Pasal 7d yang berbunyi “Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makluk insani”. Penjelasan dan Pedoman Pelaksanaan dari pasal tersebut yaitu segala perbuatan
dokter terhadap pasien bertujuan untuk memelihara kesehatan dan kebahagiannya. Dengan sendirinya
ia harus mempertahankan dan memelihara kehidupan manusia. Kadang-kadang dokter terpaksa harus
melakukan operasi atau cara pengobatan tertentu yang membahayakan. Hal ini dapat dilakukan asal
tindakan ini diambil setelah mempertimbangkan masak-masak bahwa tidak ada jalan/cara lain untuk
menyelamatkan jiwa selain pembedahan. Sebelum operasi dimulai, perlu dibuat persetujuan tertulis
lebih dahulu atau dari keluarga (informed consent). Sesuai peraturan Menteri Kesehatan tentang
informed consent, batas umur yang dapat memberi informed consent adalah 18 tahun.
Sumber: Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Kode
Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman Pelaksanaan Kode Etik Kedokteran Indonesia. Jakarta; 2002.
Seperti yang telah disebutkan diatas, seorang dokter harus memberikan penjelasan kepada
pasien berupa diagnosis dan tatacara medis, tujuan tindakan medis, resiko tindakan medis, dan
perkiraan penyembuhan pasca operasi. Hal tersebut tercantum pada ayat (2) pasal 45 UU No. 29
Tahun 2009 tentang praktik kedokteran.
Sumber: Pakendek A. Informed Consent dalam Pelayanan Kesehatan. Jawa Timur: Al Ihkam;
2010.
Umumnya urutan orang yang dapat memberikan proxy consent adalah suami atau istri, anak
yang sudah dewasa (umur 18 tahun atau sudah menikah), orang tua, saudara kandung, dll.
Informed consent tidak berlaku pada lima keadaan berikut (yang memerlukan proxy consent):
Sumber: Wrigley A. Proxy Consent: Moral Authority Misconceived. Keele: J Med Ethics; 2007.