Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK 14

M Hafizul Ilmi Atikah Luthfiyani

Said Muhammad A R Lala Mela A’la

Nabila Nur Nishfi Yulia Muthmainnah

Nining Handarum Nadia Ameliana

Nadya Islamanda Nisa Arianti

PUBLIC HEALTH EDUCATION UNIT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


BANJARBARU
TAHUN 2017
SKENARIO DEBU…. GERSANG…….
Kepala Puskesmas Sukasenang menganalisis data berdasarkan hasil survei
Epidemiologi penyakit Tahun 2014. berdasarkan data yang ada di Puskesmas,
dari 10 besar penyakit terbanyak diderita masyarakat, kejadian ISPA
menduduki peringkat pertama. Jumlah kejadian ISPA sebanyak 450 kasus
dari 2000 kunjungan pasien rawat jalan dengan jumlah total penduduk 25.567
jiwa. Keluhan yang paling banyak ditemukan adalah batuk dan susah
bernapas.
Kepala Puskesmas menduga kejadian ini ada hubungannya dengan lokasi
pertambangan batu bara yang banyak terdapat di Wilayah Kerja
Puskesmasnya. Kemudian Kepala Puskesmas menginstruksikan untuk
dilakukan kunjungan lapangan ke daerah tersebut. Hasil kunjungan di
dapatkan adalah daerah tersebut gersang, berdebu, dan berasap yang berasal
dari knalpot truk pengangkut batu bara serta masyarakat yang tidak
menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-harinya.
Kepala Puskesmas juga menyarankan mengambil sampel air di daerah sekitar
tambang tersebut untuk dilakukan pemeriksaan.
1KLARIFIKASI/IDENTIFIKASI ISTILAH
o EPIDEMIOLOGI : ilmu yang mempelajari pola
kesehatan dan penyakit, serta faktor yang terkait
di tingkat populasi (Wikipedia, 2017)

o ISPA : Infeksi saluran pernafasan akut (WHO,


2007)

o SAMPEL : Bagian dr jumlah dan karakteristik


yang dimiliki oleh populasi (Jurnal Universitas
Pendidikan Indonesia, 2012)
2 DAFTAR MASALAH
i. Mengapa kejadian ISPA menduduki penyakit pertama di
daerah tersebut?
ii. Apa faktor resiko terjadinya ISPA?
iii. Apa solusi dari pencegahan ISPA?
iv. Bagaimana upaya agar perusahaan peduli terhadap
lingkungan tersebut?
v. Mengapa masyarakat tidak menerapkan pola hidup
sehat?
3 MENGANALISIS MASALAH
i. - Lokasi dekat dengan tambang batubara
- Asap dari transportasi batubara yang melewati
pemukiman warga
- Masyarakat yang tidak menerapkan perilaku
hidup sehat perilaku hidup masyarakat

ii. - Lokasi dekat dengan tambang batubara


- Kurangnya penyuluhan dari pihak puskesmas
- Jalur transportasi batubara yang melewati
pemukiman warga
3 MENGANALISIS MASALAH
iii. - Lokasi yang jauh dari pemukiman warga
- Perusahaan memiliki jalur khusus agar tidak melewati
pemukiman warga
- Menerapkan program tanam 1000 pohon
- Menerapkan program reduce, reuse, recycle

iv. - Hendaknya masyarakat mengadukan kepada pemerintah


sehingga perusahaan mendapat teguran dan mampu
menanggulangi kesalahan yang sudah terjadi.

v. - Kurangnya promosi kesehatan dari pihak puskesmas


- Masyarakat sudah terbiasa dengan lingkungan kotor,
sehingga mereka tidak menyadari bahaya dari
lingkungan tersebut
4 PROBLEM TREE
BATUK
SESAK
NAPAS
EFFECT
KERUSAKAN
KESAKITAN KEMATIAN KECACATAN LINGKUNGA
N

ISPA PROBLEM

PENERAPAN LINGKUNGA PROMOSI


PERTAMBANGAN
PHBS PERPU UU N KESEHATAN

PERILAK
BAHAN
LAYANAN U FISIK KIMIA PENCEMA SARANA DAN
KESEHATAN R PRASARANA

CAUSE
5 SASARAN BELAJAR

 Mahasiswa mampu menjelaskan faktor resiko terjadinya


ISPA.
 Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan ISPA dalam
sudut pandang masyarakat.
 Mahasiswa mampu menjelaskan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat).
 Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan ISPA dalam
sudut pandang perusahaan.
 Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan ISPA dalam
sudut pandang PEMDA.
5 SASARAN BELAJAR
1. Faktor resiko terjadinya ISPA.

LINGKUNGAN
Faktor resiko
INDIVIDU
secara umum
PERILAKU

a) Faktor lingkungan → pencemaran udara dalam rumah, kondisi fisik


rumah, kepadatan hunian rumah
b) Faktor individu → umur anak, berat badan lahir, status gizi, VIT A, dan
status imunisasi
c) Faktor perilaku → berhubungan dengan pencegahan dan penanggulangan
ISPA pada bayi dan balita

( Aceh Nutrition Journal, 2017)


5 SASARAN BELAJAR
Faktor resiko terjadinya ISPA juga dipengaruhi oleh

Pemberian ASI oleh ibu, keberadaan perokok dalam rumah, dan kepadatan
ruang tidur balita (Penelitian Andress Koch, dkk, 2003)

Kesehatan rumah yang meliputi keadaan fisik rumah, sarana sanitasi dan
perilaku penghuni rumah (Soedjajadi Kaman, 2005)

Penelitian Agustina Lubis, dkk (1996) menyatakan bahwa ada hubungan yang
bermakna antara kualitas lingkungan fisik rumah, berupa jenis atap, jenis
tembok, lantai, kepadatan hunian, dan bahan bakar memasak dengan kejadian
ISPA.
5 SASARAN BELAJAR
2. Pencegahan ISPA dalam sudut pandang masyarakat/individu

o Mengonsumsi vitamin D dengan dosis yang ditentukan karena Vitamin D


mengandung metabolisme yang meningkatkan kekebalan terhadap
berbagai macam patogen pernapasan (Journal of Steroid Biochemistry and
Molecular Biology, 2013)
o Tidak memasak menggunakan arang ataupun kayu, dan tidak membakar
sampah di lingkungan tersebut (Journal OCCO Pational Enviromental
Medicine, 2013)
o Menjaga agar sinar matahari selalu masuk rumah di pagi hari dengan cara
membuka jendela untuk mengurangi kelembaban lantai (Journal OCCO
Pational Enviromental Medicine, 2013)
o Tidak merokok di dalam rumah (Journal OCCO Pational Enviromental
Medicine, 2013)
5 SASARAN BELAJAR
3. PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat).

o Persalinan di tolong oleh tenaga kesehatan


o Memberi bayi asi eksklusif
o Menimbang bayi setiap bulan
o Menggunakan air bersih
o Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
o Menggunakan jamban sehat
o Memberantas jentik di rumah sekali seminggu
o Makan buah dan sayur setiap hari
o Melakukan aktifitas fisik setiap hari
o Tidak merokok di dalam rumah

(Jurnal UNITA, 2015)


5 SASARAN BELAJAR
3. Pencegahan ISPA dalam sudut pandang perusahaan.

a. Melakukan perbaikan pada kesehatan dan kenyamanan lingkungan kerja bagi kesehatan pernapasan →

melakukan evaluasi dan perawatan berkala pada peralatan untuk mengurangi debu di tempat kerja

seperti alat penghisap debu otomatis dan ventilasi udara di area kerja (Alya Mutiara Basri, Skripsi,

2014)

b. Dibatasi jam kerja lembur pekerja, dan meningkatkan kesadaran pekerja akan perilaku preventif yang

dapat mencegah gejala ISPA ringan seperti penggunaan masker di lingkungan kerja (Alya Mutiara

Basri, Skripsi, 2014)

c. Menggunakan alat pelindung diri bagi pegawai perusahaan batubara (WHO, 2007)

d. Disarankan agar perusahaan batubara lebih memperhatikan upaya mengurangi kadar debu agar pekerja

lapangan tidak mengalami gangguan pernapasan melalui upaya pengendalian teknis, pengendalian

administratif, dan kedisiplinan penggunaan alat pelindung diri (Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2008)
5 SASARAN BELAJAR
e. Memperhatikan dan merawat kondisi ventilasi di setiap tempat produksi, seperti
blower, Local Exhaucher, dan diletakkan sedekat mungkin dengan sumber polusi
yang bertujuan untuk menghisap udara yang berdebu di tempat kerja (Efrina
Vitatasmari, Artikel Publikasi Ilmiah, 2013).

f. Melakukan penyuluhan atau breafing terhadap pentingnya pemakaian APD


apabila bekerja pada tempat dengan debu yang berkonsentrasi tinggi. Berdasarkan
UU No. 1 Tahun 1970 pasal 14, perusahaan juga di wajibkan menyediakan secara
cuma-cuma, semua alat pelindung diri yang di wajibkan pada tenaga kerja yang
berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang yang
memasukitempat kerja tersebut, di sertai dengan petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli ahli keselamatan kerja (Efrina
Vitatasmari, Artikel Publikasi Ilmiah, 2013).
5 SASARAN BELAJAR
5. Pencegahan ISPA dalam sudut pandang PEMDA.

a. Disarankan kepada petugas kesehatan di wilayah tersebut utk memberikan informasi


kesehatan guna meningkatkan pengetahuan terhadap orang tua melalui sosialisasi
tentang penyakit ISPA (Jurnal Keperawatan Vol.4 No.1, 2016)
b. Kepada Dinas Kesehatan diharapkan lebih meningkatkan lagi dukungan dan
partisipasi terhadap setiap program yang direncanakan, khususnya program
penanggulangan penyakit ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas seperti
dukungan dana untuk dapat mengoptimalkan program Puskesmas dalam
melaksanakan penyuluhan kesehatan (Depkes, 2011)
c. Pengembangan rekayasa sosial untuk menjamin setiap orang terpenuhi kebutuhan
hidup yang layak dalam memelihara kesehatannya (Depkes, 2011)
d. Pengorganisasian pelayanan-pelayanan medis dan perawatan untuk diagnosis dini dan
pengobatan (Depkes, 2011)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai