Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN TEORI
I.

Konsep dasar solusio plasenta


A. Pengertian
Solusio plasenta adalah peristiwa terlepasnya plasenta yang letaknya normal
dari dinding uterus sebelum waktu (Sarwono hal 264)
Solusio plasenta adalah suatu keadaan dimana plasenta yang terletak normal
terlepas dari peletakannya sebelum janin lahir. Biasanya di hitung sejak
kehamilan 28 minggu (Synopsis obtetri hal 275)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari isersi sebelum waktunya
(kapita selekta hal 279)
Klasifikasi
Secara klinis solusio plasenta dibagi dalam :
1. Solusio plasenta totalis, plasenta terlepas seutuhnya
2. Solusio plasenta partialis, plasenta lepas sebagian
3. Solusio plasenta marginalis, sebagian kecil pinggir plasenta yang
lepas.
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan tanda-tanda klinisnya, sesuai derajat
terlepasnya plasenta. Pada solusio plasenta, darah dari tempat pelepasan
mencari jalan keluarantara selaput janin dan dinding rahim dan akhirnya
keluar dari serviks dan terjadilah solusio plasentadengan pendarahan keluar /
tampak. Kadang-kadang darah tidak keluar dan berkumpul dibelakang plasenta
membentuk hematon retroplasenta. Pendarahan ini disebut pendaran ke
dalam / tersembunyi. Kadang-kadang darahuar masuk ke dalam ruang amnion
sehingga perdarahan tetap tersembunyi.
Klasifikasi didasarkan atas seberapa bagian yang terlepas, yang
meliputi :
1. Solusio plasenta ringan
Plasenta lepas kurang dari luasnya
Tidak menimbulkan gejala klinik
Ibu dan janin tidak mengalami gangguan
Persalinan berjalan dengan lancar, pervaginaan
Plasenta parsialis apabila sebagian pembukaan tertutup oleh
jaringan plasenta.
2. Solusio plasenta sedang
Lepasnya plasenta lebih dari bagian, tetapi belum
mencapai bagian.

Ldapt menimbulkan gejala klinik : perdarahan dengan rasa


sakit, perut terasa tegang, gerak janin berkurang, palpasi
bagian janin sulit teraba.
3. Solusio plasenta berat
Lepasnya plasenta lebih dari 2/3 bagian
Pendarahan disertai rasa nyeri
Terjadi syok, TD menurun, Nadi dan pernapasan meningkat
Penderita tampak anemis
Terjadi gangguan kontaksi
B. Etiologi
Penyebab utama dari solusio plasenta masih belum diketahui pasti. Meskipun
demikian ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain :
1. Penyakit hipertensi menahun
2. Pre-eklampsi
3. Tali pusat yang pendek
4. Trauma
5. Tekanan oleh rahim yang membesar pada vena cava inferior
6. Uterus yang sangat mengecil (hidramnion pada waktu ketuban pecah,
kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir)
Di samping hal-hal diatas, ada juga pengaruh dari :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Umur lanjut
Multiparitas
Ketuban pecah sebelum waktunya
Defisiensi asam folat
Merokok
Mioma uteri

C. Patofisiologi
Solusio plasenta dimulai dengan pendarahanalam desidua basalis, kemudian
terjadi hematon dalam desidua yang mengangkat lapisan-lapisan di atasnya.
Hematon ini makin lama makin besar sehingga plasenta terdesak dan akhirnya
terlepas. Jika pendarahan sedikit, hematon yang kecil itu hanya akan
mendesak jaringan plasenta, belum menggangu peredaran darah antara uterus
dan plasenta, sehingga data dan gejalanya pun tidak jelas. Setelah plasenta
lahir baru didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan
darah lama yang berwarna kehitaman.
Pendarahan akan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang teregang
Oleh kehamilanitu tak mampu untuk berkontraksi lebih untuk menghentikan
perdarahan. Akibatnya hematoma retroplasenter akan bertambah besar,

sehingga sebagian dan akhirnya seluruh plasenta akan terlepas. Sebagian akan
menyelup dibawah selaput ketuban keluar dari vagina atau menembus selaput
ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau mengadak berlangsung
hebatan ekstravasasi diantara serabut otot uterus. Bila ekstravasasi
berlangsung hebat, maka seluruh permukaan uterus akan bebercak ungu atau
biru, disebut uterus couvelaire. Uterus seperti ini sangat tegang dan nyeri.
Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan retroplasenter, banyak
tromboplastin akan masuk kedalam peredaran darah ibu, sehingga terjadi
pembekuan intravaskuler dimana-mana, menyebabkan sebagian besar
persediaan fibrinogen habis.
Akibatnya, terjadi hipofibrinogenemi yang menyebabkan gangguan
pembekuan darah pada uterus maupun alat-alat tubuh lainnya. Perfusi ginjal
akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan
proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih
dapat sembuh kembali, atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang
biasanya berakibat fatal. Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang
lepas. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan
mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang lepas, mungkin
tidak berpengauh sama sekali atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu adalah hal yang sangat menetukan dalam beratnya gangguan
pembekuan darah, kelainan ginjal dan nasib janin. Makin lama sejak
terjadinya solusio placenta sampai persalinan selesai, makin hebat
komplikasinya.
D. Gejala klinis
1. Pendarahan yang disertai nyeri, juga diluar his
2. Anemia dan syok, beratnya anamia dan syok sering tidak sesuai dengan
banyaknya darah yang keluar
3. Uterus keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi uterus bertambah
dengan darah yang berkumpul dibelakang placenta sehingga uterus
4.
5.
6.
7.

teregang.
Palpasi sukar karena rahim keras
Fundus uteri makin lama makin naik
Bunyi jantung biasanya tidak ada
Sering ada proteinuri karena disertai preeklamsi

E. Faktor pencetus

Versi luar atau versi dalam


Kecelakaan
Trauma abdomen
Amniotomi ( dekompresi mendadak )
Lilitan tali pusat-tali pusat pendek

F. Diagnosis
Diagnosos dari solusio placenta didasarkan dengan adanya pendarahan
antepartum yang bersifat nyeri, uterus yang tegang dan nyeri. Setelah placenta
lahir, ditemukan adanya impresi ( cekungan ) pada permukaan maternal
placenta akibat tekanan dari hematoma retroplasenta.
G. Komplikasi
a. Komplikasi langsung ( immediate )
1. Pendarahan
2. Infeksi
3. Emboli dan syok obstetrik
b. Komplikasi tidak langsung ( delayed )
1. Cauverlair uterus, sehingga kontraksi tidak baik, menyebabkan
pendarahan postpartum
2. Hipofibrinogenemia dengan pendarahan postpartum
3. Nekrosisi korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia
4. Kerusakan-kerusakanorgan seperti hati, hipofisis, dll
H. Penanganan solusio plasenta
1. Solusio plasenta ringan
Apabila kehamilannya kurang dari 36 minggu, pedarahanya kemudian
berhenti, perutnya tidak menjadi sakit, uterusnya tidak menjadi tegang
maka penderita dapat dirawat secara konservatif di rumah sakit dengan
observasi ketat.
2. Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila pendarahannya berlangsung terus, dan gejala solusio plasenta
bertambah jelas, atau dalam pemantauan USG daerah solusio plasenta
bertambah luas, maka pengakhiran kehamilan tidak dapat dihindarkan
lagi. Apabila janin hidup, dapat dilakukan sectio caesaria dilakukan
bila serviks panjang dan tertutup, setelah pemecahan ketuban dan
pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga ada his.apabila janin
mati, ketuban segera dipecahkan untuk mengurangi regangan dinding
uterus disusul dengan pemberian infuse oksitosin 5 iu dalam 500cc
glukosa 5% untuk mempercepat persalinan.
I. Terapi

Umum :
a. Transfusi darah
Transfusi darah harus segera diberikan tidak peduli bagaimana keadaan
umum penderita waktu itu. Karena jika diagnosis solusio plasenta dapat
diegakkan itu berarti perdarahan telah terjadi sekurang-kurangnya 1000ml.
b. Pemberian O2
c. Pemberian antibiotik
d. Pada syok yang berat diberi kortikosteroid dalam dosis tinggi.
Khusus :
a. Terhadap hipofibrinogenemi : subsitusi dengan human fibrinogen 10 gr
atau darah segar dan menghentikan fibrinolis dengan trasylol ( proteinase
inhibithor ) 200.000 iu diberikan IV, selanjutnya jika perlu 100.000 iu/jam
dalam infus. Pemberian 1 gram fibrinogen akan meningkatkan fibrinogen
darah 40 mg%. Jadi apabila kadar fibrinogen sangat rendah atau tidak ada
sama sekali, diperlukan sekurangnya 4 gram fibrinogen untuk menaikkan
diatas kadar kritis fibrinogen darah 150 mg%. Biasanya diperlukan 4-6
gram fibrinogen yang dilarutkan dalam glukosa 10%, diberikan IV
perlahan-lahan selama 15-30 menit. Apabila tidak ada fibrinogen,
transfusikan darah segar yang mengandung kira-kira 2 gram fibrinogen per
1000 ml. Sehingga dengan transfusi darah lebih dari 2000 ml,kekurangan
fibrinogen dalam darah dapat diatasi.
b. Untuk merangsang diuresis : manitol, diuresis yang baik dari 30-40 cc/jam.
c. Pimpinan persalinan pada solusio plasenta bertujuan untuk mempercepat
persalinan sedapat-dapatnya kelahiran terjadi dalam 6 jam. Apabila
persalinan tidak sesuai atau diharapkan tidak akan selesai dalam waktu 6
jam setelah pemecahan selaput ketuban dan infuse oxitosyn, satu-satunya
cara adalah dengan melakukan sectio caesaria.
d. Histerektomi dilakukan bila ada atonia uteri yang berat yang tidak dapat
diatasi dengan usaha-usaha lazim.
Alasan :
1. Bagian plasenta yang terlepas meluas
2. Perdarahan bertambah
3. Hipofibrinogenemi menjelma atau bertambah
J. Penatalksanaan
a. gawat darurat
Bila keadan umum pasien menurun secara progresif atau separasi plasenta
bertambah luas yang manifestasinya adalah :
1. Perdarahan bertambah banyak
2. Uterus tegang dan atau fundus uteri semakin meniggi
3. Gawat janin

Maka hal tersebut menunjukkan keadaan gawat darurat dan tindakan


yang harus segara diambil adalah memasang infuse dan
mempersiapkan transfusi.

II.
I.

Konsep dasar manejemen asuhan kebidanan


Pengkajian Data
Tanggal...............jam........
A. Data Subyektif
1. Biodata
Meliputi nam ibu, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat ibu.
Semua data ini untuk mengetahui identitas, tingkat pengetahuan, serta status
sosial ibu masyarakat. Selain itu juga mencangkup data suami yang meliputi
nama suami, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat suami.
2. Keluhan utama
Ibu mngatakan merasa sakit yang tiba-tiba di perut, kadang ibu dapat
menunjukkan tempat yang dirasa paling sakit. Ibu mengatakan keluar darah
pervaginaan yang sifatnya dapat hebat dan tiba-tiba yang terdiri dari darah
segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna kehitaman. Ibu mengatakan
pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti
( anak tidak bergerak lagi ). Ibu mengatakan tersa pusing, lemas, muntah,
pucat, mata berkunang-kunang.
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Kehamilan dengan riwayat penyakit glomerulonefritis kronik, hipertensi
essensial, sindroma preeklamsia dan eklamsia, faktor trauma, faktor paritas
ibu, faktor usia ibu, leiomioma uteri ( uterine Leiomyoma ), faktor
penggunaan kokain, faktor kebiasaan merokok, Riwayat solusio plasenta
sebelumnya, anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena
cava inferior.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Hipertensi, DM, jantung, asma
5. Riwayat persalinan
Kesiapan fisik dan psikologi pasangan dalam menjalani kehidupan keluarga,
pengetahuan tentang proses dan pemeliharaan kehamilan.
6. Riwayat menstruasi
Kaji HPHT untuk menentukan apakah besar kandungan sesuai atau tidak
dengan usia kehamilannya.
UK > 20 minggu.
7. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lalu
Preeklamsi pada kehamilan yang lalu menyebabkan resiko preeklamsi pada
kehamilan yang sekarang.
Infeksi pasca persalinan.
8. Riwayat kehamilan sekarang

Kehamilan dengan plasenta previa, abrupsio plasenta, asfiksia ( kekurangan


O2 ), preeklamsi, kelainan darah, penyakit infeksi, DM, hypertiroid,
malnutrisi, anemia, jantung.
9. Riwayat KB
10.

Anda mungkin juga menyukai