BAB I Makalah Asma
BAB I Makalah Asma
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit alergi dan masih menjadi masalah
kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi dan angka rawat inap
penyakit asma bronkial di negara maju dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di Indonesia
belum ada data epidemiologi yang pasti namun diperkirakan berkisar 3-8%. Beberapa Faktor
risiko untuk timbulnya asma bronkial telah diketahui secara pasti, antara lain: riwayat keluarga,
tingkat social ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, letak geografi tempat tinggal,
memelihara anjing atau kucing dalam rumah, terpapar asap rokok.
Asma bronkial dikelompokkan menjadi dua subtype intrinsik dan ekstrinsik, namun
terminologi ini telah ditinggalkan dan saat ini dikenal sebagai asma bronkial atopi dan non atopi
berdasarkan adanya tes kulit yang positif terhadap alergen dan ditemukan adanya peningkatan
imunoglobulin (Ig) E dalam darah. Sekitar 80% penderita asma bronkial adalah asma atopi dan
telah dibuktikan bahwa bahwa tes kulit mempunyai korelasi yang baik dengan parameterparameter atopi.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan umum
Tujuan Khusus
Yaitu agar pembaca mengetahui dan memahami tentang anatomi dan fisiologi sistem Respirasi,
definisi Asma, etiologi Asma, Patofisiologi Asma, manifestassi klinik Asma, Penatalaksanaan
Asma, serta Asuhan Keperawatan yang hrus di berikan kepada klien dengan Asma
C. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode narasi yaitu
dengan cara mengumpulkan data dan mencari sumber-sumber yang mendukung.
D. Ruang Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membahas tentang penyakit Asma dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan dan di ambil dari berbagai sumber baik dari buku
maupun dari website serta penulis membatasi topik pada materi Asma, pembahasan mengenai :
a. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi
b. Definisi Asma
c. Etiologi Asma
d. Patofisiologi Asma
e. Manifestassi klinik Asma
f. Komplikasi Asma
g. Penatalaksanaan Medis
h. Asuhan Keperawatan
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah tentang Asma ini terdiri dari 3 BAB, masing-masing BAB
terdiri dari sub-sub bahasan yaitu:
1.
BAB 1 Pendahuluan
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup, dan
sistematika penulisan.
2.
BAB 2 Pembahasan
Terdiri dari, anatomi dan fisiologi jantung, definisi Asma, etiologi Asma, patofisiologi
Asma, manifestassi klinik Asma, komplikasi Asma, penatalaksanaan Medis, asuhan keperawatan.
3.
BAB 3
Terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi
Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk
pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang
digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma
menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya.
Pernapasan adalah :
1. Kegiatan mengambil udara (inspirasi) dan mengeluarkan udara (ekspirasi) melalui alat
pernapasan.
2. Pertukaran gas antara sel dengan lingkungan (respirasi eksternal).
a. Mekanisme Respirasi
Meliputi proses :
Proses inspirasi dan ekspirasi melibatkan kontraksi relaksasi otot-otot tulang rusuk dan otot
diafragma.
Adapun macam - macam pernafasan antara lain :
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada berlangsung dalam 2 tahap, yaitu :
Inspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat,
volume rongga dada membesar, paru-paru mengembang, sehingga tekanan udaranya
menjadi lebih kecil dari udara atmosfer, sehingga udara masuk.
Ekspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berelaksasi, tulang rusuk akan tertarik
ke posisi semula, volume rongga dada mengecil, tekanan udara rongga dada meningkat,
tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dari udara atmosfer, akibatnya udara keluar.
2. Pernapasan perut
Pernapasan perut berlangsung dalam dua tahap, yaitu :
Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi
menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan rongga dada, sehingga
volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat sehingga udara dalam paruparu keluar. Pernapasan perut umumnya terjadi saat tidur.
Tahap inspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berkontraksi. Volume
rongga dada dan paru-paru meningkat ketika diafragma bergerak turun ke bawah dan sangkar
tulang rusuk membesar. Tekanan udara dalam paru-paru akan turun di bawah tekanan udara
atmosfer, dan udara akan mengalir ke dalam paru-paru.
Ekspirasi
Tahap ekspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berelaksasi. Volume
rongga dada dan paru-paru mengecil ketika diafragma bergerak naik dan sangkar tulang rusuk
mengecil. Tekanan udara dalam paru-paru akan naik melebihi tekanan udara atmosfer, dan udara
akan mengalir keluar dari paru-paru.
b. Organ-Organ Sistem Pernafasan Manusia
Organ-organ pernafasan manusia terdiri dari :
Hidung
Faring
Laring
Trakea
Bronkus
Bronkiolus
Alveolus
Laring
Laring adalah pangkal tenggorokan, terdiri atas kepingan tulang rawan membentuk jakun
dan terdapat celah menuju batang tenggorok (trakea) disebut glotis, di dalamnya terdapat pita
suara dan beberapa otot yang mengatur ketegangan pita suara sehingga timbul bunyi.Berfungsi
untuk menyalurkan udara dari faring ke trakea.
Trakea
Berupa pipa yang dindingnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu lapisan luar terdiri atas jaringan
ikat, lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan, dan lapisan dalam terdiri atas
jaringan epitelium besilia. Terletak di leher bagian depan kerongkongan.
Bronkus
Merupakan percabangan trakea yang menuju paru-paru kanan dan kiri. Struktur bronkus
sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus. Kedudukan bronkhus kiri lebih mendatar
dibandingkan bronkus kanan, sehingga bronkhus kanan lebih mudah terserang penyakit.
Bronkiolus
Bronkheolus adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih halus dan dindingnya
lebih tipis. Bronkheolus kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3, percabangan ini akan
membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.
Alveolus
Berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara, dindingnya tipis
setebal
selapis
sel,
lembab
dan
berlekatan
dengan
kapiler
darah.
Alveolus berfungsi sebagai permukaan respirasi, luas total mencapai 100 m2 (50 x luas
permukaan tubuh) cukup untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.
Jenis kelamin
Usia
Kondisi fisik
Di dalam darah, O2 sebagian besar (98%) diikat oleh Hb yang terdapat pada Eritrosit
menjadi Oksihemoglobin (HbO2).
Selain diikat oleh Hb, sebagian kecil O2 larut di dalam plasma darah (2%).
Setelah berada di dalam darah, O2 kemudian masuk ke jantung melalui vena pulmonalis
untuk diedarkan ke seluruh tubuh yang membutuhkan.
Pengangkutan CO2
Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam
darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan.
Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 :
Ketika O2 di dalam darah berdifusi ke jaringan, maka CO 2 di jaringan akan segera masuk
ke dalam darah.
Ketika CO2 berada di dalam darah sebagian besar (70%) CO 2 akan diubah menjadi ion
bikarbonat(HCO3)
Di dalam darah, CO2 di bawa ke jantung, kemudian oleh jantung CO 2 dalam darah
dipompa ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.
Kontrol Pernafasan
Pusat pengaturan pernafasan adalah medulla oblongata dan pons. Dimana ketentuannya
antara lain :
2.Pada kondisi tertentu frekuensi respirasi dapat meningkat atau menurun bergantung
kondisi.
3.Yang menaikkan atau menurunkan kecepatan respirasi adalah medulla oblongata dan
pons.
B. Defenisi Asma
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh
periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996).
Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme
yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996).
Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan
bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon.
trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan
nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (The American Thoracic Society).
C. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma
1.
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana
cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga
dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu
hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
Alergen
Faktor predisposisi
Stress.
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera
diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya
belum bisa diobati.
Lingkungan kerja.
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan,
industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani
atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora
jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap
alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas,
maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi
saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan
berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa
pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asthma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik
dan non-alergik.
