LAPORAN PENDAHULUAN
1. A. Definisi
Sindrom nefrotik merupakan gangguan klinis ditandai oleh peningkatan protein dalam urin
secara bermakna , penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum
kolestrol yang tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut
dijumpai di setiap kondisi yang sangat merusak membran kapiler glomerulus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerulus1. Kadang-kadang terdapat hematuria, dan penurunan
fungsi ginjal. Insiden tertinggi pada anak usia 3-4 tahun, rasio laki-laki dibanding dengan
perempuan adalah 2:12.
1. B. Etiologi
Sindrom nefrotik belum diketahui sebab pastinya, secara umum penyebab dibagi menjadi
berikut2 :
Adanya reaksi fetomaternal terhadap janin ataupun karena gen resesif autosom menyebabkan
sindrom nefrotik.
Sindroma nefrotik disebabkan oleh adanya penyakit lain seperti parasit malaria, penyakit
kolagen, trombosis vena renalis, pemajanan bahan kimia (trimetadion, paradion, penisilamin,
garam emas, raksa, amiloidosis dan lain-lain. Sebab paling sering sindrom nefrotik sekunder
adalah glomerulonefritis primer dan sekunder akibat infeksi keganasan penyakit jaringan
penghubung, obat atau toksin dan akibat penyakit sistemik seperti3 :
1. Glomerulonefritis primer
2) Glomerulosklerosis fokal
3) Glomerulonefritis membranosa
4) Glomerulonefritis membranoproliferatif
5) Glomerulonefritis proliferatif lain
1. Glomerulonefritis sekunder
1) Infeksi : HIV, Hepatitis virus B dan C. Sifilis, malaria, skisotoma, TBC, Lepra
4) Efek obat dan toksin : obat antiinflamasi nonsteroid, preparat emas, penisilinamin,
probenesid, air raksa, kaptopril, heroin.
1. C. Patofisiologi4
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada hilangnya protein
plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari proteinuria menyebabkan
hipoalbuminemia. Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskular berpindah ke dalam interstisial. Perpindahan cairan tersebut menjadikan
volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga menurunkan jumlah aliran darah ke renal
karena hipovolemia.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang
produksi renin angiotensin dan peningkatan sekresi hormon ADH dan sekresi aldosteron yang
kemudian terjaddi retensi natrium dan air. Dengan retensi natrium dan air, akan menyebabkan
edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari peningkatan stimulasi produksi
lipoprotein karena penurunan plasma albumin atau penurunan onkotik plasma.Adanya
hiperlipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi lipoprotein dalam hati yang timbul oleh
karena kompensasi hilangnya protein dan lemak akan banyak dalam urin atau lipiduria.
Menurunnya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan disebnabkan oleh karena
hipoalbuminemia, hiperlipidemia atau defisiensi seng.
1. E. Komplikasi
1. Hipovolemi
2. Infeksi pneumokokus
3. Emboli pulmoner
4. Peritonitis
5. Gagal ginjal akut
6. Dehidrasi
7. Venous trombosis
8. Aterosklerosis
1. F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan untuk mengatasi gejala dan akibat yang ditimbulkan pada anak
dengan sindrom nefrotik sebagai berikut2 :
1. Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih 1 gram
per hari, secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dalam makanan dan
menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
2. Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/kali, bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hidroklortiazid (25-50 mg/hari).
Selama pengobatan diuretik perlu dipantau kemungkinan hipokalemia, alkalosis
metabolik, atau kehilangan caitan intravaskular berat.
3. Pemberian kortikosteroid berdasarkan ISKDC (international Study of kidney Disease in
Children) : prednison dosis penuh : 60 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2
mg/kgBB/hari (maksimal 80 mg/kgBB/hari) selama 4 minggu dilanjutkan pemberian
prednison dosis 40 mg/m2 luas permukaan badan/hari atau 2/3 dosis penuh, yang
diberikan 3 hari berturut-turut dalam seminggu (intermitten dose) atau selang sehari
(alternating dose) selama 4 minggu, kemudian dihentikan tanpa tappering off lagi. Bila
terjadi relaps diberikan prednison dosis penuh seperti terapi awal sampai terjadi remisi
(maksimal 4 minggu), kemudian dosis diturunkan menjadi 2/3 dosis penuh. Bila terjadi
relaps sering atau resisten steroid, lakukan biopsi ginjal.
4. Cegah infeksi. Antibiotik hanya diberikan bila terjadi infeksi.
5. Pungsi asites maupun hidrotoraks dilakukan bila ada indikasi vital.
1. G. Pengkajian1,2,5,6,7
1. Identitas
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam (6) kasus pertahun setiap 100.000 anak terjadi
pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-laki dan perempuan yaitu 2 : 1. Pada daerah endemik
malaria banyak mengalami komplikasi sindrom nefrotik.
1. Keluhan Utama
Badan bengkak, sesak napas, muka sembab dan napsu makan menurun
Edema masa neonatus, malaria, riwayat glomerulonefritis akut dan glomerulonefritis kronis,
terpapar bahan kimia.
Badan bengkak, muka sembab, muntah, napsu makan menurun, konstipasi, diare, urine menurun.
Karena kelainan gen autosom resesif. Kelainan ini tidak dapat ditangani dengan terapi biasa dan
bayi biasanya mati pada tahun pertama atau dua tahun setelah kelahiran.
Daerah endemik malaria sering dilaporkan terjadinya kasus sindrom nefrotik sebagai komplikasi
dari penyakit malaria.
1. Riwayat Nutrisi
Dispnea terjadi karena telah terjadi adanya efusi pleura. Tekanan darah normal atau sedikit
menurun. Nadi 70 – 110 X/mnt.
Nafsu makan menurun, berat badan meningkat akibat adanya edema, nyeri daerah perut,
malnutrisi berat.
1. Kebutuhan Eliminasi
Urine/24 jam 600-700 ml, hematuria, proteinuria, oliguri. Perubahan urin seperti penurunan
volume dan urin berbuih.
Mudah letih dalam beraktivitas. Edema pada area ektrimitas (sakrum, tumit, dan tangan).
Pembengkakan pergelangan kaki / tungkai.
Perkembangan kognitif anak usia pra sekolah sampai pada tahap pemikiran prakonseptual
ditandai dengan anak-anak menilai orang, benda, dan kejadian di luar penampilan luar mereka.
1. Kebutuhan Kenyamanan
Sakit kepala, pusing, malaise, nyeri pada area abdomen, adanya asites.
Kebutuhan untuk perawatan diri pada anak usia pra sekolah selama di rumah sakit mungkin
dibantu oleh keluarga. Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di
rumah sakit.
1. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan keluarga tentang diet pada anak dengan sindrom nefrotik, pertumbuhan dan
perkembangan anak, serta proses penyakit dan penatalakasanaan.
1. Kebutuhan Komunikasi
Anak usia pra sekolah dapat mengungkapkan apa yang dirasakan. Kosakata sudah mulai meluas,
kalimat kompleks sederhana tapi dipahami. Untuk usia 3 tahun, komunikasi lebih sering
berbentuk simbolis.
1. Kebutuhan Seksualitas
Anak usia pra sekolah mulai membedakan perilaku sesuai jender. Anak mulai menirukan
tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama. Eksplorasi tubuh mencakup mengelus diri
sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka.
Konsep diri pada anak usia pra sekolah sudah mulai terbentuk dengan anak mengetahui tentang
identitas dirinya.
1. Kebutuhan Rekreasi
Anak yang mengalami hospitalisasid alam waktu lama akan mengalami kejenuhan. Kebiasaan
yang sering dilakukan mungkin berubah pada saat anak hospitalisasi.
1. Kebutuhan Spiritual
1. Pengkajian Fisik
1. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal, wajah tampak sembab karena ada edema fascialis.
1. Pemeriksaan Mata
1. Pemeriksaan Hidung
1. Pemeriksaan Telinga
Kebersihan gigi, pertumbuhan gigi, jumlah gigi yang tanggal, mukosa bibir biasanya kering,
pucat.
1. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja jantung.
1. Pemeriksaan Jantung
1. Pemeriksaan Paru
Suara paru saat bernapas mungkin ditemukan ronkhi karena efusi pleura, pengembangan
ekspansi paru sama atau tidak.
1. Pemeriksaan Abdomen
1. Pemeriksaan Genitalia
1. Pemeriksaan Ektstrimitas
Adanya edema di ekstrimitas atas maupun bawah seperti di area sakrum, tumit, dan tangan.
1. H. Pemeriksaan Penunjang
Selain proteinuria masif, sedimen urin biasanya normal. Bila terjadi hematuria mikroskopik lebih
dari 20 eritrosit/LPB dicurigai adanya lesi glomerular (misal sklerosis glomerulus fokal).
Albumin plasma rendah dan lipid meningkat. IgM dapat meningkat, sedangkan IgG menurun.
Komplemen serum normal dan tidak ada krioglobulin2.
Anamnesis penggunaan obat, kemungkinan berbagai infeksi, dan riwayat penyakit sistemik klien
perlu diperhatikan. Pemeriksaan serologit dan biopsi ginjal sering diperlukan untuk menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab GN sekunder. Pemeriksaan serologit
sering tidak banyak memberikan informasi dan biayanya mahal. Karena itu sebaiknya
pemeriksaan serologit hanya dilakukan berdasarkan indikasi yang kuat3.
1. I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada anak dengan sindrom nefrotik adalah sebagai
berikut8 :
1. J. Intervensi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan volume cairan tercapai
dengan kriteria hasil :
2) Monitor hasil laboratorium terkait keseimbangan cairan dan elektrolit seperti penurunan
hematokrit, peningkatan BUN, kadar natrium serum dan kalium.
Setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam ansietas teratasi dengan kriteria
hasil :
3) Tanyakan pada keluarga tentang perubahan sikap, emosi, ataupun ekspresi klien saat
dirawat di rumah sakit.
1) Kaji kebutuhan anak tentang bermain yang dapat dilakukan di rumah sakit.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam maka nutrisi pada klien seimbang
dnegan kriteria hasil :
2) Anjurkan klien untuk makan sedikit namun sering, misal dengan mengemil tiap jam
3) Anjurkan keluarga untuk menyuapi klien apabila klien kesulitan untuk makan sendiri
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi anak dengan sindrom nefrotik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat beraktivitas dengan
normal dengan kriteria hasil :
1. Energy Conservation
1. Activity Tolerance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan rasa nyaman teratasi
dnegan kriteria hasil :
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan dnegan faktor internal : perubahan status cairan,
penurunan sirkulasi (00046).
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam kerusakan integritas kulit teratasi
dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, resiko infeksi tidak terjadi dengan
kriteria hasil :
4) Ajarkan pada orang tua tentang metode komunikasi yang tepat pada anak sesuai dengan
karakteristik anak.
1) Informasikan pada orang tua tentang perkembangan anak yang seharusnya telah dipenuhi.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, gangguan pola tidur teratasi dengan
kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, koping keluarga meningkat dengan
kriteria hasil :
1. Counseling (5240)
2) Kaji persepsi setiap keluarga tentang kondisi yang dialami oleh klien.
4) Berikan informasi mengenai kondisi klien dan tindakan perawatan yang akan dilakukan.
5) Bantu keluarga untuk mencari solusi.
1) Berikan dukungan emosional pada keluarga dengan memberikan motivasi untuk kooperatif
dalam tindakan perawatan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Volume 2. Jakarta : EGC
2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 2. Jakarta : Media
Aesculapius
3. Sudoyo, Aru W. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FK UI.
4. Surjadi dan Rita Yuliani. 2006. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Ed. 2. Jakarta : Sugeng
Seto
5. Wong, Donna L. 2006. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Ed. 6. Jakarta : EGC.
6. Potter, Patricia A. Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fudamental Keperawatan :
Konsep, Proses dan Praktis Volume 2. EGC :Jakarta
7. Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendekumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Jakarta : EGC.
8. NANDA International. 2012. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-
2014. Jakarta : EGC
9. Bulecheck, Gloria M., Butcher, Howard K., Dochterman, J. McCloskey. 2012. Nursing
Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa : Mosby Elsavier.
10. Jhonson,Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Classification (NOC). St. Louis
,Missouri ; Mosby.