KISTA GINJAL
Disusun Oleh:
Hisni Raudhati, S.Kep
11194692010071
Disusun oleh :
Hisni Raudhati, S.Kep
11194692010071
Mengetahui,
………………………………. ………………………………..
NIK. NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTA GINJAL
A. ANATOMI FISIOLOGI
Gambar. Ginjal
C. ETIOLOGI
Penyebab utama dari terjadinya Kista Ginjal sampai saat ini belum diketahui
namun terdapat beberapa faktor predisposisi yang menjadi penyebab
munculnya penyakit Kista Ginjal. Adapun beberapa faktor tersebut antara
lain:
1. Genetik
Penyakit ginjal bawaan ini bisa saja muncul karena faktor keturunan.
Kelainan genetik yang menyebabkan penyakit ini bisa bersifat dominan
atau resesif, artinya bisa memiliki 1 gen dominan dari salah satu orang
tuanya (autosomal dominant) atau 2 gen resesif dari kedua orang tuanya
(autosomal resessive). Penderita yang memiliki gen resesif biasanya
baru menunjukkan gejala pada masa dewasa. Penderita yang memiliki
gen dominan biasanya menunjukkan penyakit yang berat pada masa
kanak-kanak.
2. Usia
Angka kejadian penyakit Kista Ginjal meningkat sesuai usia. Sekitar 20
% pada usia di atas 40 tahun dan 30 % pada usia 60 tahun, namun
secara umum Kista Ginjal lebih banyak diderita pada usia 30-40 tahun.
3. Jenis Kelamin
Penyakit Kista Ginjal ini sering ditemukan pada pria dibanding wanita.
D. PATOFISIOLOGI
Kedua ginjal menjadi tidak normal, walaupun salah satu mungkin lebih
besar daripada yang lain. Didalamnya terdapat kista-kista yang difus,
dengan ukuran yang bervariasi antara beberapa 1 cm sampai 10 cm.
Apabila di dalam ginjal seseorang terdapat suatu massa seperti kista yang
jika dibiarkan maka kista ini akan menekan ginjal. Secara perlahan ini akan
mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi ginjal. Untuk mempertahankan
homeostasis maka tubuh melakukan suatu kompensasi dengan
meningkatkan aktivasi hormon renin yang diubah menjadi angiostensin I
yang kemudian diubah menjadi angiostensin II, yaitu senyawa vasokontriktor
paling kuat. Vasokonstriksi dapat meningkatkan tekanan darah. Aldosteron
disekresikan oleh kortek adrenal sebagai reaksi terhadap stimulasi oleh
kelenjar hipofisis dan pelepasan Adeno (ACTH) sebagai reaksi terhadap
perfusi yang jelek atau peningkatan osmolalitas serum. Akibatnya terjadi
peningkatan tekanan darah.
Selain itu penurunan fungsi ginjal juga berdampak pada terjadinya
penimbunan sisa-sisa hasil kemih (azotemia) yang mengakibatkan terjadinya
penurunan glomerolus filtrasi rate (GFR), sehingga terjadi peningkatan
ureum kreatinin dalam darah. Salah satu organ yang mengalami dampak ini
adalah saluran GI, terjadinya gangguan metabolisme protein dalam usus
serta asidosis metabolik yang berakhir pada gejala nausea dan anoreksia
(Smeltzer, 2010).
Pada kondisi lain edema pada pasien Kista Ginjal disebabkan rendahnya
kadar albumin serum yang mengakibatkan rendahnya tekanan osmotik
plasma, kemudian akan diikuti peningkatan transudasi cairan dan kapiler ke
ruang interstitial sesuai dengan hukum Starling. Akibatnya volume darah
yang beredar akan berkurang (underfilling) yang selanjutnya mengakibatkan
perangsangan sekunder sistem renin-angiostensin-aldosteron yang
meretensi natrium dan air pada tubulus distalis. Hipotesis ini menempatkan
albumin dan volume plasma berperan penting pada proses terjadinya
edema (Aru W. Sudoyo, dkk, 2016). Jika kista yang tumbuh pada ginjal
terutama daerah korteks maka peregangan kapsula renalis sehingga
jaringan ginjal membengkak. Hal inilah yang menyebabkan rasa nyeri pada
daerah pinggang sampai ke bahu.
