Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KELOMPOK KEPERAWATAN ANAK

DISUSUN OLEH :

1. Muhammad Rizki Alfarizi (P1337420318002)


2. Alna Khamida (P1337420318030)
3. Ade Rokhmatul W.I (P1337420318052)

2 REGULER A

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI D III KEPERAWATAN PEKALONGAN

2019

A. PENGERTIAN
Leukimia adalah proliferasi sel darah putih yang masih imatur dalam jaringan
pembentuk darah (Buku Asuhan Keperawatan)
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-
sum tulang yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan manifestasi
adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Pada leukemia ada gangguan dalam
pengatukran sel leukosit. Leuksit dalam darah berproliferasi secara tidak teratur dan
tidak terkendali dan fungsinyapun menjadi normal. Oleh karena proses tersebut
fungsi-fungsi lain dari sel darah merah normal terganggu hingga menimbulkan gejala
leukemia yang dikenal dalam klinik. (Bambang Permono, 2005: 2006

B. ETIOLOGI
Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor presdisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukimia, yaitu:
a. Genetik
1. Keturunan
 Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan
kongenital, diantaranya pada sindroma Down, sindroma
Bloom, Fanconi’s Anemia, sindroma Wiskott-Aldrich,
sindroma Ellis van Creveld, sindroma Kleinfelter, D-Trisomy
sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan
erat dengan adanya perubahan informasi gen, misal pada
kromosom 21 atau C-group Trisomy, atau pola kromosom yang
tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
 Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi
pada kembar identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi
pada tahun pertama kelahiran. Hal ini berlaku juga pada
keluarga dengan insidensi leukemia yang sangat tinggi
2. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-
obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khususnya ALL ,
b. Virus
Dalam banyak percobaan telah didapatkan fakta bahwa RNA virus
menyebabkan leukemia pada hewan termasuk primata. Penelitian pada
manusia menemukan adanya RNA dependent DNA polimerase pada sel-sel
leukemia tapi tidak ditemukan pada sel-sel normal dan enzim ini berasal dari
virus tipe C yang merupakan virus RNA yang menyebabkan leukemia pada
hewan. Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada
manusia adalah Human T-Cell Leukemia. Jenis leukemia yang ditimbulkan
adalah Acute T- Cell Leukemia.
c. Bahan Kimia dan Obat-obatan
1. Bahan Kimia
Paparan dari bahan kimia (misal: benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang
sering terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain
dihubungkan dengan resiko tinggi dari AML, antara lain: produk –
produk minyak, cat, ethylene oxide, herbisida, pestisida, dan ladang
elektromagnetik
2. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal: alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang
menyebabkan AML.
d. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada
kasus lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang
selamat dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga
pada pasien yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para
pekerja yang terekspos radiasi dan para radiologis.

C. MANIFESTASI KLINIS
1. Gejala yang khas adalah pucat, panas dan perdarahan (perdarahan dan
anemia adalah manifestasi utama)
2. Limfadenopati dan hepatosplenomegali
Hal ini disebabkan karena ekstramedular juga terlibat (sel kanker
menyebar ke seluruh hingga limfe, hati dan limpa menaikkan produksi
sel darah putih)
3. Gejala yang tidak khas ialah sakit sendi atau sakit tulang (reumatik)
4. Gangguan pada sistem saraf pusat
Dapat terjadi sakit kepala, muntah, kejang dan gangguan penglihatan.
5. Gejala lain
 Pilek tidak kunjung sembuh
 Demam dan anorexia
 Berat badan menurun
 Ptechiae (memar tanpa sebab)
 Nyeri abdomen

D. ANATOMI FISIOLOGI
a. Anatomi
Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel
darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit
infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna,
memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler /
diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109hingga 11x109 sel darah
putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per
tetes. Dalam setiap milimeter kubik darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000)
sel darah putih . Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel
per tetes .
Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat
dengan organ atau jaringan tertentu,mereka bekerja secara independen
seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan
berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme
penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara
mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel puncahematopoietic
pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel
biang, eosinofil ,basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel
dendritik.Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel
polimorfonuklear yaitu:
1. Basofil.
2. Eosinofil.
3. Neutrofil.
dan dua jenis yang lain tanpa granuladalam sitoplasma:
1. Limfosit
2. Monosit.
Skema pembentukan sel darah putih

