLVL $5'6 EHUGDVDUNDQ .ULWHULD besar juga meningkatkan risiko kejadian ARDS.
%HUOLQ  1
Saat ini faktor risiko yang sedang dipelajari
$FXWH5HVSLUDWRU\'LVWUHVV6\QGURPH
adalah faktor risiko genetik yaitu asosiasi antara
Waktu Gejala respirasi yang baru
variasi gen (gen FAS) dengan tingkat kejadian
dirasakan maupun yang
memberat, terjadi dalam 1
ARDS.2,3,4
minggu 7DEHO(WLRORJL$5'6
Foto toraks Opasitas bilateral, bukan
.HUXVDNDQ3DUX .HUXVDNDQ3DUX
disebabkan oleh efusi,
/DQJVXQJ 7LGDN/DQJVXQJ
atelektasis, maupun nodul
Pneumonia Sepsis
paru
Aspirasi cairan lambung Trauma
Sumber edema Disebabkan oleh kegagalan
Kontusio paru Fraktur multipel
respirasi, bukan disebabkan
Near drowning Flail chest
karena gagal jantung maupun
Trauma inhalasi Trauma kepala
kelebihan cairan
Luka bakar
Derajat hipoksemia
Transfusi
Ringan 200 mmHg < PaO2/FIO2 ”
Overdosis obat
300 mmHg dengan PEEP atau
Pankreatitis
&3$3•FP+2O
Pasca bypass
Sedang 100 mmHg < PaO2/FIO2 < kardiopulmonal
200 mmHg dengan PEEP > 5
cmH2O
Berat PaO2/FIO2”PP+J
GHQJDQ3((3•FP+2O
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI
Kelainan utama pada ARDS adalah adanya
LQÀDPDVL\DQJGLVHEDENDQROHKDNWLYDVLQHXWUR¿O
(7,2/2*,'$1)$.7255,6,.2 dan untuk mengerti patogenesisnya perlu
Adult Respiratory Distress Syndrome diperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan
GDSDW GLVHEDENDQ NDUHQD LQÀDPDVL LQIHNVL akumulasi cairan di interstitial paru dan di distal
gangguan vaskular, dan trauma di intratorakal alveolus dan mekanisme yang mengganggu
maupun ekstratorakal. Menentukan etiologi reabsorpsi cairan edema.3,4
ARDS sangat penting secara klinis agar Berdasarkan karakteristik gambaran
dapat dilakukan tatalaksana dengan tepat. histopatologinya, ARDS dibagi menjadi 3 fase