D. Patofisiologi
Asthma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap bendabenda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asthma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast
yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen
bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan
mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat
(yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus
sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran men geluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
E. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada
sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan
tidak ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat,
dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :
1. Tingkat I :
Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru.
Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di
laboratorium.
2.Tingkat II :
Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda
obstruksi jalan nafas.
Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.
3.Tingkat III :
Tanpa keluhan.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas.
Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.
4. Tingkat IV :
Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing.
Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.
5. Tingkat V :
Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat
bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai.
Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma yang
berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran,
penderita tampak letih, takikardi.
F. Komplikasi
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang men gancam
jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan. Pada kasus seperti ini, kerja pernapasan
sangat meningkat. Apabila kerja pernapasan sangat meningkat, kebutuhan oksigen juga
meningkat,karena individu yang mengalami asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen
normalnya, individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi
yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan spasme bronkiolus,
pembengkakan bronkiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menyebabkan pneumotoraks
akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan, dapat terjadi
asidosis respiratorik, gagal napas, dan kematian.
G. Penatalaksanan Klinis
1. Pengobatan non farmakologik:
Memberikan penyuluhan.
Menghindari faktor pencetus.
Pemberian cairan.
Fisiotherapy.
Beri O2 bila perlu.
2. . Pengobatan farmakologik :
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya
adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersamasama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis
dua
kali
1mg
/
hari.
Keuntungnan
obat
ini
adalah
dapat diberika secara oral.
H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang
bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas
yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
Pemeriksaan darah.
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia,
atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan
terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan
menurun pada waktu bebas dari serangan.
2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin
bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat
bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
3. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi
menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
dengan
berbagai
alergen
yang
dapat
4. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan
disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch
block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya
depresi segmen ST negative.
5. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan
asma tidak menyeluruh pada paru-paru.
6. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan
sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan
spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20%
menunjukkan diagnosis asthma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%.
Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk
menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan
spirometrinya menunjukkan obstruksi.
I.
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Riwayat kesehatan yang lalu:
a.Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan.
c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas/Istirahat
a. Gejala : Keletihan, kelelahan,malaise, etidakmampuan melakukan aktivitas karena
sulit bernapas, adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari, tidur dalam posisi duduk tinggi.
b. Tanda : Keletihan, gelisah, insomia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.
3. Sirkulasi
a. Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.
b. Tanda : Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia, distensi
vena leher, edema dependen tidak berhubungan dengan penyakit jantung, bunyi jantung redup,
warna
kuli/membrane
mukosa
;
normal/abuabu
/sianosis, kuku tabuh dan
sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.
4. Integritas Ego
a. Gejala : peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup.
b.Tanda : Ansietas, kekakuan, dan peka ransangan.
5. Makanan/Cairan
a. Gejala : Mual/muntah, anoreksia, ketidak mampuan untuk makan karena distress pernapasan,
penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan menunjukan edama (bronkitis).
b.Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan BB, penurunan massa
otot/lemak sub kutan, palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali.
6. Higiene
a. Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas seharihari.
b. Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.
7. Pernapasan
a. Gejala : Napas pendek khusus nya pada saat kerja; cuaca atau episode berulangnya sulit napas
(asma); rasa dada tertekan, ketidak mampuan untuk bernapas (asma), lapar udara kronis, batuk
menetap dg produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan
berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih, atau kuning) dapat
banyak sekali (bronchitis kronis).
b. Tanda ; Pernapasan bias cepat bias lambat, penggunaan otot bantu napas, dada terlihat
hiperinflasi.
8. Keamanan
a. Gejala : Riwayat reaksi alergi dan sensitive
adanya/berulangnya infeksi, kemerahan/berjeringat (asma).
terhadap
zat/factor
lingkungan,
9. Seksual
a. Gejala : Penurunan libido
10. Interaksi Sosial
a. Gejala : Hubungan keterganrungan, kurang system pendukung, kegagalan dukungan
dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit lama/ketidak mampuan membaik.
b. Tanda : Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernapasan,
keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.
11. Penyuluhan/Pembelajaran
a. Gejala ; Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan menghentikan merokok,
Penggunaan alcohol secara teratur, kegagalan untuk membaik.
b. Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat : 5,9 hari
c. Rencana Pemulangan : Bantuan dalam berbelanja, transportasi, kebutuhan perawatab diri,
perawatan rumah/mempertahankan tugas rumah, perubahan pengobatan atau program terapeutik.
b. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mucus, bronkospasme,
peningkatan produksi secret, penurunan energi/kelemahan.
2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi
c. Intervensi
Dx 1 :
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus.
Tujuan :
Jalan nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing
berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik.
Intervensi :
Mandiri :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi.
Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas
redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat).
b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi.
Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan
selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi
memanjang dibanding inspirasi.
c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran.
Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan
gravitasi.
d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk
keefektipan memperbaiki upaya batuk.
Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit
akut/kelemahan.
e. Berikan air hangat.
Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.
Kolaborasi :
f. berikan obat sesuai indikasi.
Bronkodilator spiriva (inhalasi).
Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.
Dx 2 :
Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.
Tujuan :
Pola nafas kembali efektif.
Kriteria hasil :
Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang,
ekspansi paru mengembang.
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk
penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal.
Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat
gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing.
Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan.
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi.
e. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk.
Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah
ketidak nyaman upaya bernafas.
Kolaborasi :
f. Berikan oksigen tambahan
Rasional : dapat memperbaiki/mencegah hipoksia.
g. Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer
Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban
pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret.
h. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri
Rasional : PaCO2 biasanya meningkat Dan PaO2 secara umum menurun, sehinga hipoksia
terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar.
Diagnosa 3 :
Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil :
Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien
menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam
batas normal.
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva).
Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya.
b. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan
keperawatan.
d. Timbang berat badan dan tinggi badan.
Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi.
e. Anjurkan klien minum air hangat saat makan.
Rasional : air hangat dapat mengurangi mual.
f. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering
Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
Kolaborasi :
g. Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi.
Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan.
h. Berikan obat sesuai indikasi.
i. Vitamin B squrb
Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi.
j. Antiemetik
d. Evaluasi
a. Jalan nafas kembali efektif.
b. Pola nafas kembali efektif.
c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi.
d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.
e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
adanya respon yang berlebih terhadap rangsangan tertentu dan menyebabkan peradangan, namun
penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan
merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi
saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari,
debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.
Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang
melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan
lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut
bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga
supaya dapat bernafas.
Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi
(mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita
menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan
gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali
dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada.
Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam,
bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di
leher.
Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa
cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat.
Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat
hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur
lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit
tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan
perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya
penderita akan sembuh sempurna.Obat yang bias digunakan yaitu :
Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi
gejala asma.
Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast
dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara.
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan
menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus
oleh asetilkolin.
Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka
saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati
asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.
b. Saran
di
perlukan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi seorang
perawat.
Informasi yang adekuat dan penkes sangat bermanfaat bagi klien, agar klien mampu
mengatasi masalah nya secara mandiri
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC.
Crockett, A. (1997) Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta : Hipocrates.
Crompton, G. (1980) Diagnosis and Management of Respiratory Disease, Blacwell
Scientific Publication.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Asma bronchial adalah suatu penyakit pada jalan napas. Asma Bronhial sering disebabkan oleh
debu, spora dan allergen-alergen yang lain. Asma bronchial juga bias disebabkan oleh
kompensasi tubuh yang tidak tahan terhadap cuaca. Di Indonesia, banyaknya pekerja kasar
menyebabkan peningkatan penderita Asma Bronhial karena penyakit ini juga dipicu oleh
kegiatan tubuh yang berlebihan.
