Anda di halaman 1dari 30

KELOMPOK 3

Yully Gustia Ningsih


Fani Cornelia
Novira Wahyuni
Rohadatul Aisy
Silvia Asri
Absyah Khoyri Sarah Lubis
Defenisi
• Trauma adalah kata lain untuk cedera atau rudapaksa
yang dapat mencederai fisik maupun psikis.
Akibat trauma muskuloskeletal yang paling sering terjadi
adalah Fraktur
Fraktur
Fraktur atau patah tulang
• adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau
tulang rawan yang umumya disebabkan oleh rudapaksa.
• atau adanya gangguan integritas dari tulang, termasuk
cedera pada sumsum tulang, periosteum, dan jaringan
yang ada disekitarnya
• suatu diskontinuitas susunan tulang yang disebabkan
oleh keadaan trauma atau patologis
Etiologi Fraktur

a) Cidera traumatik
• Cidera langsung adalah pukulan langsung terhadap tulang /spontan
• Cidera tidak langsung adalah pukulan langsung berada jauh dari lokasi
benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur sehingga menyebabkan
fraktur klavikula
• Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak

b) Fraktur patologik
• Tumor tulang
• Infeksi seperti ostemielitis
• Rakhitis
• Secara spontan disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus
• 
Klasifikasi
a.Fraktur Tertutup (Closed fracture), bila tidak terdapat
hubungan antara fragmen tulang dan dunia luar.

b.Fraktur terbuka (open/compound), bila ujung tulang yang


patah menembus keluar dari kulit sehingga berhubungan
dengan dunia luar
• fraktur terbuka terbagi atas 3 derajat, yaitu:
• Derajat I : luka lebih kecil dari 1cm, bersih dan disebabkan oleh fragmen
tulang yang menembus kulit
• Derajat II : Ukuran luka antara 1-10cm, tidak terkontaminasi dan tanpa cedera
jaringan lunak yang mayor
• Derajat III : luka lebih besar dari 10cm dengan kerusakan jaringan lunak yang
signifikan. Terjadi kerusakan jaringan lunak yang luas meliputi struktur kulit,
otot dan neurovascular serta kontaminasi derajat tinggi. Fraktur derajat III
terbagi atas:
Tipe fraktur Penyebab
Transversal Hantaman langsung, tajam
Oblique Kekuatan memutar
Spiral Sebuah gaya secara langsungmengenai sepanjang sumbu
anggota tubuh atau pada bagian poros, misalnya gaya
memutar dengan kaki tertahan dengan kuat.
Comminuted Trauma berat secara langsung dapat menyebabkan lebih
dari dua fragmen tulang.
Impacted Trauma berat menyebabkan tulang terdorong menyatu
dengan tulang lainnya.
Compressed Kekuatan yang berat pada atas kepala, sacrum, atau tulang
yang mengalami pengapuran (pergerakan axial), menekan
vertebra secara bersamaan.
Greenstick Gaya menekan; biasanya terjadi pada anak dibawah 10
Avulsi tahun
Massa otot berkontraksi dengan sangat kuat, menyebabkan
fragmen tulang terlepas dari tempat insersi otot, ligament
Depressed juga dapat merobek fragmen tulang
Trauma timbul pada tulang yang datar, biasanya
melibatkan kerusakan jaringan lunak yang luas.
Patofisiologi
• Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang
menyebabkan fraktur. Jika ambang fraktur suatu tulang hanya
sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja bukan
patah. Jika gayanya sangat ekstrim, seperti tabrakan mobil,
maka tulang dapat pecah berkeping-keping.
Pathway
Trauma Langsung Trauma tidak langsung Kondisi Patologis

FRAKTUR

Diskontinuitas tulang

Perubahan jaringan sekitar Pergeseran fragmen tulang

Perubahan fragmen Hematoma Laserasi kulit NYERI AKUT


tulang
Peradangan
Deformitas (dolor, kalor, rubor, tumor) KERUSAKAN Rusaknya pembuluh darah Port de entry kuman
INTEGRITAS
Gangguan fungsi Perdarahan
KULIT RESIKO
Kekurangan volume INFEKSI
HAMBATAN cairan
MOBILITAS
FISIK
Manifestasi Klinis

• Tanda dan gelaja terjadinya fraktur antara lain :


• a.Deformitas merupakan perubahan struktur dan bentuk yang
disebabkan oleh ketergantungan fungsional otot pada
kestabilan otot.
• b.Nyeri
• c.Pembengkakan atau penumpukan cairan/darah
• d.Spasme otot karena tingkat kecacatan, kekuatan otot yangs
sering disebabkan karena tulang menekan otot.
• e.Hilangnya atau berkurangnya fungsi normal karena
ketidakstabilan tulang, nyeri atau spasme otot.
• f.Pergerakan abnormal
• g.Krepitasi, sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur
sehingga menyebabkan kerusakan jaringan sekitar
Komplikasi
1. Cedera saraf
2. Sindroma kompartemen
3. Kontraktur Volkman
4. Sindroma emboli lemak
Kompikasi jangka panjang dari fraktur
1. Kaku sendi atau artritis
2. Nekrosis avaskular
3. Malunion
4. Penyatuan terhambat
5. Non-union(penyembuhan fraktur terjadi 4 hingga 6
bulan setelah cedera awal)
6. Sindroma nyeri regional kompleks
PENATALAKSANAAN
a.Diagnosis dan penilainan fraktur
b.Reduksi/Manipulasi/Reposisi
• Reduksi tertutup
• Reduksi terbuka
• Metode traksi
c.Retensi / Imobilisasi
d.Rehabilitasi
e.tourniket
f.Pembidaian
Jenis dan tekhnik pembidaian:
• Bidai kaku (Rigid splint)
Bidai ini terbuat dari cardboard, kayu, metal,
plastic kaku
• Bidai lembut/lunak (soft splint)
Bidai jenis ini bagus untuk tungkai dan
lengan bawah
• Bidai tarik (traction splint)
Dibuat untuk fraktur ekstremitas inferior
Prinsip – prinsip pembidaian yang perlu diperhatikan
• pastikan ABC aman
• Kontrol perdarahan
• Pasien sadar; menginformasikan adanya nyeri
• Buka daerah yang akan dibidai atau lepaskan pakaian pasien sehingga bagian ekstremitas yang
menglami cedera tampak seluruhnya.
• Periksa dan catat PMS (pulse, motor, sensasi) bagian distal dari tempat fraktur sebelum dan
sesudah pemasangan splint/bidai. Bila memungkinkan, periksa gerakan ekstremitas distal dari
fraktur atau amati gerakan pada pasien yang tidak sadar.
• Ada angulasi yang besar atau jika ekstremitas tampak sangat membengkok dan pulsasi hilang.
Coba lakukan traksi ringan dan jika ada tahanan, jangan diteruskan dan pasang bidai pada posisi
tersebut.
• Luka terbuka harus ditutup dulu dengan kasa steril/alat steril dan perdarahan dikontrol dulu baru
kemudian dipasang bidai.
• Pasang bidai dengan mencakup sendi atas dan bawah dari tulang yang fraktur
• Pasang padding/bantalan yang lunak secukupnya terutama pada tulang yang menonjol
• Pada fraktur terbuka jangan memasukkan ujung tulang yang patah ke dalam lagi. Tutup bagain
tulang yang keluar dengan kasa steril baru kemudian dipasang bidai

Bila ada cedera lain yang lebih serius dan mengancam nyawa, bidai dipasang setelah pasien
distebilkan. Bila cederanya ringan tetapi korban harus dirujuk, sebelum dirujuk bidai dipasang
terlebih dahulu.
• Bila ragu-ragu apakah ada fraktur atau tidak, sebaiknya laukan bidai untuk pencegahan pada
PenangananFraktur yangumum
Tulang Mekanisme Cedera yang Biasa Temuan Klinis yang Khas Penanganan
Clavicula
80% dari fraktur terjadi dari bagian sepertiga - Kulit menutupi seluruh area fraktur. Fraktur tengah proksikmal dilakukan
tengah; biasanya karena kekuatan yang - Ketidakmampuan pemasangan sling dan diistirahatkan
langsung ke bahu (mis: jatuh, olah raga, untuk menaikan lengan.  
tabrakan bermotor). - Cedera neurovascular yang berhubungan dengan Atlet harus menghindari olahraga sampai
Umumnya terjadi pada pasien yang lebih fraktur jarang kecuali pada fraktur proksimal atau kekuatan dan rentang gerak kembali
muda medial. seperti sebelum terjadi cedera.
15% melibatkan 1/3 distal atau lateral; - Tulang kosta pertama dan tulang servikal dapat terluka
biasanya karena kekuatan dari atas bahu; dengan mekanisme yang sama.
umumnya terjadi pada orang tua.
>5% melibatkan 1/3 proksimal atau medial;
karena kekuatan pada dada anterior yang
dapat menyebabkan trauma
intrathoracal

