(Sumber: http://maduhitampahit.com/gejala-penyakit-usus-halus.jpg)
(Sumber : http://ronaprobiotik.blogspot.com/2013/08)
2) Fisiologi
Saluran pencernaan di tubuh manusia dimulai dari rongga mulut,
esofagus, lambung, usus halus hingga anus. Sistem pencernaan
meliputi:
Usus halus
Usus halus adalah bagian dari sistem pencernaan makanan yang
berpangkal pada pilorus dan berakhir pada sekum, memiliki panjang
3
4
2/3 dari panjang total saluran pencernaan. Bagian permukaan usus halus
untuk sekresi dan absorbsi. Usus halus dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
a. Duodenum
Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang panjangnya 25 cm
berbentuk sepatu kuda dan kepalanya mengelilingi kepala
pankreas.Saluran empedu dan saluran pankreas masuk ke dalam
duodenum pada suatu lubang yang disebut ampula hepatopankreatika
10 cm dari pilorus.
b. Yeyunum
Yeyunum menempati 2/5 sebelah atas dari usus halus.
c. Ileum
Ileum menempati 3/5 akhir dari usus halus.Dinding usus halus terdiri
atas 4 lapisan yang sama dengan lambung yaitu
a) Dinding lapisan luar usus halus adalah Tunika serosa, yaitu
peritoneum yang membalut usus dengan erat. Terdiri atas lapis
mesotel dengan jaringan ikat subserosa di bawahnya.
b) Tunika muskularis terdiri atas lapisan luar yang mempunyai
serabut ototlongitudinal dan lapisan dalam yang mempunyai
serabut otot halus berbentuk sirkuler. Kedua lapisan ini
dipisahkan oleh suatu jaringan ikat berisi pleksus
sarafparasimpatis yang disebut plexus Mienterikus atau
Auerbachs.Suplai darah untuk usus halus diberikan melalui
cabang-cabang dari arterimesenterica celiaca dan cranialis yang
menembus tunika muskularis kemudian tunika submukosa.
c) Tunika sub mukosa, terdapat antara otot sirkuler dan lapisan
yang terdalam yang merupakan perbatasannya. Dinding sub
mukosa ini terdiri dari jaringan areolar dan berisi banyak
pembuluh darah, saluran limfe, kelenjar dan plexus saraf yang
disebut plexus meissner. Di dalam duodenum terdapat kelenjar
bruner yang mengeluarkan sekret cairan kental alkali yang
5
Demam tifoid yang tersebar di seluruh dunia tidak tergantung pada iklim.
Kebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber dari penyakit ini
meskipun lingkungan hidupumumnya adalah baik. Perbaikan sanitasi dan
penyediaan sarana air yang baik dapatmengurangi penyebaran penyakit ini.
Siapa saja bisa terkena penyakit itu tidak ada perbedaan antara jenis kelamin
lelaki atau perempuan. Umumnya penyakit itu lebih sering diderita anak-
anak. Orang dewasa seringmengalami dengan gejala yang tidak khas,
9
- Usia Persentase
c. Etiologi
1) Bakteri salmonella typhi
Salmonella adalah bakteri gram-negatif, tidak berkapsul, mempunyai
flagela dan membentuk spora. Bakteri ini akan mati pada pemanasan
57C beberapa menit. Kuman ini mempunyai tiga antigen yang
penting pada pemeriksaan laboratorium yaitu:
a) Antigen O (Somatik)
b) Antigen H (Flagela)
c) Antigen K (Selaput)
Menurut nomen klatur yang baru, salmonella dibedakan menurut
adanya keterkaitan DNA-nya sehingga saat ini hanya terdapat dua
spesies: Salmonella bongori dan salmonella enterica. Salmonella
yang menyerang manusia disebut sebagai strain dalam spesies 1 dan
S.enterica.
2) Bakteri salmonella paratyphi A, B, dan C.
3) Bakteri salmonella ini memasuki tubuh penderita melalui saluran
pencernaan yang penularannya melalui 5 F yaitu Food, Fingers,
Flies,Feces, Fomitus.
Cara Penularan
manusia. Vektor berupa serangga (antara lain lalat juga berperan dalam
penularan penyakit). Kuman salmonella dapat berkembang biak untuk
mencapai kadar infektif dan bertahan lama dalam makanan. Makanan
yang dingin dan dibiarkan ditempat terbuka merupakan media
mikroorganisme yang lebih disukai. Pemakaian air minum yang
tercemar kuman secara massal sering bertanggung jawab terhadap
terjadinya KLB. Seorang carrier biasanya berusia dewasa, sangat jarang
terjadi pada anak. Kuman salmonella bersembunyi dalam kandung
empedu orang dewasa. Jika carrier tersebut mengonsumsi makanan
berlemak, maka cairan empedu akan dikeluarkan ke dalam saluran
pencernaan untuk mencerna lemak, bersamaan dengan mikroorganisme
(kuman salmonella). Setelah itu, cairan empedu dan mikroorganisme
dibuang melalui tinja yang berpotensi menjadi sumber penularan
penyakit (Widoyono, 2011).
d. Patofisiologi
Kuman masuk kedalam mulut melalui makanan atau minuman
yang tercemar oleh salmonela (biasanya > 10.000 basil kuman ).
Sebagian kuman dapat dimusnakan oleh HCL lambung dan sebagian lagi
masuk kedalam usus halus. Jka respon imunitas humoral mukosa ( IgA )
usus kurang baik maka basil salmonela akan menembus sel sel epitel (
sel M dan selanjutnya ke lamina propia dan berkembang biak dijaringan
limpoidplak peyeri di ileum distal dan kelenjar getah bening mesentrika.
Jaringan ini dan kelenjar getah bening mesentrika mengalami hiperplasia.
Basil tersebut masuk ke aliran darah ( bakterimia) melalui duktus
11
e. klasifikasi
f. Manifetasi Klinis
Minggu I
1) Demam remitten (biasanya pagi hari menurun, dan meningkat pada
sore dan malam hari).
2) Sakit kepala, pusing.
3) Anorexia, mual, muntah.
4) Nyeri otot, lemas.
5) Konstipasi selanjutnya diare.
6) Perasaan tidak enak di perut (kembung).
7) Epistaksis.
12
Minggu II
1) Demam tinggi, terus menerus dan konstan.
2) Nadi : Bradikardi
3) Lidah yang khas (kotor di tengah, berwarna merah di ujung dan
tepinya).
4) Stomatitis, mulut bau.
5) Hepatomegali dan splenomegali.
6) Penurunan kesadaran : somnolen atau delirium.
Minggu III
1) Bila keadaan membaik, gejala-gejala akan berkurang.
2) Demam (temperature suhu) mulai menurun.
3) Komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi
akibat lepasnya kerak dari ulkus.
Minggu IV
1) Merupakan stadium penyembuhan
g. Komplikasi
Komplikasi Intestinal
1) Perdarahan usus
Karena perlukaan dinding usus dan ditandai dengan melena.
2) Perforasi usus
Karena bakterinya yang mengakibatkan peradangan usus dan terjadi
pada minggu ke 3, dengan gejala pasien mengeluh sakit perut hebat,
akan lebih nyeri lagi jika ditekan, terlihat tegang (kembung), nadi
kecil dan cepat, TD turun.
3) Ileus paralitik : karena peradangan (inflamasi) usus yang lama
sehingga menyebabkan peristaltik usus berhenti.
Komplikasi Ekstra Intestinal
1) Kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, thrombosis.
2) Darah : anemia, trombositopenia.
3) Ginjal : glomerulonefritis
13
h. Test Diagnostik
1) Laboratorium
Darah rutin : SGOT & SGPT, Pemeriksaan leukosit Leukopenia
Bila endotoxin kuman menekan retikulo endotelial system dan ditemui
leukopenia maka terkadang dapat terjadi leukositosis, hal ini
disebabkan karena adanya infeksi sekunder, Hb dan trombosit : dapat
ditemukan anemia ringan dan trombositopenia, hitung jenis leukosit :
dapat terjadi aneosinofilia maupun limfopenia.
2) Uji Widal
Adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin)
yang spesifik terhadap salmonella terdapat dalam serum pasien demam
tifoid. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum pasien yang disangka menderita demam tifoid. Akibat
infeksi oleh S. Typhi pasien membuat antibodi (aglutinin), yaitu :
a) Aglutinin O yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari
tubuh kuman).
b) Aglutinin H, karena rangsangan antigen H (berasal dari flagela
kuman).
c) Aglutinin Vi, karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman).
Tes widal O dan H aglutinin mulai positif pada hari kesepuluh dan titer
akan semakin meningkat sampai berakhirnya penyakit. Pengulangan tes
widal selang 2 hari yang menunjukkan kenaikan progresif dari titer
aglutinin (di atas 1 : 200). Hal ini juga menunjukkan diagnosis positif
dari infeksi aktif demam tifoid.
3) Kultur
Darah : kuman salmonella (+) selama minggu I.
14
Feces dan urine : kuman salmonella (+) bila sudah terkena pada ginjal
dan saluran pencernaan pada minggu II.
4) Laju endap darah
Sering kali meningkat pada demam tipoid.
5) Lever Fungsi Test
Meningkat bila sudah terjadi gangguan pada hepar (hepatomegali) dan
lien splenomegali.
6) Ultrasonografi
Ditemukan adanya pembesaran hepar dan lien (Hepatomegali dan
splenomegali).
i. Penatalaksanaan Medik
1) Tirah baring selama 7 14 hari untuk mengurangi metabolisme di
usus sehingga kerja usus berkurang maka komplikasi perdarahan usus
atau perforasi tidak terjadi. Selain itu akibat aktivitas yang berlebihan
dapat meningkatkan metabolisme sehingga energi banyak yang
terbuang akibatnya pasien semakin lemah dan mudah terserang
kuman.
2) Mobilisasi diberikan secara bertahap setelah + 2-3 hari bebas panas.
3) Diet
Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, dan tinggi protein,
tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang maupun
menimbulkan gas.
4) Therapy yang diberikan :
a) Antibiotika: Pemberian antibiotika untuk menghentikan dan
memusnahkan penyebaran kuman.
b) Kloramfenicol dosis pertama 4 x 20 mg, hari kedua 4 x 500 mg
diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam
kemudian dosis diturunkan 4 250 mg selama 5 hari.
15
f) Sistem muskuloskeletal
Klien tampak lemas
g) Sistem neurologis
Adanya keluhan pusing, sakit kepala
b. Diagnosa Keperawatan
a) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake yang tidak
adekuat, mual, muntah dan anorexia
b) Gangguan rasa nyaman nyeri b.d nyeri tekan pada abdomen
c) Hipertermi b.d proses infeksi salmonella typhi
d) Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik
e) Resiko defisit volume cairan b.d pemasukan yang kurang, mual,
muntah/pengeluaran yang berlebihan, diare
f) Gangguan pola defekasi b.d proses peradangan pada dinding usus
halus.
Pathway
c. Rencana Keperawatan
Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan Rasional
1. Perubahan nutrisi kurang Pemenuhan kebutuhan nutrisi 1. Kaji keluhan mual dan 1. Menetapkan cara
dari kebutuhan tubuh b.d adekuat. muntah. mengatasinya perubahan TD
intake yang tidak adekuat, Kriteria hasil: dan HR indikator dehidrasi.
mual, muntah, dan - Kebutuhan nutrisi pasien 2. Beri makanan dalam porsi 2. Asupan nutrisi diperlukan
anoreksia terpenuhi. kecil dengan frekuensi sering untuk meningkatkan daya
- Pasien mampu menghabiskan dan hidangkan selagi hangat. tahan tubuh, diperlukan untuk
makanan sesuai dengan porsi melawan bakteri yang
yang disediakan. menyerang dan agar seimbang
- Keluhan mual berkurang. dengan kebutuhan energi
akibat metabolisme yang
meningkat.
3. Makanan yang merangsang
3. Beri makanan yang tidak
lambung dapat menimbulkan
merangsang lambung.
mual dan muntah.
4. Menambah selera makan
4. Ciptakan lingkungan yang
pasien.
bersih dan tidak bau.
17
18