110 Indonesia Journal Chest Vol. 6, No. 2 Juli- Des. 2019


yaitu fase akut, fase subakut, dan fase kronis. peran yang penting. Studi yang ada membuktikan
Fase akut (hari 1-6) yaitu tahap eksudatif. Pada HIHN VLQHUJLVPH DQWDUD SODWHOHW GHQJDQ QHXWUR¿O
tahap ini terdapat edema intersitial dan alveolar yang menyebabkan kerusakan paru.
GHQJDQ DNXPXODVL QHXWUR¿O PDNURIDJ GDQ
sel darah merah, kerusakan endotel dan epitel .HUXVDNDQHSLWHODOYHROL
alveolus, serta membran hialin yang menebal Dalam patogenesisnya kerusakan endotel
di alveoli Fase selanjutnya adalah fase subakut saja tidak cukup menyebabkan ARDS.
KDUL   \DLWX WDKDS ¿EURSUROLIHUDWLI 3DGD Kerusakan sel epitel alveoli juga merupakan
fase ini, sebagian edema sudah direabsorpsi, faktor yang penting. Neutrophil berperan
proliferasi sel alveolus tipe II sebagai usaha dalam meningkatkan permeabilitas paraselular
XQWXN PHPSHUEDLNL NHUXVDNDQ GDQ LQ¿OWUDVL SDGD $5'6 'DODP NHDGDDQ QRUPDO QHXWUR¿O
¿EUREODVW GHQJDQ GHSRVLVL NRODJHQ )DVH dapat melintasi ruang paraselular dan menutup
terakhir adalah fase kronis (setelah hari ke-14) kembali intercellular junction sehingga barrier
yaitu tahap resolusi dimana sel mononuklear epitel dan ruang udara di distal alveoli tetap
dan makrofag banyak ditemukan di alveoli. XWXK 3DGD NRQGLVL SDWRORJLV QHXWUR¿O GDODP
Fibrosis dapat terjadi pada fase ini jumlah besar dapat merusak epitel alveoli
Proses terjadinya ARDS melibatkan PHODOXLPHGLDWRULQÀDPDVL\DQJGDSDWPHUXVDN
kerusakan pada endotel kapiler paru dan sel intercellular junction dan melalui mekanisme
epitel alveolus karena produksi mediator apoptosis atau nekrosis sel epitel.8
SURLQÀDPDVL ORNDO PDXSXQ \DQJ WHUGLVWULEXVL Sel alveolus tipe I (yang menyusun
melalui arteri pulmonalis. Hal ini menyebabkan 90% epitel alveoli) merupakan jenis sel yang
hilangnya integritas barrier alveolar-kapiler paling mudah rusak. Kerusakan sel tersebut
sehingga terjadi transudasi cairan edema yang menyebabkan masuknya cairan ke dalam
kaya protein.2-5 alveoli dan menurunnya bersihan cairan dari
rongga alveoli. Sel tipe II bersifat tidak mudah
