TUJUAN
METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
MEDIA/ALAT BANTU
1. Leaflet
2. Lembar balik
MATERI PENYULUHAN
I. Pendahuluan
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada setiap
tahapan umur. Baik tahapan janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa maupun usia
lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka sudah cukup mengerti dan memahami
sesuatu serta mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk.
Pada tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan dalam
rangka mencapai kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi
anak-anak kadang kala labil sehingga harus diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak
terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun orang lain di sekitarnya.
Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana mereka akan
berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik yang berbeda-
beda. Oleh karena itu, harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia sekolah agar
dapat memberikan tugas dengan tepat yang dapat mengoptimalkan potensi mereka yang
sesuai dengan umur mereka.
1) Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja
yang pertumbuhannya begitu cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk
belajar berbagai kemampuan akademik.
Menurut seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan-
perubahan dalam tubuh (seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ
indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon, dan lain-lain), dan perubahan-
perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya (seperti
perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan
dalam kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan
sebagainya).
Bagi anak kegiatan fisik diperlukan untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan
kestabilan gerak serta melatih koordinasi untuk menyempurnakan berbagai
keterampilan. Kebutuhan untuk selalu bergerak perlu bagi anak karena energy yang
terumpuk pada anak perlu penyaluran. Di samping itu kegiatan jasmani diperlukan
untuk lebih menyempurnakan berbagai keterampilan menuju keseimbangan
tubuh,seperti bagaimana menendang bola dengan tepat sasaran, mengantisipasi
gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak penting bagi anak.
2) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak
berkembang dan berfungsi. Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan
anak untuk berpikir lebih kompleks serta kemampuan melakukan penalaran dan
pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang dari tingkat yang
sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam
berpikir (usia 7-12 tahun). Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang
sifat-sifat perkembangan kognitif anak, diantaranya:
a. Anak adalah pembelajar yang aktif.
Anak tidak hanya mengobservasi dan mengingat apa-apa yang mereka lihat dan
dengar secara pasif, tetapi mereka secara natural memiliki rasa ingin tahu tentang
dunia mereka dan secara aktif berusaha mencari informasi untuk membantu
pemahaman dan kesadarannya tentang realitas tentang dunia yang mereka hadapi.
b. Anak mengorganisasi apa yang mereka pelajari dari pengalamannya.
c. Anak-anak tidak hanya mengumpulkan apa-apa yang mereka pelajari dari fakta-
fakta yang terpisah menjadi suatu kesatuan. Sebaliknya, anak secara gradual
membangun suatu pandangan menyeluruh tentang bagaimana dunia bergerak.
d. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan
akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam
suatu skema. Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi
baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
e. Proses equilibrasi menunjukkan adanya peningkatan ke arah bentuk-bentuk
pemikiran yang lebih komplek.
Melalui proses asimilasi dan akomodasinya, sistem kognisi seseorang
berkembang dari satu tahap ke tahap selanjutnya, sehingga kadang-kadang
mencapai keadaan equilibrium, yakni keadaan seimbang antara struktur
kognisinya dan pengalamannya di lingkungan.
3) Perkembangan bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da menginterpretasikan
komunikasi lisan dan tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada
perubahan perbendaharaan kata dan tata bahasa. Anak-anak semakin banyak
menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan seperti
memukul, melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya untuk
menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk
penggunaan tertentu. Area utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu
penggunaan praktis dari bahasa untuk komunikasi.
a. Perkembangan bicara
Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam berkelompok. Anak
belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Anak menggunakan kemampuan bicara sebagai bentuk komunikasi, bukan
semata-mata sebagai bentuk latihan verbal.
b. Minat membaca
Sampai usia 8 tahun anak membaca penuh semangat terutama tentang ceritera-
ceritera khayal seperti misalnya karya Anderson dan Grimm. Sedangkan, pada
usia 10-12 tahun perhatian membaca mencapai puncaknya. Materi bacaan
semakin luas. Dari kegiatan membaca inilah anak memperkaya perbendaharaan
kata dan tata bahasa sebagai bekal untuk berbicara dan berkomunikasi dengan
orang lain.
4) Perkembangan moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan,
norma dan etika yang berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh
pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya.
Perkembangan moral ini juga tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi
anak. Perkembangan moral tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi
anak.
Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah
berubah. Piaget menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang
kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun, berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi
anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi, berbohong adalah
dibenarkan dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat
bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang heteronomous sedangkan
anak pada usia 10 tahun mereka sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang
disebut moralitas autonomous.
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap tersebut
terjadi pada tiga tingkatan, yakni tingkatan:
a. Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar belakang
budaya dan terhadap penilaian baik-buruk, benar-salah tetapi anak
mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu tindakan.
b. Konvensional, memenuhi harapan-harapan keluarga, kelompok atau agama
dianggap sebagai sesuatu yang berharga pada dirinya sendiri, anak tidak perduli
apapun akan akibat-akibat langsung yang terjadi. Sikap yang nampak pada tahap
ini terlihat dari sikap ingin loyal, ingin menjaga, menjunjung dan member
justifikasi pada ketertiban.
c. Pasca-konvensional, ditandai dengan adanya usaha yang jelas untuk mengartikan
nilai-nilai moral dan prinsip-prinsip yang sohih serta dapat dilaksanakan, terlepas
dari otoritas kelompok atau orang yang memegang prinsip-prinsip tersebut
terlepas apakah individu yang bersangkutan termasuk kelompok itu atau tidak.
5) Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini juga
dirasakan oleh fisik anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang.
Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama
dengan masa sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati,
gembira, sedih, dan kasih sayang.
Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir:
a. Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit
dan sifatnya tiba-tiba.
b. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau sedang
bersendau gurau.
c. Emosi anak mudah berubah.
d. Emosi anak nampak berulang-ulang.
e. Respon emosi anak berbeda-beda.
f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
g. Emosi anak mengalami perubahan dalam kekuatannya.
h. Perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional.
6) Perkembangan sosial
Maksud perkembangan sosial ini adalah pencapaian kematangan dalam hubungan
atau interaksi sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan
diri dengan norma-norma kelompok, tradisi, dan moral agama. Perkembangan social
anak dipengaruhi oleh keluarga, teman sebaya dan guru.
a. Kegiatan bermain
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan social anak. Dengan
bermain anak berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan berbagai
pengalaman berharga. Bermain secara kelompok memberikan peluang dan
pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa dengan sesame teman.
b. Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social baik yang
bersifat positif maupun yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada
pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Pengaruh negatif
membawa dampak seperti merokok, mencuri, membolos, menipu serta perbuatan
antisosial lainnya.
Sumiati, Dkk, 2009, Kesehatan Jiwa anak dan Konseling, Cetakan Pertama, Jakarta : Trans Info
Medika.