KLASIFIKASI
1) Berdasarkan stadium & pertimbangan waktu:
a) TIA (Transient Ischemic Attack): gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu < 24
jam
b) RIND (Reversible Ischemic Neurological Deficit): gejala neurologik yang timbul akan menghilang
dalam waktu > 24 jam hingga ≤ 21 hari
c) SIE (Stroke in Evolution) atau Progressive Stroke: gejala neurologik makin lama makin memberat
d) Completed Stroke: gejala klinis sudah menetap
2) Berdasarkan patologi anatomi & penyebabnya:
a) Stroke Iskemik: stroke lakunar, stoke trombosis, stroke emboli, stroke kriptogenik
b) Stroke Hemoragik: perdarahan intraserebral, perdarahan subarakhnoid
3) Berdasarkan sistem pembuluh darah: sistem karotis dan sistem vertebro basilar
Gejala Klinis
Defisit neurologis nonfokal: kelemahan tubuh secara menyeluruh, sensasi kepala terasa ringan, perubahan
atau penurunan tingkat kesadaran dengan/atau gangguan penglihatan pada kedua mata, inkontinensia
urin atau feses, kebingungan, dan tinitus.
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Secara umum, gejala neurologis yang diakibatkan oleh TIA tergantung pada pembuluh darah otak yang
mengalami gangguan, yaitu sistem karotis atau vertebrobasilaris.
1. Disfungsi neurologis fokal yang sering ditemukan berupa:
a. Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai (hemiparesis, hemiplegi)
b. Gangguan sensorik pada salah satusisi wajah, lengan, dan tungkai (hemihipestesi, hemi-anesthesi)
c. Gangguan bicara (disartria)
d. Gangguan berbahasa (afasia)
e. Gejala neurologik lainnya:
f. Jalan sempoyongan (ataksia)
g. Rasa berputar (vertigo)
h. Kesulitan menelan (disfagia)
i. Melihat ganda (diplopia)
j. Penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kwadran- anopsia)
2. Gangguan tersebut terjadi mendadak, dan biasanya berlangsung dalam waktu yang singkat (beberapa
menit), jarang sampai lebih dari 1-2 jam, diikuti kesembuhan total tanpa gejala sisa.
3. Diperlukan anamnesis yang teliti tentang faktor risiko TIA/stroke
Non Modifable Modifable, well-documented Modifable, less well-
documented
Umur: usia >55 tahun Hipertensi Migren dengan aura
Jenis kelamin: pria lebih Merokok Sindroma metabolik
rentan Diabetes Alkohol
BBLR (Berat Badan Lahir Dislipidemia Salah guna obat
Rendah) Fibrilasi atrial Gangguan nafas (sleep-
Ras: asia Stenosis karotis asimtomatik disordered breating)
Riwayat keluarga stroke/TIA Terapi hormon pasca Hiperhomosis teinemia
menopause Hiperlipoprotein-a
Kontrasepsi oral Hiperkoagulabilitas
Diet/nutrisi Inflamasi dan infeksi
Inaktivitas fisik
Obesitas
Penyakit kardiovaskular
(jantung koroner, penyakit
pembulih darah tepi)
Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum: Terutama pemeriksaan tekanan darah, frekuensi nadi dan pernafasan, jantung,
bising karotis/subklavia, dan tanda vital lainnya.
2. Pemeriksaan neurologis: Terutama untuk menemukan adanya tanda defisit neurologis berupa status
mental, motorik, sensorik sederhana dan kortikal luhur, fungsi serebelar, dan otonomik.
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan standar dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder:
a. CT scan kepala (atau MRI)
b. EKG (elektrokardiografi)
c. Elektrolit serum
d. Tes faal ginjal
e. Darah lengkap, Kadar gula darah, kolesterol
f. Faal hemostasis
Catatan: CT scan atau MRI kepala pada pasien TIA biasanya tidak menunjukkan kelainan
serebrovaskular, kecuali dengan teknik khusus, misalnya perfusion CT, atau diffusion weighted MRI
(DWI).
2. Pemeriksaan lain (sesuai indikasi):
a. Foto toraks: emboli kardiogenik
b. Tes faal hati
c. Ekokardiografi (jika diduga emboli kardiogenik)
d. TCD (transcranial Doppler)
e. EEG (elektro-ensefalografi)
Tata Laksana
Bila mendapat serangan TIA, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit agar mendapatkan pemeriksaan
untuk menemukan penyebab dan penanganan lebih lanjut. Bila skor ABCD2 > 5, pasien harus segera
mendapat perawatan seperti perawatan pasien stroke iskemik akut.
Tekanan darah tinggi, penyakit jantung, diabetes dan penyakit gangguan darah harus segera diterapi.
Untuk mencegah berulangnya TIA dan serangan stroke, perlu diberikan obat antiplatelet, misalnya
aspirin (75-300 mg/hari dengan/tanpa dipyridamole), asetosal, clopidogrel, dipyridamole, cilostazol.
Pada stenosis karotis, mungkin diperlukan tindakan carotid endarterectomy atau carotid angioplasty.
Jika ada fibrilasi atrial, mungkin diperlukan antikoagulan oral, misalnya warfarin, rifaroxaban,
dabigatran, apixaban.
STROKE
Definisi
Stroke adalah defisit neurologis fokal (atau global) yang terjadi mendadak, berlangsung lebih dari 24 jam
dan disebabkan oleh faktor vaskuler.
Patofisiologi
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Gejala awal serangan stroke terjadi mendadak (tiba-tiba), yang sering dijumpai adalah
1. Kelemahan atau kelumpuhan salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai (hemiparesis, hemiplegi)
2. Gangguan sensorik pada salah satu sisi wajah, lengan, dan tungkai (hemihipestesi, hemianesthesi)
3. Gangguan bicara (disartria)
4. Gangguan berbahasa (afasia)
5. Gejala neurologik lainnya seperti jalan sempoyongan (ataksia), rasa berputar (vertigo), kesulitan
menelan (disfagia), melihat ganda (diplopia), penyempitan lapang penglihatan (hemianopsia, kwadran-
anopsia)
Catatan:
Kebanyakan penderita stroke mengalami lebih dari satu macam gejala diatas. Pada beberapa penderita
dapat pula dijumpai nyeri kepala, mual, muntah, penurunan kesadaran, dan kejang pada saat terjadi
serangan stroke.
Untuk memudahkan pengenalan gejala stroke bagi masyarakat awam, digunakan istilah FAST (Facial
movement, Arm Movement, Speech, Time: acute onset). Maksudnya, bila seseorang mengalami kelemahan
otot wajah dan anggota gerak satu sisi, serta gangguan bicara, yang terjadi mendadak, patut diduga
mengalami serangan stroke. Keadaan seperti itu memerlukan penanganan darurat agar tidak
mengakibatkan kematian dan kecacatan. Karena itu pasien harus segera dibawa ke rumah sakit yang
memiliki fasilitas untuk penanganan tindakan darurat bagi penderita stroke. Seperti halnya TIA, pada
stroke diperlukan anamnesis yang teliti tentang faktor risiko TIA/stroke.
Faktor Risiko
Sama dengan TIA
Pemeriksaan Fisik
BELOM BERES!!!