Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

PALATORAPHY

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

Disusun Oleh:
Made Adhitya Affanda, S. Kep
NIM: 11194692110106

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

JUDUL KASUS : PALATORAPHY


NAMA MAHASISWA : Made Adhitya Affanda
NIM : 11194692010106

Banjarmasin, Desember 2021

Menyetujui,

Program Studi Profesi Ners RSUD Ulin BAnjarmasin


Preseptor Akademik Preseptor Klinik

M. Riduansyah, Ns., M.Kep Mahyudi, S.Kep., Ns


NIK.1166072017105 NIP. 196707281988021001
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : PALATORAPHY


NAMA MAHASISWA : Made Adhitya Affanda
NIM : 11194692010106

Banjarmasin, Desember 2021

Menyetujui,

Program Studi Profesi Ners RSUD Ulin BAnjarmasin


Preseptor Akademik Preseptor Klinik

M. Riduansyah, Ns., M.Kep Mahyudi, S.Kep., Ns


NIK.1166072017105 NIP. 196707281988021001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners

Mohammad Basit, S.Kep., Ns., MM


NIK. 1166102012053
A. Pengertian Palatoraphy
Perbaikan langit – langit disebut Palatoraphy, dilakukan usia anak 10 - 12
bulan. Usia tersebutakan memberikan hasil fungsi bicara yang optimal karena
memberi kesempatan jaringan pascaoperasi sampai matang pada proses
penyembuhan luka, sehingga sebelum penderita mulai bicara dengan
demikian soft palate dapat berfungsi dengan baik.
Celah langit-langit biasanya bersamaan dengan celah bibir namun
kadang kala didapatkan celah langit langit baik unilateral atau bilateral tidak
bersama dengan celah bibir. Cara menuliskan lokasi celah dengan cara Otto
Kriens adalah LAHS---, ---S---, --HSH--, --hSh--dan ---SHAL. Waktu yang
paling baik dilakukan operasi palatoraphy adalah 10 bulan sampai 1 tahun,
pada usia ini mulut bayi relaatif cukup besar. Proses pematangan
penyembuhan luka terjadi 6-12 bulan, maka dapat diharapkan pada usia 2
tahun yaitu saat anak mulai belajar bicara, jaringan palatum pasca operasi
sudah lunak dan mobile sehingga proses bicara anak tidak terganggu. (Gouw,
Tiono 2016).

B. Klasifikasi
Klasifikasi celah bibir dan celah langit-langit yaitu:
 Group I : Celah langit-langit primer. Dalam grup ini termasuk celah bibir,
dan kombinasi celah bibir dengan celah pada tulang alveolar. Celah
terdapat dimuka foramen insisivum.
 Group II : Celah yang terdapat dibelakang foramen insisivum. Celah langit
langit lunak dan keras dengan variasinya. Celah langit-langit sekunder.
 Group III : Kombinasi celah langit-langit primer (group I) dengan langit-
langit sekunder (group II).
Ada beberapa teknik dasar pembedahan yang bisa digunakan untuk
memperbaiki celah palatum, yaitu:
 Teknik Von Langenbeck
 Teknik Wardill V-Y push-back
 Teknik Double opposing Z-plasty
 Teknik Velar closure
 Teknik Palatoplasty two-flap
C. Etiologi
a) Faktor Genetik
Dasar genetik terjadinya celah bibir dikatakan sebagai gagalnya
mesodermal berproliferasi melintasi garis pertemuan, di mana bagian ini
seharusnya bersatu dan biasa juga karena atropi dari pada epithelium
ataupun tidak adanya perubahan otot pada epithelium ataupun tidak
adanya perubahan otot pada daerah tersebut. Sebagai tanda adanya
hypoplasia mesodermal. Adanya gen yang dominan dan resesif juga
merupakan penyebab terjadinya hal ini.
b) Faktor Non Genetik
1) Defisiensi Nutrisi
Nutrisi yang kurang pada masa kehamilan merupakan satu hal
penyabab terjadinya celah.
2) Zat kimia
Pemberian aspirin, kortison dan insulin pada masa kehamilan trimester
pertama dapat meyebabkan terjadinya celah. Obatobat yang bersifat
teratogenik seperti thalidomide dan phenitonin, serta alkohol, kaffein,
aminoptherin dan injeksi steroid.
3) Virus rubella
Frases mengatakan bahwa virus rubella dapat menyebabkan cacat
berat, tetapi hanya sedikit kemungkinan dapat menyebabkan celah
4) Beberapa hal lain yang juga berpengaruh yaitu :
 Kurang daya perkembangan
 Radiasi merupakan bahan-bahan teratogenik yang potent
 Infeksi penyakit menular sewaktu trimester pertama kehamilan yang
dapat menganngu foetus
 Gangguan endokrin
 Pemberian hormon seks, dan tyroid
 Merokok, alkohol, dan modifikasi pekerjaan
5) Trauma
Strean dan Peer melaporkan bahwa trauma mental dan trauma fisik
dapat menyebabkan terjadinya celah.
D. Patofisiologi
Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan
mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah.
Palatoplasty dilakukan sedini mungkin (15-24 bulan) sebelum anak mulai
bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara bicara.
Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal
kemampuan mengeluarkan suara normal atau tidak sengau sulit dicapai.
Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan
speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat
bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah,
sudah ada mekanisme kompensasi memposisikan lidah pada posisi yang
salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi
labiognatopalatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9
tahun bekerja sama dengan dokter gigi ahli ortodonsi.
E. Pathway

Penatalaksanaan

Pembedahan pada palatum

Palatoraphy

Pre Operasi Intra Operasi Post Operasi

Rencana operasi Proses Pembedahan


Pembedahan Anestesi
Insisi
Cemas terhadap
Terputusnya Terputusnya kontinuitas Port de entry Aspirasi
tindakan operasi
mobilitas jaringan jaringan mikroorganisme
Akumulasi
Ansietas sekret
Pelepasan mediator Risiko infeksi
Resiko
perdarahan Pola nafas tidak
Nyeri Akut
efektif
F. Komplikasi
a) Gangguan bicara dan pendengaran
b) Terjadinya otitis media
c) Aspirasi
d) Distress pernapasan
e) Risiko infeksi saluran napas
f) Pertumbuhan dan perkembangan terhambat
g) Gangguan pendengaran yang disebabkan oleh otitis media rekureris sekunder akibat
disfungsi tuba eustachius
h) Masalah gigi
i) Perubahan harga diri dan citra tubuh yang dipengaruhi derajat kecacatan dan jaringan paruh

G. Manifestasi Klinis
1. Refleks mengisap Asi yang terganggu, akibat adanya kondisi pathologis
2. Adanya gangguan pertumbuhan anatomi nasoiaring
3. Adanya disiungsi tuba eustachius yang dapat mengakibatkan terjadinya otitis media, serta
gangguan pendengaran.
4. Pada Palatoskisis Tampak ada celah pada tekak (uvula), palato lunak, keras dan ioramen
incisive.
5. Ada rongga pada hidung.
6. Distorsi hidung
7. Teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari
8. Kesukaran dalam menghisap/makan.

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1) Pengkajian
a) Identistas Klien.
Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, bangsa, alamat.

b) Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengatakan nyeri lutut akut maupun kronis lebih dari 2 bulan, nyeri sat
berjalan dengan menggunakan tumit, nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
c) Riwayat Penyakit Sekarang.
Tanyakan pada klien sejak kapan keluhan dirasakan, kapan timbulnya keluhan & apakah
menetap atau hilang timbul', hal apa yang mengakibatkan terjadinya keluhan, apa saja
yang dilakukan untuk mengurangi keluhan yang dirasakan, tanyakan pada klien apakah
klien sering mengkomsumsi obat tertentu atau tidak.
d) Riwayat penyakit dahulu.
Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang sama
sebelumnya, apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma, apakah klien
pernah menderita penyakit gangguan tulang atau otot sebelumnya.
e) Riwayat penyakit keluarga.
Tanyakan pada klien apakah keluarga klien dulu pernah menderita penyakit yang sama
sebelumnya.
f) Riwayat Pekerjaan.
Faktor resiko ditempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan otot rangka terutama
adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara pengangkatan barang, posisi atau sikap
tubuh selama bekerja, dan kerja statis.
g) Alergi
Alergi yang dialami seperti : obat-obatan, makanan, kontak substansi, faktor lingkungan).

h) Sumber / sistem yang digunakan


(1)Pelayanan kesehatan:
(2)Tenaga Kesehatan:
(3)Jarak tempat pelayanan Kesehatan dari rumah:
i) Obat-obatan
(1)Nama obat:
(2)Dosis obat:
(3)Bagaimana / kapan menggunakannya:
2) Kebiasaan Sehari-hari
a) Biologis
(1)Pola makan
Frekuensi makan, jenis makanan yang dimakan, jumlah makanan yang habiskan,
makanan kesukaan/ selingan.

(2)Pola minum
Jenis minuman yang dikonsumsi, frekuensi minum dan jumlahnya.

(3)Pola tidur
Masalah tidur, tidur siang/ malam dan lamanya, kebiasaan sebelum tidur/ penggunaan
waktu luang ketika tidak tidur
(4)Pola eliminasi (BAB/BAK)
Frekuensi BAB/ BAK, keluhan saat BAB/ BAK, konsistensi feses, warna feses/ urin
(5)Aktifitas sehari-hari
Kegiatan yang diikuti di panti, kegiatan yang dilakukan sehari-hari (mandi, gosok gigi,
dll), skala aktivitas, pandangan klien tentang aktifitas dilingkungan
(6)Rekreasi
Kegiatan diluar panti, liburan atau pulang kampung saat perayaan hari besar
b) Psikologis
(1)Keadaan emosi:
Kondisi emosi, raut wajah atau sikap terhadap hal yang disukai/ tidak, cara
menghadapi masalah
(2)Status depresi dan kecemasan:
Kaji tingkat depresi dan cemas, hal apa yang membuat depresi/ cemas muncul, upaya
mengatasi rasa cemas dan depresi
(3)Perasaan saat menghadapi masalah / penyakit:
Kaji perasaan pasien saat menghadapi masalah
c) Sosial
(1)Dukungan keluarga:
Kunjungan keluarga ke rumah sakit, komunikasi dengan keluarga,
(2)Hubungan antar keluarga:
Permasalahan pasien dengan keluarga, hubungan pasien ke suami/ istri, anak,
saudara, keluarga lainnya
(3)Hubungan dengan orang lain:
Hubungan dengan teman satu ruangan rumah sakit, komunikasi dengan pasien lain,
permasalahan dengan pasien lain.
d) Spiritual / Kultural
(1)Pelaksanaan ibadah:
Kegiatan ibadah sesuai dengan agama yang dianut, jumlah pelaksanaan yang
dilakukan, tempat melakukan ibadah, hambatan dalam melaksanakan ibadah
(2)Keyakinan tentang Kesehatan:
Anggapan tentang kesehatan saat ini, keyakinan tentang kesembuhan dan
pengobatan penyakit, kebiasaan yang dilakukan untuk mengatasi penyakit

3) Pemeriksaan Fisik.
a) Keadaan umum.
Meliputi : baik, jelek, sedang.
b) Tanda – tanda Vital.
TD : Tekanan darah.
N : Nadi. P : Pernapasan.
S : Suhu.
c) Antropometri.
BB : Berat badan.
TB : Tinggi badan.
d) Sistem pengidraan.
Mata : lapang pandang.
Hidung : kemampuan penciuman.
Telinga : keadaan telinga dan kemampuan pendengaran.
e) Sistem pernapasan.
pernapasan, bersihan jalan nafas, kualitas, suara,dan bunyi tambahan ronchi,
wheezing.
f) Sistem kardiovaskuer.
Nilai tekanan darah, nadi, irama, kualitas, dan frekuensi, bunyi jantung.
g) Sistem gastrointestinal.
Nilai kemampuan menelan, nafsu makan dan minum, peristaltik usus dan eliminasi.
h) Sistem integumen.
Nilai warna, turgor, tekstur dari kulit, dan warna permukaan kuku.
i) Sistem muskuloskletal.
Bentuk kepala, ekstermitas atas dan skstermitas bawah,
j) Sistem endokrin.
Keadaan kelenjer tyroid, suhu tubuh, frekuensi urine.
k) Sistem reproduksi.
Nilai keadaan genetalia, dan perubahan fisik sistem reproduksi.
l) Sistem neurologis.
(1) Fungsi cerebral.
(2) Status mental : orientasi, daya ingat, dan bahasa.
(3) Tingkat kesadaran (eye, motorik, verbal) : dengan menggunakan Gaslow Coma
Scale (GCS).
(4) Fungsi motorik :
Massa otot, tonus otot, dan kekuatan otot.
(5) Fungsi sensorik :
Respon terhadap suhu, nyeri, dan getaran.
(6) Fungsi cerebrum :
Kemampuan koordinasi dan keseimbangan.
I. Diagnosa Keperawatan
1. Anisietas
2. Risiko Pendarahan
3. Nyeri Akut
4. Risiko Infeksi
5. Pola Nafas Tidak Efektif

J. Rencana Tindakan keperawatan

No SDKI SLKI SIKI


1. Ansietas Setalah dilakukan tindakan keperawatan dalam Reduksi ansietas (I.09314)
(D.0080) 1x30 menit diharapkan kecemasan dapat teratasi Observasi
dengan kriteria hasil: - Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Tingkat ansietas (L.09093) - Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
- Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang - Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan non verbal)
dihadapi, dari sedang (3) ke menurun (5) Terapeutik
- Perilaku gelisah, dari sedang (3) ke menurun - Pahami situasi yang membuat ansietas
(5) - Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
- Tekanan darah, dari meningkat (1) ke - Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
menurun (5) - Dengarkan penuh perhatian Diskusi perencanaan realistis
- Frekuensi nadi, dari meningkat (1) ke tentang peristiwa yang akan datang
menurun (5) Edukasi
- Konsentrasi, dari sedang (3) ke membaik (5) - Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
- Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
- Latih teknik relaksasi Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan, dan prognosis
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antiansietas
Risiko Setalah dilakukan tindakan keperawatan dalam Pencegahan perdarahan (I.02067)
2.
Pendaraha 1x30 menit diharapkan risiko perdarahan teratasi Obeservasi
n ( D.0012) dengan kriteria hasil: - monitor tanda dan gejala perdarahan
Tingkat perdarahan (L.02017) - monitor nilai hematocrit/hemoglobin sebelum dan setelah
- Kelembapan membrane mukosa, dari sedang kehilangan darah
(3) ke meningkat (5) - monitor tanda-tanda vital ortostatik
- denyut nadi apical, dari cukup memburuk (2) Terapeutik
ke membaik (5) - batasi tindakan invasive
- Hemoglobin, dari cukup memburuk (2) ke - pertahankan bed rest selama perdarahan
membaik (5) - hindari pengukuran suhu rektal
- Hematocrit, dari cukup memburuk (2) ke Edukasi
membaik (5) - jelaskan tanda dan gejala perdarahan
- Tekanan darah, dari cukup memburuk (2) ke - ajurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari
membaik (5) konstipasi anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
- kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan
- kolaborasi pemberian prodok darah
3 Nyeri akut Setalah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
(D.0077) keperawatan dalam 1x24 jam Observasi
diharapkan Nyeri dapat teratasi dengan - Identifikasi respon non verbal
kriteria hasil: - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Tingkat Nyeri (L.08066) durasi, frekuensi, kualitas dan
 Keluhan nyeri, dari sedang (3) ke intensitas nyeri
menurun (5) - Monitor keberhasilan terapi yang
 Meringis, dari sedang (3) ke sudah dilakukan
menurun (5) - Identifikasi faktor yang
 Gelisah, dari sedang (3) ke memperberat dan memperingan
menurun (5) nyeri
 Kesulitan tidur, dari sedang (3) ke Terapeutik
menurun (5) - Berikan tehnik non farmakologis
 Pola tidur, dari cukup buruk (2) ke dalam melakukan penanganan
cukup membaik (4) nyeri (distraksi, relaksasi nafas
dalam, terapi pijat, kompres air
hangat, terapi musik)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri
Edukasi
- Jelaskan penyebab, priode dan
pemicu nyeri
- Mengajarkan dan menganjurkan
untuk memonitor nyeri secara
mandiri
- Mengajarkan tehnik non
farmakologis yang tepat Ajarkan
strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian
analgetik
4 Risiko Infeksi Setelah dilakukan Tindakan Pencegahan Infeksi (I.14539)
(D.0142) keperawatan selama 3x24 jam, Observasi
diharapkan risiko infeksi teratasi - Monitor tanda dan gejala infeksi local
dengan kriteria hasil: dan sistemik
Tingkat Infeksi (L.14137) Terapeutik
 Demam, dari sedang (3) ke - Batasi jumlah pengunjung
menurun (5) - Berikan perawatan kulit pada area
 Kemerahan, dari sedang (3) ke edema
menurun (5) - Cuci tangan sebelum dan sesudah
 Nyeri, dari cukup meningkat (2) ke kontak dengan pasien dan
menurun (5) lingkungan pasien
 Bengkak, dari sedang (3) ke - Pertahankan teknik aseptic pada
menurun (5) pasien berisiko tinggi
Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan yang
benar
- Ajarkan etika batuk
- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
- Anjurkan meningkatkan asupan
nutrisi
- Anjurkan meningkatkan asupan
cairan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
5 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan Tindakan Pemantauan respirasi (I.010114)
(D. 0005) keperawatan selama 1x24 jam, Jangka pendek
diharapkan gangguan pertukaran gas Observasi
membaik dengan kriteria hasil: - Monitor frekuensi, irama,
Pola napas (L.01004) kedalaman dan upaya napas
- Tekanan ekspirasi, dari sedang - Monitor pola napas
(3) ke menurun (1) - Monitor adanya produksi sputum
- Tekanan inspirasi, dari sedang (3) - Monitor adanya sumbatan jalan
ke menurun (1) napas
- Frekuensi napas, dari cukup - Auskultasi bunyi napas
memburuk (2) ke membaik (5) - Monitor hasil x-ray torkas
- Palpasi kesimetrisan ekspansi
- Dispnea, dari cukup meningkat
paru
(2) ke menurun (5) Terapeutik
- Penggunaan otot bantu napas, - Atur interval pemantauan respirasi
dari cukup meningkat (2) ke sesuai kondisi pasien
menurun (5) Dokumentasikan hasil
- Kedalaman napas, dari cukup pemantauan
memburuk (2) ke membaik (5) Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
Sumber: PPNI (2018)
Daftar Pustaka

Anindhawati,N.dkk., 2013. Lip And Palate Reconstruction On Median


Cerebrofacial Malformation Patient.Jurnal Plastik Rekonstruksi. Avalaible
from: www.JPRJournal.com {Accesed19 November 2013}

Arifin.dkk., 2013. Penanganan Cleft Lip And Palate. Makassar. Bagian Bedah
Plastik Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2013.Asuhan Keperawatan Perioperatif : Konsep


Proses dan aplikasi. Cetakan Ketiga. Jakarta : Salemba Medika

Brunner And Suddarth,2010. Keperwatan Medikal Bedah. Edisi 8, Vol. 1 Jakarta :


ECG

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai