Disusun oleh :
AFIFATUZ ZAKIYAH
14.401.17.003
1. Anatomi
Organ pernapasan berguna bagi transportasi gas – gas dimana organ – organ
pernapasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu
hidung, pharynx, larynx, trachea, dan bagian paru – paru yang berfungsi
melakukan pertukaran gas – gas antara udara dan darah.
a) Saluran pernapasan bagian atas, terdiri dari:
PATHWAY
Penyempitan
Peradangan
Saluran bronkus
saluran napas
pernafasan dan bronkiolus
lebih bronkus
cepat
Hipertropi
Obstruksi
Gangguan kelenjar
jalan
Vasokontriksi
suplai mukus
nafas oleh
pembuluh
O2 dan dari
oleh
(rusaknya
dan subtansi
lebih bronkiolus
mikropurulen
banyak kecil)
menutup
trakeobronkial dan
sekret
Penumpukan
kerusakan darahpeningkatan
alveoli sekusi
sekret
dinding
sel goblet
Respiratory
sincytical virus, Peningkatan
virus influenza,
produksi sputum
virus
parainfluenza
Anoreksia
Defisit nutrisi
Batuk
produktif
Gangguan
pertukaran gas
Intoleraansi
Penurunan perfusi aktivitas
jaringan
[ CITATION Nur15 \l 1057 ]
6. KOMPLIKASI Dpd
Menurut Manurung (2016) komplikasi bronkitis antara lain:
1) Cor Pulmonal
2) Gagal jantung kanan
3) Gagal pernafasan[ CITATION Man16 \l 1057 ].
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Muttaqin(2008):
1) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan fotothorak posterior – anterior dilakukan untuk menilai derajat
progestivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif
menahun.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanay perubahan pada
peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum
diperiksa secara makroskopis untu diagnosis banding dengan tuberkolosis
paru[ CITATION Mut08 \l 1057 ].
8. PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan bronkitis menurut Manurung (2016):
1) Pengobatan
a) Bronkodilator.
b) Antimikroba.
c) Aerosol.
d) Oksigen.
2) Tindakan supportif
Pendidikan bagi klien dan keluarganya:
a) Menghindari rokok.
b) Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.
c) Menghindari penderita penyakit infeksi saluran nafas atas.
d) Mengontrol suhu tubuh dan kelembapan lingkungan
e) Nutrisi yang baik.
f) Hidrasi yang kuat.
3) Penyesuaian fisik
a) Latihan relaksasi.
b) Meditasi.
c) Menahan nafas.
d) Oerbnafasan perut.
e) Rehabilitasi[ CITATION Man16 \l 1057 ].
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
1) Identitas klien
Penderita berjenis kelamin laki – laki, usia antar 50 – 60 tahun, biasanya
pasien menderita penyakit paru obtruksi kronik bekerja di pabrik atau
merokok.
2) Keluhan utama
Keluhan utama yang sering pada klien penyakit paru obstruksi krinis yaitu:
sesak nafas, batuk tak kunjung sembuh, ditemukan suara nafas wheezing.
3) Riwayat penyakit saat ini
Pada klien dengan bronkitis bervariasi tingkat keparahan dan lamanya.
Bermula dari gejala batuk – batuk saja, hingga penyakit akut dengan
manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda – tanda terjadinya toksemia klien
dengan bronkitis sering mengeluh malaise, demam, badan terasa lemah,
banyak berkeringat, takikardi, dan takipnea.
4) Riwayat penyakit dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu sering kali klien mengeluh
pernah mengalami infeksi saluran pernafasan bagianatas dan adanya riwayat
alergi pada pernafasan atas[ CITATION Ika11 \l 1057 ].
5) Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum dan tanda – tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda – tanda vital klien dengan bronkitis biasanya
didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40 oC, frekuensi
nafas meningkat dan normal, nadi biasanya meningkat seirama dengan
peningkatan suhu tubuh dan frekuensi pernafasan, serta biasanya tidak ada
masalah dengan tekanan darah[ CITATION Ika11 \l 1057 ].
b) Kulit
Inspeksi: biasanya tampak ucta dan sianosis.
Palpasi: biasanya turgor jelek[ CITATION Ika11 \l 1057 ].
c) Rambut
Inspeksi: lihat distribusi rambut merata atau tidak, bersih atau bercabang,
halus atau kasar.
Palpasi: mulai rontok atau tidak[ CITATION Ika11 \l 1057 ].
d) Kuku
Inspeksi: lihat kondisi kuku pucat atau tidak, ada sianosis atau tidak.
Palpasi: CRT <2 detik[ CITATION Ika11 \l 1057 ].
e) Kepala
Inspkesi: lihat kesimetrisan, biasanya klien mengeluh sakit kepala.
Palpasi: periksa adanya benjolan atau nyeri.
f) Mata
Inspeksi: biasanya konjungtiva dan sklera berwarna normal, lihat reflek
kedip baik atau tidak, terdapat radang atau tidak dan pupil
isokor.
g) Hidung
Inspeksi: biasanya terdapat pernapasan cuping hidung, terdapat secret
berlebih dan terpasang O2.
Palpasi: adanya nyeri tekan.
h) Mulut dan faring
Pucat, membran mukosa kering, bibir kering, dan pucat[ CITATION
Ika11 \l 1057 ].
i) Telinga
Inspeksi: adanya kotoran atau cairan yang keluar dan bagaimana bentuk
tulang rawannya.
Palpasi: adanya resppon nyeri pada daun telinga.
j) Thorak
Inpeksi: biasanya dada simetris.
Auskultasi: adanya sridor atau wheezing menunjukkan tanda
bahaya[ CITATION Ika11 \l 1057 ].
k) Abdomen
Inspeksi: lihat kesimetrisan, dan adanya pembesaran adbomen.
Palpasi: adanya nyeri tekan.
l) Genetalia
Inspeksi: adanya kelainan genetalia, adanya pembesaran skrotum atau
adanya lesi pada genetalia[ CITATION Ika11 \l 1057 ].
Palpasi: adanya benjolan atau nyeri tekan.
m) Ekstermitas
Inspeksi: adanya odema, tanda sianosis dan sulit bergerak.
Palpasi adanya nyeri tekan atau benjolan.
Perkusi: oeriksa reflek patelki dan reflek humme[ CITATION Ika11 \l
1057 ].
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
c. Defisit Nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme.
Penyebab
1. Ketidakmampuan menelan makanan
2. Ketidakmampuan mencerna makanan
3. Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
4. Peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)
6. Faktor psikologis (mis. Stres, keengganan untuk makanan)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
Berat badan menurun minimal 10% dibawah rentang ideal
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Cepat kenyang setelah makan
b) Kram/ nyeri abdomen
c) Nafsu makan menurun
Objektif
a) Bising usus hiperaktif
b) Otot pengunyah lemah
c) Otot menelan lemah
d) Membran mukosa pucat
e) Sariawan
f) Serum albumin turun
g) Rambut rontok berlebihan
h) Diare
Kondisi Klinis Terkait
a) Stroke
b) Parkinson
c) Mobius syndrome
d) Cerebral palsy
e) Cleft lip
f) Celft palate
g) Amyotropic lateral sclerosis
h) Kerusakan neuromuskular
i) Luka bakar
j) Kanker
k) Infeksi
l) AIDS
m) penyakit Crohn’s
d. Intoleransi Aktivitas
Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Tirah baring
c) Kelemahan
d) Imobilitas
e) Gaya hidup menonton
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
a) Mengeluh lelah
Objektif
a) Frekuensi jantung meningkat ˃ 20% dari kondisi istirahat
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
a) Dispnea saat/setelah aktivitas
b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas
c) Merasa lemah
Objektif
a) Tekanan darah berubah ˃ 20% dari kondisi istirahat
b) Gambaran EKG menunjukkan aritma saat/ setelah aktivitas
c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia
d) Sianosis
Kondisi Klinis Terkait
a) Anemia
b) Gagal jantung kongestif
c) Penyakit jantung koroner
d) Penyakit katup jantung
e) Aritmia
f) Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
g) Gangguan metabolik
h) Gangguan muskuloskeletal[CITATION Tim17 \l 1057 ].
