Anda di halaman 1dari 30

Asuhan keperawatan Dengan Gastroenteritis Akibat Infeksi Bakteri

Escherichia coli

A. Konsep Dasar
1. Pengertian
Menurut Ramali (1997: 135), Gastroenteritis adalah peradangan pada
lambung dan usus. Barrie (1997: 70) mengemukakan bahwa gastroenteritis
merupakan istilah umum untuk berbagai macam keadaan yang biasanya
disebabkan oleh infeksi dan menimbulkan gejala berupa hilangnya nafsu makan,
mual, muntah, diare ringan sampai berat dan rasa tidak enak perut.
Bakteri Escherichia coli merupakan suatu komensal di usus manusia yang
dapat menyebabkan infeksi yang ditularkan melalui makanan (Gould & Brooker,
2003: 252).
Infeksi adalah peristiwa masuknya dan penggandaan mikroorganisme
dalam tubuh penjamu (host) (Sudarto, 2002 : 107).
Dari beberapa pengertian diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa
gastroenteritis akibat infeksi bakteri Escherichia coli adalah peradangan pada
lambung dan usus halus yang diakibatkan oleh masuknya mikroorganisme yang
masuk bersama makanan yang menimbulkan gejala-gejala berupa hilangnya
nafsu makan, mual, muntah, diare serta rasa tidak enak di perut.

2. Anatomi Fisiologi Gaster dan Intestin


a. Gaster
Gaster (lambung) adalah yang berbentuk kantung mirif huruf J yang
terletak diantara esopagus dan usus halus (Lauralee & Sherwood, 2001: 551).
Lambung ditempatkan dibagian atas abdomen sebelah kiri dari garis tengah
tubuh, tepat dibawah diafragma kiri. Lambung adalah kantung yang dapat
berdistensi dengan kapasitas rata-rata 1500 ml. Jalan masuk dari esofagus ke

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
lambung disebut pertemuan esofagogastrik. Bagian ini dikelilingi oleh cairan
otot halus, disebut sfingter esophagus bawah (sfingter kardia) yang ada saat
kontraksi menutup lambung dan esophagus. Lambung dapat dibagi kedalam
empat bagian anatomis, yaitu : Kardia (jalan masuk), fundus, korpus dan
pylorus (jalan keluar). Otot halus sirkuler di dinding philorus membentuk
sfingter piloris dan mengontrol lubang diantara lambung dan usus halus
(Brunner and Suddart, 1997 : 984)
Lambung tersusun atas empat lapisan. Tunika serosa (lapisan luar)
merupakan bagian dari peritoneum viseralis. Dua lapisan peritoneum viseralis
menyatu pada kurvatura minor lambung dan duodenum kemudian terus
memanjang ke hati membentuk omentum minus. Lipatan peritoneum yang
keluar dari satu organ menuju organ lain disebut ligamentum. Jadi omentum
minus disebut juga ligamentum hepatogastrikum atau hepatoduodenalis
menyokong lambung sepanjang kurvatura minor sampai ke hati. Pada
kurvatura mayor, peritoneum terus kebawah membentuk omentum majus
yang menutupi usus halus dari depan seperti sebuah apron besar.
Bagian muskularis tersusun atas tiga lapisan otot polos, yaitu lapisan
longitudinal dibagian luar, lapisan sirkular di tengah dan lapisan oblik
dibagian dalam. Sub mukosa tersusun atas jaringan areolar longgar yang
menghubungkan lapisan muskularis dengan mukosa. Mukosa tersusun atas
lipatan-lipatan longitudinal disebut rugae yang memungkinkan terjadinya
distensi lambung sewaktu di isi makanan (Price and Wilson, 2001 : 417- 418).
Gambar berikut ini melukiskan anatomi dasar lambung secara
fisiologis. (Lauralee and Sherwood, 2001: 551) mengemukakan bahwa
lambung dibedakan menjadi 3 bagian yaitu : 1). Fundus yaitu bagian yang
terletak diatas lubang esophagus. 2) Korpus atau badan. 3) Antrum atau
bagian bawah lambung.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Gambar 1.1. Anatomi Dasar Lambung secara Fisiologis.
Lambung ada yang berfungsi secara motorik, dan ada yang
menjalankan fungsi pencernaan dan sekresi. Fungsi motorik lambung
meliputi: 1) Menampung, yaitu menyimpan makanan sampai makanan
tersebut sedikit demi sedikit dicerna dan bergerak pada saluran cerna. 2)
Mencampur yaitu memecahkan makanan menjadi partikel – partikel kecil dan
mencampurnya dengan getah lambung melalui kontraksi otot yang
mengelilingi lambung yaitu diatur oleh pembukaan sfingter filorus yang
dipengaruhi oleh viskositas, volume, kesamaan, aktivitas osmotic, keadaan
fisik, emosi, obat – obatan dan olahraga.
Fungsi pencernaan dan sekresi pada lambung meliputi : 1) Pencernaan
Protein oleh pepsin dan HCL dimulai dilambung, pencernaan karbohidrat dan
lemak oleh amilase dan lipase dalam lambung kecil peranannya. 2) Sintesis
dan pelepasan gastrin dipengaruhi oleh protein yang dimakan, peregangan
antrum, dan rangsang vagus. 3) Sekresi factor intrinsik memungkinkan
absorpsi vitamin B12 dari usus halus bagian distal. 4) Sekresi mukus
membentuk selubung yang melindungi lambung serta berfungsi sebagai
pelumas sehingga makanan lebih mudah diangkut. 5) Sekresi bikarbonat
bersama dengan sekresi gel mukus. (Price and Wilson, 2001: 420).
Pengaturan sekresi lambung dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu : Fase
sefalik, gastric dan intestinal. Fase sefalik dimulai sebelum makanan masuk

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
kedalam lambung, yaitu akibat melihat, mencium, memikirkan atau
mengecap makanan, fase ini diperantarai oleh saraf vagus. Sinyal neurogenik
menyebabkan fase sefalik berasal dari korteks serebri atau pusat nafsu makan.
Impuls aferen dihantarkan melalui saraf vagus ke lambung, hal ini
mengakibatkan kelenjar gastric terangsang untuk mengsekresi HCl,
pepsinogen dan menambah mucus. Fase gastric dimulai saat makanan
mencapai antrum pylorus. Fase sekresi gastric merupakan bagian terbesar dari
total sekresi lambung harian yaitu dua per tiga dari 2000 ml. Fase intestinal
dimulai oleh gerakan kimus dari lambung ke duodenum.
b. Intestin
Usus halus adalah tempat berlangsungnya sebagian besar pencernaan
dan penyerapan. Usus halus adalah suatu saluran dengan panjang sekitar
6,3m dengan diameter kecil 2,5 cm (Lauralee and Sherwood, 2001: 570).
Usus berada dalam keadaan bergelung didalam rongga abdomen dan
terentang dari lambung sampai usus besar.
Usus halus dibagi kedalam 3 bagian anatomis yaitu duodenum
(20cm), jejenum (2,5 m), ileum (3,6 m).
Pertemuan antara usus halus dan usus besar terletak dibagian bawah
kanan duodenum, disebut sekum. Pada pertemuan ini yaitu katup ileosekal
yang berfungsi untuk mengontrol pergerakan isi usus kedalam usus besar dan
mencegah refluk bakteri kedalam usus halus. Pada tempat ini terdapat
apendiks veripormis. Usus besar terdiri dari segmen asenden pada sisi kanan
abdomen, segmen transversum yang memanjang dari abdomen atas kanan ke
kiri, dan segmen desenden pada sisi kiri abdomen. Bagian ujung dari usus
besar terdiri dari dua bagian : Kolon sigmoid dan rectum, rectum berlanjut
pada anus. Jalan keluar anal diatur oleh jaringan otot lurik yang membentuk
baik sfingter internal dan eksternal (Brunner and Suddart, 1997 : 984).
Usus halus berfungsi mengabsorpsi semua produk pencernaan
karbohidrat, protein dan lemak, serta sebagian besar elektrolit, vitamin dan
air. Sebagian besar penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, sangat

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
sedikit makanan diserap di ileum, hal ini bukan karena ileum tidak memiliki
kemampuan menyerap tetapi karena sebagian besar penyerapan sudah selesai
sebelum isi usus mencapai ileum. Mukosa yang melapisi lumen usus halus
beradaptasi sempurna untuk melaksanakan fungsi absorpsinya karena 2
alasan, yaitu : 1) permukaan yang sangat besar dan 2) sel-sel epitel dilapisan
ini memiliki berbagai mekanisme transportasi khusus.

Gambar. 1.2 Anatomi Vilus Intestin


Permukaan dalam usus halus membentuk lipatan sirkuler yang dapat
dilihat dengan mata telanjang, dan meningkatkan luas permukaan tiga kali
lipat, dari permukaan yang berlipat muncul tonjolan makroskopis seperti jari
dikenal dengan vilus yang dapat meningkatkan luas permukaan sepuluh kali
lipat lagi. Permukaan setiap vilus dilapisi sel apitel yang diselingi sel mukosa.
Sel-sel epitel ini juga muncul tonjolan-tonjolan seperti rambut, disebut
mikrovilus yang meningkatkan luas permukaan dua puluh kali lipat, setiap sel
epitel memiliki 3000 sampai 6000 mikrovilus, didalam membran mikrovilus
inilah enzim-enzim usus melaksanakan fungsinya.

3. Etiologi Gastroenteritis
Gastroenteritis yang dimanifestasikan dengan adanya diare, yang
mempunyai factor penyebab :
a. Faktor Infeksi

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Menurut Ngastiah (2005 : 224 ) penyebab dari Gastroenteritis meliputi:
1) Infeksi enteral yaitu infeksi saluran cerna yang merupakan penyebab
utama diare, meliputi enterogen spesifik :
- Bakteri : Salmonella, Escherichia Coli, Shigela, Clostiridium diftheri,
Staphylococcus aureus, Vibrio cholera.
- Virus : Rotavirus, Norwalk, Astrovirus.
- Parasit : Cacing ( Ascaris oxydris ), Protozoa (Entamoeba histolytica)
Tricomonas hominis, Giardia lambia, jamur (Candida albicans),
Crystosporidium.
2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar saluran cerna:
Otitus media, Pharingitis, Bronkopneumoni, Enchepalithis, Infeksi
perkemihan.
b. Faktor malabsorpsi
1). Malabsorpsi karbohidrat ( intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa ).
2). Malabsorpsi protein.
3). Malabsorpsi lemak.
c. Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi.
d. Faktor psikologis: rasa takut, cemas, stress (Suriadi dan Yuliani, 2001: 81).
Patogen-patogen ini menghasilkan enteroksin dan kritotoksin yang
melekat pada dinding usus, kemudian menginfeksi sel-sel dan menimbulkan
penyakit.

4. Patofisiologi Gastroenteritis
Toxin yang dihasilkan bakteri enterobakteri yang masuk bersama
makanan menginfeksi mukosa lambung, sehingga fungsi lambung yaitu untuk
mencerna dan menyimpan makanan akan terganggu. Lambung yang teriritasi
akan mengalami peradangan. Makanan yang sudah tercampur dengan toxin akan
dikeluarkan dari lambung perlahan-lahan menuju usus halus. Toxin bakteri
menempel pada dinding usus, lalu merusak lapisan mikrovilus sehingga proses
penyerapan air dan sari-sari makan terganggu. Pada dinding usus terjadi

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
peningkatan sekresi air dan elektrolit dari mukosa usus kedalam rongga usus,
sehingga terjadi peningkatan isi rongga usus oleh cairan, apabila cairan terlalu
banyak, maka usus besar tidak mampu mengabsorpsi cairan, akhirnya cairan
dikeluarkan dengan frekuensi defekasi yang sering (diare), (Luckman &
Sorrensens, 2000: 1633).
Pada saat lambung mensekresi asam lambung berlebih, mukosa
lambung akan teriritasi asam lambung (HCl). Adanya peningkatan HCl
mengakibatkan asam lambung kembali keatas (refluk) sehingga akan
menyebabkan mual dan tidak nafsu makan. Apabila nafsu makan kurang, maka
makanan yang masuk kedalam tubuh akan berkurang. Di dalam tubuh sel-sel dan
jaringan memerlukan nutrisi, karena nutrisi yang tidak adekuat maka tubuh akan
menjadi lemah yang pada akhirnya klien tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari. (Price and Wilson, 2001: 422)
Peradangan pada lambung dan usus akan merangsang pengeluaran
mediator kimia (bradikinin, histamin, prostaglandin), semua mediator ini akan
merangsang reseptor nyeri di serabut saraf perifer, selanjutnya ditransmisikan
oleh serabut saraf aferen, menjalar ke spinal cord tractus spino thalamicus yang
berada di thalamus yang kemudian disampaikan ke cortex serebri, lalu timbul
persepsi nyeri (C. Long,1996: 112).
Pengeluaran cairan berlebih yang diakibatkan oleh muntah dan
peningkatan frekuensi defekasi ini akan menyebabkan dehidrasi. Kalsium dan
kalium yang berada didalam darah akan terbawa keluar bersama tinja sehingga
kadar kalsium dan kalium dalam darah berkurang. Jantung akan mengalami
penurunan isi sekuncup sehingga untuk memenuhi suplay darah ke seluruh tubuh,
jantung harus memompa dengan kuat, dimanifestasikan dengan takhikardi, aliran
darah ke perifer berkurang sehingga menyebabkan sianosis dan akral menjadi
dingin yang pada akhirnya penderita mengalami syok hipovolemik.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Gambar I.1 Patofisiologi Gastroenteritis
Toxin masuk bersama makanan

Menginfeksi mukosa lambung

Peradangan pada lambung

Toxin menempel di dinding usus halus

Merusak lapisan mikrovilus

Proses penyerapan air dan sari-sari makanan terganggu

Peningkatan cairan dalam rongga usus besar

Peningkatan peristaltic usus

Peningkatan frekuensi BAB (diare)

Mengganggu fungsi lambung Merangsang pengeluaran


mediator kimia (histamin,
Peningkatan produksi HCl bradikinin, prostaglandin)

Merangsang/mengiritasi mukosa lambung Merangsang reseptor nyeri

Refluk HCl Ditransmisikan oleh serabut


saraf aferen
Mual/muntah
Menjalar ke spinal cord
tractus spino thalamicus
Dehidrasi

Hilangnya kalsium dan kalium dalam darah Thalamus

Hipokalsemia/ hipokalemia Cortex serebri

Penurunan isi sekuncup Persepsi nyeri

Jantung memompa lebih kuat

Takikardi

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Syok hipovolemik

5. Manifestasi Klinis Gastroenteritis


Jenis dan beratnya gejala tergantung dari jenis dan banyaknya
mikroorganisme atau racun yang tertelan, gejalanya juga bervariasi tergantung
daya tahan tubuh seseorang. Umumnya gejala yang timbul seperti mual, muntah,
nyeri ulu hati, nyeri area perut, diare, distensi abdomen, dyspagia, dyspepsia.
Gejala tambahan dapat berupa mulut kering, luka sekitar mulut, sulit menelan,
tidak nafsu makan, muntah darah (hematemesis), berak darah (melena), kram
perut, kemerahan disekitar anus. (Luckman &Sorrensens, 2000: 1560).
Muntah dan diare mengakibatkan dehidrasi dan penurunan tekanan
darah, sehingga terjadi syok. Hilangnya kalium dan kalsium bersama makanan
sehingga kadar keduanya menurun dalam darah (hipokalemia/ hipokalsemia)
Berdasarkan keadaan klinis, dehidrasi dibagi dalam tiga tingkatan (Mansjoer Arif,
2000: 45)
a. Dehidrasi ringan: kehilangan cairan 2-5% dari berat badan
Gambaran klinis: dehidrasi, turgor kering, suara serak, belum jatuh pada pre
syok.
b. Dehidrasi sedang: kehilangan cairan 5-8% dari berat badan
Gambaran klinik: turgor jelek, suara serak, jatuh pada pre syok atau syok,
nadi cepat, nafas cepat dan dalam.
c. Dehidrasi berat: kehilangan cairan 8-10% dari berat badan
Gambaran klinik: seperti tanda dehidrasi sedang ditambah dengan penurunan
kesadaran (apatis sampai koma), sianosis, otot kaku.

6. Dampak Gastroenteritis Terhadap Sistem Tubuh Lain


a. Sistem Kardiovaskuler
Perubahan frekuensi dan konsistensi pengeluaran tinja menyebabkan
dehidrasi, kalsium dan kalium dalam darah terbawa keluar bersama tinja
sehingga terjadi hipokalemi dan hipokalsemia, terjadi penurunan isi sekuncup
dan jantung melakukan pemompaan lebih kuat sehingga terjadi takhikardi,

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
apabila jantung tidak kuat memompa darah, tekanan aliran darah akan
berkurang sehingga akan terjadi penurunan tekanan darah, aliran darah ke
perifer berkurang yang akan menyebabkan sianosis dan akral menjadi dingin
yang pada akhirnya penderita mengalami syok hipovolemik (Brenda and
Jacob, 1997: 963)
b. Sistem Neurologi
Luka atau iritasi pada Gastroenteritis merangsang pelepasan mediator
kimia (histamin, bradikinin, prostaglandin), proses ini merangsang reseptor
nyeri kemudian ditransmisikan ke thalamus pada kortex serebri, kemudian
nyeri dipersepsikan (C. Long, 1996: 112)
c. Sistem Pernafasan
Peningkatan frekuensi nafas dapat terjadi akibat nyeri Gastroenteritis
ini merangsang sinyal dari sumsum tulang belakang yang dihantarkan melalui
dua jalur yaitu Spinal Thalamus Tractus (STT) ke Spinal Respiratory Tractus
(SRT). Dari spinal thalamus tractus akan dihantarkan ke kortex serebri
sehingga nyeri dipersepsikan sedangkan dari spinal respiratory tractus
dihantarkan ke medulla oblongata sehingga mengakibatkan neural inspiratory
akan meningkatkan frekuensi nafas (Price and Wilson, 2000: 265).
d. Sistem Muskuloskeletal
Nyeri mengakibatkan adanya penekanan pembuluh darah yang
mengakibatkan metabolisme anaerob yang akan menghasilkan asam laktat,
hal ini mengakibatkan terjadi kelemahan otot dan nyeri sendi. Aktivitas
sehari-hari dapat terganggu, selain itu akibat dari kekurangan cairan akan
mengakibatkan syok hipovolemik dan tubuh kehilangan kekuatan karena
tidak sadar.
e. Sistem Perkemihan
Akibat dehidrasi, diuresis berkurang (oliguria sampai anuria), produk-
produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat di keluarkan karena oliguri/
anuria (Ngastiah, 1998:180).

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
f. Sistem Integumen
Gejala diare yang sering muncul mengakibatkan cairan terbuang
bersama feses sehingga tubuh kehilangan banyak cairan dan pada akhirnya
turgor kulit menjadi tidak normal. Asam lambung yang berlebih keluar
bersama air dan feses, dengan adanya frekuensi defekasi yang sering, maka
feses yang bersifat asam akan mengiritasi kulit sehingga terjadi kerusakan
integritas kulit (Suriadi dan Suriani S.Kp, 2001: 85).

7. Manajemen Medik Gastroenteritis


Menurut Mubin Halim (2001: 293), manajemen medik dari
Gastroenteritis meliputi:
a. Istirahat
Rehidrasi secepatnya
- Ringan: cukup oralit, jika tidak ada beri larutan gula
dan garam.
- Berat: infus Ringer Laktat/ NaCl isotonic ditambah 1
ampul Natrium bicarbonat 7,5% 50 ml.
b. Diit sesuai indikasi, misalnya cairan jernih berangsur menjadi makanan yang
dihancurkan, rendah sisa, rendah serat, tinggi kalori dan tinggi protein.
c. Medikamentosa
 Obat pertama
- Tetrasiklin 3x 500 mg/ hari selama 3-5 hari
- Kloramfenikol 3x 500 mg/ hari selama 3-5 hari
- Metronidazol 3x 500 mg/ hari selama 5-7 hari
 Obat alternatif
- Antimotilitas 3x1 tab/ hari selam 1-2 hari
- Difenoksilan
- Loperamid
- Kodein HCl

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
- Antiemetik
- Metoklorpropamid
- Proklormazine
- Domperidor

8. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Luckman and Sorrensens, 2000: 1564), pemeriksaan
diagnostik pada klien dengan Gastroenteritis meliputi:
a. Laboratorium (darah, elektrolit, analisis feses, carsinoembrionik antigen)
b. Radiology (Barium swallow, Barium enema)
c. Colonoscopy, prosedur yang digunakan bagi klien yang mengalami riwayat
konstipasi, diare dan perdarahan intestinal.
d. Ultrasonography (USG), untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam
pancreas, hati, limfa.
e. Analisis Gaster adalah suatu bentuk pemeriksaan sekresi asam lambung dan
pepsin dalam gaster.
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI), untuk mempelajari aliran darah dan
mengidentifikasi tumor, infeksi dan gambaran otot halus.

B. Proses keperawatan
Proses keperawatan adalah metode sistematik dimana secara langsung
perawat dan klien secara bersamaan menentukan masalah keperawatan sehingga
membutuhkan asuhan keperawatan. Proses asuhan keperawatan mempunyai beberapa
tahapan, yaitu: Pengkajian, Diagnosa Keperawatan, Perencanaan, Implementasi dan
Evaluasi Keperawatan. (Gaffar, 1999: 57)
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan secara
komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosiokultural. Pada tahap ini semua data atau

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
informasi tentang klien dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium, dan diagnostik (Gaffar,1999: 57)
Pengkajian pada klien dengan Gastroenteritis meliputi:
a. Data Demografi
1) Identitas
a) Identitas klien
Mencakup: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku/ bangsa, agama, status, alamat, tanggal masuk RS, tanggal
pengkajian, diagnosa medik, nomor Rekam Medik.
b) Identitas penanggung jawab
Mencakup: nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan,
suku/ bangsa, agama, status, alamat, hubungan dengan klien.
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Keluhan utama diperoleh dari data subjektif atau data objektif
yang paling menonjol yang dialami oleh klien. Keluhan utama pada klien
dengan Gastroenteritis biasanya diare, nyeri perut, mual, muntah, akibat
dari peningkatan peristaltic usus dan peradangan pada lambung dan usus.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Menceritakan kronologis dari keluhan utama yang dikaji dengan
menggunakan pendekatan P, Q, R, S, T, yaitu:
P : Provocative/ paliative
Apa yang menjadi pencetus diare?
Q : Quality/ quantity
Seperti apa diare dirasakan? Apa yang menyebabkan diare lebih berat
atau lebih ringan? Apakah setelah makan, minum atau aktivitas?
R : Region/ Radiation
Di area mana nyeri dirasakan? Apakah menyebar?
S : Severity/ scala

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Apakah gejala sudah pada tingkat dehidrasi? Dehidrasi ringan, sedang
atau berat? Apakah mengganggu aktivitas?

T : Time
Kapan pertama kali diare dirasakan? Berapa kali frekuensi BAB
dalam sehari? (Luckman and Sorrensens, 2000: 1560)
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Pada kesehatan masa lalu ini dikaji tentang factor resiko penyebab
masalah kesehatan sekarang serta jenis penyakit yang pernah diderita
dimasa lalu. Factor predisposisi yang perlu dikaji meliputi: penyakit yang
sebelumnya pernah diderita, kekambuhan penyakit, riwayat pembedahan,
riwayat alergi makanan, penggunaan obat-obatan. Tanyakan pula
mengenai riwayat penyakit berat atau menular. Pada Gastroenteritis ini
perlu ditanyakan mengenai pengalaman rasa takut, cemas, stress yang
pernah dialami, keracunan makanan, intoleransi produk susu yang
mengandung laktosa, serta riwayat penyakit infeksi seperti Otitis media,
Pharingitis, Bronkopneumoni, dimana penyakit itu akan menghasilkan
toxin yang akan menjalar ke saluran cerna.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tahapan ini dikaji tentang penyakit yang pernah diderita oleh
anggota keluarga yang berhubungan dengan penyakit saluran pencernaan.
Kaji adakah penyakit keturunan dari keluarga. (Luckman and Sorrensens,
2000: 1560)
3) Data Biologis dan Fisiologis
a) Pola Aktivitas Harian
(1) Pola Nutrisi
Kaji kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama
dirawat di Rumah Sakit, yang meliputi frekuensi makan, jumlah, jenis
makanan, riwayat diit, alergi dan pantangan makanan. Kebiasaan
minum meliputi frekuensi, jumlah, jenis air, pantangan minum dalam

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
sehari. Apakah ada perubahan atau keluhan pada makan dan minum
akibat penyakit. Klien Gastroenteritis mempunyai keluhan mual dan
haus karena pengeluaran cairan berlebih.
(2) Pola Eliminasi
Eliminasi BAB, kaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna,
bau, jumlah dan kelainan eliminasi serta keluhan yang dirasakan.
Eliminasi BAK, kaji tentang frekuensi, jumlah, warna dan bau serta
keluhan yang dirasakan. Klien dengan Gastroenteritis terjadi
peningkatan frekuensi BAB dengan konsistensi yang encer/ cair.
(3) Pola Istirahat dan tidur
Gangguan istirahat dan tidur dapat terjadi pada klien dengan
Gastroenteritis karena adanya peningkatan frekuensi BAB dan adanya
nyeri, dikaji pula kebiasaan dan pola tidur klien.
(4) Pola Personal Hygiene
Dikaji mengenai kebiasaan mandi, gosok gigi, mencuci
rambut dan menggunting kuku, apakah klien memerlukan bantuan
orang lain atau dapat dilakukan sendiri. Biasanya ditemukan adanya
keterbatasan aktivitas karena kelemahan sehingga kebersihan diri
kurang, misalnya: keadaan tubuh yang kotor.
(5) Pola Aktivitas dan Latihan
Dikaji apakah aktivitas yang dilakukan klien di rumah dan di
Rumah Sakit dibantu atau secara mandiri. Biasanya terjadi kesulitan
dalam melakukan aktivitas karena kelemahan dan rasa nyeri yang
dirasakan.
b) Pemeriksaan Fisik
(1) Penampilan Umum
Hasil pengamatan indera perawat secara objektif terhadap
klien sebelum dilakukan pemeriksaan fisik. Keadaan umum klien
dengan Gastroenteritis biasanya mengalami kelemahan, pada tingkat
dehidrasi berat dapat terjadi penurunan kesadaran.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
(2) Pemeriksaan Sistem Tubuh
(a) Sistem Respirasi
Dikaji dengan cara inspeksi, palpasi, auskultasi dan
perkusi. Hal yang di inspeksi meliputi: frekuensi pernafasan,
bentuk hidung simetris atau tidak, septum nasi ditengah atau
tidak, ada benda asing, kebersihan lubang hidung, secret hidung
(jernih, purulen), peradangan mukosa hidung, bentuk dada,
kesimetrisan pergerakan dada. Palpasi meliputi, vibrasi dada,
ekspansi dada. Perkusi meliputi, suara paru sonor atau hipersonor.
Auskultasi meliputi, bunyi nafas ada ronkhi atau tidak, suara paru
vesikuler, jenis pernafasan biasanya pernafasan dada karena nyeri
daerah abdomen. Biasanya terjadi peningkatan frekuensi nafas
karena akibat nyeri yang merangsang sumsum tulang belakang
untuk dihantarkan ke spinal respiratory tractus yang kemudian
disampaikan ke medulla oblongata sebagai pusat pernafasan
(Price, 2000: 265)
(b) Sistem Kardiovaskuler
Dikaji mengenai warna mukosa bibir, tidak adanya
peningkatan tekanan vena jugularis, frekuensi dan irama denyut
nadi, tekanan darah, bunyi jantung normal dan suara tambahan.
Biasanya terjadi peningkatan denyut nadi (takhikardi), akral
dingin serta penurunan tekanan darah (hipotensi) (Brenda and
Jacob, 1997: 963)
(c) Sistem Pencernaan
Dikaji warna konjungtiva, kebersihan mulut, gigi serta
lidah, adanya stomatitis, bau mulut, ada tidaknya pembesaran
tonsil, kesimetrisan uvula, bentuk abdomen, ada tidaknya nyeri

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
tekan atau lepas di daerah epigastrium, perkusi abdomen tiap
kuadran, dikhawatirkan adanya massa di abdomen dan akumulasi
udara di lambung dan usus, bising usus dan keadaaan anus. Klien
dengan Gastroenteritis biasanya terdapat nyeri tekan epigastriun
ataupun nyeri disekitar abdomen, penurunan berat badan, terjadi
pula peningkatan peristaltic usus dan daerah sekitar anus
kemerahan (Luckman & Sorrensen, 2000: 1560)
(d) Sistem Perkemihan
Ada tidaknya nyeri saat berkemih, ada tidaknya
pembengkakan dan nyeri daerah pinggang, palpasi daerah
kandung kencing teraba penuh atau tidak, adakah suara bruit dan
friction rubs. Biasanya klien jarang BAK pada klien
Gastroenteritis dengan dehidrasi.
(e) Sistem Integumen
Pemeriksaan hanya meliputi inspeksi dan palpasi. Kaji
hygiene kulit, kuku dan rambut, struktur dan warna rambut serta
kulit, turgor kulit. Pada klien dengan Gatroenteritis. Biasanya
turgor kulit jelek akibat dehidrasi dan kulit sekitar anus dan
perineum terdapat lesi atau eritema karena teriritasi oleh feses.
(f) Sistem Endokrin
Kaji adanya pembesaran kelenjar tyroid dan pembesaran
kelenjar getah bening, distribusi bulu rambut, hiperpigmentasi
pada kulit, udema di wajah dan ekstremitas.
(g) Sistem Muskuloskeletal
Periksa tingkat kekuatan otot dan ekstremitas bawah dan
atas, rentang gerak sendi, biasanya pada klien Gastroenteritis akan
terjadi kelemahan (Doenges, 2000: 471)
(h) Sistem Neurologis
Pemeriksaan system saraf cranial secara khusus dilakukan
pada klien dengan penyakit persarafan. Pada klien Gastroenteritis,

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
pengkajian nervus I sampai XII diperlukan karena pada klien
dengan dehidrasi berat mengalami penurunan kesadaran sehingga
diperlukan penilaian GCS untuk mengidentifikasi kelainan (C.
Long, 1996: 244)
4) Data Psikologis
a) Status Emosional
Kemungkinan ditemukan emosi klien jadi sedih, gelisah dan labil,
karena proses penyakit yang tidak diketahui/ tidak pernah di derita
sebelumnya
b) Konsep Diri
Konsep diri terdiri dari 5 komponen
(1) Body Image (gambaran diri)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya
secara sadar dan tidak sadar (Stuart dan Sundenn, 1991:374). Sikap
ini mencakup persepsi dan perasaan klien tentang ukuran dan bentuk,
penampilan dan potensi tubuh saat ini. Biasanya ditemukan perasaan
tidak menyukai kulit karena penurunan turgor kulit dan iritasi pada
kulit sekitar anus.
(2) Harga Diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri
(Stuart dan Sundenn, 1991:376). Biasanya klien dengan
Gastroenteritis merasa malu dan minder karena selalu BAB yang akan
mengganggu kenyamanan orang lain.
(3) Ideal Diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku sesuai dengan standar pribadi. Idealnya klien harus selalu
berpola hidup bersih (Stuart dan Sundenn, 1991:375).
(4) Peran Diri

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat. Tirah
baring lama di Rumah Sakit dapat mengganggu peran klien di
lingkungan sekitar.
(5) Identitas Diri
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber
dari observasi dan penilaian, yang merupakan sintesa dari semua
aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh. (Stuart dan
Sundenn, 1991:378).
c) Stressor
Stressor adalah setiap factor yang menimbulkan stress atau
mengganggu keseimbangan. Stressor yang timbul berupa adanya nyerri
pada perut dan seringnya BAB sehingga menyebabkan masalah yang
dapat serius bagi beberapa individu. (Keliat, Budi Anna:2001)
d) Mekanisme Koping
Mekanisme koping ini merupakan suatu cara bagaimana
seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stress yang dihadapi
(Keliat, Budi Anna: 2001).
e) Pemahaman Klien Tentang Kondisi Kesehatan yang Dihadapi
Sejauh mana klien mengetahui proses penyakit yang diderita.
Hal ini perlu dikaji agar tim kesehatan dapat memberikan bantuan dengan
efisien. Biasanya penyakit yang diketahui memiliki tanda gejala yang
beragam tidak semua diketahui oleh klien.
5) Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai pola komunikasi dan interaksi interpersonal, gaya
hidup klien, factor sosiokultur dan support system yang dimiliki klien. Masih
ada atau tidak mitos mengenai pantangan terhadap makanan. Biasanya masih
ditemukan pantangan terhadap makanan tertentu sehingga dapat
menimbulkan diare.
6) Data Spiritual

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Menyangkut pola religius dan keyakinan dan kepercayaan klien
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
7) Data Penunjang
Pemeriksaan laboratorium meliputi: pemeriksaan darah lengkap,
elektrolit, analisis feses, dan carsinoembrionik antigen. Jumlah sel darah
merah menurun, kemungkinan adanya anemia atau perdarahan. Hb
meningkat, kemungkinan adanya hemokonsentrasi yang disebabkan oleh
dehidrasi. Kalsium, kalium, sodium, potassium menurun, kemungkinan
adanya malabsorpsi, diare, dan muntah. Pada analisis feses, terdapat bakteri
pathogen seperti E. coli, Shigella, Salmonella, atau staphilococus. Diperlukan
pula pemeriksaan USG, Colonoscopy, analisis gaster dan MRI.(Luckman and
Sorensen, 2000:1567)
8) Pengobatan
Diketahui nama obat, jenis obat, dosis pemakaian, dan waktu
pemberian. Obat ini digunakan untuk penyembuhan penyakit. Obat yang
digunakan mencakup obat-obatan antiemetik, antimotilitas (Mubin Halim,
2001: 293).

b. Analisa Data
Proses analisa data adalah menghubungkan data yang diperoleh dengan
konsep, teori, prinsip asuhan keperawatan yang relevan dengan kondisi klien
(Gaffar, 1999: 69).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau
masalah aktual dan potensial (Gaffar, 1999: 63).
Menurut Doenges (2000: 476), diagnosa keperawatan yang muncul pada klien
dengan Gastroenteritis, adalah:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau malabsorpsi
usus.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
b. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi
kulit atau jaringan.
c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan gangguan absorpsi nutrisi, mual.
d. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal, diare berat,
muntah.
e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/ rangsangan
simpatis (proses inflamasi).
f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan stressor
berat, pengulangan periode waktu, nyeri hebat.
g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosa maka perlu dibuat perencanaan intervensi
keperawatan dan aktivitas keperawatn. Tujuan perencanaan adalah untuk mengurangi,
menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan perencanaan
keperawatan adalah penetuan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan sasaran
(goal) dan tujuan (objektif), penetapan criteria evaluasi dan merumuskan intervensi
keperawatan (Gaffar, 1999: 63).
Perencanaan keperawatan menurut Doenges (2000) pada klien Gastroenteritis
adalah:
a. Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi atau
malabsorpsi usus.
Tujuan: melaporkan penurunan frekuensi defekasi, konsistensi kembali
normal.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Observasi dan catat frekuensi defekasi, Membantu membedakan penyakit individu
karakteristik, jumlah dan factor pencetus. dan mengkaji beratnya episodic
Tingkatkan tirah baring, berikan alat-alat Istirahat menurunkan motilitas usus juga
didekat pasien menurunkan laju metabolisme, jika infeksi

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
atau perdarahan sebagai komplikasi.
Defekasi tiba-tiba dapat terjadi tanpa tanda
dan dapat tidak terkontrol, peningkatan
risiko inkontinensia/ jatuh bila alat-alat
tidak dijangkauan tangan.
Buang feses dengan cepat, berikan Menurunkan bau tak sedap untuk
pengharum ruangan. menurunkan rasa malu klien.
Identifikasi makanan dan cairan yang Memberikan istirahat kolon dengan
mencetus diare, misal: sayuran segar dan menghilangkan atau menurunkan rangsang
buah, sereal, bumbu, minuman karbonat, cairan/ makanan. Makan kembali secara
produk susu. bertahap mencegah kram dan diare berulang
namun cairan dingin dapat meningkatkan
motilitas usus.
Berikan kesempatan untuk menyatakan Adanya penyakit dengan penyebab tak
frustasi sehubungan dengan proses diketahui sulit untuk sembuh dan yang
penyakit. memerlukan intervensi bedah dapat
menimbulkan reaksi stress yang dapat
memperburuk situasi.
Observasi demam, letargi, takhikardi, Tanda bahwa toxic megacolon atau
leukositosis, penurunan protein ureum, perforasi dan peritonitis akan terjadi/ telah
ansietas dan kelesuan. terjadi memerlukan intervensi medik
segera.
Kolaborasi
Antasida Menurunkan iritasi gaster, mencegah
inflamasi dan menurunkan risiko infeksi
pada colitis.

b. Nyeri berhubungan dengan hiperperistaltik, diare


lama, iritasi kulit atau jaringan.
Tujuan:
- Melaporkan nyeri hilang/ terkontrol
- Tampak rileks dan mampu tidur/ istirahat dengan tepat
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Dorong klien untuk melaporkan nyeri Mencoba untuk mentoleransi nyeri dari
pada meminta analgesik.
Catat petunjuk non verbal, misal: gelisah, Bahasa tubuh atau petunjuk non verbal
menolak untuk bergerak, berhati-hati dapat secara psikologis dan fisiologik dan
dengan abdomen, menarik diri dan depresi. dapat digunakan pada hubungan petunjuk
Selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal untuk mengidentifikasi luas/
verbal. beratnya masalah.
Kaji ulang factor-faktor yang dapat Dapat menunjukan dengan tepat pencetus
meningkatkan atau menghilangkan nyeri atau factor pemberat (seperti kejadian
stress, tidak toleran terhadap makanan) atau
mengidentifikasi terjadinya komplikasi.
Izinkan klien untuk memulai posisi yang Menurunkan tegangan abdomen dan
nyaman, misal: lutut fleksi. meningkatkan rasa kontrol.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Berikan tindakan rasa nyaman (misal: Meningkatkan relaksasi, memfokuskan
pijatan punggung, ubah posisi) dan aktivitas kembali perhatian, dan meningkatkan
waktu senggang. kemampuan koping.
Bersihkan area rectal dengan sabun ringan Melindungi kulit dari asam lambung,
dan air/ lap setelah defekasi dan berikan mencegah ekskoriasi.
perawatan kulit, misal: salep A & D, salep
sween, jel karaya, desitin, jeli minyak.
Berikan rendam duduk dengan tepat. Meningkatkan kebersihan dan kenyamanan
pada adanya iritasi fisura perianal.
Observasi adanya isorektal dan fistula Fistula dapat terjadi dari erosi dan
perianal. kelemahan dinding usus.
Observasi/ catat distensi abdomen, Dapat menunjukan terjadinya obstruksi usus
peningkatan suhu, penurunan tekanan karena inflamasi, edema dan jaringan parut.
darah.
Kolaborasi
Lakukan modifikasi diit sesuai resep, misal: Istirahat usus penuh dapat menurunkan
memberikan cairan dan memberikan nyeri, kram
makanan padat sesuai toleransi.
Berikan obat sesuai indikasi:
Analgesik Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat
dan perlu penanganan untuk memudahkan
istirahat adekuat dan penyembuhan.
Antikolinergik Menghilangkan spasme saluran GI dan
berlanjutnya nyeri kolik.
Anodin supositoria Merelaksasikan otot rectal, menurunkan
nyeri spasme.
Bantu mandi rendam duduk sesuai indikasi. Memberikan kesejukan local dan
kenyamanan untuk area iritasi rectal.

c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan gangguan absorpsi nutrisi, mual.
Tujuan: Menunjukan berat badan stabil atau peningkatan berat badan sesuai
sasaran dengan nilai laboratorium normal dan tidak adanya tanda malnutrisi.
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Timbang berat badan setiap hari Memberikan informasi tentang kebutuhan
diit/ keefektifan therapy.
Dorong tirah baring dan atau pembatasan Menurunkan kebutuhan metabolic untuk
aktivitas selama fase sakit akut. mencegah penurunan kalori dan simpanan
energi.
Anjurkan istirahat sebelum makan Menenangkan peristaltic dan meningkatkan
energi untuk makan.
Berikan kebersihan oral Mulut yang bersih dapat meningkatkan rasa
makanan.
Sediakan makanan dalam ventilasi yang Lingkungan yang menyenangkan
baik, lingkungan yang menyenangkan menurunkan stress dan lebih kondusif untuk
dengan situasi tidak terburu-buru. makan.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Batasi makanan yang dapat menyebabkan Mencegah serangan akut/ eksaserbasi
kram abdomen, flatus (misal: produk susu) gejala.
Catat masukan dan perubahan Memberikan rasa kontrol pada klien dan
simtomatologi. kesempatan untuk memilih makanan yang
diinginkan/ dinikmati, dapat meningkatkan
masukan.
Dorong klien untuk menyatakan perasaan Keragu-raguan untuk makan mungkin di
masalah memulai makan. akibatkan oleh takut makan akan
menyebabkan eksaserbasi gejala.
Kolaborasi
Pertahankan puasa sesuai indikasi. Istirahat usus menurunkan peristaltic dan
diare dimana menyebabkan malabsorpsi/
kehilangan nutrien.
Mulai/ tambahkan diit sesuai indikasi, Memungkinkan saluran usus untuk
misal: cairan jernih maju menjadi makanan mematikan kembali proses pencernaan.
yang dihancurkan, rendah sisa, rendah Protein perlu untuk penyembuhan integritas
serat, tinggi kalori dan protein. jaringan. Rendah bulk menurunkan respon
peristaltic terhadap makanan.
Berikan obat sesuai indikasi:
Misal: donnatal, natrium harbital dengan Antikolinergik diberikan 15-30 menit
belladonna, propantalen bromida. sebelum makan, memberikan penghilangan
kram dan diare. Menurunkan mobilitas
Gaster dan meningkatkan waktu untuk
absorpsi nutrien.
Besi (Imeron yang disuntikan) Mencegah/ mengobati anemia, rute oral
untuk tambahan besi tidak efektif karena
gangguan usus berat menurunkan absorpsi.
Vitamin B12 (Crystamin, Rubisol) Malabsorpsi Vit B12 akkibat kehilangan
nyata fungsi ileum. Penggantian mengatasi
depresi sumsum tulang karena proses
inflamasi lama, meningkatkan produksi
eritrosit/ memperbaiki anemia.
Asam Folat Kekurangan folat pada umumnya ada pada
penyakit Chorn sehubungan dengan
penurunan masukan/ absorpsi, efek terapy
obat (Azulfidine).
Berikan nutrisi parenteral total, tetapi sesuai Program ini mengistirahatkan saluran GI
indikasi sementara memberikan nutrisi penting.

d. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan


berhubungan dengan kehilangan banyak cairan melalui rute normal, diare
berat, muntah.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Tujuan:
- Mempertahankan volume cairan adekuat
- Membran mukosa lembab
- Turgor kulit baik
- Pengisian kapiler baik
- Tanda-tanda vital stabil
- Keseimbangan masukan
- Haluaran urine normal dalam konsentrasi dan jumlah
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Awasi masukan dan haluaran, karakter dan Memberikan informasi tentang
jumlah feses, perkiraan kehilangan cairan keseimbangan cairan, fungsi ginjal dan
yang tak terlihat, misal: berkeringat. Ukur kontrol penyakit usus juga merupakan
berat jenis urine, observasi oliguria. pedoman untuk penggantian cairan.
Kaji tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi, Hipotensi (termasuk postural), takhikardi,
suhu) demam dapat menunjukan respon terhadap
dan/ atau efek kehilangan cairan.
Observasi kulit kering berlebihan dan Menunjukan kehilangan cairan berlebihan/
membran mukosa, penurunan turgor kulit, dehidrasi.
pengisisan kapiler lambat.
Ukur berat badan setiap hari. Indicator cairan dan status nutrisi.
Pertahankan pembatasan oral, tirah baring, Kolon diistirahatkan untuk penyembuhan
hindari kerja. dan untuk menurunkan kehilangan cairan
usus.
Observasi perdarahan dan tes feses tiap hari Diit tak adekuat dan penurunan absorpsi
dan adanya darah samar dapat menimbulkan defisiensi vitamin K
dan merusak koagulasi, potensial risiko
perdarahan.
Catat kelemahan otot umum atau disritmia Kehilangan cairan usus berlebih dapat
jantung. menimbulkan ketidakseimbangan elektrolit,
misal: kalium yang perlu untuk fungsi
tulang dan jantung.
Kolaborasi
Berikan cairan parenteral, transfusi darah Mempertahankan cairan usus akan
sesuai indikasi. memerlukan penggantian cairan untuk
memperbaiki kehilangan/ anemia. Catatan:
cairan mengandung natrium dapat dibatasi
pada adanya enteritis regional.
Awasi hasil laboratorium, contoh: elektrolit Menentukan kebutuhan penggantian dan
(khususnya kalium, magnesium) dan keefektifan terapy
keseimbangan asam-basa
Berikan obat sesuai indikasi:
Anti diare Menurunkan kehilangan cairan dari usus.
Antiemetik, misal: trimetobenzamidea Digunakan untuk mengontrol mual/ muntah
(tigan), hidroksin (vistaril), proklorperazin pada eksaserbasi akut.
(compazine)
Elektrolit, misal: tambahan kalium (LCI-IV, Elektrolit hilang dalam jumlah besar,

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
K-lyte, Slow-K) khususnya pada usus yang gundul, area
ulkus dan diare dapat juga menimbulkan
asidosis metabolic karena kehilangan
bikarbonat (HCO3)
Vitamin K (mephyton) Merangsang pembentukan protrombin
hepatic, menstabilisasi koagulasi dan
menurunkan risiko perdarahan

e. Ansietas berhubungan dengan factor psikologis/


rangsangan simpatis (proses inflamasi).
Tujuan:
- Menunjukan rileks dan melaporkan penurunan ansietas sampai tingkat
dapat ditangani
- Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat menerimanya

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Catat petunjuk perilaku, misal gelisah, peka
Indicator derajat ansietas/ stress, missal:
rangsang, menolak, kurang kontak mata, pasien dapat merasa tidak terkontrol di
perilaku menarik perhatian. rumah, kerja/ maslah pribadi. Stress dapat
terjadi sebagai akibat gejala fisik kondisi,
juga reaksi lain.
Akui bahwa ansietas dan masalah mirip Validasi bahwa perasan normal dapat
dengan yang diekspresikan orang lain. membantu menurunkan stress/ isolasi dan
Tingkatkan perhatian mendengar klien. meyakini bahwa “saya satu-satunya”
Berikan informasi yang akurat dan nyata Keterlibatan klien dalam perencanaan
tentang apa yang dilakukan, misal: tirah perawatan memberikan rasa kontrol dan
baring, pembatasan masukan per oral dan membantu menurunkan ansietas.
prosedur.
Berikan lingkungan yang nyaman dan Memindahkan pasien dari stress luar,
tenang untuk istirahat meningkatkan relaksasi dan membantu
menurunkan ansietas.
Dorong klien /orang terdekat untuk Tindakan dukungan dapat membantu
menyatakan perhatian, perilaku perhatian. klien merasa stress berkurang,
memungkinkan energi untuk ditujukan
pada penyembuhan / perbaikan.
Bantu klien untuk mengidentifikasikan/ Perilaku yang berhasil dapat dikuatkan
memerlukan perilaku koping yang pada penerimaan masalah stress saat ini.
digunakan pada masa lalu. Meningkatkan rasa kontrol diri klien.
Bantu klien belajar mekanisme koping Belajar cara baru untuk mengatasi
baru, misal: teknik mengatasi stress, masalah dapat membantu dalam
keterampilan, organisasi menurunkan ansietas, meningkatkan
kontrol penyakit.
Kolaborasi Dapat digunakan untuk menurunkan
Berikan obat sesuai indikasi: ansietas dan memudahkan istirahat,
Sedatif, misal: barbiturat (Luminal), agen khususnya pasien dengan KU.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
ansietas, misal: diazepam (valium)
Rujuk pada perawat spesialis psikiatri Dibutuhkan bantuan tambahan untuk
pelayanan social, penasehat agama. meningkatkan kontrol dan mengatasi
episode akut/ eksaserbasi dengan belajar
untuk menerima penyakit kronis dan
konsekuensinya serta program terapy.

f. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan


stressor berat, pengulangan periode waktu, nyeri hebat.
Tujuan:
- Mengkaji situasi pada saat itu dengan tepat
- Mengidentifikasi perilaku koping tidak efektif dan konsekuensinya
- Mengatur kemampuan koping sendiri
- Menunjukan perubahan pola hidup yang perlu untuk membatasi/
mencegah kejadian berulang.

INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Kaji pemahaman klien/ orang terdekat dan Memampukan perawat untuk menerima
metode sebelumnya dalam menerima lebih nyata tentang masalah lain dapat
proses penyakit. mempengaruhi penyuluh kesehatan/ belajar
klien sebelumnya.
Tentukan stress luar, misal: keluarga, Stress dapat mengganggu respon saraf
teman, lingkungan kerja, social. otonomik dan mendukung eksaserbasi
penyakit. Meskipun tujuan kemandirian
pada klien tergantung menjadi penambah
stressor.
Berikan kesempatan pada klien untuk Stressor penyakit mempengaruhi semua
mendiskusikan bagaimana penyakit telah area hidup dan klien mengalami kesulitan
mempengaruhi hubungan, termasuk mengatasi perasaan lemah/ nyeri
masalah sexual. sehubungan dengan kebutuhan sexual.
Bantu klien mengidentifikasi keterampilan Penggunaan perilaku yang berhasil
koping efektif secara individu. sebelumnya dapat membantu klien
menerima situasi/ rencana saat ini untuk
masa datang.
Berikan dukungan emosi: Membantu dalam komunikasi dan
Mendengarkan dengan aktif, dengan sikap pemahaman titik pandang klien. Menambah
tidak menghakimi. perasaan klien akan harga diri.
Pertahankan bahasa tubuh yang tidak Mencegah penguatan perasaan klien tentang
menghakimi bila merawat klien. menjadi beban, misal: kebutuhan
pengososngan pispot dengan sering.
Tugaskan staff yang sama sebanyak Memberikan lingkungan yang lebih
mungkin. terapeutik dan mengurangi stress penilaian
terus menerus.
Berikan periode tidur, istirahat tanpa Kelelahan karena penyakit cenderung
gangguan merupakan masalah berarti, mempengaruhi
kemampuan mengatasinya.

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
Dorong penggunaan keterampilan Memusatkan kembali perhatian,
menangani stress, misal: teknik relaksasi, meningkatkan relaksasi dan meningkatkan
visualisasi, bimbingan imajinasi, latihan kemampuan koping.
nafas dalam.

Kolaborasi
Masukan klien/ orang terdekat dalam tim Meningkatkan kontinuitas perawatan dan
pertemuan untuk mengembangkan program memampukan klien/ orang terdekat untuk
individual. merasakan sebagai bagian dari perencanaan,
memberikan perasaan kontrol dan
meningkatkan kerjasama dalam program
terapy.
Berikan obat sesuai indikasi. Antipsikosis, Bantuan dalam istirahat psikologis/ fisik.
misal: tioridazin- mellaril), agen Menghambat energi dan dapat menguatkan
antiansietas, contoh: lorazepam (ativan), koping individu.
alprazolam (xanax)

Rujuk ke sumber sesuai indikasi, misal: Dukungan tamabahan dan konseling dapat
pekerja social, perawat psikiatri, penasihat membantu klien/ orang terdekat menerima
agama. stress khusus/ area masalah.

g. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis, dan


kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kesalahan interpretasi informasi.
Tujuan: menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri
Tentukan persepsi klien tentang proses Membuat pengetahuan dasar dan
penyakit memberikan kesadaran kebutuhan belajar
individu
Kaji ulang proses penyakit, penyebab/ efek Factor pencetus/ pemberat individu,
hubungan factor yang menimbulkan gejala sehingga kebutuhan klien untuk waspada
dan mengidentifikasi cara menurunkan terhadap makanan dan cairan dan factor pola
factor pendukung. Dorong pertanyaan hidup dapat mencetuskan gejala.
Pengetahuan dasar yang akurat memberikan
kesempatan klien untuk membuat keputusan
informasi/ pilihan tentang masa depan dan
kontrol penyakit. Meskipun kebanyakan
klien mengetahui tentang proses
penyakitnya sendiri. Mereka dapat
mengalami informasi yang telah tertinggal
atau salah konsep
Kaji ulang obat, tujuan, frekuensi, dosis dan Meningkatkan pemahaman dan dapat
kemungkinan efek samping. meningkatkan kerjasama dalam program.
Ingatkan klien untuk mengobservasi efek Steroid dapat digunakan untuk mengontrol
samping bila steroid diberikan dalam inflamasi dan mempengaruhi emulsi
jangka panjang, misal: ulkus, edema muka, penyakit, namun menurunkan ketahanan
kelemahan otot. terhadap infeksi dan menyebabkan retensi

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
cairan.
Tekankan pentingnya perawatan kulit, Menurunkan penyebaran bakteri dan risiko
misal: teknik cuci tangan dengan baik dan iritasi kulit/ kerusakan, infeksi.
perawatn perianal yang baik.
Anjurkan menghentikan merokok Dapat menghentikan motilitas usus,
meningkatkan gejala.

Penuhi kebutuhan evaluasi jangka panjang Klien dengan inflamasi penyakit usus
dan evaluasi ulang periodic berisiko untuk kanker kolon/ rectal dan
evaluasi diagnostik teratur dapat diperlukan.
Rujuk ke sumber komunitas yang tepat, Klien mendapat keuntungan dari pelayanan
misal: perawat kesehatan masyarakat, ahli agen ini dalam koping dengan penyakit
diit, kelompok pendukung dan pelayanan kronis dan evaluasi pengobatan.
social.

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat
dan klien. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan intervensi dilaksanakan
sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi. (Gaffar, 1999: 65)
Pada klien Gastroenteritis, pelaksanaan tindakan keperawatan yang akan
dilaksanakan mencakup pemenuhan kebutuhan dasar yang utama, diantaranya
pemenuhan cairan seperti pemberian cairan parenteral, memberikan makanan sesuai
diit yang dianjurkan, memberikan perawatan kulit untuk pencegahan iritasi.

5. Evaluasi Keperawatan
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan. Hal yang dievaluasi berupa keakuratan, kelengkapan
dan kualitas data teratasi atau tidaknya masalah klien serta pencapaian tujuan dan
ketepatan intervensi keperawatan. (Gaffar, 1999:67)
Menurut Wong (2004: 493) evaluasi gejala diare akibat E. coli secara umum
dapat teratasi <3-7 hari.
Menurut Brunner and Suddarth (2001: 1095) evaluasi perawatan klien yang
mengalami Gastroenteritis adalah:
a. Melaporkan defekasi normal

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/
b. Mempertahankan keseimbangan cairan
c. Tidak mengalami komplikasi, diantaranya:
- Elektrolit dalam keadaan normal
- Tanda-tanda vital stabil
- Tidak ada disritmia/ perubahan tingkat kesadaran

http://kedokteran-keperawatan-kebidanan.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai