Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian

Nursalam (2008), mengatakan diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang
lebih sering dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer. Diare merupakan gangguan buang air
besar atau BAB ditandai dengan BAB lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja cair, dapat
disertai dengan darah atau lendir (Riskesdas, 2013). Diare yaitu penyakit yang terjadi ketika terdapat
perubahan konsistensi fese. Seseorang dikatakan menderita bila feses berair dari biasanya, dan bila buang air
besar lebih dari tiga kali, atau buang air besar yang berair tetapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam (Dinkes,
2016).
B. Klasifikasi
Pedoman dari laboratorium/ UPF Ilmu Kesehatan Anak, Universitas Airlangga dalam Nursalam
(2008), diare dapat dikelompokkan menjadi:
1. Diare akut, yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari.
2. Diare yang berkepanjangan bial diare berlangsung lebih dari 7 hari.
3. Diare kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari. Diare kronik bukan suatu kesatuan penyakit,
melainkan suatu sindrom yang penyebab dan patogenisisnya multikompleks. Mengingat
banyaknya kemungkinan penyakit yang dapat mengakibatkan diare kronik dan banyak
pemeriksaan yang harus dikerjakan maka dibuat tinjauan pustaka ini untuk dapat melakukan
pemeriksaan lebih terarah.
C. Penyebab
Faktor penyebab diare, antara lain :
1. Factor Infeksi
a. Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut :
Infeksi bakteri : Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dan sebagainya.
Infeksi virus : Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, Polomyelitis) Adeno-virus, Rotavirus,
Astovirus, dan lain-lain.
b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti : otitis media akut
1
(OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini
terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
2. Factor malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intolerasni laktosa, maltose, dan sukrosa); monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak terpenting dan tersering (intoleransi
laktosa),Lemak dan Protein.
3. Faktor makanan, makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas, (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang
lebih besar). Selain kuman, ada beberapa prilaku yang dapat meningkatkan resiko
terjadinya diare, yaitu :
a. Tidak memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan

b. Menggunakan botol susu

c. Menyimpanan makanan masak pada suhu kamar

d. Air minum tercemar dengan bakteri tinja

e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, sesudah


membuang tinja, atau sebelum menjamaah makanan.

D. Patofisiologi

Hidayat (2008), mengatakan proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai kemungkinan
factor diantaranya :

1. Factor infeksi

a. Virus

Penyebab tersering diare pada anak adalah disebabkan infeksi rotavirus. Setelah terpapar
dengan agen tertentu, virus akan masuk ke dalam tubuh bersama dengan makanan dan
minuman yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian melekat sel-sel mukosa
usus, akibatnya sel mukosa usus menjadi rusak yang dapat menurunkan daerah permukaan
usus. Sel-sel mukosa yang rusak akan digantikan oleh sel enterosit baru yang berbentuk
kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang sehingga fungsi sel-sel ini masih belum
bagus. Hal ini menyebabkan vili-vili usus halus mengalami atrofi dan tidak dapat menyerap
2
cairan dan makanan dengan baik. Selanjutnya, terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi usus dalam absorbs cairan dan elektrolit. Atau juga
dikatakan adanya toksin bakteri virus akan menyebabkan system transport aktif dalam usus
sehingga sel mukosa mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.

b. Bakteri

Bakteri pada keadaan tertentu menjadi invasif dan menyerbu ke dalam mukosa, terjadi
perbanyakan diri sambil membentuk toksin. Enterotoksin ini dapat diresorpsi ke dalam darah
dan menimbulkan gejala hebat seperti demam tinggi, nyeri kepala, dan kejang-kejang. Selain
itu, mukosa usus, yang telah dirusak mengakibatkan mencret berdarah berlendir. Penyebab
utama pembentukan enterotoksin ialah bakteri Shigella sp, E.colli. diare ini bersifat self-limiting
dalam waktu kurang lebih lima hari tanpa pengobatan, setelah sel-sel yang rusak diganti dengan sel-
sel mukosa yang baru (Wijoyo, 2013).