Kelainan genetic, usia, jenis
kelamin
Pathway Kista Ginjal
Resensif
Kerusakan kromosom
Mutasi gen
Kista
Kista ginjal
Fungsi ginjal penekanan pada ginjal
Ginjal membesar
Kompensasi Na+ & K+ Produksi urin menurun & Rupture kista penekanan pada
tubuh gangguan pemekatan urin daerah abdomen
Masuk ke vaskular
Pelepasan Hematuria Infeksi
Poliuria & nokturia nyeri tumpul di
renin peritoneum punggung dan
Berikatan dengan air
Anemia abdomen
Gangguan peritonitis Peristaltik usus
Angiotensi 1 Volume vaskular Intoleransi
dan eliminasi urine Viskositas aktivitas Nyeri akut
angiotensin 2 Mengaktifkan neutropil
Tekanan hidrostatik & makrofag usus menjadi
Perfusi darah meregang
TD Semipermeabel Pompa jantung
Pelepasan zat
pembuluh darah Beban jantung
Perfusi Perifer pirogen andogen Malabsorbsi absorbsi
Hipertropi jantung air pada makanan
Tidak Efektif terganggu
ekstravasasi Hipertropi otot Merangsang sel endotel hipotalamus colon
Gagal jantung jantung
Edema Konstipasi BB
Mengeluarkan asam arakidonat
Penurunan Curah Kompensasi jantung
Hipervolemia jantung Defisit Nutrisi
Memacu kerja termostat hipotalamus
Gagal jantung
Suhu tubuh
Penurunan Curah
jantung Hipertermia
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat keluarga dan gejala-
gejalanya. Jika penyakit telah mencapai stadium lanjut dan ginjal sangat
membesar, maka diagnosisnya sudah pasti.
2. USG dan CT scan menunjukkan gambaran ginjal dan hati yang sudah
dimakan ngengat akbiat kista.
3. Pemeriksaan Urin
a) Proteinuria
b) Hematuria
c) Leukosituria
d) Kadang Bakteriuria
e) Pemeriksaan Darah
4. Pada penyakit yang sudah lanjut menunjukkan:
a) Uremia
b) Anemia karena hematuria kronik.
c) Ultrasonografi ginjal
Unltasonografi ginjal merupakan suatu teknik pemeriksaan
noninvasive yang memiliki tujuan untuk mengetahui ukuran dari
ginjal dan kista. Selain itu juga dapat terlihat gambaran dari cairan
yang terdapat dalam cavitas karena pantulan yang ditimbulkan oleh
cairan yang mengisi kista akan memberi tampilan berupa struktur
yang padat. Ultrasonografi ginjal dapat juga digunakan untuk
melakukan screening terhadap keturuan dan anggota keluarga yang
lebih mudah untuk memastikan apakah ada atau tidaknya kista
ginjal yang gejalanya tidak terlihat (asymptomatic).
5. MRI
Magnetic resonance imaging (MRI) lebih sensitif dan dapat
mengidentifikasi kistik ginjal yang memiliki ukuran diameter 3 mm seperti
pada lampiran 3.3. MRI dilakukan untuk melakukan screening pada
pasien polikistik ginjal autosomal dominan (ADPKD) yang anggota
keluarganya memiliki riwayat aneurisma atau stroke.
6. Computed tomography (CT)
Sensitifitasnya sama dengan MRI tetapi CT menggunakan media
kontras.
7. Biopsi
Biopsi ginjal ini tidak dilakukan seecara rutin dan dilakukan jika
diagnosis tidak dapat ditegagkan dengan pencitraan yang telah
dilakukan.
G. KOMPLIKASI
Pengalaman penyakit Kista Ginjal pada setiap orang tidaklah sama.
Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi. Meskipun sangat jarang,
atau kadang-kadang terjadi perdarahan di kista. Apabila kista menekan atau
menjepit ureter dapat terjadi Hidronefrosis, dan dapat berlanjut menjadi
Pyelonefrosis akibat statis urine. Kadang jumlah kista relatif banyak dan
kadang terletak di piala ginjal (daerah sentral), maka bisa mengganggu
fungsi eksresi (pengeluaran bahan) ginjal. Akhirnya, penderita mengalami
Gagal Ginjal Kronik.
Tekanan darah yang tinggi akan menyebabkan kerja ginjal menjadi lebih
berat lagi dan mempercepat perkembangan kista. Komplikasi akibat darah
tinggi yang lama dapat mengganggu otak dan jantung. Jika ternyata
ditemukan pula ada kelainan pembuluh darah otak (aneurysma), yang mana
sewaktu-waktu pembuluh darah otak yang berkelainan tersebut bisa pecah
dan terjadilah perdarahan otak. Demikian pula dengan kelainan terbentuknya
kantung pada dinding usus (diurticulosis) juga bisa bermasalah.
H. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kasus ini adalah konservatif, dengan evaluasi rutin
menggunakan USG. Apabila kista sedemikian besar, sehingga menimbulkan
rasa nyeri atau muncul obstruksi, dapat dilakukan tindakan bedah.
Sementara ada kepustakaan yang menyatakan bahwa Kista Ginjal yang
besar merupakan indikasi operasi, karena beberapa kista yang demikian
cenderung mengandung keganasan. Tindakan bedah yang dapat dilakukan
pada kista adalah aspirasi percutan.
1. Bedah terbuka
a. Eksisi
b. Eksisi dengan cauterisasi segmen yang menempel ke parenkim.
c. Drainase dengan eksisi seluruh segmen eksternal kista.
d. Heminefrektomi
2. Laparoskopi
Pada tindakan aspirasi percutan harus diingat bahwa kista
merupakan suatu kantung tertutup dan avaskuler, sehingga teknik
aspirasi harus betul-betul steril, dan perlu pemberian antibiotik
profilaksis. Karena apabila ada kuman yang masuk dapat menimbulkan
abses. Seringkali kista muncul lagi setelah dilakukan aspirasi, meskipun
ukurannya tidak sebesar awalnya.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan menurut Wijaya dan Putri (2013).
a. Biasanya indetitas klien terdiri Nama, umur, jenis kelamin, status,
agama, perkerjaan, pendidikan, alamat, penanggung jawaban juga
terdiri dari nama, umur penanggung jawab, hub.keluarga, dan
perkerjaan. Pada ca colon lebih sering terjadi pada usia 40 tahun,
pada wanita sering ditemukan ca colon dan pada laki-laki lebih sering
terjadi kanker rekti.
b. Riwayat penyakit sekarang : Pasien mengeluh kencing berwarna
seperti cucian daging, bengkak pada seluruh tubuh. Tidak nafsu
makan.
c. Aktivitas dan Istirahat.
Gejala: Kelemahan, kelelahan, malaise, merasa gelisah dan ansietas,
pembatasan aktivitas/ kerja sehubungan dengan proses penyakit.
d. Sirkulasi
Tanda: Takikardi (respon demam, proses inflamasi dan nyeri),
bradikardi relatif, hipotensi termasuk postural, kulit/membran mukosa
turgor buruk, kering, lidah kotor.
e. Integritas Ego
Gejala: Ansietas, gelisah, emosi, kesal misal perasaan tidak berdaya/
tidak ada harapan.
Tanda: Menolak, perhatian menyempit.
f. Eliminas
Gejala: Diare/konstipasi.
Tanda: Menurunnya bising usus/tak ada peristaltik meningkat pada
konstipasi/adanya peristaltik.
g. Makanan/cairan
Gejala: Anoreksia, mual dan muntah.
Tanda: Menurunnya lemak subkutan, kelemahan, tonus otot dan
turgor kulit buruk, membran mukosa pucat.
h. Hygiene
Tanda: Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri, bau
badan.
i. Nyeri/ kenyamanan
Gejala: Hepatomegali, Spenomegali, nyeri epigastrium.
Tanda: Nyeri tekan pada hipokondilium kanan atau epigastrium.
j. Keamanan
Tanda : penglihatan kabur, gangguan mental delirium/ psikosis
Gejala: Peningkatan suhu tubuh 38C-40C
k. Interaksi Sosial
Gejala: Menurunnya hubungan dengan orang lain, berhubungan
dengan kondisi yang di alami.
l. Penyuluhan/ Pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga berpenyakit kista ginjal.
Pengkajian khusus :
a. Riwayat atau adanya faktor resiko
1) Perubahan metabolik atau diet
2) Imobilitas lama
3) Masukan cairan tak adekuat
4) Riwayat batu atau Infeksi Saluran Kencing sebelumnya
5) Riwayat keluarga dengan pembentukan batu
b. Pemeriksaan fisik berdasarka pada survei umum dapat menunjukkan
1) Nyeri. Batu dalam pelvis ginjal menyebabkan nyeri pekak dan
konstan. Batu ureteral menyebabkan nyeri jenis kolik berat dan
hilang timbul yang berkurang setelah batu lewat.
2) Mual dan muntah serta kemungkinan diare
3) Perubahan warna urine atau pola berkemih, Sebagai contoh,
urine keruh dan bau menyengat bila infeksi terjadi, dorongan
berkemih dengan nyeri dan penurunan haluaran urine bila
masukan cairan tak adekuat atau bila terdapat obstruksi saluran
perkemihan dan hematuri bila terdapat kerusakan jaringan ginjal
c. Pemeriksaan Diagnostik
1) Urinalisa : warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah
menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus
renalis, tumor,kegagalan ginjal). pH : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata
6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium
fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat,
oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urine menunjukkan
Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan
untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan
Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi
protein, darah dalam saluran pencernaan status katabolik
(cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85
sampai 15mg/dl perempuan 0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya
untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi
sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada
urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal
menyebabkan iskemia/nekrosis.
2) Darah lengkap : Hb, Ht, abnormal bila pasien dehidrasi berat atau
polisitemia.
3) Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH
merangsang reabsorbsi kalsium dari tulang, meningkatkan
sirkulasi serum dan kalsium urine.
4) Foto Rontgen : menunjukkan adanya calculi atau perubahan
anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
5) IVP : memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab
nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada
struktur anatomik (distensi ureter).
6) Sistoureteroskopi : visualisasi kandung kemih dan ureter dapat
menunjukkan batu atau efek ebstruksi.
7) USG Ginjal : untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi
batu.
2. Diagonsa Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah
b. Hipervolemia b.d kelebihan asupan cairan
c. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
d. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih
e. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen
f. Hipertermi b.d Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
g. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
h. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan mencerna makanan
3. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Nyeri aku b/d agen Setalah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
pencendera keperawatan dalam 1x24 Observasi
fisiologis jam diharapkan Nyeri dapat - Identifikasi lokasi,
(D. 0077) teratasi dengan kriteria hasil: karakteristik, durasi,
Tingkat Nyeri (L.08066) frekuensi, kualitas dan
Keluhan nyeri, dari intensitas nyeri
sedang (3) ke menurun - Identifikasi respon non
(5) verbal
Meringis, dari sedang (3) - Identifikasi faktor yang
ke menurun (5) memperberat dan
Gelisah, dari sedang (3) memperingan nyeri
ke menurun (5) - Monitor keberhasilan
Pola tidur, dari cukup terapi yang sudah
buruk (2) ke cukup dilakukan
membaik (4) Terapeutik
- Berikan tehnik non
farmakologis dalam
melakukan penanganan
nyeri
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab,
priode dan pemicu nyeri
- Ajarkan strategi
meredakan nyeri
- Mengajarkan dan
menganjurkan untuk
memonitor nyeri secara
mandiri
- Mengajarkan tehnik non
farmakologis yang tepat
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam
pemberian analgetik
jika perlu
Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan Tindakan Manajemen gangguan
ketidakmampuan keperawatan selama 3x24 makan (I.03111)
mencerna jam, diharapkan risiko defisit Observasi
makanan nutrisi menurun dengan - Monitor asupan dan
(D.0019) kriteria hasil: keluarnya makanan dan
Status nutria (L.03030) cairan serta kebutuhan
Berat badan, dari cukup kalori
memburuk (2) ke cukup Terapeutik
membaik (4) - Timbang berat badan
Frekuensi makan, dari secara rutin
cukup memburuk (2) ke - Dampingi kekamar
cukup membaik (4)
mandi untuk
Nafsu makan, dari
pengatamatan perilaku
cukup memburuk (2) ke
cukup membaik (4) memuntahkan kembali
Membran mukosa, dari - Berikan penguatan
cukup memburuk (2) ke positif terhadap
cukup membaik (4) keberhasilan target dan
perubahan perilaku
- Rencanakan program
pengobatan untuk
perawatan dirumah (mis.
Konseling)
Edukasi
- Ajarkan pengaturan diet
yang tepat
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang target berat
badan, kebutuhan kalori
dan pilihan makanan
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Tindakan Manajemen energy
b.d keperawatan selama 3x24 (I.05178)
ketidakseimbanga jam, diharapkan intoleransi Observasi
n antara suplai dan aktivitas teratasi dengan - Identifikasi gangguan
kebutuhan oksigen kriteria hasil: fungsi tubuh yang
(D.0056) Toleransi aktivitas mengakibatkan
(L.05047): kelelahan
Kemudahan dalam - Monitor kelelahan fisik
melakukan aktivitas dan emosional
sehari-hari, dari sedang - Monitor lokasi dan
(3) ke meningkat (5) ketidaknyamanan
Jarak berjalan, dari selama melakukan
sedang (3) ke aktivitas
meningkat (5)
Terapeutik
Kekuatan tubuh bagian
- Lakukan latihan rentang
bawah,dari cukup
menurun (2) ke cukup gerak pasif atau aktif
meningkat (4) - Berikan latihan distraksi
Keluhan lelah, dari yang menenangkan
sedang (3) ke menurun - Fasilitasi duduk disisi
(5) tempat tidur, jika tidak
Perasaan lemah, dari dapat berpindah atau
sedang (3) ke menurun
berjalan
(5)
Edukasi
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
- Anjurkan menghubungi
perawat jika tanda dan
gejala kelelahan tidak
berkurang
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan
Hipervolemia b/d Setalah dilakukan tindakan Management Hipervolemia
kelebihan asupan keperawatan dalam 1x60 (I.03114)
cairan menit diharapkan Observasi
(D.0022) hipervolemia dapat teratasi - Periksa tanda gejala
dengan kriteria hasil: hypervolemia
Keseimbangan cairan - Identifikasi penyebab
(L.03020) hipervolemia
- Edema, dari sedang (3) - Moitor status
ke menurun (5) hemodinamik
- Tekanan darah, dari - Monitor intake dan ouput
sedang (3) ke membaik cairan
(5) Terapetik
- Denyut nadi radial, dari - Timbang BB setiap hari
sedang (3) ke membaik - Batasi asupan cairan dan
(5) garam
- Tekanan arteri, dari - Tinggikan kepala 30-40o
sedang (3) ke membaik Edukasi
(5) - Anjurkan melapor jika BB
bertambah lebih dari 1 kg
dalam sehari
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
deuritik jika diperlukan
- Kolaborasi penggantian
kehilangan kalium akibat
deuritik
Perfusi Perifer Setelah dilakukan Tindakan Perawatan Sirkulasi
Tidak Efektif b/d keperawatan selama 1x24 (1.14569)
penigkatan jam, diharapkan Perfusi Observasi
tekanan darah perifer tidak efektif teratasi - Periksa sirkulasi perifer
(D.0009) dengan kriteria hasil: - Indentifikasi faktor risiko
Perfusi Perifer (L.02011) - Monitor panas,
Denyut nadi perifer, dari kemerahan, nyeri, atau
sedang (3) ke bengkak pada
meningkat (5) ekstremitas
Penyembuhan luka, dari Terapeutik
sedang (3) ke - Hindari pemasangan
meningkat (5) infus atau pengambilan
Warna kulit pucat, dari darah diarea
sedang (3) ke menurun keterbatasan perfusi
(5) - Hindari pengukuran
Tekanan darah sistolik, tekanan darah diarea
dari sedang (3) ke keterbatasan perfusi
membaik 5) - Lakukan pencegahan
Tekanan darah diastolik, infeksi
dari sedang (3) ke - Lakukan hidrasi
membaik 5) Edukasi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Anjurkan berolahraga
rutin
- Anjurkan melakukan
perawatan kulit yang
tepat
- Anjurkan program diet
untuk memperbaiki
sirkulasi
Penurunan curah Setelah dilakukan Tindakan Perawatan jantung
jantung b/d keperawatan selama 1x24 (I.02075)
perubahan jam, diharapkan penurunan Observasi
kontraktilitas curah jantung teratasi - Identifikasi tanda/gejala
(D.0008) dengan kriteria hasil: primer penurunan curah
Curah jantung (L.02008) jantung
Kekuatan nadi perifer, - Identifikasi tanda/gejala
dari cukup menurun (2) sekunder penurunan
ke meningkat (5) curah jantung
Lelah, dari cukup - Monitor tekanan darah
menurun (4) ke - Monitor intake dan
meningkat (5) output cairan
Distensi vena jugularis, - Monitor saturasi oksigen
dari sedang (3) ke - Monitor EKG 12
menurun (5) sadapan
Tekanan darah, dari - Periksa tekanan darah
cukup memburuk (2) ke dan frekuensi nadi
membaik (5) sebelum dan sesudah
aktivitas
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler
dengan kaki ke bawah
atau posisi nyaman
- Berikan diet jantung
yang sesuai
- Fasilitasi pasien dan
keluarga untuk
modifikasi gaya hidup
sehat
- Berikan terapi relaksasi
untuk mengurangi
stress, jika perlu
- Berikan dukungan
emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk
mempertahankan
saturasi oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi
- Anjurkan beraktivitas
secara bertahap
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat
badan harian
- Anjarkan pasien dan
keluarga mengukur
intake dan output cairan
harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
Gangguan Setelah dilakukan Tindakan Manajemen eliminasi urine
eliminasi urine b.d keperawatan selama 1x24 (I.04152
penurunan jam, diharapkan gangguan Observasi
kapasitas kandung eliminasi urine teratasi - Identifikasi tanda dan
kemih dengan kriteria hasil: gejala retensi atau
(D.0040) Eliminasi urine (L.04034) inkontinensia urine
Desakan berkemih, dari - Monitor eliminasi urine
cukup meningkat (2) ke Terapeutik
menurun (5) - Catat waktu-waktu dan
Distensi kandung kemih, haluaran berkemih
dari cukup meningkat - Batasi asupan cairan,
(2) ke menurun (5) jika perlu
Berkemih tidak tuntas, Edukasi
dari cukup meningkat - Ajarkan mengukur
(2) ke menurun (5) asupan cairan dan
Frekuensi BAK, dari haluaran urine
cukup memburuk (2) ke - Ajarkan mengenali tanda
membaik (5) berkemih dan waktu
yang tepat untuk
berkemih
- Anjurkan mengurangi
minuman menjelang
tidur
Hipertermi b/d Setelah dilakukan Tindakan Manajemen hipertermia
proses penyakit keperawatan selama 1x24 (I.15506)
(mis. Infeksi, jam, diharapkan hipertermi Observasi
kanker) menurun dengan kriteria - Identifikasi penyebab
(D.0130) hasil: hipertermia
Termoregulasi (L.14134) - Monitor suhu tubuh
Pucat, dari cukup - Monitor kadar elektrolit
meningkat (2) ke - Monitor haluaran urine
menurun (5) - Monitor komplikasi
Takikardi, dari cukup akibat hipertermia
meningkat (2) ke Terapeutik
menurun (5) - Sediakan lingkungan
Suhu tubuh, dari cukup yang dingin
buruk (2) ke membaik - Longgarkan atau
(5) lepaskan pakaian
Tekanan darah, dari - Basi dan kipasi
cukup buruk (2) ke permukaan tubuh
membaik (5) - Berikan cairan oral
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Daftar Pustaka
Wim de, Jong. 2017. Buku Ajar Ilmu Bedah, Alih bahasa R. Sjamsuhidayat
Penerbit Kedokteran, EGC, Jakarta