   
Scapula Fraktur jarang terjadi dan biasanya - Cedera serius yang umumnya berhubungan
Pemasangan sling dilakukan selama
berhubungan dengan cedera ketinggian atau meliputi fraktur iga, humeri, tulang merasakan keluhan
akibat
  kekuatan yang signifikan.  
tengkorak,;jaringan lunak pada paru-
paru, limpa, SSP dan perifer.
- Cedera pulmonaris, plexus brachialis
dan cedera vascular dapat terjadi
dengan mekanisme yang sama

       
Humeri –
Usia muda: Atlet yang terlibat akibat - Ketidakmampuan Imobilisasi dengan sling pada
Kepala dan energi yang tinggi atau terlibat untuk menggunakan bahu fraktur yang tidak bergeser.
   
leher dalam olahraga yang
- Kehilangan rentang gerak lebih dari 1 Pembedahan mungkin
menggunakan lemparan diatas
tahun menjadi pilihan penanganan pada
kepala (menyebabkan epifisis
sekitar 20% dari keseluruhan
terbuka di humerus proksimal)
kasus.
Lansia: Osteoporosis, jatuh
dengan tumpuan bahu.

       
   
Kaki:
Kekuatan kompresi
Metatarsal Displaced- penyangga kaki
 
  pendek mungkin
Falang Trauma langsung, menendang,
membutuhkan ORIF
ibu jari kaki tersandung, cedera
Undisplaced- balut dengan
  atletik, trauma remuk.   bantalan lunak pada jari yang
     
      terkena
    Displaced- Reduksi di IGD
    Cari adanya cedera lumbalis,
 
 
Calcaneus Jatuh dari ketinggian tungkai kaaki ynag lain, nyeri yang Balut tekan, kruk
meningkat dengan hiperfleksi
Tatalaksana Kegawatdaruratan pada Fraktur
Ekstrimitas
(1) survey primer yang meliputi Airway, Breathing,
Circulation,
(2)meminimalisir rasa nyeri
(3) mencegah cedera iskemia-reperfusi,
(4) menghilangkan dan mencegah sumber- sumber
potensial kontaminasi
1.Primary survey
1. A : Airway,
Dengan kontrol servikal. Yang pertama harus dinilai adalah
kelancaran jalan nafas. Ini meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan nafas oleh adanya benda asing atau fraktus
di bagian wajah. Usaha untuk membebaskan jalan nafas
harus memproteksi tulang cervikal, karena itu teknik Jaw
Thrust dapat digunakan.Pasien dengan gangguan
kesadaran atau GCS kurang dari 8 biasanya memerlukan
pemasangan airway definitif.
2. B : Breathing.
Setelah mengamankan airway maka selanjutnya kita harus
menjamin ventilasi yang baik. Ventilasi yang baik meliputi
fungsi dari paru paru yang baik, dinding dada dan
diafragma. Beberapa sumber mengatakan pasien dengan
fraktur ektrimitas bawah yang signifikan sebaiknya diberi
high flow oxygen 15 l/m lewat non-rebreathing mask
dengan reservoir bag.
3. C : Circulation.
Ketika mengevaluasi sirkulasi maka yang harus diperhatikan
disini adalah volume darah, pendarahan, dan cardiac output.
Pendarahan sering menjadi permasalahan utama pada kasus
patah tulang, terutama patah tulang terbuka. Patah tulang femur
dapat menyebabkan kehilangan darah dalam paha 3 – 4 unit
darah dan membuat syok kelas III.
Menghentikan pendarahan yang terbaik adalah menggunakan
penekanan langsung dan meninggikan lokasi atau ekstrimitas
yang mengalami pendarahan di atas level tubuh.
Pemasangan bidai yang baik dapat menurunkan pendarahan
secara nyata dengan mengurangi gerakan dan meningkatkan
pengaruh tamponade otot sekitar patahan.
Pada patah tulang terbuka, penggunaan balut tekan steril
umumnya dapat menghentikan pendarahan.Penggantian cairan
yang agresif merupakan hal penting disamping
usahamenghentikan pendarahan.
4. D : Disability.
Menjelang akhir survey primer maka dilakukan evaluasi
singkat terhadap keadaan neurologis. yang dinilai disini
adalah tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-
tanda lateralisasi dan tingkat cedera spinal.