Di dalam makalah ini, kami akan membahas seputar gangguan pernapasan mengenai Asma
bronhial yang meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan
diagnostic, penatalaksanaan dan teori asuhan keperawatan appendicitis.
B.
Rumusan Masalah
Tujuan
Mengetahui pengertian dari Asma Bronhial.
2.
3.
4.
5.
Mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada klien Asma Bronhial
6.
7.
D. Manfaat
Diharapkan makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perawat/ mahasiswa
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami penyakit Asma
Bronhial.
BAB III
Kesimpulan
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah secara spontan maupun hasil pengobatan. Tipe-tipe Asma
diantaranya Asma alergik atau ekstrinsik, Ideopatik atau nonalergik asma / intrinsic, dan Mixed
Asma atau Asma Campuran.
Penyebab asma yaitu seperti debu rumah, spora jamur, rerumputan., asap, bau bauan, Infeksi
saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus, perubahan cuaca yang ekstrem, kegiatan
a.
b.
bronkhospasme, edema mukosa dan dinding bronkus, serta sekresi mukus yang kental.
Resiko tinggi ketidakefektifan pola nafas yang berhubungan dengan peningkatan kerja
c.
d.
e.
f.
g.
KATA PENGANTAR
dibayangkan
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat
menyelesaikan makalah tentangASKEP ASMA BRONKIAL
Salawat beriringan salam kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Yang telah
meletakkan dasar dasar pencerahan bagi umat manusia.
Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk kesempurnaan makalah ini. Akhir kata semoga
makalah ini bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara nasional, pembangunan di bidang kesehatan baik jangka pendek, menengah
maupun jangka panjang pada dasarnya mengarah kepada pencapaian kemampuan untuk hidup
sehat dan produktif bagi setiap warga negara agar dapat terwujud derajat kesehatan yang optimal
sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional kita.
Dalam rangka mewujudkan pencapaian tujuan tersebut, telah disusun suatu sistem
kesehatan nasional melalui rencana pembangunan lima tahunan bidang kesehatan sebagai sub
sistem dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK). Sebagai wujud
nyata dari hasil pembangunan bidang kesehatan khususnya bidang pengamatan penyakit selama
lima tahun terakhir angka kesakitan sepuluh penyakit terbesar adalah termasuk infeksi saluran
pernafasan dari penyakit infeksi saluran pernafasan tersebut termasuk diantaranya asma
bronchiale.
Asma yang merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh hypersentifitas cabang-cabang
tracheabronchiale terhadap sebagai jenis rangsangan cukup menyiksa penderitanya. Keadaan ini
dimanifestasikan akibat penyempitan saluran-saluran secara periodik dan reversibel. Perubahan
patologis yang menyebabkan penyempitan jalan nafas ini oleh karena adanya bronkospasme,
oedema mukosa dan hipersekresi ulcus yang kental.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dibahas dalam makalah ini tentang Askep Asma Bronchiale
C. Ruang lingkup Masalah
Untuk membatasi pembahasan makalah penulis hanya menjelaskan tentang Askep Asma
bronchiale
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
a.
b.
c.
d.
2.
a.
b.
c.
d.
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Beberapa laporan ilmiah baik di dalam negeri atau luar negeri menunjukkan bahwa angka
kejadian alergi dan asma terus meningkat tajam beberapa tahun terakhir. Tampaknya alergi
merupakan kasus yang mendominasi kunjungan penderita di klinik rawat jalan pelayanan
kesehatan anak. Salah satu manifestasi penyakit alergi yang tidak ringan adalah asma. Penyakit
asma terbanyak terjadi pada anak dan berpotensi mengganggu pertumbuhan dan perkembangan
anak. Alergi dapat menyerang semua organ dan fungsi tubuh tanpa terkecuali. Sehingga
penderita asma juga akan mengalami gangguan pada organ tubuh lainnya.
Di samping itu banyak dilaporkan permasalahan kesehatan lain yang berkaitan dengan
asma tetapi kasusnya belum banyak terungkap. Kasus tersebut tampaknya sangat penting dan
sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak, tetapi masih perlu penelitian lebih jauh. Dalam
tatalaksanan asma anak tidak optimal, baik dalam diagnosis, penanganan dan pencegahannya..
Menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1996, penyakit-penyakit yang dapat
menyebabkan sesak napas seperti bronchitis, emfisema, dan asma merupakan penyebab kematian
ketujuh di Indonesia. Asma yang tidak ditangani dengan baik dapat mengganggu kualitas hidup
anak berupa hambatan aktivitas 30 persen, dibanding 5 persen pada anak non-asma. Banyak
kasus asma pada anak tidak terdiagnosis dini, karena yang menonjol adalah gejala batuknya, bisa
dengan atau tanpa wheezing (mengi).
Asma adalah penyakit yang menyerang saluran pernafasan yang bisa menyerang siapa
saja, namun penderita paling banyak adalah para anak-anak. Menurut KEMENKES (2008) , 100
hingga 150 juta orang di dunia menderita asma, jumlah ini diperkirakan akan meningkat
sebanyak 18.000 kasus setiap tahunnya. Setiap negara di dunia memilki kejadian kasus asma
yang berbeda-beda.
Di Asia khususnya Asia Tenggara 1 dari 4 orang yang menderita asma mengaami masa
yang tidak produktif karena tidak bekerja akibat asma. bisa dibanyangkan berapa kerugian yang
dialami. Menurut Miol, penderita asma 3.3% penduduk Asia Tenggara adalah orang-orang yang
menderita asma. Dimana kasus asma banyak terjadi di Indonesia, Vietnam, Thailand, Filiphina
dan singapura.
Sedangkan menurut RISKESDAS (2007) di Indonesia prevalensi penderita asma
diperkirakan masih sangat tinggi. Bedasarakan depkes persentase penderita asma di indonesia
sebesar 5,87% dari keselurahan penduduk Indonesia. Dimana masih banyak penderita asma yang
belum mendapatkan perawatan dokter.Hal itu membuat angka kematian karena penyakit asma
tergolong tinggi di Indonesia.
B. Tujuan
1. Agar mahasiswa memahami tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan asma bronchial
2. Agar mahasiswa memahami tentang asma bronchial
3. Sebagai tugas mata kuliah gerontik
C. Rumusan Masalah
1. Defenisi asma Bronchial
2. Penyebab asma
Makalah Asma
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Angka kejadian penyakit alergi akhir-akhir ini meningkat sejalan dengan perubahan
pola hidup masyarakat modern, polusi baik lingkungan maupun zat-zat yang ada di dalam
makanan. Salah satu penyakit alergi yang banyak terjadi di masyarakat adalah penyakit asma.
Asma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total.
Kesembuhan dari satu serangan asma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari
ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor
ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergen yang menjadi penyebab
serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh
penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama,
sering menjadi problem tersendiri.
Peran dokter dalam mengatasi penyakit asma sangatlah penting. Dokter sebagai pintu
pertama yang akan diketuk oleh penderita dalam menolong penderita asma, harus selalu
meningkatkan pelayanan, salah satunya yang sering diabaikan adalah memberikan edukasi atau
pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan kepada penderita dan keluarganya akan sangat
berarti bagi penderita, terutama bagaimana sikap dan tindakan yang bisa dikerjakan pada waktu
menghadapi serangan, dan bagaimana caranya mencegah terjadinya serangan asma.
Dalam tiga puluh tahun terakhir terjadi peningkatan prevalensi (kekerapan penyakit)
asma terutama di negara-negara maju. Kenaikan prevalensi asma di Asia seperti Singapura,
Taiwan, Jepang, atau Korea Selatan juga mencolok. Kasus asma meningkat insidennya secara
dramatis selama lebih dari lima belas tahun, baik di negara berkembang maupun di negara maju.
Beban global untuk penyakit ini semakin meningkat. Dampak buruk asma meliputi penurunan
kualitas hidup, produktivitas yang menurun, ketidakhadiran di sekolah, peningkatan biaya
kesehatan, risiko perawatan di rumah sakit dan bahkan kematian. (Muchid dkk,2007)
Asma merupakan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia, hal ini
tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan asma menduduki
urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-sama dengan bronkitis kronik dan
emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian
ke- 4 di Indonesia atau sebesar 5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar
13/1000, dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000. Studi pada anak usia
SLTP di Semarang dengan menggunakan kuesioner International Study of Asthma and Allergies
in Childhood (ISAAC), didapatkan prevalensi asma (gejala asma 12 bulan terakhir/recent
asthma) 6,2 % yang 64 % diantaranya mempunyai gejala klasik.
Maka disini kami akan memaparkan tentang Asma Bronchial yang nantinya akan
dibutuhkan oleh kita selaku askep. Didalamnya terkandung Definisi Penyakit Asma Bronchial,
Etiologi Penyakit Asma Bronchial, Patofisiologi Penyakit asma bronkial, Gejala Klinis Penyakit
Asma Bronchial, Diagnosis Penyakit Asma Bronchial dan Pencegahan Penyakit Asma Bronchial.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian yang ada diatas maka dapat di rumuskan masalah sebagai berikut:
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum
melakukan olah raga. Selain itu Langkah tepat yang dapat dilakukan untuk menghindari
serangan asma adalah menjauhi faktor-faktor penyebab yang memicu timbulnya
serangan asma itu sendiri. Penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian
jenis tertentu, hewan peliharaan kuda, detergen, sabun , makanan tertentu,jamur dan
serbuk sari. jika serangan berkaitan dengan musim maka serbuksari dapat menjadi
dugaan kuat. Upaya harus dibuat untuk menghindari agen penyebab kapan saja
memungkinkan. Setiap penderita umumnya memiliki ciri khas tersendiri terhadap halhal yang menjadi pemicu serangan asmanya.
Setelah terjadinya serangan asma, apabila penderita sudah merasa dapat bernafas
lega akan tetapi disarankan untuk meneruskan pengobatannya sesuai obat dan dosis
yang diberikan oleh dokter.
1. Seorang laki-laki, usia 30 tahun, datang ke IGD 1 jam yang lalu karena
kecelakaan.
Pasien mengeluh nyeri dan sakit pada tulang tibia, tanda-tanda vital dalam batas
normal. Pasien merasa takut, kesal, kecewa dan marah terhadap kondisinya saat ini.
A. Gangguan fisik
B. Gangguan emosional
C. Gangguan spiritual
D. Gangguan jiwa
E. Gangguan hubungan sosial
2. Seorang laki-laki, usia 35 tahun, di rawat di ruang bedah selama 2 minggu karena
mengalami fraktur tulang tibia, tanda-tanda vital dalam batas normal. Selama
dirawat
pasien sering kesal dan marah-marah karena sakitnya belum sembuh juga,
belakangan
ini pasien mulai mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya.
A. Fisik
B. Emosional
C. Mental organik
D. Spiritual
E. Jiwa
3. Seorang wanita, usia 26 tahun, dibawa keluarganya ke Poli klinik RS jiwa karena
sudah 1 minggu tidak mau mandi, badan kotor dan bau, tidak mau makan bila
makan
berantakan, BAB dan BAK sembarangan, pemeriksaan fisik dalam batas normal.
Apakah diagnosa keperawatan utama yang dapat saudara tegakkan pada kasus di
atas?
Apakah yang paling utama disampaikan perawat pada sesi konsultasi tentang
KB suntik tersebut?
C. Kerugian Suntik KB
D. Kontraindikasi Suntik KB
E. Efek samping metode suntik
Seorang perempuan berusia 32 tahun, telah memiliki 3 orang anak datang ke BPS
untuk KB. Sebelumnya, pasien menggunakan alat kontrasepsi pil, suntik, dan
kondom.
Pasien mengaku takut untuk menggunakan IUD. Tapi setelah berbicara dengan
tetangganya dua hari yang lalu, pasien jadi berencana untuk menggunakan
kontrasepsi
IUD. Hasil pemeriksaan fisik dalam batas normal.
8. An.A, usia 2 tahun dibawa orangtuanya ke poliklinik anak, dengan keluhan utama
sering BAB 3-4 x sehari, dengan konsistensi cair, dan ada darah berwarna merah
marun. Anak rewel, lesu, suhu tubuhnya 380 C, turgor kulit kembali lambat.
9. Tn. H, 40 tahun, dirawat di rumah sakit dengan keluhan, mual, muntah sejak 3
hari
lalu. Klien mengatakan nyeri ulu hati, dan terlihat warna sklera dan kulit berwarna
kuning. Dari hasil pemeriksaan fisik ada pembesaran hati dan nyeri tekan pada area
hati. Dari data tersebut pasien didiagnosa hepatitis.
Apakah pemeriksaan Lab yang paling menunjang untuk diagnosa kasus diatas?
A. Hb.
B. Bilirubin.
C. Sgpt, Sgot.
D. LED.
E. Dehidrasi.
10. Ny.C usia 34tahun, daatang kepuskesmas dengan keluhan demam, menggigil,
kepala
pusing, dan mual, yang sudah dirasakan selama 1 minggu ini. Ny.C terlihat pucat
dan
lemas, suhu badan, 38,50 C, Td: 100/70mmHg, RR: 24x/i, nadi: 78x/i.
A. Hipertermi
B. Intoleransi aktivitas
C. Anoreksia
D. Gangguan nutrisi
E. Gangguan intake output cairan
11. Ny.M penderita DM type2 usia 42 tahun, dengan luka gangrene pada bagian
ekstremitas kanan bawah daerah dorsal pedi. Sudah 4 hari dirawat diruang penyakit
dalam, dan akan dilakukan tindakan perawatan luka. Ttv dalam batas normal.
A. Memakai handscoon.
B. Melepaskan plester
C. Melakukan nekrotomi pada jaringan nekrosis.
D. Membersihkan luka.
E. Membalut kembali luka dengan rapi.
12. Tn.B usia 38 tahun, dirawat di ICU dengan diagnose meningitis, sudah dirawat
selama
1 minggu, dengan GCS:5, TTV stabil dalam batas normal. Pagi ini akan dilakukan
perawatan personal hygiene memandikan klien. Sebelum melakukan tindakan
perawat melakukan komunikasi terlebih dahulu
Apakah faktor penting yang harus dilakukan perawat dalam etika pelaksanaan
asuhan ?
A. Memasang sampiran
B. Salam pembuka dan menjelaskan tindakan yang akan dilakukan.
C. Melakukan tindakan sesuai dengan SOP.
D. Inform concernt yang disetujui oleh keluarga klien.
E. Menjaga privacy klien.
13. Seorang laki-laki, umur 30 tahun datang ke UGD. Klien mengatakan sudah 5 jam
sulit
BAK. Keluhan dirasakan secara tiba tiba, tidak ada riwayat sebelumnya. Tanda vital
dalam batas normal, nyeri pada daerah suprapubik. Ekspresi wajah tampak
kesakitan.
14. Seorang Wanita, umur 32 tahun dirawat di RS. Klien mengeluh nyeri pada
daerah
visika urinaria, nyeri saat buang air kecil, BAK tidak lancar, merasa tidak puas
setelah
BAK, ekspresi tampak meringis kesakitan, Hasil USG abdomen dinyatakan terdapat
15. Seorang laki laki berusia 69 tahun dirawat di rumah sakit karena BPH, klien
mengatakan sering BAK, abdomen tegang, urin terus menetes setelah berkemih,
Keadaan umum: lemah, Tekanan darah: 110/80 mmHg, S: 36,5C, Nadi: 80 kali
permenit, pernafasan: 24 kali permenit.
A. Nyeri
B. Disfungsi seksual
C. gangguan eliminasi BAK
D. Perubahan nutrisi
E. Resiko tinggi infeksi
16. Seorang laki laki, usia 55 tahun, datang ke IGD karena keluhan badan lemas
sejak 2
hari yang lalu. Hasil pengkajian: terdapat penurunan berat badan, nafsu makan
meningkat, sering merasa haus dan sering kencing pada malam hari, suhu badan :
38
C, Nadi = 60 x/menit, mukosa mulut kering, turgor kulit: kembali dalam waktu 5
detik,
wajah meringis, Gula Darah Sesaat 180 mg/dl.
A. Nyeri akut
B. Intoleransi aktivitas
C. Kerusakan intergritas kulit
D. Gangguan istirahat dan tidur
E. Gangguan volume cairan tubuh
17. Seorang laki-laki, usia 50 tahun, sudah 2 hari dirawat di RS mengalami sirosis
hepatis.
Keluhan yang dirasakan pasien adalah perut bagian kanan atas terasa penuh, sesak
nafas, diare, penurunan nafsu makan, mual dan muntah. Hasil lab, SGOT: 300 u/L,
SGPT : 200 u/L. Tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 60 kali permenit, suhu 37,5.C,
pernafasan 28 kali permenit.
A. Nyeri akut
B. Gangguan nutrisi
C. Defisit volume cairan
D. Gangguan pola nafas
18. Seorang perempuan, berumur 30 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sesak
nafas
sejak tadi malam. Tekanan Darah: 130/80 mmHg, Nadi: 110 x/menit, pernafasan: 28
x/menit, suhu: 36 C, terdapat suara wheezing. Gejala ini muncul karena udara
yang
sangat dingin.
A. Hipertermi
B. Intoleransi aktivitas
C. Defisit volume cairan
D. Gangguan pola nafas
E. Jalan nafas tidak efektif
19. Seorang laki-laki, berumur 55 tahun, datang ke UGD dengan keluhan sejak 1
minggu
ini, kedua kaki bengkak, terasa nyeri bila digerakkan, sering terjadi pada pagi hari,
nyeri terjadi di sendi lutut dan ibu jari berwarna kemerahan. Klien mempunyai
kebiasaan makan melinjo. Ekspresi wajah meringis saat digerakkan. Skala nyeri 6.
Tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi 84 kali permenit, Respiratory rate 16 kali
permenit.
Apakah data yang bisa melengkapi pengkajian nyeri pada kasus tersebut?
A. Time
B. Region
C. Severity
D. Qualitatif
E. Provokatif / paliatif
20. Seorang wanita, usia 40 tahun di bawa ke IGD karena nyeri dada selama
10 menit setelah melakukan olah raga voly. Oleh dokter, klien disarankan untuk
istirahat. Tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi 96 kali permenit, suhu 36 .C,
pernafasan
28 kali permenit.
A. Memasang EKG
B. Memberikan oksigen
C. Kolaborasi pemberian analgetik
D. Menganjurkan untuk nafas dalam
E. Menganjurkan untuk tirah baring
21. Bayi laki-laki usia 8 bulan dibawa oleh ibunya ke Puskesmas untuk melakukan
imunisasi. Pada pemeriksaan didapatkan hasil yaitu berat badan 9 kg, suhu tubuh
36,8C, pernafasan 20x/menit, sebelumnya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT
I
dan Polio 2.
23. Seorang anak laki-laki yang berusia 11 bulan dibawa oleh ibunya ke Poli
Thalasemia
dengan keluhan mudah sakit, wajah yang pucat, sklera anemis. Hasil pemeriksaan
laboratorium 3 gr/dl, diagnosa medis Thalasemia
24. Bayi baru lahir akan mengeluarkan tinja pertamanya (mekonium) dalam 24 jam
pertama, namun pada bayi yang menderita penyakit Hisprung (akibat dari
kelumpuhan
usus besar dalam menjalankan fungsinya), maka tinja tidak dapat keluar, tinja akan
keluar terlambat atau bahkan tidak dapat keluar sama sekali. Selain itu perut bayi
juga
akan terlihat menggembung, disertai muntah. Jika dibiarkan lebih lama, berat badan
bayi tidak akan bertambah dan akan terjadi gangguan pertumbuhan..
A. Kolostomi
B. Colok dubur
C. Atresia ani
D. Operasi besar
E. Laparatomi
25. An. C laki-laki, berumur 2 tahun mengalami diare sejak 2 hari yang lalu, dibawa
ke
rumah sakit dalam kondisi dehidrasi dengan penurunan kesadaran.
27. Seorang bayi perempuan berusia 8 bulan dibawa ibunya berobat ke poliklinik
anak
dengan keluhan sejak 2 minggu terakhir bayi BAB 4 5 x/hari dengan keluaran sisa
makanan yang belum tercerna dengan baik. Ibu bekerja sebagai guru, memberikan
asi
1 x selum bekerja dan 3 4 kali sepulang bekerja. Sehari-hari bayi diurus oleh
neneknya dengan pengaturan makan pemberian bubur susu 3x/hari dan sari jeruk
peras
2 x/hari, susu buatan 3x/hari.
Apakah anjuran yang paling tepat saudara berikan pada ibu bayi?
28. Seorang pria, usia 25 tahun, datang ke puskesmas dengan keluhan sudah 8 hari
demam,
mula-mula panas tidak tinggi, makin lama demam makin tinggi terutama pada sore
dan
malam hari , 3 hari pertama panas disertai mencret. Pasien sudah berobat ke klinik
mendapat ampicillin dan paracetamol tapi tidak membaik. Pemeriksaan fisik
ditemukan badan teraba panas, konjungtiva pucat, pasien tampak apatis. Tandatanda
vital : TD 130/80 mmHg, RR 24 x/menit, nadi 92x/menit, suhu 39C
A. Oral
B. Topikal
C. Intra muskuler
D. Suppositoria
E. Intra vena
31. Saat dinas malam jam 03.00 wib diruang IGD perawat sedang sibuk memasang
infus
klien dehidrasi berat dan memberikan injeksi Sulfas atropine tiap 15 menit kepada
klien keracunan pestisida. Saat bersamaan datang klien Ca mammae kesakitan dan
klien serangan jantung. Perawat harus meilih klien manakah tenaga dan pikirannya
di
fokuskan
A. Paternalism.
B. Deception
C. Confidentiality
D. Allocation of Scarce Nursing resources
E. informed consent
32. Seorang ibu yang memerlukan biaya untuk pengobatan progresif bagi bayinya
yang
lahir tanpa otak dan secara medis dinyatakan tidak akan pernah menikmati
kehidupan
bahagia yang paling sederhana sekalipun. Di sini terlihat adanya kebutuhan untuk
tetap
menghargai otonomi si ibu akan pilihan pengobatan bayinya, tetapi dilain pihak
masyarakat berpendapat akan lebih adil bila pengobatan diberikan kepada bayi
yang
masih memungkinkan mempunyai harapan hidup yang besar
A. Masalah etik
B. Dilema etik.
C. Nilai-nilai moral.
D. Prinsip Moral
E. Prinsip bioetik
34. Seorang perempuan berusia 30 tahun meminta perawat untuk melepas semua
selang
yang dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8
hari.
Perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah yang dimilikinya dalam
menentukan keputusan secara moral.