.HUXVDNDQHQGRWHONDSLOHUSDUX rusak dan memiliki fungsi yang penting dalam
Kerusakan endotel kapiler paru berperan memproduksi surfaktan, transport ion, dan lebih
dalam terjadinya ARDS. Kerusakan endotel lanjut dapat berproliferasi dan berdiferensiasi
tersebut menyebabkan permeabilitas vaskular menjadi sel alveoli tipe I. Kerusakan pada kedua
meningkat sehingga terjadi akumulasi cairan sel tersebut menyebabkan penurunan produksi
yang kaya akan protein. Kerusakan endotel surfaktan dan penurunan elastisitas paru.8
ini dapat terjadi melalui beberapa mekanisme.
Mekanisme yang utama adalah terjadinya 5HVROXVLGDULLQÀDPDVLGDQHGHPDDOYHROL
NHUXVDNDQ SDUX PHODOXL NHWHUOLEDWDQ QHWUR¿O Proses resolusi yang dimulai pada fase
Pada ARDS (baik akibat infeksi maupun non- proliferatif merupakan hal penting yang
LQIHNVL  PHQ\HEDENDQ QHXWUR¿O WHUDNXPXODVL GL berpengaruh terhadap kesintasan pasien.8 Pada
PLNURYDVNXOHU SDUX 1HXWUR¿O \DQJ WHUDNWLYDVL tahap awal resolusi ARDS ditandai dengan
akan berdegranulasi dan melepaskan beberapa pembersihan cairan edema dari rongga alveoli,
mediator toksik yaitu protease, reactive oxygen dimana cairan tersebut akan direabsorpsi ke
speciesVLWRNLQSURLQÀDPDVLGDQPROHNXOSUR sistem limfatik paru, mikrosirkulasi paru dan
NRDJXODQ 0HGLDWRUPHGLDWRU LQÀDPDVL VHSHUWL rongga pleura. Pembersihan cairan edema dari
tumor necrosis factor, interleukin (IL)-1, IL- rongga alveoli membutuhkan transport aktif
6, IL-8 yang akan menyebabkan perekrutan sodium dan klorida yang akan membuat gradient
QHXWUR¿ONHSDUXGLPDQDQHXWUR¿OWHUVHEXWDNDQ osmosis sehingga air dapat direabsorpsi. Pada
teraktivasi dan menyebabkan pelepasan mediator kondisi ARDS, pembuangan cairan edema dari
toksik (reactive oxygen species dan protease). alveoli terjadi lebih lambat karena epitel alveoli
Hal tersebut akan menyebabkan kerusakan mengalami kerusakan. Beberapa pasien dapat
endotel kapiler dan epitel alveolar sehingga EHUODQMXW NHSDGD WDKDS ¿EURVLV \DQJ GLWDQGDL
terjadi edema alveolar.6,7 6HODLQ QHXWUR¿O GDODP ROHK KLODQJQ\D DUVLWHNWXU SDUX QRUPDO ¿EURVLV
patogenesis ARDS, platelet juga mempunyai difus, dan pembentukan kista.9

Indonesia Journal Chest Vol. 6, No. 2 Juli- Des. 2019 111


Disfungsi selular dan kerusakan yang terjadi 7$7$/$.6$1$
pada ARDS berdampak pada; Ketidaksesuaian :DODXSXQ WLGDN DGD WHUDSL \DQJ VSHVL¿N
antara ventilasi (V) dan perfusi (Q) yang XQWXN PHQJKHQWLNDQ SURVHV LQÀDPDVL
menyebabkan V/Q mismatching disertai dengan penanganan ARDS difokuskan pada 3
shunting; Hipertensi pulmonal; Penurunan hal penting yaitu mencegah lesi paru
elastisitas paru (stiff lungs  GDQ KLSHULQÀDVL iatrogenik, mengurangi cairan dalam paru dan
alveoli yang tersisa; Gangguan proses perbaikan mempertahankan oksigenasi jaringan. Ketiga
SDUX \DQJ QRUPDO \DQJ PHQ\HEDENDQ ¿EURVLV hal tersebut harus selalu diupayakan dalam
paru pada stadium lanjut.8 tatalaksana awal ARDS.6 Algoritma Tatalaksana
awal ARDS yang meliputi ventilasi mekanik
*$0%$5$1./,1,6'$1',$*126,6 dini, oksigenasi, dan penanganan asidosis dan
Gejala klinis ARDS ditandai dengan diuresis.
timbulnya sesak napas akut yang berkembang
dengan cepat setelah kejadian predisposisi 7HUDSL8PXP
seperti trauma, sepsis, overdosis obat, transfusi ‡ Prioritas utama dalam penanganan ARDS
masif, pankreatitis, maupun aspirasi. Pada DGDODKLGHQWL¿NDVLGDQPHQJDWDVLSHQ\DNLW
sebagain besar kasus faktor predisposisi ARDS yang mendasarinya. Contohnya pada pasien
jelas didapat, namun pada beberapa kasus dengan ARDS yang berkaitan dengan
(seperti pada overdosis obat) predisposisi ARDS sepsis, diperlukan langkah resusitasi sedini
VXOLWGLLGHQWL¿NDVL0DQLIHVWDVL$5'6EHUYDULDVL mungkin, antibiotik yang sesuai dan kontrol
tergantung pada penyakit predisposisi derajat sumber infeksi.10
injuri paru, dan ada tidaknya disfungsi organ ‡ Sedasi dengan kombinasi opiat
lainnya2-5. benzodiasepin, karena penderita akan
3DGD SHPHULNVDDQ ¿VLN DNDQ GLGDSDWNDQ memerlukan bantuan ventilasi mekanik
WHPXDQ \DQJ EHUVLIDW QRQVSHVL¿N VHSHUWL dalam jangka lama. Berikan dosis minimal
takipnea, takikardi dan kebutuhan FIO2 yang yang masih memberikan efek sedasi yang
semakin bertambah untuk menjaga agar adekuat.
saturasi oksigen tetap normal. Karena ARDS ‡ Memperbaiki hemodinamik untuk
sering terjadi pada sepsis, maka hipotensi meningkatkan oksigenasi dengan
dan tanda-tanda vasokonstriksi perifer (akral memberikan cairan, obat vasodilator/
dingin dan sianosis perifer) dapat ditemukan. konstriktor, inotropik atau diuretik4-6.
3DGDSHPHULNVDDQ¿VLVWRUDNVGDSDWGLWHPXNDQ ‡ Pada pasien ARDS, oleh karena terjadi
ronki basah bilateral. Suhu pasien dapat febris peningkatan permeabilitas vaskular
maupun hipotermia. Edema paru kardiogenik alveolar dan adanya edema alveolar, maka
harus dibedakan dengan ARDS. Pada ARDS pemberian cairan yang berlebihan akan
tidak didapatkan gejala dan tanda-tanda gagal menyebabkan perburukan. Manajemen
jantung (non-cardiac pulmonary edema) Tanda- cairan dengan pendekatan konservatif
tanda gagal jantung harus diperhatikan dengan pada ARDS telah terbukti memberikan
baik untuk menyingkirkan diagnosis tersebut perbaikan dalam berkurangnya jumlah hari
seperti peningkatan JVP, murmur, gallops, penggunaan ventilator.11
hepatomegali dan edema tungkai.2-5.
Gambaran foto toraks pada ARDS secara 2. Terapi Ventilasi4-6
XPXP EHUXSD RSDVL¿NDVL ELODWHUDO NRQVROLGDVL ‡ Ventilasi mekanik dengan intubasi
yang bisa simetris maupun asimetris disertai endotrakeal merupakan terapi yang
dengan air bronchogram. Diagnosis banding mendasar pada penderita ARDS bila
meliputi pneumonia terutama akibat aspirasi, ditemukan laju nafas > 30x/menit atau
perdarahan alveolar difus dan edema paru terjadi peningkatan kebutuhan FiO2 > 60%
karena penyebab lainnya6. (dengan menggunakan simple mask) untuk
mempertahankan PaO2 sekitar 70 mmHg
atau lebih dalam beberapa jam.