5. E : Exposure. pasien harus dibuka keseluruhan


pakaiannya, seiring dengan cara menggunting, guna
memeriksa dan evaluasi pasien. setelah pakaian dibuka,
penting bahwa pasien diselimuti agar pasien tidak
hipotermia
2. Secondary Survey (Survey sekunder)
1. Kaji riwayat trauma
2. Kaji seluruh tubuh dengan pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki
seccara sistematis, inspeksi adanya laserasi, bengkak dan deformitas
3. Kaji kemungkinan adanya fraktur multiple
• Trauma pada tungkai akibat jatuh dari ketinggian,sering disertai dengan
trauma pada lumbal
• Trauma pada lutut saat pasien jatuh dengan posisi duduk dapat disertai
dengan trauma panggul.
• Trauma pada lengan sering menyebabkan trauma pada siku, sehingga
lengan dan siku harus dievaluasi bersamaan.
• Trauma pada lutut dak proksimal fibula sering menyebabkan trauma
pada tungkai bawah, maka lutut dan tungkai bawah harus dilakukakn
evaluasi bersamaan.
• Trauma apapun yang mengenai bahu harus diperhatikan secara
seksama karena dapat melibatkan leher, dada atau bahu.
4.Kaji adanya nyeri pada area fraktur dan dislokasi
5.Kaji adanya krepitasi pada area fraktur
6.Kaji adanya perdarahan dan syok terutama pada fraktur
femur dan pelvis
7.Kaji adanya sindrom kompartemen, fraktur terbuka atau
tertutup, atau kompresi, dapat menyebabkan perdarahan
atau hematoma pada daerah yang tertutup sehingga
menyebabkan penekanan pada syaraf, pembuluh darah
dan kegagalan sirkulasi. Gelaja yang dapat dilihat: nyeri,
edema, denyut nadi hilang, perestesi, dan kelumpuhan,
8.Kaji tanda-tanda vital secara kontinu
Penataaksanaan Kedaruratan

• Inspeksi bagian tubuh yang fraktur


• Inspeksi adanya laserasi, bengkak dan deformitas
• Observasi angulast, pemendekan dan rotasi.
• Palpasi nadi distal untuk frakture dan pulsasi semua perifer
• Kaji suhu dingin, pemucatan, penurunan sensasi atau tidak adanya pulsasi, hal tersebut
menandakan cidera pada saraf atau suplai darah terganggu
• Tangani bagian tubuh dengan lembut dan sesedit mungkin gerakan yang kemungkinan dapat
menyebabkan gerakan pada tulang yang fraktur
• Berikan bebat sebelum klien dipindahkan, bebat dapat mengurangi nyeri, memperbaiki sirkulasi,
mencegah cidera lebih lanjut, dan mencegah fraktur tertutup menjadi fraktur terbuka.
• Imobilisasi sendi diatas dan dibawah daerah fraktur. Tempatkan satu tangan distal terhadap fraktur
dan berikan status penarikan ketika menenpatkan tangan lain diatas fraktur untuk menyokong
• Pembebatan diberikan meluas sampai sendi dekat fraktur
• Periksa status vaskuler ekstremitas setelah pembebatan periksa warna, suhu, nadi dan pemucatan
kuku
• Kaji untuk adanya deficit neurologi yang disebabkan oleh fraktur
• Berikan balutan steril pada fraktur terbuka
• Kaji adanya keluhan nyeri atau tekanan pada area yang mengalami cidera
• Pindahkan klies secara hati-hati dan lebut, untuk meminilisasi gerakan yang dapat menyebabkan
gerakan pada patahan tulang.
• 
• Lakukan penanganan pada trauma yang spesifik
Proses Penyembuhan Fraktur

a. Fase hematoma
b. Fase proliferasi seluler subperiosteal dan endosteal
c. Fase pembentukan kalus (fase union secara klinis)
d. Fase konsolidasi (fase union secara radiologi)
e. Fase remodeling
Pemeriksaan Diagnostik
a.Pemeriksaan rontgen
b.Scan Tulang (Fomogram, CT scan, MRI) untuk
memperlihatkan fraktur dan juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasikan kerusakan jaringan lunak.
c.Arteriogram dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai.
d.Hitung darah lengkap
• HT mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh
pada trauma multiple), Hb, leukosit, LED, golongan darah,
dll.
• Peningkatan jumlah SDP adalah respon stress normal
setelah trauma
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai