Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

Keperawatan Medikal Bedah II

Konsep Askep Katarak

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Dosen Pembimbing :

Ns. Wiyadi.,S. Kep.,Msc

Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
Jurusan Keperawatan
Program Studi D-III Keperawatan Samarinda
Samarinda, Kalimantan Timur
2021
MAKALAH

Keperawatan Medikal Bedah II

Konsep Askep Katarak

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Dosen Pembimbing :

Ns. Wiyadi.,S. Kep.,Msc

1. Akmilda Regita P. A 9. Indri Astutik


2. Annisa Rizqi N 10. M. Fachrul I
3. Aprillia Delta D 11. Kartika Dwi C. R. Z
4. Ardi Kurniawan 12. Prischa Ambar S. P
5. Arina An Umillah 13. Rizky Puspita A
6. Auliyah Rachma 14. Setry Palimbunga
7. Candra Krisna W 15. Siti Nurfadilah
8. Cecirius Agil W 16. Suprianto

Kementerian Kesehatan RI
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur
Jurusan Keperawatan
Program Studi D-III Keperawatan Samarinda
Samarinda, Kalimantan Timur
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Konsep Askep Katarak” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari makalah ini adalah untuk mempelajari mengenai


konsep askep katarak dan memperoleh nilai pada tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II.

Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada


semua pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil khususnya
dosen pembimbing mata kuliah keperawatan keperawatan medikal bedah II
sehingga makalah ini dapat selesai.

Meskipun telah berusaha menyelesaikan makalah ini sebaik mungkin,


penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca guna
menyempurnakan segala kekurangan dalam penyusunan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini berguna bagi para
pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan. Terimakasih.

Samarinda, 27 Januari 2021

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ............................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 3

A. Pengertian Katarak .......................................................................... 3


B. Etiologi Katarak .............................................................................. 5
C. Manifestasi Klinis Katarak .............................................................. 6
D. Patofisiologi Katarak ....................................................................... 7
E. Komplikasi Katarak......................................................................... 9
F. Pengobatan Katarak......................................................................... 9
G. Pengkajian Keperawatan Katarak .................................................. 10
H. Diagnosa Keperawatan Katarak ..................................................... 14
I. Intervensi Keperawatan Katarak .................................................... 14
J. Implementasi Keperawatan Katarak .............................................. 19
K. Evaluasi Keperawatan Katarak ...................................................... 19

BAB III PENUTUP .................................................................................. 20

A. Kesimpulan ................................................................................... 20
B. Saran ............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia


memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta
penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian
besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang
mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang
yang lebih muda untuk mengurus dirinya.

Berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun


1993-1996, menunjukkan angka kebutaan di Indonesia sebesar 1,5%, dengan
penyebab utama adalah katarak (0,78%); glaukoma (0,20%); kelainan refraksi
(0,14%); dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia
(0,38%).

Dibandingkan dengan negara-negara di regional Asia Tenggara, angka


kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (Bangladesh 1%, India 0,7%,
Thailand 0,3%). Sedangkan insiden katarak 0,1% (210.000 orang/tahun),
sedangkan operasi mata yang dapat dilakukan lebih kurang 80.000 orang/ tahun.
Akibatnya timbul backlog (penumpukan penderita) katarak yang cukup tinggi.
Penumpukan ini antara lain disebabkan oleh daya jangkau pelayanan operasi yang
masih rendah, kurangnya pengetahuan masyarakat, tingginya biaya operasi, serta
ketersediaan tenaga dan fasilitas pelayan kesehatan mata yang masih terbatas.

Maka dari itu kami terdorong untuk menyusun makalah ini, sehingga
dapat menambah pengetahuan kita tentang insiden katarak itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari katarak ?
2. Apa etiologi dari katarak ?

1
2

3. Apa manifestasi klinis dari katarak ?


4. Apa patofisiologi dari katarak ?
5. Apa komplikasi dari katarak ?
6. Apa pengobatan dari katarak ?
7. Bagaimana pengkajian keperawatan dari katarak ?
8. Bagaimana diagnosa keperawatan dari katarak ?
9. Bagaimana intervensi keperawatan katarak ?
10. Bagaimana implementasi keperawatan dari katarak ?
11. Bagaimana evaluasi keperawatan dari katarak ?