b. Fisiologi
Fisiologi sel darah manusia

Leukosit 
Leukosit adalah sel darah  berinti. Di dalam darah manusia, jumlah
normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari
12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut
leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai
granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesan
setengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai bentuk inti yang
bervariasi, yang tidak mempunyai granula, sitoplasmanya homogen dengan
inti bentuk bulat atau bentuk ginjal. Terdapat dua jenis leukosit granuler :
limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung
sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil,
Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula
terhadap zat warna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia
secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar
precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi
darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat, tetapi tampak sebagai
akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya
proses peradangan. (Effendi, 2003)
Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral
organisme terhadap zat-zat asing. Ketika viskositas darah meningkat dan
aliran lambat, leukosit mengalami marginasi, yakni bergerak ke  arah perifer
sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan  melakukan
gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuan leukosit untuk
menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan
penyambung. Pergerakan leukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang
setelah leukosit beremigrasi, atau disebut kemotaktik terarah oleh sinyal
kimia. (Effendi, 2003). Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang
dewasa normal adalah 4000-11000, waktu lahir 15000-25000, dan menjelang
hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4 tahun sesuai jumlah normal.
Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung pada usia. waktu lahir,
4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai. (Effendi,
2003).
Fungsi sel Darah putih
Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan
badan terhadap mikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit
(fago- memakan), mereka memakan bakteria hidup yang masuk ke sistem
peredaran darah. melalui mikroskop adakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-
20mikroorganisme tertelan oleh sebutir granulosit. pada waktu menjalankan
fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakan amuboidnya ia
dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalan
mengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapatmengepung daerah
yang terkena infeksi atau cidera, menangkap organisme hidup
danmenghancurkannya,menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-
kotoran, serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama, dan sebagai
granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkan
merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya.
Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan
penyembuhannya dimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah
putih, peradangan dapat dihentikan sama sekali. Bila kegiatannya tidak
berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk nanah. Nanah beisi "jenazah"
dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanya disebut sel
nanah. demikian juga terdapat banyak kuman yang mati dalam nanah itu dan
ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel
nanah tersebut akan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja
sebagai fagosit.

E. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh
terhadap infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih
pada sumsum tulang yang lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah
normal dan tidak berfungsi seperti biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah
normal, merusak kemampuan tubuh terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak
produksi sel darah lain pada sumsum tulang termasuk sel darah merah dimana sel
tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada jaringan. Analisis sitogenik
menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal yang terdapat pada
pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan angka, yang
menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur
termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi
ini, dua kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen
yang berubah dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan
tersebut seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan
genetik sel yang kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian
normal dari pembelahan sel, sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi
ganas. Pada akhirnya sel-sel ini menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat
dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel darah yang normal. Kanker ini juga bisa
menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati, limpa, kelenjar getah bening, ginjal,
dan otak.

F. PATHWAY
G. ASKEP
A. Pengkajian
1. Data biografi pasien
Leukemia banyak menyerang laki-laki dari pada wanita dan
menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khususnya pada orang dewasa.
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada penyakit leukemia ini klien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
b. Riwayat penyakit
Pada riwayat penyakit klien dengan leukemia, kaji adanya
tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Kaji
adanya tanda-tanda leucopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji
adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae, purpura,
perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra
medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji
adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal
ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri ( Lawrence, 2003).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal
kembar monozigot.
d. Riwayat kebiasaan sehari-hari
Perbedaan pola aktivitas dirumah dan dirumah sakit.
e. Riwayat psikososial
 Psikologi
Pada kasus ini biasanya klien dan keluarga takut dan
cemas terhadap penyakit yang diderita. Klien sangat
membutukan dukungan dari keluarga dan perawat.
 Sosial Ekonomi
Klien mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga
maupun dengan tetangga disekitar rumahnya dengan adanya
keluarga dan tetangga yang membesuk serta klien hidup dalam
keadaan ekonomi yang sederhana.
f. Data penunjang
Data laboratorium pada klien dengan leukemia :
 Anemi normokrom normositer
 Leukosit >15.000/mm3 (5000-10000/ mm3)
 Sitogenik : kelainan pada kromosom 12, 13, 14, kadang-kadang
pada kromosom 6, 11
 Hb : 7,3 mg / dl ( N : 12.0 – 16.0 g/dL).
 Trombosit : 100.000 (150.000-400.000/mm3)
 SDP : 60.000/cm (50.000)
 PT/PTT : memanjang
 Copper serum : meningkat
 Zink serum : menurun
g. Penatalaksanaan
Terapi dan obat yang diberikan pada klien dengan leukemia :
 Transfusi bila perlu
 Klorambusil
3. Kaji adanya tanda-tanda anemia :
 Pucat
 Kelemahan
 Sesak
 Nafas cepat
4. Kaji adanya tanda-tanda leukopenia
 Demam
 Infeksi
5. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia :
a. Ptechiae
b. Purpura
c. Perdarahan membran mukosa
6. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola :
a. Limfadenopati
b. Hepatomegali
c. Splenomegali
B. Diagnosa
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
6. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan.
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia.
C. Intervensi
1. Resiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan tubuh
Tujuan : pasien bebas dari infeksi
Kriteria hasil :
 Normotermia
 Hasil kultur negative
 Peningkatan penyembuhan
Intervensi :
1) Pantau suhu dengan teliti (TTV)
Rasional : untuk mendeteksi kemungkinan infeksi
2) Tempatkan klien dalam ruangan khusus
Rasional : untuk meminimalkan terpaparnya klien dari sumber infeksi
3) Anjurkan semua pengunjung dan staf rumah sakit untuk menggunakan
teknik mencuci tangan dengan baik
Rasional : untuk meminimalkan pajanan pada organisme infektif
4) Gunakan teknik aseptik yang cermat untuk semua prosedur invasif
Rasional : untuk mencegah kontaminasi silang/menurunkan resiko
infeksi
5) Evaluasi keadaan klien terhadap tempat-tempat munculnya infeksi
seperti tempat penusukan jarum, ulserasi mukosa, dan masalah gigi
Rasional : untuk intervensi dini penanganan infeksi
6) Inspeksi membran mukosa mulut. Bersihkan mulut dengan baik
Rasional : rongga mulut adalah medium yang baik untuk pertumbuhan
organisme
7) Berikan periode istirahat tanpa gangguan
Rasional : menambah energi untuk penyembuhan dan regenerasi
seluler
8) Berikan diet lengkap nutrisi sesuai usia
Rasional : untuk mendukung pertahanan alami tubuh
9) Berikan antibiotik sesuai ketentuan
Rasional : diberikan sebagai profilaktik atau mengobati infeksi khusus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan akibat anemia
Tujuan : terjadi peningkatan toleransi aktifitas
Kriteria hasil :
 klien tidak pusing
 Klien tidak lemah
 HB 12 gr/%
 Leukosit normal
 Tidak anemis
Intervensi :
1) Evaluasi laporan kelemahan, perhatikan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dala aktifitas sehari-hari
Rasional : menentukan derajat dan efek ketidakmampuan
2) Berikan lingkungan tenang dan perlu istirahat tanpa gangguan
Rasional : menghemat energi untuk aktifitas dan regenerasi seluler atau
penyambungan jaringan
3) Kaji kemampuan untuk berpartisipasi pada aktifitas yang diinginkan
atau dibutuhkan
Rasional : mengidentifikasi kebutuhan individual dan membantu
pemilihan intervensi
4) Berikan bantuan dalam aktifitas sehari-hari dan ambulasi
Rasional : memaksimalkan sediaan energi untuk tugas perawatan diri
5) Kolaborasikan pemasangan tranfusi darah
Rasional : transfusi darah dapat meningkatkan kadar hemoglobin di
dalam darah klien.
3. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual dan
muntah
Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan, pasien tidak mengalami
mual dan muntah
Kriteria hasil :
 klien tidak lemah dan anemis
 Turgor kulit baik
 Mukosa bibir lembab, tidak sianosis
Intervensi :
1) Berikan antiemetik awal sebelum dimulainya kemoterapi
Rasional : untuk mencegah mual dan muntah
2) Berikan antiemetik secara teratur pada waktu dan program kemoterapi
Rasional : untuk mencegah episode berulang
3) Kaji respon klien terhadap anti emetic
Rasional : karena tidak ada obat antiemetik yang secara umum
berhasil
4) Hindari memberikan makanan yang beraroma menyengat
Rasional : bau yang menyengat dapat menimbulkan mual dan muntah
5) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Rasional : karena jumlah kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Berikan cairan intravena sesuai ketentuan
Rasional : untuk mempertahankan hidrasi
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, malaise, mual dan muntah, efek samping kemoterapi dan atau
stomatitis
Tujuan : pasien mendapat nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil :
 klien tidak pucat
 Klien tidak anemis
 Mukosa bibir lembab
 Nafsu makan meningkat
 Bb meningkat
Intervensi :
1) Dorong klien untuk tetap rileks saat makan
Rasional : jelaskan bahwa hilangnya nafsu makan adalah akibat
langsung dari mual dan muntah serta kemoterapi
2) Izinkan klien memakan semua makanan yang dapat ditoleransi,
rencanakan unmtuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan
klien meningkat
Rasional : untuk mempertahankan nutrisi yang optimal
3) Berikan makanan yang disertai suplemen nutrisi gizi, seperti susu
bubuk atau suplemen yang dijual bebas
Rasional : untuk memaksimalkan kualitas intake nutrisi
4) Izinkan klien untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
Rasional : untuk mendorong agar klien mau makan
5) Dorong masukan nutrisi dengan jumlah sedikit tapi sering
Rasional : karena jumlah yang kecil biasanya ditoleransi dengan baik
6) Dorong klien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient
Rasional : kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga
cairan untuk menghilangkan produk sisa suplemen dapat memainkan
peranan penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein
yang adekuat
7) Timbang BB, ukur TB dan ketebalan lipatan kulit trisep
Rasional : membantu dalam mengidentifikasi malnutrisi protein kalori,
khususnya bila BB kurang dari normal
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pemberian agens kemoterapi,
radioterapi, imobilitas.
Tujuan : klien mampu mempertahankan integritas kulit
Kriteria hasil :
 klien bersih
 Klien merasa nyaman
Intervensi :
1) Berikan perawatan kulit yang cemat, terutama di dalam mulut dan
daerah perianal
Rasional : karena area ini cenderung mengalami ulserasi
2) Ubah posisi dengan sering
Rasional : untuk merangsang sirkulasi dan mencegah tekanan pada
kulit
3) Mandikan dengan air hangat dan sabun ringan
Rasional : mempertahankan kebersihan tanpa mengiritasi kulit
4) Kaji kulit yang kering terhadap efek samping terapi kanker
Rasional : efek kemerahan atau kulit kering dan pruritus, ulserasi
dapat terjadi dalam area radiasi pada beberapa agen kemoterapi
5) Anjurkan pasien untuk tidak menggaruk dan menepuk kulit yang
kering
Rasional : membantu mencegah friksi atau trauma kulit
6) Dorong masukan kalori protein yang adekuat
Rasional : untuk mencegah keseimbangan nitrogen yang negative
7) Anjurkan memilih pakaian yang longgar dan lembut diatas area yang
teradiasi
Rasional : untuk meminimalkan iritasi tambahan
6. Nyeri yang berhubungan dengan efek fisiologis dari leukemia
Tujuan : klien tidak mengalami nyeri atau nyeri menurun sampai tingkat yang
dapat diterima klien
Kriteria hasil : - skala nyeri 3
Intervensi :
1) Mengkaji tingkat nyeri dengan skala 0 sampai 5
Rasional : informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan atau keefektifan intervensi
2) Jika mungkin, gunakan prosedur-prosedur (misal pemantauan suhu
non invasif, alat akses vena
Rasional : untuk meminimalkan rasa tidak aman
3) Evaluasi efektifitas penghilang nyeri dengan derajat kesadaran dan
sedasi
Rasional : untuk menentukan kebutuhan perubahan dosis. Waktu
pemberian atau obat
4) Lakukan teknik pengurangan nyeri non farmakologis yang tepat
Rasional : sebagai analgetik tambahan
5) Berikan obat-obat anti nyeri secara teratur
Rasional : untuk mencegah kambuhnya nyeri
7. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan alopesia atau perubahan cepat
pada penampilan.
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan perilaku koping positif
Kriteria hasil :
 keluarga tidak cemas
 Klien memahami instruksi dari perawat
Intervensi :
1) Berikan penutup kepala yang adekuat selama pemajanan pada sinar
matahari, angin atau dingin
Rasional : karena hilangnya perlindungan rambut
2) Anjurkan untuk menjaga agar rambut yang tipis itu tetap bersih,
pendek dan halus
Rasional : untuk menyamarkan kebotakan parsial
3) Jelaskan bahwa rambut mulai tumbuh dalam 3 hingga 6 bulan dan
mungkin warna atau teksturnya agak berbeda
Rasional : untuk menyiapkan klien dan keluarga terhadap perubahan
penampilan rambut baru
4) Dorong hygiene dan alat alat yang sesuai dengan jenis kelamin ,
misalnya wig, skarf, topi, tata rias, dan pakaian yang menarik
Rasional : untuk meningkatkan penampilan
8. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang
menderita leukemia (Simon, 2003).
Tujuan : pasien atau keluarga menunjukkan pengetahuan tentang prosedur
diagnostik atau terapi
Kriteria hasil :
 klien dan keluarga bisa memahami prosedur yang disampaikan perawat
 Klien dan keluarga tidak cemas
Intervensi :
1) Jelaskan alasan setiap prosedur yang akan dilakukan pada klien
Rasional : untuk meminimalkan kekhawatiran yang tidak perlu
2) Jadwalkan waktu agar keluarga dapat berkumpul tanpa gangguan dari
staff
Rasional : untuk mendorong komunikasi dan ekspresi perasaan
3) Bantu keluarga merencanakan masa depan, khususnya dalam
membantu klien menjalani kehidupan yang normal
Rasional : untuk meningkatkan perkembangan klien yang optimal
4) Dorong keluarga untuk mengespresikan perasaannya mengenai
kehidupan klien sebelum diagnosa dan prospek klien untuk bertahan
hidup
Rasional : memberikan kesempatan pada keluarga untuk menghadapi
rasa takut secara realistis
5) Diskusikan bersama keluarga bagaimana mereka memberitahu klien
tentang hasil tindakan dan kebutuhan terhadap pengobatan dan
kemungkinan terapi tambahan
Rasional : untuk mempertahankan komunikasi yang terbuka dan jujur
6) Hindari untuk menjelaskan hal-hal yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada
Rasional : untuk mencegah bertambahnya rasa khawatiran keluarga
(Doenges, 1999).
D. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari perencanaan keperawatan
yang telah dibuat untuk mencapai hasil yang efektif. Dalam pelaksanaan
implementasi keperawatan, penguasaan keterampilan dan pengetahuan harus
dimiliki oleh setiap perawat sehingga pelayanan yang diberikan baik mutunya.
Dengan demikian tujuan dari rencana yang telah ditentukan dapat tercapai.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien
dengan leukemia adalah :
1) Klien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
2) Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan,
adanya laporan peningkatan toleransi aktifitas.
3) Klien tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
4) Klien menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan
muntah
5) Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa
tidak nyaman
6) Masukan nutrisi adekuat
7) Klien beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau
menunjukkan bukti-bukti ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan
perasaan tidak nyaman.
8) Kulit tetap bersih dan utuh
9) Klien mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan
rambut, klien membantu menentukan metode untuk mengurangi efek
kerontokan rambut dan menerapkan metode ini dan klien tampak
bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
10) Klien dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur,
keluarga menunjukkan pengetahuan tentang penyakit klien dan
tindakannya. Keluarga mengekspresikan perasaan serta
kekhawatirannya dan meluangkan waktu bersama klien.
11) Keluarga tetap terbuka untuk konseling dan kontak keperawatan,
keluarga dan klien mendiskusikan rasa takut, kekhawatiran, kebutuhan
dan keinginan mereka pada tahap terminal, pasien dan keluarga
mendapat dukungan yang adekuat (Wong. D.L, 2004).

H. BUKU SUMBER
https://www.academia.edu/22269307/Asuhan_Keperawatan_pada_pasien_Leukimia
https://www.academia.edu/23897329/Asuhan_Keperawatan_Leukimia

Anda mungkin juga menyukai