(a) (b)
Gambar 1. (a) Os tibia dan fibula (b) Fraktur tibia fibula distal dengan foto X-ray
B. Jenis Fraktur
1. Menurut jumlah garis fraktur :
a. Simple fraktur (terdapat satu garis fraktur)
b. Multiple fraktur (terdapat lebih dari satu garis fraktur)
c. Comminutive fraktur (banyak garis fraktur/fragmen kecil yang lepas)
2. Menurut luas garis fraktur :
a. Fraktur inkomplit (tulang tidak terpotong secara langsung)
b. Fraktur komplit (tulang terpotong secara total)
c. Hair line fraktur (garis fraktur hampir tidak tampak sehingga tidak ada
perubahan bentuk tulang)
3. Menurut bentuk fragmen :
a. Fraktur transversal (bentuk fragmen melintang)
b. Fraktur obligue (bentuk fragmen miring)
c. Fraktur spiral (bentuk fragmen melingkar)
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan dunia luar :
a. Fraktur terbuka (fragmen tulang menembus kulit), terbagi 3 :
1) Pecahan tulang menembus kulit, kerusakan jaringan
sedikit, kontaminasi ringan, luka <1 cm.
2) Kerusakan jaringan sedang, resiko infeksi lebih besar,
luka >1 cm.
3) Luka besar sampai ± 8 cm, kehancuran otot,
kerusakan neurovaskuler, kontaminasi besar.
b. Fraktur tertutup (fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar)
(Charless, 2001)
C. Tanda dan Gejala Fraktur Tibia dan Fibula
Gejala akan bervariasi bergantung pada seberapa buruk fraktur itu. Gejala yang
mungkin terjadi, termasuk :
1. Nyeri hebat di kaki bagian bawah
2. Kesulitan berjalan, berlari, atau menendang
3. Mati rasa atau kesemutan kaki
4. Ketidakmampuan untuk menanggung berat pada kaki yang terluka
5. Kelainan bentuk di daerah kaki bagian bawah, lutut, tulang kering,
atau pergelangan kaki
6. Tulang yang menonjol (angulasi)
7. Gerakan terbatas sekitar lutut
8. Bengkak di sekitar lokasi cedera
9. Memar dan kebiruan pada kaki yang terluka
10. Kadang disertai luka (fraktur terbuka)
Ketika tulang tibia retak, tulang lain di kaki bagian bawah, yang disebut dengan
fibula juga sering ikut terkena
D. Klasifikasi
Ada beberapa cara untuk mengklasifikasikan fraktur tibia dan fibula. Di bawah
ini adalah beberapa patah tulang tibia dan fibula yang paling umum terjadi pada
anak-anak. Kadang-kadang mereka juga melibatkan fraktur lempeng pertumbuhan
(phisis) yang terletak di setiap ujung tibia.
1. Fraktur Tibial Proksimal
Fraktur ini terjadi di ujung lutut tibia dan juga disebut fraktur tibial
plateau. Tergantung pada lokasi yang tepat, fraktur tibialis proksimal dapat
mempengaruhi stabilitas lutut serta pelat pertumbuhan. Fraktur tibialis proksimal
yang umum meliputi :
a. Fraktur Epifisis Tibial Proksimal : Jenis fraktur ini mempengaruhi bagian atas
tulang (epifisis) dan lempeng pertumbuhan. Pemisahan lempeng pertumbuhan
dari tulang biasanya disebabkan oleh kekuatan langsung ke lutut. Sangat penting
untuk memperbaiki fraktur jenis ini. Ini dapat mempengaruhi pertumbuhan di
masa depan dan menyebabkan cacat jika tidak ditangani dengan
benar. Perawatan biasanya terdiri dari pengaturan tulang tanpa operasi, yang
dalam beberapa kasus dapat disertai dengan pemasangan pin atau sekrup khusus
untuk mengamankan tibia saat penyembuhan.
b. Fraktur Metafisis Tibial Proksimal (Fraktur Cozen) : Fraktur ini mempengaruhi
“leher” tulang (metafisis), di mana tibia mulai menyempit. Ini paling umum
terjadi pada anak-anak antara usia dua dan delapan tahun. Cedera ini dapat
terjadi ketika kekuatan diterapkan ke sisi lutut saat kaki diperpanjang. Ini
biasanya dirawat dengan mengatur tulang tanpa operasi dan menggunakan gips
untuk mengurangi gerakan. Gips biasanya dipakai selama sekitar enam
minggu. Valgus deformitas (lutut ketukan) adalah salah satu potensi komplikasi
utama setelah fraktur ini.
2. Fraktur Poros Tibial
Jenis fraktur ini terjadi di tengah, atau batang (diafisis), tibia. Ada tiga jenis
fraktur batang tibialis:
a. Nondisplaced : Fraktur di mana tulang yang patah tetap sejajar. Jenis fraktur ini
biasanya terlihat pada anak di bawah empat tahun. Ini bisa disebabkan oleh
peristiwa traumatis ringan atau cedera puntir. Seringkali, gejala pertama adalah
pincang. Pemeriksaan biasanya menunjukkan kelembutan atau pembengkakan di
bagian bawah tibia. Perawatan biasanya melibatkan imobilisasi dalam gips
pendek atau panjang. Durasi adalah tiga hingga empat minggu untuk balita dan
enam hingga 10 minggu untuk anak-anak yang lebih besar.
b. Mengungsi, tidak terkikis : Fraktur di mana tulang patah tidak lebih dari dua
bagian (tidak terkurangi) tetapi tidak selaras. Ini adalah fraktur terisolasi tibia
dengan fibula utuh. Ini fraktur poros tibialis yang paling umum. Ini disebabkan
oleh kekuatan rotasi atau puntiran seperti cedera olahraga atau jatuh. Perawatan
termasuk pengaturan tulang tanpa operasi dan gips kaki panjang dengan lutut
ditekuk. Patah tulang yang tidak stabil mungkin memerlukan pembedahan.
c. Displaced, comminuted : Fraktur di mana tulang patah dalam beberapa fragmen
dan tidak selaras. Fraktur ini dapat disebabkan oleh trauma energi tinggi, seperti
kecelakaan mobil atau tertabrak kendaraan. Perawatan termasuk pengaturan
tulang tanpa operasi dan gips kaki panjang dikenakan selama empat hingga
delapan minggu. Gips penahan berat kaki pendek mungkin juga diperlukan pada
beberapa pasien. Fraktur yang tidak stabil mungkin memerlukan pembedahan
untuk mempertahankan keselarasan.
3. Fraktur Tibial Distal
Fraktur ini terjadi di ujung pergelangan kaki tibia. Mereka juga disebut fraktur
plafon tibialis. Salah satu tipe umum pada anak-anak adalah fraktur metafisis tibialis
distal. Ini adalah patah tulang dalam metafisis, bagian tibia sebelum mencapai titik
terlebar.
Patah tulang ini biasanya melintang (melintang) atau miring (miring) pada
tulang. Fraktur metafisis tibialis distal biasanya sembuh dengan baik setelah
dilakukan tanpa operasi dan pemberian gips. Namun, ada risiko penutupan awal
penuh atau sebagian pelat pertumbuhan. Hal ini dapat menyebabkan penangkapan
pertumbuhan dalam bentuk perbedaan panjang kaki atau kelainan bentuk lainnya.
(John Hopkins Medicine, 2019)
E. Anatomi Fisiologi Tulang Patella
Tibia atau tulang kering ujung proksimalnya mempunyai dua bongkol kondilus medialis dan
kondilus lateralis. Pada permukaan tibia mempunyai fasies artikularis superior, dibagi dua oleh
eminensia interkondiloid madial dan lateral. Di depan eminensia terdapat lekuk kecil fosa
interkondiloid posterior. Bagian tepi permukaan sendi tibia terdapat margo inferior infraglenoid.
Tepat di bawah margo terdapat tonjolan yang disebut tuberositas tibia. Diafise tibia bentuknya
seperti prisma berisi tiga fasies yaitu fasies anterior, fasies posterior dan fasies lateralis. Ketiga fasies
ini dipisahkan oleh krista anterior tibia, krista posterior tibia dan margo tibialis media. Pada fasies
posterior terdapat line poplitea, bagian ujung distal tibia membentuk sendi kaki. Sebelah medial
menonjol sebagai maleolus medialis, sebelah lateral mempunyai lekuk berhubungan dengan fibula
insisura fibularis.
Fibula atau tulang betis terdiri dari kapitulum fibula yang melekat pada bagian belakang atas
tibia. Ujung distal yang e=menonjol dinamakan maleolus lateralis. Puncak kapitulum fibula
dinamakan apeks kapitula fibula. Diafise fibula sama dengan tibia dipisahkan oleh krista. Pada fasies
medial terdapat krista interosa tepat melekatnya membranosa yang menghubungkan tibia dengan
fibula, pada maleolus lateralis terdapat lekuk untuk urat telapak kaki. (Syaifuddin, 2014)
Gambar 2. Anatomi dan fisiologi os.tibia dan fibula
Fraktur
Merangsang nosiseptor
(reseptor nyeri) Pergeseran fragmen tlng Spasme otot
Edema
Risiko syok
C. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Akut Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
keperawatan selama ……. X …… Observasi
Penyebab : diharapkan nyeri akut berkurang Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Agen pencedera fisiologis dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
( mis : inflamasi, iskemia, Tingkat Nyeri Identifikasi skala nyeri
neoplasma) Keluhan nyeri menurun Identifikasi respon nyeri non verbal
Agen pencedera kimiawi Meringis menurun Identifikasi faktor yang memperberat dan
(mis : terbakar, bahan kimia Sikap protektif menurun memperingan nyeri
iritan) Gelisah menurun Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
Agen pencedera fisik (mis : Kesulitan tidur menurun tentang nyeri
abses, amputasi, terbakar, Menarik diri menurun Identifikasi pengaruh budaya terhadap
terpotong, mengangkat berat, repson nyeri
Berfokus pada diri sendiri
prosedur operasi, trauma, Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
menurun
latihan fisik berlebihan) hidup
Diaforesis menurun
Perasaan depresi (tertekan) Monitor keberhasilan terapi komplementer
Gejala dan Tanda Mayor yang sudah diberikan
menurun
Mengeluh nyeri Monitor efek samping penggunaan analgetik
Perasaan takut mengalami
Tampak meringis cidera berulang menurun Terapeutik
Bersikap protektif (mis : Anoreksia menurun Berikan teknik non farmakologis untuk
waspada, posisi menghindari Frekuensi nadi membaik mengurangi rasa nyeri (mis : TENS,
nyeri) Pola nafas membaik hypnosis, akupresure, terapi music,
Gelisah Tekanan darah membaik biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
Frekuensi nadi meningkat Proses berpikir membaik teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat
Pemberian Analgetik
Observasi
Identifikasi karakteristik nyeri ( mis:
pencetus, Pereda, kualitas, lokasi, intensitas,
frekuensi, durasi)
Identifikasi riwayat alergi obat
Identifikasi kesesuaian jenis analgetik (mis:
narkotika, non narkotik atau NSAID)
dengan tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
Monitor efektivitas analgetik
Terapeutik
Diskusikan jenis analgetik yang disukai
untuk mencapai analgesial optimal, jika
perlu
Pertimbangkan penggunaan infus continue,
atau bolus oploid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
Tetapkan target efektifitas analgetik untuk
mengoptimalakan respon pasien
Dokumentasikan respon terhadap efek
analgetik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
Jelaskan efek terapi dan efek samping
obat
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian dosis dan
analgetik, sesuai indikasi
2 Risiko Perfusi Perifer Tidak Setelah diberikan asuhan Pencegahan syok
Efektif keperawatan selama … x … jam, Observasi
diharapkan masalah risiko perfusi Monitor status kardiopulmonal (frekuensi
Faktor risiko perifer kembali efektif dengan dan kekuatan nadi, frekuensi nafas, TD,
Hiperglikemia kriteria hasil: MAP)
Gaya hidup kurang gerak Perfusi Perifer Monitor status oksigenasi (oksimetri, nadi,
Hipertensi Denyut nadi perifer AGD)
Merokok meningkat Monitor status cairan (masukan dan
Prosedur endovaskuler Penyembuhan luka meningkat hakuaran, turgor kulit, CRT)
Kurang terpapar informasi Warna kulit pucat menurun Periksa riiwayat alergi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika
perlu
Kolaborasi antiinflamasi, jika perlu
Perawatan sirkulasi
Observasi
Periksa sirkulasi perifer (mis, nadi perifer,
edema, pengisian kapiler, warna, suhu, ABI)
Identifikasi faktor risiko gangguan sirkulasi
(mis, diabetes, perokok, orang tua, hipertensi
dan kadar kolesterol tinggi)
Monitor panas, kemerahan, nyeri atau
bengkak pada ekstremitas
Terapeutik
Hindari pemasangan infus atau pengambilan
darah di area keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada
ekstremitas dengan keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan
tourniquet pada area yang cidera
Lakukan pencegahan infeksi
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
Edukasi
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan penurun
kolesterol, jika perlu
Anjurkan minum obat pengontrol tekanan
darah secara teratur
Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beta
Aanjurkan melakukan perawatan kulit yang
tepat (mis, melembabkan kulit yang kering
pada kaki)
Anjurkan program rehabilitasi vascular
Ajarkan program diet untuk memperbaiki
sirkulasi (mis, rendah lemak jenuh, minyak
ikan omega 3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang
harus dilaporkan (mis, rasa sakit yang tidak
hilang saat istirahat, luka tidak sembuh,
hilangnya rasa)
3 Gangguan Mobilitas Fisik Setelah diberikan asuhan Dukungan Ambulasi
Penyebab keperawatan selama … x … jam, Observasi
Kerusakan integritas struktur diharapkan masalah gangguan Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
tulang mobilitas fisik teratasi dengan lainnya
Perubahan metabolism kriteria hasil: Identifikasi toleransi fisik melakukan
Ketidakbugaran fisik Mobilitas Fisik ambulasi
Penurunan kendali otor Pergerakan ekstremitas Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
Penurunan massa otot meningkat sebelum memulai ambulasi
Penurunan kekuatan otot Kekuatan otot meningkat Monitor kondisi umum selama melakukan
menurun
Terapeutik
Sendi kaku
Gerakan tidak terkoordinasi Edukasi
Fisik lemah Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
Anjurkan melakukan mobilisasi dini
Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus
dilakukan (mis, duduk di tempat tidur, duduk
di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
ke kursi)
4 Gangguan Integritas Kulit / Setelah diberikan asuhan Perawatan Integritas Kulit
Jaringan keperawatan selama … x … jam, Observasi
Penyebab diharapkan masalah gangguan Identifikasi penyebab gangguan integritas
Perubahan sirkulasi integritas kulit/jaringan teratasi kulit (mis, perubahan sirkulasi, perubahan
Perubahan status nutrisi dengan kriteria hasil: status nutrisi, penurunan kelembaban, suhu
(kelebihan/kekurangan) Integritas Kulit dan Jaringan lingkungan ekstrem, penurunan mobilitas)
Kekurangan / kelebihan Elastisitas meningkat Terapeutik
volume cairan Hidrasi meningkat Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
Penurunan mobilitas Perfusi jaringan meningkat Lakukan pemijatan pada area penonjolan
Bahan kimia iritatif Kerusakan jaringan menurun tulang, jika perlu
Suhu lingkungan yang Kerusakan lapisan kulit Bersihkan perineal dengan air hangat,
ekstrem menurun terutama selama periode diare
Faktor mekanis (mis. Nyeri menurun Gunakan produk berbahan petroleum atau
Penekanan pada tonjolan Perdarahan menurun minyak pada kulit kering
tulang, gesekan) atau faktor Kemerahan menurun Gunakan produk berbahan ringan/alami den
elektris (elektrodiatermi, Hematoma menurun hipoalergik pada kulit sensitive
energi listrik bertegangan Pigmentasi abnormal Hindari produk berbahan dasar alcohol pada
tinggi) menurun kulit kering
Efek samping terapi radiasi Jaringan parut menurun Edukasi
Kelembaban Nekrosis menurun Anjurkan menggunakan pelembab (mis,
Proses penuaan Abrasi kornea menurun lotion, serum)
Neuropati perifer Anjurkan minum air yang cukup
Suhu kulit membaik
Perubahan pigmentasi Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
Sensasi emmbaik
Perubahan hormonal Anjurkan meningkatkan asupan buah dan
Tekstur membaik
Kurang terpapar informasi sayur
Pertumbuhan rambut
tentang upaya Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
membaik
mempertahankan/melindungi Anjurkan menggunakan tabir surya SPF
integritas jaringan minimal 30 saat berada di luar rumah
Anjurkan mandi dan menggunakan sabun
Gejala dan Tanda Mayor secukupnya
Kerusakan jaringan dan/atau
lapisan kulit Perawatan Luka
Observasi
Gejala dan tanda Minor Monitor karakteristik luka (mis, drainase,
Nyeri warna, ukuran, bau)
Perdarahan Monitor tanda-tanda infeksi
Kemerahan Terapeutik
Hematoma Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Cukur rambut disekitar daerah luka, jika
perlu
Bersihkan dengan cairan NaCl atau
pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
Bersihkan jaringan nekrotik
Berikan salep yag sesuai ke kulit / lesi, jika
perlu
Pasang balutan sesuai jenis luka
Pertahankan teknik steril saat melakukan
perawatan luka
Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan
drainase
Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau
sesuai kondiis pasien
Berikan diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dengan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis,
vitamin A, vitamin C, zinc, asam amino),
sesuai indikasi
Berikan terapi TENS (stimulasi saraf
transcutaneous), jika perlu
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi
kalori dan protein
Ajarkan prosedur perawatan luka secara
mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi prosedur debridement (mis.
Enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika
perlu
Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu
5 Risiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Infeksi
keperawatan selama ……. X …… Observasi
Faktor risiko diharapkan risiko infeksi berkurang Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
Penyakit kronis dengan kriteria hasil : sistemik
Efek prosedur invasive Tingkat Infeksi Terapeutik
Malnutrisi Demam menurun Batasi jumlah pengunjung
Peningkatan paparan Kemerahan menurun Berikan perawatan kulit pada area edema
organisme pathogen Nyeri menurun Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
lingkungan Bengkak menurun dengan pasien dan lingkungan pasien
Ketidakadekuatan Vesikel menurun Pertahankan teknik aseptic pada pasien
pertahanan tubuh primer Cairan berbau busuk menurun berisiko tinggi
Gangguan peristaltic Sputum berwarna hijau Edukasi
Kerusakan integritas kulit menurun Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Perubahan sekresi pH Drainase purulent menurun Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
Penurunan kerja siliaris Piuna menurun Ajarkan etika batuk
Merokok Periode malaise menurun Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau
Statis cairan tubuh Periode mengigil menurun luka operasi
pertahanan tubuh sekunder Gangguan kognitif menurun Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Penurunan hemoglobin Kadar sel darah putih Kolaborasi
Kekurangan volume cairan Kekuatan nadi meningkat Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi,
Sindrom respon inflamasi Tingkat kesadaran meningkat Monitor status cairan (masukan dan
inflammatory response Akral dingin menurun Monitor tingkat kesadaran dan respon pupil
Haus menurun
Kondisi Klinis Terkait Konfusi menurun Terapeutik
Perdarahan Letargi menurun Berikan oksigen untuk memperthankan
Trauma multiple Asidosis metbolik menurun saturasi oksigen >94%
Pneumothoraks Mean arterial pressure Persiapkan intubasi dan ventilasi mekanis,
Infark miokard membaik jika perlu
Cedera medulla spinalis membaik Pasang kateter urine untuk menilai produksi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian IV, jika perlu
Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika
perlu
Kolaborasi pemberian antiinflamasi, jika
perlu
Pemantauan Cairan
Observasi
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Monitor frekuensi nafas
Monitor tekanan darah
Monitor berat badan
Monitor waktu pengisian kapiler
Monitor elastisitas atau turgor kulit
Monitor jumlah, warna dan berat jenis urine
Monitor kadar albumin dan protein total
Monitor hasil pemeriksaan serum (mis,
osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
kalium, BUN)
Monitor intake dan output cairan
Identifikasi tanda-tanda hypovolemia (mis,
frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah,
tekanan darah menurun, tekanan nadi
menyempit, turgor kulit menurun, membrane
mukosa kering, volume urine menurun,
hematocrit meningkat, haus, lemah,
konsentrasi urine meningkat, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (mis,
dyspnea, edema perifer, edema anasarca,
JVP meningkat, CVP meningkat, reflex
hepatojugular positif, berat bdaan menurun
dalam waktu singkat)
Monitor tanda-tanda infeksi dan perdarahan
pada sisi insersi
Monitor tanda-tanda komplikasi akibar
pemasangan selang (mis, pneumothoraks,
selang tertekuk, embolisme udara)
Terapeutik
Dampingi pasien saat pemasangan dan
pelepasan kateter jalur hemodinamik
Lakukan tes Allen untuk menilai kolateral
ulnaris sebelum kanulasi pada arteri radialis
Pastikan set selang terangkai dan terpasang
dengan tepat
Konfirmasi ketepatan posisi selang dengan
pemeriksaan x-ray, jika perlu
Posisikan transduser pada atrium kanan
(aksis flebostatik) setiap 4-12 jam untuk
mengkalibrasi dan mentitiknolkan perangkat
Pastika balon deflasi dan kembali ke posisi
normal setelah pengukuran tekanna baji
arteri paru (PAWP)
Ganti selang dan cairan infus setiap 24-72
jam, sesuai protocol
Ganti balutan pada area insersi dengan teknik
steril
Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Anjurkan membatasi gerak/aktivitas selama
kateter terpasang
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah. Jilid 2. Edisi Ketiga.
Jakarta: EGC
Harris, Robert M. 2006. Rockwood & Grenn’s Fractures in Adults. Lippincott Williams
& Wilkins
Inukirana, Scientia. 2019. Fraktur Tibia - Penyebab, Gejala, dan Pengobatan .
Online (Available) : https://www.honestdocs.id/fraktur-tibia. Diakses pada .....
Oktober 2019 pukul .....
Johns Hopkins Medicine. 2019. Tibia and Fibula Fractures. Online (Available) :
https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/tibia-and-fibula-
fractures. Diakses pada ..... Oktober 2019 pukul .....
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1.
Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1
Cetakan II. Jakarta Selatan : DPP PPNI