C. Tujuan Penulisan
1. Memahami dan mengerti pengertian dari katarak.
2. Memahami dan mengerti etiologi dari katarak.
3. Memahami dan mengerti manifestasi klinis dari katarak.
4. Memahami dan mengerti patofisiologi dari katarak.
5. Memahami dan mengerti komplikasi dari katarak.
6. Memahami dan mengerti pengobatan dari katarak.
7. Memahami dan mengerti pengkajian keperawatan dari katarak
8. Memahami dan mengerti diagnosa keperawatan dari katarak
9. Memahami dan mengerti intervensi keperawatan katarak
10. Memahami dan mengerti implementasi keperawatan dari katarak
11. Memahami dan mengerti evaluasi keperawatan dari katarak
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Katarak

Katarak adalah kekeruhan lensa. Katarak memiliki derajat kepadatan yang


sangat bervariasi dan dapat disebabkan oleh berbagi hal, tetapi biasanya berkaitan
dengan penuaan (Vaughan, 2000).

Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya


terjadi akibat proses penuaan, tapi dapat timbul pada saat kelahiran (katarak
kongenital). Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul,
penggunaan kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis, pemajanan radiasi,
pemajanan sinar matahari yang lama, atau kelainan mata yang lain (seperti uveitis
anterior) (Smeltzer, 2001) Hal 1996.

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti
air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2.

Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya


transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

Jenis- jenis katarak menurut (Vaughan, 2000) hal 177- 181 terbagi atas :

1. Katarak terkait usia (katarak senilis)

Katarak senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai.


Satusatunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin
kabur.

2. Katarak anak- anak

3
4

Katarak anak- anak dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :

2.1.Katarak kongenital, yang terdapat sejak lahir atau segera sesudahnya.


Banyak katarak kongenital yang tidak diketahui penyebabnya walaupun
mungkin terdapat faktor genetik, yang lain disebabkan oleh penyakit
infeksi atau metabolik, atau beerkaitan dengan berbagai sindrom.
2.2.Katarak didapat, yang timbul belakangan dan biasanya terkait dengan
sebab-sebab spesifik. Katarak didapat terutama disebabkan oleh trauma,
baik tumpul maupun tembus. Penyyebab lain adalah uveitis, infeksi mata
didapat, diabetes dan obat.

3. Katarak traumatik

Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera benda asing di


lensa atau trauma tumpul terhadap bola mata. Lensa menjadi putih segera setelah
masuknya benda asing karena lubang pada kapsul lensa menyebabkan humor
aqueus dan kadang- kadang korpus vitreum masuk kedalam struktur lensa.

4. Katarak komplikata

Katarak komplikata adalah katarak sekunder akibat penyakit intraokular


pada fisiologi lensa. Katarak biasanya berawal didaerah sub kapsul posterior dan
akhirnya mengenai seluruh struktur lensa. Penyakit- penyakit intraokular yang
sering berkaitan dengan pembentukan katarak adalah uveitis kronik atau rekuren,
glaukoma, retinitis pigmentosa dan pelepasan retina.

5. Katarak akibat penyakit sistemik

Katarak bilateral dapat terjadi karena gangguan- gangguan sistemik


berikut: diabetes mellitus, hipoparatiroidisme, distrofi miotonik, dermatitis
atropik, galaktosemia, dan syndrome Lowe, Werner atau Down.

6. Katarak toksik
5

Katarak toksik jarang terjadi. Banyak kasus pada tahun 1930-an sebagai
akibat penelanan dinitrofenol (suatu obat yang digunakan untuk menekan nafsu
makan). Kortokosteroid yang diberikan dalam waktu lama, baik secara sistemik
maupun dalam bentuk tetes yang dapat menyebabkan kekeruhan lensa.

7. Katarak ikutan

Katarak ikutan menunjukkan kekeruhan kapsul posterior akibat katarak


traumatik yang terserap sebagian atau setelah terjadinya ekstraksi katarak
ekstrakapsular.

B. Etiologi Katarak

Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa mengalami


katarak yang biasanya merupakan penyakit yang diturunkan, peradangan di dalam
kehamilan, keadaan ini disebut sebagai katarak kongenital. Lensa mata
mempunyai bagian yang disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks
lensa yang terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa. Pada
anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang tua nukleus ini
menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus, korteks, dan subkapsularis lensa.

Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air
dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras pada bagian tengahnya,
sehingga kemampuannya memfokuskan benda dekat berkurang. Hal ini mulai
terlihat pada usia 45 tahun dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat
(presbiopia). Pada usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa
keruh.

Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi


progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu mata nyata
berbeda dengan mata yang sebelahnya. Perkembangan katarak untuk menjadi
berat memakan waktu dalam bulan hingga tahun.
6

Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih cepat.


Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya kekeruhan lensa
sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra violet B dari cahay matahari, efek
racun dari merokok, dan alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di
dalam bola mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti
betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin, indometasin,
medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat lainnya. Penyakit infeksi
tertentu dan penyakit seperti diabetes melitus dapat mengakibatkan timbulnya
kekeruhan lensa yang akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) .

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan yang


berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemik, seperti
diabetes. Namun kebanyakan merupakan konsekuensi dari proses penuaan yang
normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik ketika seseorang
memasuki dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia
dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering berperan dalam
terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol,
merokok, diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka
waktu lama (Smeltzer, 2001).

C. Manifestasi Klinis Katarak

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya, pasien


melaporkan penurunan ketajaman fungsi penglihatan, silau, dan gangguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan
penglihatan tadi, temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara
keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika
lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan
dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
kabur atau redup, menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan tampak
7

kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama


bertahun-tahun , dan ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang
lebih kuat pun tak akan mampu memperbaiki penglihatan.

Orang dengan katarak secara khas selalu mengembangkan strategi untuk


menghindari silau yang menjengkel yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah.
Misalnya, ada yang mengatur ulang perabotan rumahnya sehingga sinar tidak
akan langsung menyinari mata mereka. Ada yang mengenakan topi berkelepak
lebar atau kaca mata hitam dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai
mobil pada siang hari (Smeltzer, 2001).

Menurut (Mansjoer, 2000), pada katarak senil, dikenal 4 stadium yaitu:


insipiens, matur, imatur, dan hipermatur.

D. Patofisiologi Katarak
8

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus,
di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna
menjadi coklat kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di
anterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, nampak seperti kristal salju pada jendela.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya


transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjang
dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat menyebabkan
penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa
suatu enzim mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
9

E. Komplikasi Katarak
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama
operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang
merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi
dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera
mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada
periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada
lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan
perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun
jarang terjadi.

F. Pengobatan Katarak

Sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat mencegah katarak.
Beberapa penelitian sedang dilakukan untuk memperlambat proses bertambah
keruhnya lensa untuk menjadi katarak (Ilyas, 2006).

Meski telah banyak usaha yang dilakukan untuk memperlambat


progresifitas atau mencegah terjadinya katarak, tatalaksana masih dengan
pembedahan (James, 2006). Untuk menentukan waktu katarak dapat dibedah
ditentukan oleh keadaan tajam penglihatan dan bukan oleh hasil pemeriksaan.
Tajam penglihatan dikaitkan dengan tugas sehari-hari penderita. Digunakan nama
insipien, imatur, matur, dan hipermatur didasarkan atas kemungkinan terjadinya
penyulit yang dapat terjadi (Prof. Dr Sidarta Ilyas, dkk, 2002).

Operasi katarak terdiri dari pengangkatan sebagian besar lensa dan


penggantian lensa dengan implant plastik. Saat ini pembedahan semakin banyak
dilakukan dengan anestesi lokal daripada anestesi umum. Anestesi lokal
diinfiltrasikan di sekitar bola mata dan kelopak mata atau diberikan secara topikal.
10

Operasi dilakukan dengan insisi luas pada perifer kornea atau sklera anterior,
diikuti oleh ekstraksi (lensa diangkat dari mata) katarak ekatrakapsular. Insisi
harus dijahit. Likuifikasi lensa menggunakan probe ultrasonografi yang
dimasukkan melalui insisi yang lebih kecil dari kornea atau sklera anterior
(fakoemulsifikasi).

G. Pengkajian Keperawatan Katarak

Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar


utama dan hal yang penting di lakukan baik saat pasien pertama kali masuk rumah
sakit maupun selama pasien dirawat di rumah sakit.

1. Biodata

Identitas klien : nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,


suku/ bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat dan nomor register.

2. Riwayat kesehatan
2.1.Keluhan utama

Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.

2.2.Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat kesehatan pendahuluan pasien diambil untuk menemukan


masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan
ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan
apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama
pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting.
Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa
yang terakhir diderita pasien.

2.3.Riwayat kesehatan sekarang

Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Apakah ia


mengenakan kacamata atau lensa kontak?, apakah pasien mengalami kesulitan
11

melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh?, apakah ada keluhan dalam membaca
atau menonton televisi?, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau
masalah dengan penglihatan lateral atau perifer?

2.4.Riwayat kesehatan keluarga

Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-
nenek.

3. Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan


pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Smeltzer, 2002).
Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa
dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan
katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait
usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak
terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang
menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi
pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris
menandakan trauma mata sebelumnya (James, 2005).

3.1.Perubahan pola fungsi

Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut (gordon) adalah


sebagai berikut :

3.1.1. Persepsi tehadap kesehatan

Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah


kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai
riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.

3.1.2. Pola aktifitas dan latihan


12

Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan


diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain,
3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat
dinilai melalui :

3.1.3. Pola istirahat tidur

Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti
insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.

3.1.4. Pola nutrisi metabolik

Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang
telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami
perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat
badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.

3.1.5. Pola eliminasi


13

Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau
kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji
bentuk, warna, bau dan frekuensi.

3.1.6. Pola kognitif perseptual

Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara,


mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah
keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri.

3.1.7. Pola konsep diri

Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga


diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.

3.1.8. Pola koping

Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan
menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah
sakit.

3.1.9. Pola seksual reproduksi

Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah
masalh saat menstruasi.

3.1.10. Pola peran hubungan

Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung


dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien
dirawat di rumah sakit.

3.1.11. Pola nilai dan kepercayaan

Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri


kepada Tuhan atas sakit yang diderita.

4. Pemeriksaan Diagnostik
14

Selain uji mata yang biasanya dilakukan menggunakan kartu snellen,


keratometri, pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopi, maka Ascan ultrasound
(echography) dan hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel
endotel 2000 sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL (Smeltzer, 2001).

H. Diagnosa Keperawatan Katarak


1. Nyeri Akut (D.0077) berhubungan dengan Agen Pencedera Fisik
(Prosedur Operasi) dibuktikan dengan mengeluh nyeri, gelisah, dan, sulit
tidur.
2. Ansietas (D.0080) berhubungan dengan kurang terpapar informasi
dibuktikan dengan merasa bingung, tampak gelisah, tampak tegang.
3. Defisit Pengetahuan (D.0111) berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi,
menunjukan presepsi yang keliru terhadap masalah.
4. Resiko Cedera (D.0136) dibuktikan dengan perubahan psikimotor.
5. Resiko Infeksi (D.0142) dibuktikan dengan efek prosedur invasif

I. Intervensi Keperawatan Katarak

Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1. Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
berhubungan dengan Agen keperawatan selama 3x24 jam Observasi
Pencedera Fisik (Prosedur Tingkat Nyeri (L.08066) pada  lokasi, karakteristik, durasi,
Operasi) dibuktikan dengan pasien dapat menurun dengan frekuensi, kualitas, intensitas
mengeluh nyeri, gelisah, dan, kriteria hasil : nyeri
sulit tidur.  Keluhan nyeri menurun  Identifikasi skala nyeri
 Gelisah menurun  Identifikasi faktor yang
 Kesulitan tidur menurun memperberat dan memperingan
nyeri
15

Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
2. Ansietas (D.0080) berhubungan Setelah dilakukan perawatan selama REDUKSI ANSIETAS (I.09314)
dengan kurang terpapar 3x24 jam, maka Tingkat Ansietas Observasi
informasi dibuktikan dengan (L.09093) menurun dengan Kriteria  identifikasi saat ansietas berubah
merasa bingung, tampak gelisah, Hasil :  identifikasi kemampuan
tampak tegang.  verbalisasi kebingungan mengambil keputusan
menurun  monitor tanda-tanda ansietas
 perilaku gelisah menurun Terapeutik
16

 perilaku tegang menurun  temani pasien untuk mengurangi


kecemasan,jika memungkinkan
 pahami situasi yang membuat
ansietas
 dengarkan dengan penuh
perhatian
 diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan
datang
Edukasi
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih teknik relaksasi

3. Defisit Pengetahuan (D.0111) Setelah dilakukan perawatan selama EDUKASI KESEHATAN


berhubungan dengan kurang 3x24 jam,maka Tingkat (I.12383)
terpapar informasi dibuktikan Pengetahuan (L.12111) menurun Observasi
dengan menanyakan masalah dengan Kriteria Hasil :  identifikasi kesiapan dan
yang dihadapi, menunjukan  Pertanyaan tentang masalah yang kemampuan menerima informasi
presepsi yang keliru terhadap dihadapi berkurang  identifikasi faktor-faktor yang
masalah.  Presepasi yang keliru terhadap dapat meningkatkan dan
masalah berkurang menurunkan motivasi dan
menurunkan motivasi perilaku
hidup bersih dan sehat
Terapeutik
17

 sediakan materi dan media


pendidikan esehatan
 jadwalkan pendidikan esehatan
sesuai kesepakatan
 berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
 jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
4. Resiko Cedera (D.0136) Setelah dilakukan perawatan selama MANAJEMEN KESEHATAN
dibuktikan dengan perubahan 3x24 jam,maka Tingkat Cedera LINGKUNGAN (I.14513)
psikimotor (L.14136) menurun dengan Kriteria Observasi
Hasil :  Identifikasi kebutuhan
 Toleransi aktivitas menurun keselamatan
 Gangguan mobilitas menurun  Monitor perubahan status
keselamatan lingkungan
Terapeutik
 Hilangkan bahaya keselamatan
lingkungan
 Modifikasi lingkungan untuk
meminimalkan bahaya dan rsiko
 Sediakan alat bantu keamanan
lingkungan
 Guakan perangkat pelindung
 Hubungi pihak berwenang sesuai
masalah komunitas
18

 Fasilitas relokasi kelingkungan


yang aman
 Lakukan program skining bahay
lingkungan
Edukasi
 Ajarkan individu,keluarga dan
kelompok resiko tinggi bahaya
lingkungan
5. Resiko Infeksi (D.0142) Setelah dilakukan perawatan selama PENCEGAHAN INFEKSI
dibuktikan dengan efek prosedur 3x24 jam, maka tingkat infeksi (I.14539)
invasif (l.14137) menurun Kriteria Hasil :
Observasi
 Demam menurun
 Nyeri menurun  Monitor tanda dan gejala infeksi
lokal dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien.
 Pertahankan teknik aseptik pada
pasien beresiko tinggi.
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi,
jika perlu.
19

J. Implementasi Keperawatan Katarak

Implementasi yang kita lakukan adalah sesuai dengan intervensi yang telah
kita rencanakan sesuai dengan diagnosa yang kita temukan dan dilakukan
berdasarkan prioritas diagnosa yang lebih besar.

K. Evaluasi Keperawatan Katarak

Evaluasi keperawatan yang dilakukan adalah menentukan apakah tujuan


dan hasil yang direncanaikan tercapai atau tidak, dan apakah masalah teratasi atau
tidak saat dilakukannya implementasi keperawatan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Katarak merupakan penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Indonesia


memiliki angka penderita katarak tertinggi di Asia Tenggara. Dari sekitar 234 juta
penduduk, 1,5 persen atau lebih dari tiga juta orang menderita katarak. Sebagian
besar penderita katarak adalah lansia berusia 60 tahun ke atas. Lansia yang
mengalami kebutaan karena katarak tidak bisa mandiri dan bergantung pada orang
yang lebih muda untuk mengurus dirinya

Katarak adalah suatu keadaan dimana lensa mata yang biasanya jernih dan
bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti
air terjun. Hal ini disebabkan karena pasien katarak seakan-akan melihat sesuatu
seperti tertutup oleh air terjun didepan matanya (Ilyas, 2006) hal 2.

Jadi dapat disimpulkan, katarak adalah kekeruhan lensa yang normalnya


transparan dan dilalui cahaya ke retina, yang dapat disebabkan oleh berbagai hal
sehingga terjadi kerusakan penglihatan.

B. Saran

Diharapkan para pembaca memperbanyak literatur dalam pembuatan


makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar. Terutama litelatur
yang berhubungan dengan Konsep Askep Katarak supaya mempermudah
mahasiswa perawat untuk mempelajari mata kuliah keperawatan medikal bedah II
yang benar.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amindyta, O. (2013). “KATARAK SENILIS IMATUR PADA WANITA UMUR


84 TAHUN” dalam jurnal Medula Vol. 1 No. 5 Lampung : Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung

Karjatin, A. (2016). Modul Keperawatan Medikal Bedah II. Jakarta Selatan : :


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Setyowati, D. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK NY.M S. ST


SUKOREJO PONOROGO. Tugas Akhir (D3) KTI : Poltekkes Kemenkes
Yogyakarta

21

Anda mungkin juga menyukai