112 Indonesia Journal Chest Vol. 6, No. 2 Juli- Des. 2019


‡ /HELKVSHVL¿NODJLGDSDWGLEHULNDQYHQWLODVL ARDS yang mengalami hipoksia berat.
dengan rasio I:E terbalik disertai dengan Efek ini terjadi akibat berkurangnya
PEEP untuk membantu mengembalikan transpulmonary pressure gradient pada
cairan yang tertimbun di alveoli dan pasien dengan posisi pronasi.15,16
mengatasi mikro-atelektasis sehingga akan ‡ Inhalasi nitric oxide/prostasiklin akan
memperbaiki ventilasi dan perfusi (V/Q) menyebabkan dilatasi pembuluh darah di
‡ Tergantung tingkat keparahannya maka paru sehingga secara nyata memperbaiki
penderita dapat diberi ventilasi non- hipertensi pulmonal dan oksigenasi
invasif seperti CPAP, BIPAP atau Positive arteri. Pemberian nitric oxide tidak akan
Pressure Ventilation. Metode ini tidak berpengaruh terhadap tekanan darah
direkomendasikan bagi penderita dengan sistemik, namun demikian efek samping
penurunan kesadaran atau dijumpai adanya subproduk NO berupa peroksi nitrit dapat
peningkatan kerja otot pernafasan disertai menyebabkan kerusakan pada jaringan
peningkatan laju nafas dan peningkatan paru. Oleh karena itu pengunaannya sangat
PCO2 darah arteri. ketat yaitu pada keadaan ekstrem dimana
‡ Saat ini telah terbukti bahwa pemberian terjadi hipoksemia akut yang refrakter
volume tidal 10 - 15 ml/kg dapat terhadap tindakan suportif yang diberikan.
mengakibatkan kerusakan bagian paru Selain itu, inhalasi nitric oxide berhubungan
yang masih normal sehingga dapat terjadi dengan cedera ginjal akut.17
rupture alveolus, deplesi surfaktan dan
kerusakan pada membra alveolar-kapiler. 7HUDSLSHQ\DNLWGDVDU
Beberapa penelitian telah menunjukkan Terapi penyakit dasar ARDS tergantung
bahwa ventilasi mekanik dengan volume dari penyebabnya dimana penyebab tersering
tidal yang rendah sekitar 4-6 ml/kgBB adalah infeksi baik di paru maupun di luar
dan plateau pressure antara 25-30 cmH2O paru. Untuk infeksi paru sendiri karena
dapat menurunkan mortalitas pada ALI ARDS merupakan bagian dari kondisi sepsis
dan ARDS.12 Ventilasi protektif paru ini yang berat maka dalam pemilihan antibiotik
akan menjaga barrier dari endotel dan dianjurkan dengan kombinasi dua antibiotik dari
epitel alveolar dengan cara mencegah golongan yang berbeda yang mempunyai efek
overdistensi alveolar yang merupakan salah antipseudomonas. Kombinasi tersebut misalnya
satu penyebab utama teradinya cedera paru dari golongan sefalosporin yang mempunyai efek
akibat ventilator.13,14 antipseudomonas (seftasidim, sefoperazon) atau
‡ Untuk memperkecil risiko barotrauma golongan karbapenem (imipenem, meropenem)
dapat dipakai mode Pressure Control diberikan bersama dengan golongan kuinolon
‡ Pemeriksaan AGD (Analisa Gas Darah) VLSURÀRNVDVLQ OHYRÀRNVDVLQ  DWDX GHQJDQ
dipakai sebagai parameter keberhasilan dan golongan aminoglikosid (Amikin). Untuk
panduan terapi. meningkatkan angka keberhasilan pengobatan
‡ Restriksi cairan dan diuresis yang cukup maka antibiotik tersebut harus diberikan sedini
akan mengurangi peningkatan tekanan mungkin (< 4 jam) sejak diagnosis pneumonia
hidrostatik di kapiler paru dan mengatasi ditegakkan. Untuk penyakit dasar lain yang
kelebihan cairan paru (lung water). Akan potensial dapat diatasi yaitu pada ARDS akibat
tetapi harus diingat bahwa dehidrasi yang overdosis obat yang diatasi dengan pemberian
berlebihan akan menurunkan perfusi antidotumnya bila ada, pada TB yang berat,
jaringan dan mencetuskan gagal ginjal. LPPXQH UHFRQVWLWXWLRQ LQÀDPDWLRQ V\QGURPH
‡ Prone position akan memperbaiki (IRIS) dan juga pada ARDS akibat infeksi
V/Q karena akan mengalihkan cairan pneumocystic jiroveci, pada semua keadaan
darah sehingga tidak terjadi atelektasis. tersebut selain terapi untuk penyakit dasarnya
Prone ventilation berhasil menunjukkan diberikan juga terapi tambahan dengan steroid.
perbaikan pada kadar oksigenisasi yang
akan meningkatkan luaran dari pasien