2. Factor malabsorbsi

a. Gangguan Osmotik

Cairan dan makanan yang tidak dapat diserap akan terkumpul di usus halus dan akan
meningkatkan tekanan osmotic usus Akibatnya akan menyebabkan tekanan osmotik dalam
rongga usus meningkat. Gangguan osmotik meningkatkan menyebabkan terjadinya
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Hal ini menyebabkan terjadinya
hiperperistaltik usus. Cairan dan makanan yang tidak diserap tadi akan didorong keluar
melalui anus dan terjadilah diare (Nursalam, 2008).

b. Gangguan sekresi

Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan
sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat
peningkatan isi rongga usus (Nursalam, 2008).
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap
makanan sehingga timbul diare. Sebaiknya bisa peristaltic usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. Akibat dari Gejala muntah dapat
3
timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat di sebabkan karena lambung turut meradang atau
akibat gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, serta mengalami gangguan asam basa
dapat menyebabkan dehidrasi,asidosis metabolik dan hypokalemia,hypovolemia.Gejala dari
dehidrasi yang tampak yaitu berat badan turun, turgor kembali sangat lambat,mata dan ubun-
ubun besar menjadi cekung,mucosa bibir kering. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hypovolemia,kolaps cardiovaskuler dan kematian bila
tidak diobati dengan tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa
dehidrasi isotonik. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.menurut
derajat dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi,dehidrasi ringan,dehidrasi sedang atau dehidrasi berat
(juffrie,2010).
E. Manifestasi Klinis
Menurut mediscatore.com, gejala diare adalah tinja encer dengan frekuensi 4 kali atau lebih dalam
sehari, yang terkadang disertai beberapa hal berikut :
1. Muntah
2. Badan lesu atau lemah
3. Tidak nafsu makan
4. Darah dan lendir dalam kotoran
5. Cengeng
6. Gelisah
7. Suhu meningkat
8. Tinja cair, dan lendir terkadang bercampur darah. Lama kelamaan, tinja berwarna hijau dan asam.
9. Anus lecet
10. Dehidrasi. Jika menjadi dehidrasi berat, akan menjadi volume darah berkurang, nadi cepat dan
kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun, dan diakhiri dengan syok.
11. Berat badan turun
12. Turgor kulit menurun
13. Mata dan ubun-ubun cekung
14. Selaput lendir, serta mulut dan kulit menjadi kering (Putra, 2012)

4
F. Komplikasi
Akibat diare yang utama adalah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit mendadak sehingga dapat
terjadi komplikasi sebagai berikut :
1. Dehidrasi
2. Renjatan hipovolemik (bila terjadi maka denyut cepat lebih dari 120 kali/menit)
3. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardia, perubahan
elektrokardiogam)
4. Hipoglikemia
5. Intolerasi sekunder. Akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose
6. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik
7. Nafas cepat (pernafasan kusmaul)
8. Gagal ginjal akut
9. Malnutrisi energi protein, (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). Diare yang
berlangsung beberapa waktu tanpa penanggulangan medis yang adekuat dapat mengakibatkan
kematian (Ngastiyah, 2007).
G. Penatalaksanaan
1. Bila dehidrasi masih ringan
Berikan minum sebanyak-banyaknya, 1 gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan
mengandung elektrolit, seperti oralit. Bila tidak ada oralit dapat diberikan larutan garam dan 1
gelas air matang yang agak dingin dilarutkan dalam satu sendok teh gula pasir dan 1 jumput garam
dapur. Jika anak terus muntah tidak mau minum sama sekali perlu diberikan melalui sonde. Bila
cairan per oral tidak dapat dilakukan, dipasang infuse dengan cairan Ringer Laktat (RL) atau
cairan lain (atas persetujuan dokter). Yang penting diperhatikan adalah apakah tetesan berjalan
lancar terutama pada jam-jam pertama karena diperlukan untuk mengatasi dehidrasi.
2. Pada dehidrasi berat
Selama 4 jam pertama tetesan lebih cepat.untuk mengetahui kebutuhan sesuai dengan yang
diperhitungkan.

5
H. Patway

Infeksi Makanan Psikologi

Berkembang diusus Toksistas tidak dapat diserap

Hipersekresi air dan


Elektrolit Hiperperistatik Malabsrobsi KH,
Protein Lemak

Ansietas
Isi usus Penyerapan makanan Meningkatkan tekanan
Osmotik

Pergeseran air dan


elektrolit ke usus

Diare

Frekwensi BAB meningkat Distensi abdomen

6
Mual,muntah
Hilang cairan dan elektrolit Kerusakan integritas
Berlebihan kulit Nafsu makanMenurun

Gangguan keseimbangan Asidosis metabolik

Cairan dan elektrolit Ketidakseimbangan


nutrisi kurang dari
Sesak kebutuhan tubuh
Dehidrasi
Gangguan pertukaran

Resiko Syok
Kekurangan volume (hiporvolemik)
cairan

7
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Identitas Klien

1. Biodata
a. Panggilan : Nn. A
b. Tempat Nama / Nama Tanggal Lahir / Usia : Kendari , 14 Maret 2002
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan :-
f. Alamat : Songka
g. Diagnosa Medis : Diare
2. Identitas Orang Tua
a. Ayah
Nama / Nama Panggilan : Tn. H
Usia : 36 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Alamat : Songka
b. Ibu
Nama / Nama Panggilan : Ny. S
Usia : 35 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Songka

8
B. Pengkajian
1. Keluhan Utama
BAB ± 3× sehari Encer
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
keluhan BAB encer yang dialami sejak 5 hari yang lalu, di selingi muntah -
muntah 2 kali sejak 5 hari hilang timbul. Pasien rewel (+) riwayat batuk pilek (-)
riwayat minum susu formula (-)

b. Riwayat Kesehatan Lalu (Khusus untuk usia 0-5 tahun)

Nn. A merupakan anak ibu S anak 1 ( pertama) selama hamil ibu klien melakukan
pemeriksaan rutin ke bidan kurang lebih 6 × (kali). Ibu mengatakan selama hamil
tidak pernah sakit, obat yang diminum ibu selama hamil yaitu tablet penamabah
darah dari bidan.
c. Riwayat yang membahayakan kehamilan
Ibu mengatakan tidak mempunyai riwayat hipertensi dan penyakit DM.
3. Riwayat Imunisasi

No Jenis Imunisasi Waktu Reaksi Setelah


Pemberian Pemberian
1. BCG Pada usia 6 bulan Membentuk abses 1-2
bulan
2. DPT (I, II, III, Usia 3,4,5 bulan Demam 1 hari
1V)
3. Polio (I, II, III, Usia 3,4,5 bulan Tidak ada reaksi
1V)
4. Campak - -
5. Hepatitis Usia 0 bulan Tidak ada reaksi

9
4. Riwayat Nutrisi
a. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui : Nn. A Pertama kali disusui umur 2 minggu
2. Cara pemberian : Menyusui
3. Lama pemberian : Saat ini Nn. A masih disusui oleh ibunya
b. Pemberian Susu Formula
Ibu mengatakan anaknya tidak diberikan susu formula.
c. Pola Perubahan Nutrisi Setiap Tahun Usia Sampai Nutrisi Saat Ini Pada usia 0-4
bulan jenis nutrisi yang diberikan adalah ASI dan lama pemberian 6 bulan. Pada usia
4 -12 jenis nutrisi yang diberikan yaitu bubur saring ditambahkan telur. Sedangkan
pada saat ini jenis nutrisi belum diketahui dan lama pemberian belum diketahui.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Klien
1) KU lemah
2) Kesadaran Compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital
1) Suhu 37
2) Nadi : 80 menit
3) Respirasi : 30 menit
4) Tekanan darah : 90/80 Mmhg
c. Antropometri
1) Tinggi badan : 140 cm
2) Berat badan : 35 kg
d. Sistem Pernapasan
Hidung : Bersih tidak ada peradangan
Kelenjar pada leher : Tidak ada pembengkakan pada leher
e. Dada
Bentuk dada : Bentuk dada smetris
Gerakan dada : Simetris antara kiri dan kanan
Suara napas : Vesikuler
Clubbing finger: Normal
10
f. Sistem Cardio Vasculer
Conjungtiva : Pink
Suara jantung S1, S2 : Normal
Capitarry refilling time : ≤ 3 detik
g. Sistem Pencernaan
- Sklera : Tidak ada ikterus
- Mulut : mucosa mulut kering
- Kemampuan menelan : Tidak ada masalah
- Abdomen : Peristaltik usus 24x/menit
h. Sistem Indra
- Mata
Kelopak mata : Bersih tidak anemis pada kunjungtiva
Pemeriksaan virus :-
Lapang pandang :-
- Hidung
Penciuman : Tidak ada masalah pada penciuman
- Telinga
Keadaan daun telinga : Bersih tidak ada kelaianan
Fungsi pendengaran : Baik tidak terdapat kuman pada lubang telinga.
i. Sistem Saraf
- Status mental : Baik, tidak ada gangguan
- Kesadaran : Compos mentis
- Bicara ekspresive :-
j. Sistem Integumen
- Rambut : Pendek
- Kulit : Bersih
- Kutu : Pendek

k. Sistem Perkemihan
Tidak ada gangguan pada sistem perkemihan.
l. Sistem Imun
Riwayat alergi : Tidak ada riwayat alergi
11
C. Klasifikasi Data
Data Subyektif

1. klien mengatakan BAB sejak 5 hari yang lalu


2. klien mengatakan BAB encer 3x sehari sejak tadi pagi
3. klien mengatakan lemas
4. klien mengatakan kurang nafsu makan
Data Obyektif

1. Nampak BAB encer 3x/hari


2. Mukosa bibir kering
3. Turgor kulit kering
4. Klien tampak lemas
5. Peristaltik 24 menit
6. Tanda-tanda vital
Nadi : 138 /menit
Pernapasan : 30x/menit
Suhu badan : 37
7. Tampak kemerahan didaerah anus

12
D. Analisa Data

No DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Data Subyektif Virus, Parasit, Bakteri, Diare
- klien mengatakan BAB Mikroorganisme
sejak 5 hari yang lalu
- klien mengatakan BAB Infeksi pada sel
encer 3 sehari
Data obyektif Berkembang diusus
- Nampak BAB encer
3 Hipersekresi air dan

- Peristaltik 24 elektrolit

menit
Isi rongga usus
- Anak tampak lemah
berlebihan
dan lemas

Diare

13
2. Data Subyektif Diare Resiko
- klien mengatakan BAB kekurangan
sejak 5 hari yang lalu Frekwensi BAB volume cairan
Meningkat
- klien mengatakan BAB
encer 3 sehari
Hilangnya cairan dan
- klien mengatakan elektrolit berlebihan
lemas
Gangguan keseimbangan
Data obyektif
cairan elektrolit
- Namapak BAB encer
3
Dehidrasi
- Mukosa bibir kering
Resiko kekurangan
- Turgor kulit kering volume cairan

- Klien tampak lemah


dan lemas

- Tanda-tanda vital

Nadi :80x/ menit

Pernapasan 30x/menit

Suhu badan : 37˚C

TD : 90/80 Mmhg

14
E. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan dan Kriteria Hasil


Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC)
(NOC)
1 Diare berhubungan dengan Setelah dilakukan NIC :
proses infeksi, inflamasi tindakan keperawatan  Diarhae Menagement
diusus 3x24 jam diharapkan - Evaluasi efek
Data subyektif : Diare pada pasien samping
- kline mengatakan BAB teratasi. pengobatan
sejak 5 hari yang lalu NOC : terhadap
- kline mengatakan BAB Kriteria hasil : gastrointestinal
encer 3X sehari  Fases berbentuk, - Ajarkan pasien
Data obyektif : BAB sehari sekali untuk
- Namapak BAB encer tiga kali menggunakan obat
3x/hari  Menjaga daerah anti diare
- Peristaltik 24 menit sekitar rectal dari - Evaluasi intake
- Anak tampak lemah iritasi makanan yang
dan lemas  Tidak mengalami masuk
diare - Identifikasi faktor
 Menjelaskan penyebab dari
penyebab diare dan diare
rasional tindakan
- Monitor tanda dan
 Mempertahankan
gejala diare
turgor kulit

15
- Observasi turgor
kulit secara rutin
- Ukur
diare/keluaran
BAB
- Hubungi dokter
jika ada kenaikan
bising usus
- Monitor
persiapan
makanan yang
aman

16
F. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tanggal/Jam Dx Implementasi Evaluasi


Sabtu 06 1 1. Menganjurkan kepada S:
februari ibu klien untuk - klien mengatakan bab encer ± 3x
2021 memberikan obat anti Sehari
Jam 09.00 - klien mengatakan masih
diare pada klien
adanya kemerahan pada daerah
2. Mengopservasi anus
turgor kulit O:
- Fases berbentuk, BAB sehari sekali
tiga kali
3. Anjurkan klien untuk - Belum mampu mempertahankan
mengganti pakaian turgor kulit
yang longgar pada klien - Keluarga belum mampu
mempertahankan kelembaban kulit
pada klien
4. Memonitoring kulit
- Pemberian Cotri 480 gram,
akan adanya kemerahan
Leoperamide, Oaracetamol,
Vitamin B Kompleks
5. Penatalaksanaan A:
- Diare(sedang)
pemberian medikasi
- Kerusakan integritas kulit
infuse
P : Intervensi 1,2,3,4 dan 5 di lanjutkan

Sabtu 06 2 Menganjurkan klien untuk S:


februari makan makanan banyak - klien mengatakan bab encer
2021 serat - klien mengatakan masih adanya
Jam 09.30 kemerahan pada daerah anus
O:
Mengopservasi turgor kulit - Fases berbentuk, BAB sehari dua
kali
Anjurkan pada klien untuk - Mampu mempertahankan
mengganti pakaian yang turgor kulit
longgar pada klien - Keluarga mulai mampu
Memonitoring kulit akan mempertahankan kelembaban kulit
adanya kemerahan pada klien
- Pemberian Cotri 480 gram,
Penatalaksanaan pemberian Leoperamide, Oaracetamol,
medikasi infuse Vitamin B Kompleks

17
A:
- Diare (sedang)
- Kerusakan integritas kulit

- P : Intervensi 1,2,3,4, dan 5 di


pertahankan
Minggu 07 1 1. Menganjurkan kepada S:
februari klien untuk Meminum - klien mengatakan anaknya BAB
2021 obat anti diare satu kali sehari
Jam 09.00 O:
2. Mengopservasi
turgor kulit - Frekwensi BAB satu kali sehari
3. Memonitoring kulit dengan konsistensi padat
akan adanya kemerahan - Turgor kulit klien kering
4. Penatalaksanaan - Keluarga mampu melindungi kulit
pemberian medikasi dan mempertahankan kelembaban
infus kulit
- Pada Kulit sekitar anus klien tidak
nampak kemerahan lagi
- Pemberian Cotri 480 gram,
Leoperamide, Oaracetamol, Vitamin B
Kompleks
A : Diare teratasi , integritas kulit yang baik
di pertahankan

P : Intervensi di pertahankan

18
BAB III
ANALISA SINTESA TINDAKAN KEPERAWATAN

A. IDENTITAS KLIEN: Nn. A (Umur 19 Tahun)


B. DIAGNOSA MEDIS: Diare
C. DATA FOKUS
Keluhan BAB encer yang dialami sejak 5 hari yang lalu, di selingi muntah - muntah 2
kali sejak 5 hari hilang timbul. Pasien rewel (+) riwayat batuk pilek (-) riwayat minum susu
formula (-).klien mengatakan BAB sejak 5 hari yang lalu,BAB encer 3x sehari sejak tadi
pagi. klien mengatakan lemas dan nafsu makannya berkurang. Mukosa bibir kering, Turgor
kulit kering, Klien tampak lemas dan Peristaltik 24 menit.
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan output
E. ANALISA SINTESA PROSEDUR TINDAKAN
Diare selama 5 hari rata-rata 3 kali/hari, muntah 2 kali

Kekurangan volume cairan tubuh

Tubuh lemas, mata cekung, mukosa bibir kering

Dapat dibantu pemenuhan cairan dengan pemberian cairan infus

F. TINDAKAN KEPERAWATAN YANG DILAKUKAN:


Pemberian cairan melalui infus
G. TUJUAN TINDAKAN:
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit, sebagai tindakan pengobatan dan pemberian nutrisi
parenteral.
19
H. PRINSIP TINDAKAN DAN RASIONAL
a. Proteksi diri dengan masker dan handscoon steeril
Rasional : meminimalkan resiko kontaminasi, dan cegah masuknya kuman ke tubuh pasien
b. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
Rasional : pasien tidak bingung dengan tindakan yang akan dilakukan dan sebagai
informed consent
c. Menghubungkan cairan dan infus set dengan menusukkan kedalam botol infus (cairan)
dengan hati-hati
Rasional : agar lebih memudahkan dalam memasang infus
d. Isi cairan kedalam infus set dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan
terisi sebagian dan membuka tutup hingga selang terisi dan udara selang keluar.
Rasional : selang yang masih terisi udara akan menimbukan emboli udara dan masuk pada
pembuluh darah, hal tersebut membahayakan pasien.
e. Periksa larutan, menggunakan lima benar pemberian obat. Pastikan aditif yang diresepkan
seperti kalium dan vitamin telah ditambahkan, periksa larutan terhadap warna, kejernihan,
dan tanggal kadaluwarsa.
Rasional : larutan IV adalah obat dan harus diperiksa dengan hati-hati untuk mengurangi
resiko kesalahan, kandungan partikel atau yang telah kadaluwarsa untuk tidak digunakan.
f. Jika menggunakan larutan IV dalam botol, lepaskan penutup logam dan lempeng karet dan
logam dibawah penutup. Untuk kantung larutan IV plastik, lepaskan lapisan plastik diatas
port selang IV.
Rasional : memungkinkan masuknya slang infus kedalam larutan.
g. Pilih jarum IV yang tepat atau over the needle catheter (ONC)
Rasional : membantu pungsi vena dan memasukkan cairan IV
h. Pilih tempat distal vena yang digunakan
Rasional : jika terjadi kerusakan vena, tempat proksimal dari vena yang sama masih bisa
digunakan
i. Untuk pemberian cairan IV, atur kecepatan aliran sampai tetesan yang tepat permenit
sesuai program
Rasional : mempertahankan kecepatan tetesan aliran larutan IV yang tepat

20
I. BAHAYA YANG MUNGKIN TERJADI AKIBAT TINDAKAN TERSEBUT DAN
CARA PENCEGAHANNYA
a. Resiko infeksi (plebitis) pada daerah yang dipasang infus
Antisipasi : ganti infus setelah tiga hari dengan infus yang baru
b. Udem pada jaringan sekitar pemasangan infus
Antisipasi : pastikan jarum masuk pada pembuluh darah vena

21
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hasil pengkajian pada Nn. A didapatkan anak BAB kali, BAB encer, tidak berlendir,
anak demam, nafsu makan berkurang, anak malas. Hasil pengkajian dan analisa data terdapat 5
diagnosa yang muncul pada Nn. A yaitu hipertermi berhubungan dengan infeksi, kekurangan
volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis. Diare berhubungan dengan proses infeksi,
kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB.
Intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai dengan masalah yang ditemukan pada Nn. A
yaitu perawatan demam, manajemen ciran, manajemen nyeri, manajemen nutrisi, monitor nutrisi,
manajemen diare, manajemen tekanan. Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan yang telah disusun. Implementasi keperawatan ditentukan pada tanggal 06-07 Februari
2021. Sebagian besar rencana keperawatan dapat dilaksanakan pada implementasi keperawatan.
Evaluasi tindakan keperawatan yang dpat dilakukan selama 3 hari dalam bentuk SOAP. Diagnosa
keperawatan pada Nn. A yaitu hipertemi berhubungan dengan proses infeksi teratasi pada hari
ketiga, kekurangan volume cairan berhubungan kehilangan cairan aktif teratasi pada hari ke lima,
ketidakseimbangan nutrisi kurrang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis
teratasi pada hari ke lima. Diare berhubungan dengan prosesinfeksi teratasi pada hari ke tiga. Kerusakan
integritasi kulit berhubungan dengan ekskresi atau sering BAB teratasi pada hari ke tiga

22
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :


Rineka Cipta.

Badudu, J. S & Zain, Moh. Sutan. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta :
Pustaka Sinar Harapan.

Wong Dona L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol 2. EGC : Jakarta
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2015.

Depkes, 2010. Penatalaksanaan Penyakit Diare Pada Anak. Jakarta : Depkes RI.
Maya & Fida, 2012. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jogjakarta : D – Medika
Ngastiah. 2007. Perawatan anak Sakit. Jakarta : EGC
Nurrachma dan Ratna. 2010. Terapi cairan dan Elektrolit. Jakarta : EGC.

North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis


Keperawatan 2014-2015. Jakarta : EGC
Poedjawijatna, I. R. 2011. Tahu & Pengetahuan. Jakarta : Rhineka Cipta.

23
24

Anda mungkin juga menyukai