Disusun Oleh:
KELOMPOK V
Menyetujui,
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan
Satuan Acara Penyuluhan terapi bermain ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya yang berjudul “Terapi Bermain Ular Tangga“ Satuan Acara Penyuluhan
ini berisikan tentang terapi bermain yang akan diberikan oleh kelompok kepada
anak usia sekolah di rumah sakit.
Diharapkan Satuan Acara Penyuluhan ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang bagaimana cara melakukan terapi bermain, salah
satunya terapi bermain ular tangga. Kami menyadari bahwa Satuan Acara
Penyuluhan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan Satuan Acara Penyuluhan ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Kelompok V
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TERAPI BERMAIN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data yang didapat dari Kementerian Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (2016), jumlah penduduk Indonesia
mencapai 258 juta jiwa, sepertiga diantaranya (32,24 %) adalah anak-anak.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan kesehatan pada anak akan sangat
mempengaruhi angka kesehatan nasional. Angka kesakitan anak di
Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Nasional (Susenas) tahun 2014
yang dikutip dalam Profil Anak Indonesia (2015), yaitu sebesar 15,26 %.
Angka kesakitan anak di daerah perdesaan sebesar 15,75 %, sementara
angka kesakitan di daerah perkotaan sebesar 14,74 %. Melihat fenomena di
atas angka kesakitan pada anak sangat tinggi, sehingga berdampak pada
peningkatan jumlah anak yang dirawat di rumah sakit. Anak yang dirawat di
rumah sakit akan mengalami masalah terhadap perubahan lingkungan,
ketidaknyamanan selama berada di rumah sakit (hospitalisasi) yang dapat
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak.
Hospitalisasi merupakan suatu keadaan krisis yang membuat anak
untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai
pemulangan ke rumah. Anak sekolah yang sakit dan harus dirawat di rumah
sakit dapat mengalami pengalaman yang tidak menyenangkan pada anak
sekolah memunculkan berbagai respon terhadap pengalaman hospitalisasi.
Respon yang paling umum pada anak sekolah yang menjalani hospitalisasi
adalah kecemasan (Supartini, 2011).
Anak yang dirawat mengalami dampak hospitalisasi, salah satunya
anak usia sekolah dimana anak tersebut mengalami rasa cemas, takut
terhadap perawat, sering menangis, rewel, tidak mau makan, tidak mau
menggerakkan tangan yang terpasang infus, menolak untuk mobilisasi,
bahkan menolak untuk dilakukan tindakan keperawatan. Anak yang
mengalami kecemasan jika tidak dilakukan penanganan untuk mengatasi
rasa cemasnya, akan mengakibatkan perilaku tidak kooperatif. Salah
satunya anak akan melakukan penolakan terhadap tindakan perawatan dan
pengobatan yang diberikan. Perilaku penolakan tersebut dapat berpengaruh
terhadap lamanya hari rawat, memperberat kondisi anak, menghambat
tumbuh kembang anak, serta dapat menyebabkan kematian pada anak.
Melihat fenomena tersebut, maka pemberian terapi aktivitas bermain sangat
diperlukan untuk memfasilitasi perkembangan anak sekolah selama
mengalami hospitalisasi. Perawat merupakan salah satu pemberi pelayanan
yang terdekat dengan pasien, sehingga peran perawat sangat penting dalam
mengurangi masalah hospitalisasi (Saputro & Fazrin, 2017).
Peran perawat dalam meminimalkan kecemasan pada anak sekolah
yang menjalani hospitalisasi sangat diperlukan agar anak berperilaku lebih
kooperatif, mudah beradaptasi dan tidak terjadi penurunan sistem imun lain.
Intervensi keperawatan yang dapat diberikan untuk mengurangi atau
menghilangkan kecemasan pada anak prasekolah berupa terapi
bermain.Terapi bermain merupakan terapi yang paling efektif untuk
menurunkan kecemasan pada anak prasekolah (Wong, 2012).
Bermain di rumah sakit banyak manfaatnya, antara lain dapat
memberikan pengalihan dan menyebabkan relaksasi sehingga
menghilangkan ketakutan dan ketegangan, membantu anak merasa lebih
aman dilingkungan asing atau baru baginya, membantu mengurangi stres
akibat perpisahan dan perasaan rindu rumah, mengurangi stres akibat
tindakan keperawatan yang dilakukan dan sebagai alat ekspresi ide-ide dan
minat (Wong, 2009). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
meminimalkan pengaruh hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan
kegiatan bermain (Syarif, 2013). Bermain merupakan suatu tindakan yang
dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan dan kepuasan.
Pada masa sekolah jenis permainan salah satunya adalah skill play, dimana
jenis permainan ini sering dipilih oleh anak, jenis permainan ini
menggunakan kemampuan motoriknya. Salah satu permainan skill play
adalah bermain ular tangga, permainan ini juga dapat dilakukan di atas
tempat tidur anak, sehingga tidak mengganggu dalam proses pemulihan
kesehatan anak (Ngastiyah, 2015).
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok 5 tertarik melaksanakan
terapi bermain dengan media permainan ular tangga pada anak usia sekolah
di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
B. Tujuan
1) Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat kooperatif dan perkembangannya menjadi
baik selama di rawat di rumah sakit melalui permainan ular tangga.
2) Tujuan Khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan mampu:
a. Mengembangkan kreativitas, dan konsentrasi
b. Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat
c. Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d. Beradaptasi dengan lingkungan
e. Mempererat hubungan antara perawat dan anak
D. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan berupa terapi bermain ular tangga pada anak
usia 6 tahun di ruang anak
E. Sasaran
Anak-anak berusia sekolah lebih dari 5 tahun yang di rawat di ruang
anak dengan target 2 orang anak.
H. Metode
Metode yang dilakukan adalah demonstrasi langsung yang dilakukan oleh
anak sesuai dengan instruksi yang diberikan.
I. Pengorganisasian
Pembimbing Akademik : Paul Joae brett Nito, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Pembimbing Klinik : Riswan, S.Kep., Ns
Leader : Hisni Raudhati, S.Kep
Co Leader : Siti Naly Maimunah, S.Kep
Fasilitator : Salivahana Adhitya, S.Kep
Observer : Mellysa, S.Kep
J. Job Describtion
1. Leader
Bertangguang jawab terhadap terlaksananya terapi bermain, yaitu
membuka dan menutup kegiatan ini.
2. Co Leader
Menjelaskan pelaksanaan dan mendemonstrasikan aturan dan cara
bermain dalam terapi bermain
3. Fasilitator
a. Memfasilitasi anak untuk bermain
b. Membimbing anak bermain
c. Memperhatikan respon anak saat bermain
d. Mengajak anak untuk bersosialisasi dengan temannya
4. Observer
a. Mengawasi jalannya permainan
b. Mencatat proses permainan disesuaikan dengan rencana
c. Mencatat situasi penghambat dan pendukung proses bermain
d. Menyusun laporan dan menilai hasil permainan dibantu Leader dan
fasilitator
K. Langkah Kegiatan Permainan
1. Persiapan
Klien membentuk persegi
2. Fase Orientasi
a) Leader membuka acara
b) Melakuakn perkenalan (terapis dank klien)
c) Leader menyampaikan tujuan terapi Bermain
d) Leader membuat validasi kontrak
e) Leader dibantu Co-Leader menjelaskan cara bermain congklak
3. Fase Kerja
Pelaksanaan terapi bermain ular tangga
a) Leader memimpin peserta dan terapis untuk bermain ular tangga
b) Leader memandu terapi bermain ular tangga bersama pasien
c) Mengobservasi terapi bermain pasien dan pasien lain
d) Leader menutup kegiatan terapi bermain
4. Fase Terminasi
a) Leader menanyakan perasaan peserta setelah mengikuti terapi
bermain
b) Leader menanmemberikan pujian kepada klien
c) Leader membuat kontrak untuk yang akan datang
d) Leader menutup acara
L. Setting Tempat
Terapi bermain ini dilakukan di Ruang Anak lantai 2 dengan setting
tempat sebagai berikut :
: Fasilitator
Papan
: Peserta ular
tangga
: Observer
: Co Leader
: Leader
M. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a Kesiapan media dan tempat
b Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruang anak.
Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelum
terapi bermain dilaksanakan.
2. Proses Evaluasi
a Leader dapat memimpin jalannya permainan, dilakukan dengan tertib
dan teratur
b Co.Leader dapat membantu tugas leader dengan baik
c Fasilitator dapat memfasilitasi dan memotivasi anak dalam permainan
100% anak dapat mengikuti permainan secara aktif dari awal sampai
akhir
3. Evaluasi Hasil
a Peserta memahami permainan yang telah dimainkan
b Anak telah belajar mengembangkan hubungan sosial, komunikasi
dan belajar untuk sabar dan saling menghargai.
c Anak merasa terlepas dari ketegangan dan stress selama
hospitalisasi, anak dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi dan relaksasi), anak dapat berinteraksi
dengan anak lain dan perawat
d Target peserta 2 orang
DAFTAR PUSTAKA
Purwandari, H., Mulyono W. A., & Sucipto U. (2010). Terapi bermain untuk
menurunkan kecemasan perpisahan pada anak prasekolah yang
mengalami hospitalisasi. Jurnal Keperawatan Profesional Indonesia, 1(2)
52-59.
Suhendi, 2016. Cara Efektif Memahami Perilaku Anak Usia Dini.Jakarta: EDSA
Mahkota
(………………………………)
(.............................................)