Oleh :
NIM. 2206277008
Hari/Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Presentator :
TUJUAN
b. Pasien mampu menjelaskan aspek-aspek perkembangan anak usia sekolah 6-12 tahun
c. Pasien mampu menjelaskan tugas perkembangan anak usia sekolah 6-12 tahun
d. Pasien mampu menjelaskan perkembangan anak normal
e. Pasien mampu menjelaskan tugas orang tua dalam perkembangan anak usia sekolah 6- 12 tahun
f. Pasien mampu menjelaskan ciri penyimpangan perkembangan anak usia sekolah 6-12 tahun
g. Pasien mampu menjelaskan yang dapat dilakukan keluarga bila terjadi penyimpangan usia sekolah 6-12
tahun
SUB POKOK BAHASAN
Definisi anak usia sekolah 6-12 tahun
Aspek-aspek perkembangan anak usia sekolah 6-12 tahun
Tugas perkembangan anak usia sekolah 6-12 tahun
Perkembangan anak normal
Tugas orang tua dalam perkembangan anak usia sekolah 6-12 tahun
Ciri penyimpangan perkembangan anak usia sekolah 6-12 tahun
Yang dapat dilakukan keluarga bila terjadi penyimpangan usia sekolah 6-12 tahun
KEGIATAN PENYULUHAN
1. Pendahuluan (5
1. Mengucapkan salam 1. Menjawab salam
menit)
2. Menjelaskan tujuan 2. Memperhatikan dan
pembelajaran mendengarkan
3. Menyebutkan materi 3. Keluarga memahami
yang diberikan tujuan dengan baik.
5. Ciri penyimpangan
perkembangan anak usia
sekolah 6-12
tahun
8. Memberi reinforcement
positif
3. Mengucapkan salam
METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
MEDIA/ALAT BANTU
1. Leaflet
2. Lembar balik
MATERI PENYULUHAN
I. Pendahuluan
Secara kodrati manusia selalu ingin mendidik keturunanya yang dilakukan pada setiap tahapan umur. Baik tahapan
janin, bayi, balita, kanak-kanak, remaja, dewasa maupun usia lanjut. Anak-anak memasuki tahapan dimana mereka
sudah cukup mengerti dan memahamimsesuatu serta mampu memahami mana yang baik dan mana yang buruk. Pada
tahapan ini, seorang individu sedang menggali potensi dirinya yang digunakan dalam rangka mencapai
kematangan ketika individu tersebut beranjak dewasa. Namun, emosi anak-anak kadang kala labil sehingga harus
diarahkan dan diolah sedemikian rupa agar tidak terjerumus pada sesuatu yang dapat merugikan dirinya maupun
orang lain di sekitarnya. Pada masa inilah, setiap individu akan mengalami masa-masa sekolah dimana mereka akan
berinteraksi ke dalam lingkup yang lebih luas dengan berbagai karakteristik yang berbeda- beda. Oleh karena itu,
harus dipelajari dan dipahami setiap karakter anak usia sekolah agar dapat memberikan tugas dengan tepat yang
dapat mengoptimalkan potensi mereka yang sesuai dengan umur mereka.
Anak usia sekolah merupakan anak yang berumur 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman
inti anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilaku sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa
anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa.
B. Aspek-aspek Perkembangan
1) Perkembangan fisik
Pertumbuhan fisik cenderung lebih stabil atau tenang sebelum memasuki masa remaja yang pertumbuhannya
begitu cepat. Masa yang tenang ini diperlukan oleh anak untuk belajar berbagai kemampuan akademik.
Menurut seifert dan Hoffnung (1994), perkembangan fisik meliputi perubahan- perubahan dalam tubuh
(seperti: pertumbuhan otak, sistem saraf, organ-organ indrawi, pertambahan tinggi dan berat, hormon,
dan lain-lain), dan perubahan- perubahan dalam cara-cara individu dalam menggunakan tubuhnya
(seperti perkembangan keterampilan motorik dan perkembangan seksual), serta perubahan dalam
kemampuan fisik (seperti penurunan fungsi jantung, penglihatan dan sebagainya). Bagi anak kegiatan
fisik diperlukan untuk mengembangkan kestabilan tubuh dan kestabilan gerak serta melatih koordinasi
untuk menyempurnakan berbagai keterampilan. Kebutuhan untuk selalu bergerak perlu bagi anak karena
energy yang terumpuk pada anak perlu penyaluran. Di samping itu kegiatan jasmani diperlukan untuk
lebih menyempurnakan berbagai keterampilan menuju keseimbangan tubuh,seperti bagaimana
menendang bola dengan tepat sasaran, mengantisipasi gerakan. Pada prinsipnya selalu aktif bergerak
penting bagi anak.
2) Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana kemampuan berpikir anak berkembang dan berfungsi.
Kemampuan kognitif dapat dipahami sebagai kemampuan anak untuk berpikir lebih kompleks serta
kemampuan melakukan penalaran dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir anak berkembang dari
tingkat yang sederhana dan konkret ke tingkat yang lebih rumit dan abstrak.
Menurut Piaget, masa kanak-kanak akhir berada dalam tahap operasi konkret dalam berpikir (usia 7-12 tahun).
Piaget menemukan beberapa konsep dan prinsip tentang sifat-sifat perkembangan kognitif anak,
diantaranya:
d. Anak menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika seorang anak memasukkan pengetahuan baru ke dalam
pengetahuan yang sudah ada, yakni anak mengasimilasikan lingkungan ke dalam suatu skema.
Akomodasi terjadi ketika anak menyesuaikan diri pada informasi
baru, yakni anak menyesuaikan skema mereka dengan lingkungannya.
3) Perkembangan bahasa
Anak memiliki kemampuan yang lebih dalam memahami da menginterpretasikan komunikasi lisan dan
tulisan. Pada masa ini perkembangan bahasa nampak pada perubahan perbendaharaan kata dan tata
bahasa. Anak-anak semakin banyak menggunakan kata kerja yang tepat untuk menjelaskan satu tindakan
seperti memukul, melempar, menendang, atau menampar. Mereka belajar tidak hanya untuk
menggunakan banyak kata lagi, tetapi juga memilih kata yang tepat untuk penggunaan tertentu. Area
utama dalam pertumbuahan bahasa adalah pragmatis, yaitu
4) Perkembangan moral
Perkembangan moral ditandai dengan kemampuan anak untuk memahami aturan, norma dan etika yang
berlaku di masyarakat. Perilaku moral banyak dipengaruhi oleh
pola asuh orang tua serta perilaku moral dari orang-orang di sekitarnya. Perkembangan moral ini juga
tidak terlepas dari perkembangan kognitif dan emosi anak. Perkembangan moral tidak terlepas dari
perkembangan kognitif dan emosi anak.
Menurut Piaget, anatar usia 5-12 tahun konsep anak mengenaia keadilan sudah berubah. Piaget
menyatakan bahwa relativisme moral menggantikan moral yang kaku. Misalnya: bagi anak usia 5 tahun,
berbohong adalah hal yang buruk, tetapi bagi anak yang lebih besar sadar bahwa dalam beberapa situasi,
berbohong adalah dibenarkan dan oleh karenanya berbohong tidak terlalu buruk. Piaget berpendapat
bahwa anak yang lebih muda ditandai dengan moral yang heteronomous sedangkan anak pada usia 10
tahun mereka sudah bergerak ke tingkat yang lebih tinggi yang disebut moralitas autonomous.
Kohlberg menyatakan adanya 6 tahap perkembangan moral. Ke-enam tahap tersebut terjadi pada tiga
tingkatan, yakni tingkatan:
a. Pra-konvensional, anak peka terhadap peraturan-peraturan yang belatar belakang budaya dan terhadap
penilaian baik-buruk, benar-salah tetapi anak mengartikannya dari sudut akibat fisik suatu
tindakan.
5) Perkembangan Emosi
Emosi memainkan peran yang penting bagi perkembangan. Akibat dari emosi ini juga dirasakan oleh fisik
anak terutama bila emosi itu kuat dan berulang-ulang.
Hurlock menyatakan bahwa ungkapan emosi yang muncul pada masa ini masih sama dengan masa
sebelumnya, seperti: marah, takut, cemburu, ingin tahu, iri hati, gembira, sedih, dan kasih sayang.
Ciri-ciri emosi emosi masa kanak-kanak akhir:
a. Emosi anak berlangsung relative lebih singkat (sebentar), hanya beberapa menit dan sifatnya tiba-
tiba.
b. Emosi anak kuat atau hebat. Hal ini terlihat bila anak: takut, marah atau sedang bersendau gurau.
c. Emosi anak mudah berubah.
f. Emosi anak dapat diketahui atau dideteksi dari gejala tingkah lakunya.
Bermain sangat penting bagi perkembangan fisik, psikis dan social anak. Dengan bermain anak
berinteraksi dengan teman main yang banyak memberikan berbagai pengalaman berharga. Bermain
secara kelompok memberikan peluang dan pelajaran kepada anak untuk berinteraksi, bertenggang rasa
dengan sesame teman.
b. Teman sebaya
Teman sebaya memberikan pengaruh pada perkembangan social baik yang bersifat positif maupun
yang negatif. Pengaruh positif terlihat pada
pengembangan konsep diri dan pembentukan harga diri. Pengaruh negatif membawa dampak seperti
merokok, mencuri, membolos, menipu serta perbuatan
antisosial lainnya.
b. Membantu anak belajar memiliki kompetensi sosial yaitu perseptif terhadap orang lain, kooperatif,
asertif, ramah kepada teman sebaya, dan santun kepada orang
dewasa.
b. Malas belajar
c. Keras kepala
2. Upaya menanggulangi masalah kenakalan tidak meluas dan merugikan masyarakat : anak dikembalikan
ke orang tua
3. Upaya pembinaan : pembinaan upaya menjaga jangan sampai terjadi kenakalan remaja. Pembinaan
ilmu pengetahuan, pembinaan kepribadian yang wajar untuk mencapai pribadi yang sehat dan stabil
Daftar Pustaka
Sumiati, Dkk, 2009, Kesehatan Jiwa anak dan Konseling, Cetakan Pertama, Jakarta : Trans Info Medika.
Sarwono, Sarlito Wirawa. 2011. Psikologi Anak. RajaGrafindo Persada. Jakarta Desmita. 2011. Psikologi