Indonesia Journal Chest Vol. 6, No. 2 Juli- Des. 2019 113


4. Targeted Drug Treatment virus yang berat. Penggunaan EMCO untuk
Terapi target difokuskan pada regresi lesi ARDS hasilnya masih kontroversial dan
patologi dn mengurangi jumlah cairan dalam membutuhkan penelitan lebih lanjut.19,20
paru, namun sayangnya tidak ada bukti objektif ‡ 3HQJJXQDDQ DJRQLV ȕ LQWUDYHQD WHODK
akan keberhasilan metode tersebut (tabel 3)2-6 diteliti pada pasien dengan ARDS, namun
‡ Surfaktan sintetik secara aerosol ternyata hasulnya masih kontroversial. Sebuah uji
bermanfaat untuk ARDS pada neonatus, acak terkendali menunjukkan salbutamol
tetapi tidak pada ARDS. intravena tidak memiliki dampak baik pada
‡ Kortikosteroid diberikan untuk mengurangi ARDS dan dapat menyebabkan efek buruk
UHDNVL LQÀDPDVL SDGD MDULQJDQ SDUX dengan peningkatan mortalitas.21
terutama pada ARDS akibat TB yang berat,
infeksi pneumocystic jiroveci dan pada 7DEHO5HNRPHQGDVL7HUDSL$5'6
,5,63DGDLQÀDPDVLDNLEDWSHQ\DNLWGDVDU Terapi 5HNRPHQGDVL
yang lain pemberian steroid menunjukkan Ventilasi mekanik A
Volume tidal rendah B
hasil yang tidak memuaskan, sehingga
Minimalisasi ¿OOLQJSUHVVXUH C
tidak direkomendasikan pada ARDS
atrium kiri
terutama pada fase awal. Beberapa sumber
PEEP tinggi, “open lung” C
menyarankan pemberian metilprednisolon Posisi pronasi
secara pulsed untuk mencegah fase Recruitment maneuvers C
¿EURVLV \DQJ GHVWUXNWLI 6HEXDK UHYLHZ Ventilasi dengan frekuensi D
sistematis dan meta analisis oleh Ruan dkk tinggi
menyimpulkan bahwa kortikosteroid dapat ECMO (Extracorporeal C
berbahaya pada beberapa pasien dan untuk Membrane Oxygenation)
tidak digunakan secara rutin pada ARDS.18 Blokade neuromuscular dini A
‡ Pemberian N-asetil-sistein banyak Terapi glukokortikoid D
memberikan harapan namun masih dalam Terapi surfaktan (inhalasi D
penelitian NO, inhalasi epoprostenol,
‡ Ketokonazol diharapkan dapat menghambat ketokonazol)
pelepasan TNF oleh makrofag, tetapi masih
diperlukan penelitian dalam jumlah sampel ‡ .HWHUDQJDQ. Rekomendasi Terapi A:
yang lebih besar rekomendasi berdasarkan bukti klinis yang
‡ Diuretik ditujukan untuk mencegah kuat berdasarkan randomized clinical trial.
kelebihan cairan, dan hanya diberikan B: rekomendasi terapi dengan beberapa
bila eksresi cairan oleh ginjal terganggu. keterbatasan. C: rekomendasi hanya sebagai
Dengan demikian penggunaan diuretik terapi alternatif, dengan bukti klinis yang
tidak rutin, karena tidak sesuai dengan belum jelas D: tidak direkomendasikan.
patogenesis ARDS.
‡ Transfusi darah diperlukan untuk menjaga .203/,.$6,
kadar Hb lebih dari 10 gr%, tetapi Komplikasi yang mungkin timbul pada
mengingat kemungkinan terjadinya TRALI ARDS dan yang berkaitan dalam tatalaksananya
(Transfusion-Related Acute Lung Injury) adalah barotrauma akibat penggunaan PEEP atau
maka tranfusi hanya diberikan bila ada CPAP yang tinggi, komplikasi saluran napas atas
oksigenasi jaringan yang inadekuat akibat ventilasi mekanik jangka panjang seperti
‡ Extracorporeal Membrane Oxygenation edema laring dan stenosis subglotis, risiko infesi
(ECMO) adalah suatu sistem prolonged nosokomial yang meningkat (VAP (Ventilator-
cardiopulmonary bypass yang banyak Associated Pneumonia), infeksi saluran kemih,
berhasil mengobati bayi baru lahir yang ÀHELWLV ,QIHNVL QRVRNRPLDO WHUVHEXW WHUMDGL
mengalami gagal nafas akibat aspirasi pada 55% kasus ARDS), gagal ginjal terutama
mekonium, hernia diafragma dan infeksi pada konteks sepsis, multisystem organ failure,

114 Indonesia Journal Chest Vol. 6, No. 2 Juli- Des. 2019


miopati yang berkaitan dengan blokade Sepsis Campaign: international guidelines
neuromuskular jangka panjang, tromboemboli for management of sepsis and septic shock:
vena, perdarahan saluran cerna dan anemia. 2016. Crit Care Med 2017; 45: 486-552.
11. Wiedemann HP, Wheeler AP, Bernard GR,
PROGNOSIS Thompson BT, Hayden D, deBoisblanc B,
Pembagian subgroup ARDS berdasarkan HWDO&RPSDULVRQRIWZRÀXLGPDQDJHPHQW
kriteria Berlin menjadi prediktor prognosis. strategies in acute lung injury. N Engl J
ARDS ringan, sedang, dan berat berkaitan Med 2006;354(24):2564-75.
dengan meningkatnya angka mortalitas masing- 12. Brower RG, Matthay MA, Morris A,
masing 27%, 32%, and 45% dan meningkatnya Schoenfeld D, Thompson BT, Wheeler A.
durasi penggunaan ventilasi mekanik.4-6 Ventilation with lower tidal volumes as
compared with traditional tidal volumes for
'$)7$53867$.$ acute lung injury and the acute respiratory
1. $5'6 'H¿QLWLRQ 7DVN )RUFH $FXWH distress syndrome. N Engl J Med 2000
Respiratory Distress Syndrome, The Berlin May;342(18):1301-8.
'H¿QLWLRQ-$0$   13. Parsons PE, Eisner MD, Thompson BT,
2. Matthay MA, Zemans RL. The Acute Matthay MA, Ancukiewicz M, Bernard GR,
Respiratory Distress Syndrome: et al. Lower tidal volume ventilation and
Pathogenesis and Treatment. Annu Rev SODVPD F\WRNLQH PDUNHUV RI LQÀDPPDWLRQ
Pathol. 2011;6:147-63. in patients with acute lung injury. Crit Care
3. Pierrakos C, Karanikolas M, Scoletta Med 2005;33(1):1-6.
S, Karamouzos V, Velissaris D. Acute 14. Meade MO, Cook DJ, Guyatt GH,
Respiratory Distress Syndrome: Slutsky AS, Arabi YM, Cooper DJ, et
Pathophysiology and Theurapeutic al. Ventilation strategy using low tidal
Options. J Clin Med Res. 2011;4(1):7-16. volumes, recruitment maneuvers, and high
4. Koh Y. Update in Acute Respiratory positive end-expiratory pressure for acute
Distress Syndrome. Journal of Intensive lung injury and acute respiratory distress
Care. 2014;2:2. syndrome: a randomized controlled trial.
5. Amin Z. Acute Respiratory Distress JAMA 2008;299(6):637-45.
Syndrome. In: Dahlan Z, Amin Z, Soeroto 15. Guérin C, Reignier J, Richard JC, Beuret
AY, editors. Tatalaksana Penyakit Respirasi P, Gacouin A, Boulain T, et al.Prone
dan Kritis Paru. Bandung: PERPARI positioning in severe acute respiratory
(Perhimpunan Respirologi Indonesia); 2013. distress syndrome. N Engl J Med 2013;
6. Bruce D. Levy, Augustine M. K. Choi. 368(23):2159-68.
Acute Respiratory Distress Syndrome. In: 16. Cornejo RA, Díaz JC, Tobar EA, Bruhn
Kasper, Fauci, Longo, Hauser, Jameson, AR, Ramos CA, González RA, et al. Effects
Loscalzo, editors. Harrison’s Principles of of prone positioning on lung protection
Internal Medicine 19ed. New York: Mc- in patients with acute respiratory distress
Graw Hill; 2015. syndrome. Am J Respir Crit Care Med
7. Ware LB, Matthay MA. The acute 2013;188(4):440-8.
respiratory distress syndrome. N Engl J 17. *ULI¿WKV 0- (YDQV 7: ,QKDOHG QLWULF
Med 2000; 342(18):1334-49. oxide therapy in adults. N Engl J Med
8. Thompson BT, Chambers RCC, Liu KD. 2005;353:2683-95.
Acute Respiratory Distress Syndrome. 18. Ruan SY, Lin HH, Huang CT, Kuo PH, Wu
9. Matthay MA, Zemans RL. The Acute HD, Yu CJ. Exploring the heterogeneity
Respiratory Distress Syndrome: of effects of corticosteroids on acute
Pathogenesis and Treatment. Annu Rev respiratory distress syndrome: a systematic
Pathol 2011;6:147-63. review and meta-analysis. Crit Care 2014;
10. Rhodes A, Evans LE, Alhazzani W, Levy 18(2):R63.
MM, Antonelli M, Ferrer R, et al. Surviving

Indonesia Journal Chest Vol. 6, No. 2 Juli- Des. 2019 115


19. Combes A, Bacchetta M, Brodie D, Müller
T, Pellegrino V. Extracorporeal membrane
oxygenation for respiratory failure in
adults. Curr Opin Crit Care 2012;18(1):99-
104.
20. Combes A, Bréchot N, Luyt CE, Schmidt
M. What is the niche for extracorporeal
membrane oxygenation in severe acute
respiratory distress syndrome?. Curr Opin
Crit Care 2012;18(5):527-32.
21. Gao Smith F, Perkins GD, Gates S, Young
D, McAuley DF, Tunnicliffe W, Khan Z,
/DPE6((IIHFWRILQWUDYHQRXVȕDJRQLVW
treatment on clinical outcomes in acute
respiratory distress syndrome (BALTI-2):
a multicentre, randomised controlled trial.
Lancet 2012;379(9812):229-35.

116 Indonesia Journal Chest Vol. 6, No. 2 Juli- Des. 2019

Anda mungkin juga menyukai