3. INTERVENSI
2) Aktivitas keperawatan
a) Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Jelaskan penggunaan yang benar peralatan
pendukung (misal, oksigen, mesin pengisapan,
inhaler, )
2. Informasikan kepada pasien dan keluarga tentang
larangan merokok di dalam ruang perawatan; beri
penyuluhan tentang pentingnya berhenti merokok.
3. Instruksikan kepada pasien tentang batuk dan
teknik napas dalam memudahkan pengeluaran
sekret.
4. Ajarkan pasien dan keluarga tentang makna
perubahan pada sputum, seperti warna, karakter,
jumlah dan bau.
5. Pengisapan Jalan Napas (NIC): instruksikan kepada
pasien atau keluarga tentang cara pengisapan jalan
napas.
b) Aktivitas lain
1. Anjurkan aktifitas fisik untuk memfasilitasi
pengeluaran sekret.
2. Anjurkan penggunaan spirometer insentif
3. Jika pasien tidak ambulasi, pindahkan pasien dari
satu sisi tempat tidur yang lain sekurangnya setiap
dua jam sekali.
4. Informasikan kepada pasien sebelum memulai
prosedur, untuk menurukan kecemasan
5. Berikan pasien dukungan emosi
6. Atur posisi pasien yang memungkinkan untuk
pengembangan maksimal rongga dada, misal
bagian kepala tempat tidur ditinggikan 45oC
c) Aktivitas Kolaboratif
1. Rundingkan dengan ahli terapi pernapasan, jika
perlu
2. Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan
untuk perkusi atau peralatan pendukung
3. Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi
(dilembabkan)
4. Lakukan atau bantu dalam terapi aerosol,
nebulizer, ultrasonik dan perawatan paru lainnya
5. Beritahu dokter tentang hasil gas darah yang
abnormal [CITATION Jud161 \l 1057 ].
b. Pola nafas tidak efektif
1) Tujuan: menunjukkan pola pernapasan efektif, yang dibuktikan oleh status
pernapasan: status ventilasi dan pernapasan yang tidak terganggu,
kepatenan jalan napas, dan tidak ada penyimpangan tanda vital dari rentan
normal.
2) Kriteria hasil
a) Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang ventilator
mekanis
b) Menunjukkan kecepatan dan irama pernapasan dalam batas normal
c) Mempunyai fungsi paru dalam batas normal untuk pasien
d) Meminta bantuan pernapasan saat dbutuhkan
e) Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan dirumah
3) Intervensi (NIC)
Aktivitas perawatan
Pada umumnya, tindakan keperawatan untuk diagnosis ini berfungsi pada
pengkajian penyebab ketidakefektifan pernapasan, pemantauan status
pernapasan, penyuluhan mengenai penatalaksanaan mandiri terhadap alergi,
membimbing pasien untuk memperlambat pernapasan dan mengendalikan
respon dirinya, membantu pasien menjalani pengobatan pernapasan, dan
menegakkan pasien selama periode dipsnea dan pernapasan pendek.
Pengkajian
a) Pantau adanya pucat sianosis
b) Pantau efek obat pada status pernapasan
c) Tentukan lokasi dan luasnya repitasi disangkar iga
d) Kaji kebutuhan insersi jalan napas
e) Observasi dan dokumentasi ekspansi dada bilateral pada pasien yang
terpasang ventilator.
Aktivitas kolaboratif
a) Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastukan
keadekuatan fungsi ventilator mekanis
b) Laporkan perubahan sensori, bunyi nafas, nilai GDA, sputum dan
sebagainya, jika perlu atau protokol
c) Berikan obat (misalnya bronkodilator sesuai dengan program atau
protokol).
d) Berikan terapi nebulizer ultrasonik dan udara atau oksigen yang
dilembabkan sesuai program atau protokol sesuai
e) Berikan obat nyeri untuk mempertimbangkan pola
pernapasan[CITATION Wil15 \l 1057 ].
