Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

PERITONITIS GENERALISATA EC
APPENDICITIS PERFORASI

Pembimbing:
Dr. Iskandar Sp.B

Oleh:
Ananta Manggala Simanjuntak
17650361
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RS Bhayangkara Tk. I Raden Said Sukanto
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
Periode: 18 Oktober 2021 – 01 Januari 2022
LATAR
BELAKANG
Apendisitis merupakan peradangan apendik vermivormis, dan
merupakan penyebab masalah abdomen yang paling sering.1
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang
dari satu tahun jarang terjadi. Insidensi pada pria dengan perbandingan
1,4 lebih banyak daripada Wanita.1 Apendisitis ditemukan pada semua
kalangan dalam rentang usia 21-30 tahun. Komplikasi apendisitis yang
sering terjadi yaitu apendisitis perforasi yang dapat menyebabkan
perforasi atau abses sehingga diperlukan tindakan pembedahan.1
Apabila kondisi perforasi ini tetap berlanjut maka akan dapat
mengakibatkan kondisi peritonitis.2
Peritonitis merupakan Peritonitis adalah peradangan peritoneum
(membran serosa yang melapisi rongga abdomen dan menutupi visera
abdomen) merupakan penyulit berbahaya yang dapat terjadi dalam
bentuk akut maupun kronis.3 Peritonitis generalisata merupakan kondisi
yang disebabkan oleh perluasan infeksi pada peritoneum.
Penatalaksanaan peritonitis meliputi manajemen preoperasi, operasi,
dan post operasi
TINJAUAN
PUSTAKA
APPENDISITIS
Apendisitis merupakan peradangan pada appendix vermiformis. Peradangan akut
apendiks memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang
umumnya berbahaya
APPENDISITIS
Epidemiologi

● Negara barat >>>


● Sekitar 11 kasus per 10.000 orang per tahun
● Sekitar 9% pria dan 7% wanita akan
mengalami episode selama hidup
● Sering terjadi pada anak berusia 10 s/d19
tahun
APPENDISITIS
ETIOLOGI

● Masih belum jelas


● Kemungkinan  Fekalit, sisa makanan yang
tidak tercerna secara sempurna, hiperplasia
limfoid, jaringan parut intraluminal, tumor,
bakteri, virus, dan penyakit radang usus
semuanya telah dikaitkan dengan radang
usus buntu dan radang usus buntu
APPENDISITIS
PATOFISIOLOGI
APPENDISITIS
MANIFESTASI KLINIS

● Rasa tidak nyaman pada pertengahan perut /


periumbilical
● Mual muntah
● Anoreksia
● Gangguan pencernaan
● Rasa sakit disertai kram
● Rasa nyeri berpindah ke kuadran kanan
bawah, menjadi terlokalisir dan
menyebabkan ketidaknyamanan saat
bergerak, berjalan, atau batuk
APPENDISITIS
DIAGNOSIS

● Anamnesis
● Pemeriksaan fisik
● Pemeriksaan penunjang
PEMERIKSAAN FISIK

● Nyeri tekan dan nyeri lepas McBurney


● Defans muscular RLQ
● Rovsing’s sign
● Blumberg sign / rebound tenderness
● Psoas sign
● Obturator sign
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN PENUNJANG

● Pemeriksaan Lab
● Pemeriksaan darah dapat menunjukkan leukositosis pada kebanyakan kasus
appendicitis akut terutama pada kasus dengan komplikasi, C-reaktif protein
meningkat. Pada appendicular infiltrat, LED akan meningkat
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● USG
● CT SCAN
● Dapat menunjukkan tanda-tanda dari appendisitis.
Selain itu juga dap menunjukkan komplikasi dari
appendisitis seperti bila terjadi abses
● LAPAROSKOPI
● Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic
yang dimasukkan ke dalam abdomen, appendiks dapat
divisualisasikan secara langsung.
PERITONITIS
Peritonitis adalah peradangan peritoneum dan rongga peritoneum, biasanya
disebabkan oleh infeksi lokal atau umum.

Epidemiologi

Tingkat peritonitis keseluruhan adalah 0,196 episode per pasien-tahun selama


periode pengamatan total 969,5 pasien-tahun. 190 episod peritonitis yang terjadi
pada 124 pasien meliputi 49 episod (25,8%) disebabkan oleh organisme gram
negatif dan 78 (41,1%) disebabkan oleh organisme gram positif
PERITONITIS
KLASIFIKASI
ETIOLOGIK

Peritonitis bakterial spontan /


Peritonitis Sekunder Peritonitis Tersier
Primer

Peritonitis sekunder akibat


dari kontaminasi bakteri yang Peritonitis yang mendapat
berasal dari dalam viscera terapi tidak adekuat,
Peritonitis bakterial spontan
atau dari sumber eksternal superinfeksi kuman, dan
(SBP) suatu infeksi bakteri
(misalnya, cidera penetrasi). akibat tindakan operasi
pada cairan asites tanpa
sebelumnya. Sedangkan
adanya sumber infeksi intra-
infeksi intraabdomen
abdomen, seperti perforasi Penyebab peritonitis sekunder biasanya dibagi menjadi
viseral, abses, pankreatitis paling sering adalah perforasi generalized (peritonitis) dan
akut, atau kolesistitis appendicitis, perforasi gaster localized (abses intra
dan penyakit ulkus duodenale, abdomen).
perforasi kolon
PERITONITIS GENERALISATA
Faktor Yang Memengaruhi Perkembangan Peritonitis Generalisata

a. Kecepatan kontaminasi peritoneum merupakan faktor utama.


b. Stimulasi peristaltik dengan menelan makanan atau air.
c. Virulensi organisme yang menginfeksi mungkin begitu besar sehingga
membuat lokalisasi infeksi sulit atau tidak mungkin.2
d. Anak kecil memiliki omentum kecil, yang kurang efektif dalam
melokalisir infeksi.2
e. Kondisi immunodefisient dapat terjadi akibat penggunaan obat-obatan
(misalnya steroid), penyakit [mis. Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS)] atau usia tua
PERITONITIS GENERALISATA
Gambaran Klinis

Early / Awal Late / Akhir

Nyeri abdomen hebat diperparah dengan Jika resolusi atau lokalisasi dari peritonitis
bergerak atau bernapas. Keluhan pertama kali umum tidak terjadi, perut akan menjadi
dialami di lokasi lesi asli dan menyebar keluar kaku/rigid (generalised rigidity). Distensi
dari titik ini. Pasien biasanya berbaring diam. sering terjadi dan bising usus tidak ada.
Pada palpasi ditemukan nyeri tekan dan defens Kegagalan sirkulasi terjadi, dengan ekstremitas
abdomen, ketika peritonitis mengenai dinding dingin, lembab, mata cekung, lidah kering,
abdomen anterior. Bising usus yang jarang denyut nadi irregular, dan wajah tegang dan
mungkin masih terdengar selama beberapa jam cemas (fasies hipokrates). Pasien akhirnya
tetapi mereka berhenti dengan timbulnya ileus pingsan. Dengan diagnosis dini dan
paralitik. Nadi dan suhu meningkat sesuai pengobatan yang memadai, kondisi ini jarang
dengan derajat inflamasi dan infeksi. terlihat dalam praktik bedah modern.
PERITONITIS
Patofisiologi

● Reaksi awal peritoneum terhadap invasi oleh bakteri adalah keluarnya eksudat
fibrinosa  peradangan  akumulasi cairan karena kebocoran membrane dan
kapiler  terjadi deficit cairan  kematian sel apabila kronik
● Reaksi inflamasi  pelepasan mediator inflamasi  peningkatan permeabilitas
kapiler  Organ dalam intraabdomen  oedem  hypovolemia  diperburuk
dengan intake yang menurun, muntah  hypovolemia >>  penurunan perfusi
 Nekrosis  perforasi  peritonitis
● Appendisitis  sumbatan  mucus mengalami bendungan  namun elastisitas
appendicitis tidak mampu memadai  peningkatan tekanan intralumen 
menghambat limfatik  oedem  ulserasi mukosa  aliran arteri terganggu 
infark  nekrosis  perforasi  peritonitis
PERITONITIS
Diagnosis

● Anamnesis

○ Nyeri abdomen merupakan gejala yang hampir selalu ada pada peritonitis.
Nyeri biasanya datang dengan onset yang tiba-tiba, hebat dan pada
penderita dengan perforasi nyerinya didapatkan pada seluruh bagian
abdomen

○ Menurunnya intensitas dan penyebaran dari nyeri menandakan adanya


lokalisasi dari proses peradangan, ketika intensitasnya bertambah
meningkat diserta dengan perluasan daerah nyeri menandakan penyebaran
dari peritonitis
PERITONITIS
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Auskultasi Palpasi Perkusi

Bising usus dapat bervariasi dari • Penemuan yang paling Hilangnya pekak
yang bernada tinggi pada seperti penting adalah adanya hepar merupakan
obstruksi intestinal sampai hampir nyeri tekan yang menetap tanda dari adanya
Tanda paling nyata tidak terdengar suara bising usus lebih dari satu titik. perforasi intestinal,
pada penderita pada peritonitis berat dengan ileus • Pada stadium lanjut nyeri hal ini menandakan
dengan peritonitis tekan akan menjadi lebih adanya udara bebas
adalah adanya luas dan biasanya dalam cavum
distensi dari didapatkan spasme otot peritoneum yang
abdomen abdomen secara berasal dari
involunter intestinal yang
• Nyeri tekan lepas mengalami
local/menyebar perforasi
PERITONITIS
MANAJEMEN

Preoperatif Operatif Postoperatif

• Terapi primer  tindakan


• Monitor intensif, bantuan
operasi
ventilator, mutlak dilakukan pada
• penutupan perforasi usus atau
pasien yang tidak stabil
• Resusitasi cairan reseksi usus dengan
• Antibiotik diberikan selama 10-14
• Antibiotik (Antibiotik anstomosis primer
hari
spektrum luas, seperti • lavage cairan kristaloid
• Respon klinis yang baik ditandai
sefalosporin generasi ketiga) isotonik (> 3 liter) dapat
dengan produksi urin yang normal,
menghilangkan material-
penurunan demam dan
material seperti darah,
leukositosis, ileus menurun, dan
gumpalan fibrin, serta bakteri
keadaan umum membaik
PERITONITIS
Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium Radiologi

• Leukositosis
• Hematokrit meningkat
• Cairan asites  leukosit > 500/μL dan
• Terlihat kekaburan pada
lebih dari 25% leukosit
cavum abdomen,
polimorfonuklear.
preperitonial fat dan psoas
• Gradien albumin cairan darah asites lebih
line menghilang, dan
besar dari 1,1 g/dL
adanya udara bebas
• Peningkatan kadar asam laktat serum
• subdiafragma atau intra
Penurunan pH cairan asites (<7,31)
peritoneal.
mendukung diagnosis.
PERITONITIS
Komplikasi

● Komplikasi postoperatif sering terjadi dan umumnya dibagi menjadi


komplikasi lokal dan sistemik. Infeksi pada luka dalam, abses residual
dan sepsis intraperitoneal, pembentukan fistula biasanya muncul pada
akhir minggu pertama postoperasi.
● Demam tinggi yang persisten, edema generalisata, peningkatan distensi
abdomen, apatis yang berkepanjangan merupakan indikator adanya
infeksi abdomen residual
PERITONITIS
Prognosis

● Tingkat mortalitas sekitar 10% pada pasien dengan ulkus perforata atau
apendisitis, pada usia muda, pada pasien dengan sedikit kontaminasi
bakteri, dan pada pasien yang terdiagnosis lebih awal

Anda mungkin juga menyukai