35. Seorang perempuan melahirkan anak pertama perempuan di RSIA, satu jam
yang lalu,
BB 3000 gram, PB 50 cm. Plasenta lahir spontan lengkap. Hasil pengkajian KU ibu
baik, TD: 110/70 mmHg, nadi : 76 x / mnt, kontraksi teraba keras, TFU 2 jari di
bawah
pusat. Klien mengeluh perut mules, perdarahan pervaginam berwarna merah dan
nyeri
pada luka jahitan.Ia merasa cemas dengan keadaannya
A. Perdarahan pervaginam
B. Perut mules
C. TFU 2 jari dibawah pusat
D. Nyeri pada luka jahitan
E. Kontraksi teraba keras
36. Nn. G 20 tahun dirawat di rumah sakit jiwa dengan keluhan utama klien suka
berteriak-teriak, marah-marah dengan sebab tidak jelas, lalu menangis, pernah
mencoba bunuh diri. Klien terlihat diam dengan pandangan mata kosong, jika
disapa
menatap dengan sinis penuh dendam. Menurut keuarga terjadi kira-kira 1 bulan
setelah
ditinggalkan oleh tunangannya.
A. Depresi neurotik
B. Exhaustion depression
C. Depresi endogenik
D. Depresi somatogenik
E. Depresi simptomatik
37. Seorang pasien akan pulang hari ini, dan sedang menunggu dokumentasi dan
obat yang
akan dibawa pulang. Perawat menelepon kebagian farmasi, ternyata belum siap,
perawt
mengatakan tolong didahulukan karena untuk pasien yang akan dipulang kan. Staff
farmasi mengatakan tidak bias seperti itu tetap harus menunggu giliran.
A. Pengkajian
B. Rumusan masalah
C. Intervensi
D. Pelaksanaan
E. Evaluasi
38. Nn. G 20 tahun dirawat di rumah sakit jiwa dengan keluhan utama klien suka
berteriak-teriak, marah-marah dengan sebab tidak jelas, lalu menangis, pernah
mencoba bunuh diri. Klien terlihat diam dengan pandangan mata kosong, jika
disapa
menatap dengan sinis penuh dendam. Menurut keuarga terjadi kira-kira 1 bulan
setelah
ditinggalkan oleh tunangannya.
E. Terapy musik
39. Ny. K 35 tahun post partum mengalami perdarahan akibat atonia uteri, klien
terlihat
keringat dingin, lemas, pusing, dan menggigil, TD : 90/60 mmHg, Nadi : 100 x/i,
suhu
37,80C, RR : 26x/I, didapat Hb : 6gr%
A. Hipotermi
B. Resti terjadinya kejang
C. Syok
D. Anemia
E. Intoleransi aktivitas
40. Ny. K 35 tahun post partum mengalami perdarahan akibat atonia uteri, klien
terlihat
keringat dingin, lemas, pusing, dan menggigil, TD : 90/60 mmHg, Nadi : 100 x/i,
suhu
37,80C, RR : 26x/I, didapat Hb : 6gr%
A. Penanganan syok
B. Siapkan transfusi
C. Berikan oksitoksin 10 unit
D. Periksa adanya robekan jalan lahir
E. Lakukan kateterisasi
44. Seorang perempuan hamil berusia 24 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan
sesak
napas sudah 5 menit dan batuk sambil memegangi leher. Pasien tersedak biji bakso
3
menit yang lalu. Warna bibir kebiruan, tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi : 80 kali
permenit, pernapasan 32 kali permenit, Suhu : 36,5o C.
A. abdominal trust
45. Seorang Laki-laki umur 25 tahun dirawat di RS dengan keluhan perut terasa
penuh
sudah 2 minggu, tidak nafsu makan, mual, muntah dan klien juga merasa lemas.
Hasil
pengkajian: sclera dan kulit berwarna kuning, Suhu: 39C .
A. Urine rutin
B. kolesterol
C. hemoglobin
D. enzim hati
E. kadar albumin
46. Seorang perempuan usia 21 tahun dirawat di RS dengan keluhan nyeri ulu hati
sudah 2
minggu, tidak nafsu makan, mual, muntah dan lesu. Hasil pengkajian: klien tampak
lemas, lidah kotor, tekanan darah: 110/70 mmHg, Suhu: 39C dan pernapasan: 22
kali
permenit. Tes widal 1/200.
47. Seorang perempuan usia 52 tahun dirawat di RS dengan keluhan keluar darah
segar
saat BAB sudah 3 hari dan terasa nyeri sekali. Hasil pemeriksaan fisik: terdapat
prolaps didaerah perianal yang tidak dapat dimasukkan dengan jari. Tekanan darah
140/90 mmHg, nadi 88x/menit, RR 20 x/menit, suhu 37C
A. Sitostomi
B. Kolostomi
C. Hemodialisa
D. Hemoroidektomi
E. Peritoneal dialisa
48. Seorang perempuan berusia 55 tahun di ruang rawat penyakit dalam mengeluh
lemas
sejak kemarin, BAB 10 kali per hari dengan konsitensi encer, terdapat lendir, pasien
cemas. Hasil pemeriksaan fisik diperoleh data tekanan darah 90/50 mmHg, nadi
55x/menit, suhu 38,30C, respirasi rate 16 kali per menit, balance cairan minus 600
cc
per jam kerja. Perawat melakukan tindakan kolaboratif memberikan rehidrasi cairan
dengan cairan infuse NaCl 20 tetes per menit, dan memberikan oralit.
Apakah kriteria hasil evaluasi dari tindakan kolaboratif yang sudah dilakukan
perawat tersebut?
A. Diare berkurang
B. Cemas berkurang
C. Pasien lebih berenergi
D. Balance cairan seimbang
E. Tekanan darah meningkat (mendekati normal 120/80 mmHg)
49. Seorang perempuan hamil berusia 24 tahun, datang ke UGD RS dengan keluhan
sesak
napas sudah 5 menit dan batuk sambil memegangi leher. Pasien tersedak biji bakso
3
menit yang lalu. Warna bibir kebiruan, tekanan darah: 120/80 mmHg, Nadi : 80 kali
permenit, pernapasan 32 kali permenit, Suhu : 36,5o C.
A. abdominal trust
B. tindakan back blow
C. Memasang oropharineal airway
D. Melakukan hemlich manuver
E. Melakukan jaw trust manuver
50. Seorang laki-laki berusia 40 tahun diantar ke IGD dengan keluhan sesak nafas
sejak 2
hari. Hasil Pemeriksaan didapatkan data klien tampak sesak, sianosis, nafas cepat
dan
dangkal, nafas cuping hidung, pada auskultasi paru terdengar bunyi ronchi, Tekanan
darah 100/70, Nadi 100kali permenit, Suhu 37,9oC, Pernafasan 30 kali permenit.
B. Mengeluarkan plasenta.
C. Bonding attactment
D. Membuat jalan lahir lebih lebar
E. Kateterisasi urin
52. Seorang perempuanP1A0, post partum fisiologis 10 jam yang lalu, rencananya
mau
pulang sore nanti. Keadaan umum tampak baik, TTV baik . TD = 100/ 80 mmHg,
N=80 X/ mnt, S=36,50C, R=20 x/ mnt. Klien masih mengeluh mulas pada perut
bagian
bawah, lokhea rubra jumlah sekitar 100 cc.
Bagaimana kondisi Uterus yang diharapkan pada klien dalam kasus diatas, sehingga
klien dibolehkan untuk pulang?
53. Seorang ibu hamil Umur 32 Tahun, G1P0A0 dengan umur kehamilan 37 Minggu.
Mengeluh nyeri kepala berat, mual-mual disertai nyeri pada uluhati, serta
pandangan
mata kabur. Keadaan ini telah berlangsung sekitar 4 jam sebelum dibawa ke rumah
sakit. Hasil pengukuran Tekanan darah 180/110 mmHg N=80 X/menit, R=20
X/menit,
S= 36,5 C.
Apa diagnosa keperawatan yang prioritas pada klien dalam kasus diatas?
A. Ansietas berhubungan dengan efek pre eklampsi terhadap ibu & bayi
B. Kurang pengetahuan
C. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan keterbatasan aktifitas
D. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan vasospasme arterioral.
E. Gangguan Body Image berhubungan dengan kehamilan
54. Perempuan berusia 32tahun, post SC hari ke-2 dengan indikasi Makrosomia.
Hasil
pemeriksaan fisik : KU baik, TD 110/70 mmHg, Nadi 80 X/menit, Respirasi 20
X/menit, Suhu 37C, kondisi luka post operasi : jahitan luka belum kering. Klien mau
menghabiskan diet yang disajikan, namun mengeluh belum BAB, disertai rasa tidak
nyaman. Klien belum duduk, hanya miring kanan dan kiri.
Apakah kemungkinan penyebab klien belum bisa BAB pada kasus diatas?
55. Seorang penderita Ca. serviks, mengeluh sudah lama mengalami gangguan
genetalia.
Dalam 2 bulan terakhir secret vagina disertai darah. Klien tidak mengeluh nyeri.
Hasil
pengkajian perawat :KU baik, Suhu badan 36,5 C, Nadi 84X/ menit, Pernafasan 24
x/menit, TD 120/80 mmHg, Ditemukan data genetalia : discharge lendir banyak
disertai darah, dan bau menyengat.
Tindakan yang harus segera dilakukan pada saat itu terhadap klien pada kasus
diatas? :
A. Masase punggung
B. Kolaborasi pemeriksaan laborat
C. Pasang infuse RL
D. Vulva Hygiene
E. Persiapan program antikanker
56. Seorang perempuan hamil umur 25 tahun datang ke poli kebidanan dan
kandungan
untuk periksa hamil, Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data kehamilan
sekarang
adalah kehamilan yang ketiga anak pertama keguguran, anak kedua lahir secara
normal.
A. G3P2A1
B. G3P1A1
C. G3P2A0
D. G3P1A0
E. G3P2A2
57. Seorang perempuan hamil umur 23 tahun datang ke poli kebidanan dan
kandungan
untuk periksa hamil, Setelah dilakukan pengkajian didapatkan data usia kehamilan
36
minggu dengan keluhan utama sudah satu minggu ini susah buang air besar, setiap
buang buang air besar keras.
Manakah anjuran yang tidak tepat untuk mengatasi masalah pada ibu diatas?
58. Seorang laki-laki berusia 39 tahun datang ke IGD dengan keluarganya setelah
terjatuh
dari motor dan mengalami cedera di kepala. Pasien terlihat gelisah. Dari hasil
pengkajian didapatkan nilai GCS : 4 dengan E : 1, V : 1, M : 2; tekanan darah 100/75
mmHg, nadi 75 x/menit, suhu 37,3 0C dan pernapasan 25 x/menit..
A. Nyeri
B. Resiko infeksi
C. Intoleran aktivitas
D. Kurang volume cairan
E. Gangguan Perfusi jaringan serebral
59. Seorang perempuan usia 45 tahun dirawat di ruang penyakit dalam dengan
sirosis
hepatis, keluhan yang dirasakan mual, muntah, nyeri daerah hepar,perut
buncit.Hasil
pemeriksaan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit, suhu 370C,pernafasan
27
x/menit.
A. Hipokondriak kanan
B. Hipokondriak kiri
C. Hipogastrium
D. Epigastrium
E. Umbilical
60. Seorang laki-laki berusia 60 tahun dirawat di ruang penyakit bedah sejak tujuh
hari
yang lalu, hasil pengkajian didapatkan data ekstremitas atas dan bawah tidak dapat
digerakkan secara aktif, kulit disekitar area penonjolan tulang tampak kemerahan,
klien
tampak lemas.Hasil pengkajian Tekanan Darah 180/100 mmHg, Nadi 88 x/menit,
Suhu
37,7C, pernafasan 20x/menit.
62. Seorang bayi baru dilahirkan di ruang bersalin RSU beberapa menit yang lalu
dengan
kondisi tidak menangis, tubuh berwarna merah muda ekstrimitas biru, nadi kurang
dari
100 kali permenit, aktifitas lemah dan tampak lemas.
63. Seorang ibu 30 tahun, mengatakan sudah 7 bulan sejak kelahiran anak
keduanya belum
pernah menstruasi, ia masih meneteki anaknya. Ibu mengatakan perutnya
bertambah
besar dan agak merasa mual bila pagi hari. Ibu bertanya: apakah ia hamil? Dan
kalau
hamil berapa bulan?.
Apakah tindakan yang dilakukan perawat untuk menentukan usia kehamilan pada
kasus tersebut ?
64. Seorang ibu primipara umur 25 th, postpartum 30 jam, mengeluh buang air
kecil
sedikit-sedikit. Perawat melakukan pemeriksaan fisik, didapatkan data : Tinggi
Fundus
Uteri 1 jari diatas umbilicus, posisi uterus disamping kiri, area symphisis menonjol
dan
ibu kesakitan saat dipalpasi, lochea rubra banyak.
A. Diuresis postpartum
B. Distensi Bladder
C. Diaphoresis postpartum
D. Atonia uteri
E. Distensi abdomen
65. Seorang ibu 30 tahun, status obstetri G3P3A0 dan postpartum 30 jam. TD:
100/60
mmHg, Nadi 80 kali/menit, Tinggi Fundus Uteri setinggi umbilicus; kontraksi lembek,
lochea rubra disertai bekuan darah.
A. Lapor ke dokter
B. Massage uterus
C. Injeksi oksitosin 10 IU IM
D. Infus RL 30 tts/menit
E. Injeksi metergin 1 ampul
66. Seorang anak umur 2 tahun dibawa orang tuanya ke poli anak dengan keluhan
BAB 4
kali dalam 1 hari, muntah 3 kali dalam satu hari, tidak ada napsu makan dan tidak
bisa
tidur. Hasil dari pengkajian didapatkan suhu 38 0 c, turgor jelek, mukosa kering
67. Seorang ibu membawa anaknya yang berusia 2 tahun periksa di UGD karena
Diare
sudah 2 hari. Hari ini b.a.b cair sudah 5 kali. Hasil pemeriksaan didapatkan :
Anaknya
tampak lemah, mata cekung, mukosa bibir kering, turgor kembali lambat, dan agak
rewel. Pada saat ditimbang BB ; 12 Kg.
A. 1100 cc
B. 1210 cc
C. 1232 cc
D. 1344 cc
E. 1050 cc
68. Seorang ibu sedang cemas melihat bayinya (8 bln) sesak dan nafas bunyi grokgrok.
Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan : Nadi 92 kali/mnt, Suhu 38.5 0C,
Pernapasan 52 kali/mnt, tampak tarikan dinding dada kedalam dan pernapasan
cuping
hidung.
69. Seorang wanita berusia 34 tahun mendapatkan terapi obat antipsikotik. Sesaat
setelah
mengkonsumsi obat tersebut, tiba-tiba ia mengalami kekakuan dan tidak bisa
menelan
ludah.
Apakah tindakan yang harus dilakukan perawat untuk mengatasi gejala tersebut?
70. Seorang perempuan usia 32 tahun datang ke Poli Puskesmas dengan keluhan
sudah 2
malam ini sulit tidur, bangun lebih awal dan tidak bisa tidur kembali. Bangun tidur
badannya terasa pegal-pegal dan tidak nyaman. Kondisi ini dialami sejak klien akan
operasi katarak.
A. Cemas
B. Keletihan
C. Gangguan pola tidur
D. Ketidakefektifan koping
E. Gangguan persepsi sensori : penglihatan
72. Seorang laki-laki berusia 58 tahun diantar keluarga ke rumah sakit dengan
keluhan
utama terasa nyeri saat buang air kecil dan aliran tidak lancar. Terdapat distensi
pada
simpisis pubis saat dipalpasi.
73. Seorang laki-laki berusia 34 tahun, diantar keluarga ke rumah sakit dengan
keluhan :
tidak buang air besar sejak 5 hari yang lalu, perut terasa sesek dan sakit, teraba
keras
saat dipalpasi. Berat badan 58 Kg, tinggi badan 168 cm. Kebiasaan minum pasien
hanya 600 cc perhari dan jarang makan sayuran dan buah.
74. Seorang laki laki berumur 55 tahun sejak tahun 2010 sudah terkena penyakit
TBC
dan mendapat pengobatan OAT yang diberikan oleh dokter puskesmas . Menurut
informasi keluarganya yang menjadi PMO orang tersebut tidak minum obatnya,
bahkan masih suka mengkonsumsi makanan yang asin dan berlemak.
Apa yang seharusnya anda jelaskan mengenai tugas utama seorang PMO?
Apakah tindakan pertolongan persalinan apa yang paling aman jika usia
kehamilannya
sudah matur??
A. Normal
B. Vacum ekstraksi
C. Forcep ekstraksi
D. Secsio secaria
E. Induksi persalinan
76. Seorang perempuan 24 Tahun (G4 A1 P2) hamil 26 minggu dirawat di rumah
sakit ,
klien mengeluh nyeri pada saat berjalan terutama saat naik dan turun tangga,saat
ini
mengalami flek kehitaman, kehamilan saya sebelumnya juga seperti ini. TTV dalam
batas normal. Hasil USG plasenta menutupi jalan lahir.
77. Seorang ibu umur 28 Tahun (G3A1P1), Umur kehamilan 12 minggu, periksa ke
BKIA
dengan keluhan mual muntah terus menerus, setiap makan dan minum langsung
muntah, nyeri epigastrium, TD 100/70 mmHg, Nadi 92x/mnt.
A. Pre eklamsia
B. Plasenta previa
C. Abrusio plasenta
D. Solusio plasenta
E. Hiperemesis gravidarum
78. Seorang perempuan berusia 40 Tahun (G6 P5 A0) hamil 32 minggu ke poliklinik
untuk memeriksakan kehamilannya. Klien mengatakan tidak pernah ada keluhan
selama kehamilan, sudah tidak ingin punya anak lagi setelah melahirkan nanti.
A. Pil
B. Suntik
C. Implant
D. Kalender
E. Tubektomi
79. Seorang perempuan usia 50 tahun dirawat di ruang plamboyan dengan keluhan
nyeri
luka di kaki, badan terasa lemah, hasil pemeriksaan fisik ditemukan ada luka
gangren
dikaki sebelah kanan sejak 2 bulan yang lalu, luka tampak hitam dan ada pus, bau,
gula
darah 300 mg/dl, leukosit 12.000 ada riwayat orang tua pasien menderita DM
Apa rencana tindakan mandiri yang paling tepat dari kasus diatas?
80. Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke polikinik penyakit dalam dengan
keluhan
ada benjolan di leher, hasil pengkajian ditemukan edeme dibagian wajah dan
pergelangan kaki, nafsu makan menurun, mudah cape, aktifitas terbatas.
Apa diagnose keperawatan utama yang dapat ditegakkan dari kasus diatas?
81. Seorang perempuan usia 45 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri dada,
palpitasi. Hasil pemeriksaan fisik ditemukan irama gallop, murmur, tekanan darah
A. Pemeriksaan laboratorium
B. Pasien dipuasakan
C. Pemeriksaan EKG
D. Inform consent
E. Huknah
82. Pasien pria usia 60 th,datang ke IGD mengeluh kondisi fisik lemah dengan
sedikit
pembatasan aktivitas fisik. nyaman pada waktu istirahat, palpitasi, dyspnea , dari
keluhan tersebut perawat dapat menyimpulkan pasien mengalami gagal jantung
(CHF),
83. Seorang laki-laki, salah satu klien di RS jiwa, dari kemarin mengalami demam
dengan
suhu badan mencapai 38,9 O C. Ia menolak jika diberikan minum karena semua air
yang ia minum terasa seperti air selokan.
A. Melatih klien meyakinkan diri bahwa rasa itu hanya halusinasi klien
B. Memaksa klien untuk tetap minum demi kesehatannya
C. Memberikan klien minuman dengan dicampur sirup
D. Memasang infus, sekalipun belum didelegasikan
E. Menyuapi klien sedikit demi sedikit
84. Seorang perempuan, merupakan salah satu klien di RS jiwa yang sudah
mendapatkan
ijin untuk kembali ke rumah. Untuk itu, ia mendapat beberapa obat yang tetap
harus
dikonsumsi di rumah nantinya. Salah satunya adalah obat CPZ (Chlorpromazine).
Obat
ini merupakan obat yang dapat membantu proses istirahat klien. Namun, obat
tersebut
juga menimbulkan efek samping.
85. Seorang wanita berusia 26 tahun yang tengah mendapat perawatan di RS jiwa
karena
sering mengalami halusinasi dengar, mendapat terapi electro convulsive therapy
(ECT)
sebanyak 3 sesi. Hari ini, ia menjalani ECT untuk pertama kali dengan didampingi
oleh perawat.
Apakah hal yang harus di evaluasi oleh Perawat di akhir pelaksanaan terapi
tersebut?
86. Seorang laki-laki usia 25 tahun dirawat dengan halusinasi pendengaan. Ketika
diajak
diskusi tentang halusinasinya klien menanyakan apakah perawat percaya apa yang
didengar klien (halusinasinya). Perawat menjawab bahwa ia percaya klien
mengalami
hal tersebut, namun ia tidak mendengarnya.
A. Menghardik
B. Memvalidasi
C. Menyudutkan
D. Mengalihkan perhatian
E. Menyampaikan tujuan
A. Halusinasi Bau
B. Halusinasi Lihat
C. Halusinasi Raba
D. Halusinasi Dengar
E. Halusinasi Kinestetik
88. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir di RSU. Kondisi bayi 5 menit setelah lahir
setelah
dilakukan penghisapan lendir adalah badan merah kaki biru, detak jantung 88
x/mnt,
menangis lemah, ekstrimitas sedikit fleksi, tonus otot kurang baik dan usaha
bernafas
lambat/lemah.
A. 4
B. 5
C. 6
D. 7
E. 8
89. Seorang anak laki-laki berusia 24 bulan dirawat di rumah sakit dengan keluhan
sering
rewel. Pada pemeriksaan fisik diketahui badan kurus dan perut buncit. Pemeriksaan
antopometri menunjukkan berat badan 7 kg dan panjang badan 75 cm.
Berapa kilogram penambahan berat anak tersebut agar mencapai berat ideal ?
A. 2,8 kg
B. 3 kg
C. 3,5 kg
D. 5 kg
E. 6,5 kg
90. Seorang anak laki-laki umur 3 th dibawa ke UGD RS dengan keluhan demam.
Hasil
pengkajian ditemukan anak panas sudah 4 hari yang lalu, badan panas suhu 39,50
c,
bibir kering, ada perdarahan hidung, mual muntah, anak tidak mau makan dan
minum.
A. Ruam
B. Lesi
C. Petekhie
D. Bula
E. Vesikula