Aktivitas kolaboratif
a. Diskusikan dengan ahli gizi dalam nementukan kebutuhan protein
pasien dan mengalami ketidak adekuatan asupan protein atau
kehilangan protein (mis ; pasien anoreksia nevosa, penyakit glomerular
atau dialisis peritonial)
b. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan, makanan
pelengkap, pemberian makanan melalui slang, atau nutrisi parenteral
total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan
c. Rujuk kedokter untuk menentukan penyebab gangguan nutrisi
d. Rujuk keprogram gizi dikomunitas yang tetap, jika pasien tidak dapat
membeli atau menyiapkan makanan yang adekuat
e. Menejemen nutisi(NIC) : tentukan, dengan melakukan kolaborasi
bersama gizi, jika diperlukan, jumlah kalori dan jenis zat gizi yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi [ khusussnya untuk
pasien dengan kebutuhan energi tinggi, seperti pasien paska bedah dan
luka bakar, trauma, demam, dan luka]
Aktivitas lain
a. Buat perencanaan makan dengan pasien yang masuk dalam jadwal
makan, lingkungan makan, kesukaan dan ketiksukaan pasien, serta
suhu makanan
b. Dukung anggota keluarga untuk membawa makanan kesukaan pasien
dari rumah
c. Bantu pasien menulis tujuan mingguan yang realistis untuk latihan
fisik dan asupan makanan
d. Anjurkan pasien untuk menampilkan tujuan makan dan latihan fisik
dilokasi yang terlihat jelas dan kaji pulang setiap hari
e. Tawarkan makanan porsi besar disiang hari ketika nafsu makan tinggi
f. Ciptakan linggungan yang menyenangkan untuk makan (mis ;
pindahan barang-barang dan cairan yang tidak sedap dipandang)
g. Hindari prosedur invasif sebelum makan
h. Suapai pasien jika perlu
i. Manajemen nutrisi(NIC) : berikan pasien minuman dan kudapan
bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi, bila
memungkinkan, ajarkan pasien tentang cara membuat catatan harian
makanan, jika perlu [CITATION Jud16 \l 1057 ].
d. Intoleransi aktifitas
a) Tujuan
Menoleransi aktifitas yang bisa dilakukan, yang dibutikan oleh toleransi
aktifitas, ktahanan, penghemat energi, tingkat kelelahan, energi
psikomotorik, istirahat, dan perawatan diri: AKS (AKSI)
b) Kriteria hasil
1. Mengidentifikasi aktifitas atau situasi yang enimbulkan kecemasan
yang dapat mengakibatkan intoleran aktifitas.
2. Berpartisipasi dalam aktifitas fisik yang dibutuhkan dengan
peningkatan denyut jantung, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah
serta memantau pola dalam bataan normal.
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktifitas (uraikan tingkat
yang diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)
4. Mengungkapkan secara ferbal pemahaman tengtang kebutuhan
oksigen, obat, dan peralatan yang dapat mningkatkan toleransi terhadap
aktifitas
5. Manampilkan aktifitas kehiduopan sehari-hari (AKS) dengan beberapa
bantuan (mis., eliminasi dengan bantuan ambulasi untuk kekamar
mandi)
c) Intervensi
Aktivitas keperawatan
a. Kaji tingkat kemampuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur,
berdiri, ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
b. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktifitas
c. Evaluasi motifasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktifitas
d. Menejemen energi (NIC):
Tentukan penyebab keletihan (mis., perawatan, nyeri, dan pengobatan)
Pantau respon kardiorespiratori terhadap aktifitas(mis., takikardia,
distritnia lain, dispnea, diaforesis, pucat, tekanan hemo dinamik, dan
frekuensi pernapasan)
Chang, E. d., 2010. Patofisiologi Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.
Manurung, N., 2016. Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Raspiratory. Jilid 1 penyunt.
Jakarta: Trans Info Media.
Muttaqin, A., 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: Salemba Medika.
PPNI, T. P. S., 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator
Diagnostik.
Shewrwood, L., 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC.
Wilkinson, 2015. Buku Saku Diagnosis Keperawatan EDISI 9. Dalam: Jakarta: EGC.
Zullies, I., 2011. penyakit sistem pernafsan dan tatalaksana terapinya. Yogyakarta: Bursa
Ilmu.