DI
S
U
S
U
N
OLEH:
HASRINA YUS
PO7131216015
D-IV / TINGKAT III
A. LATAR BELAKANG
penting sebagai salah satu kegiatan sosial bagi ibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang
anak (Satoto dkk, 2002 : 17-23). Tujuan Posyandu adalah mempercepat penurunan angka
kematian bayi dan anak balita, di samping itu Posyandu merupakan strategi yang tepat
untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak dalam kandungan sampai usia balita dan
untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna baik fisik maupun mental
Krisis ekonomi pada tahun 1997 berdampak pada kegiatan Posyandu, jumlah
membawa balitanya ke Posyandu. (Departemen Kesehatan RI, 2000 : 4 – 5). Salah satu
penyebab terjadinya kasus gizi kurang pada masyarakat adalah kurang berfungsinya
pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil tidak berjalan sebagaimana mestinya
dilaksanakan dengan benar. Tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang
dikumpulkan kader masih rendah, serta 90% kader membuat kesalahan. Salah satu
kesalahan kader yang paling sering dijumpai adalah teknik penimbangan yang kurang
tepat. Lebih jauh lagi, hanya 40,7% kader yang tahu manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS)
untuk konseling gizi. Agar kader di Posyandu dapat melakukan penimbangan lebih akurat,
perlu pelatihan dan supervisi yang memadai serta penggantian kader yang minimal (Satoto
kader sebagai pelaksananya (Depdagri, 1999). Oleh karena itu, kegiatan pendidikan dan
pelatihan pada kader gizi di Posyandu dengan pendekatan pelatihan penimbangan dan
pencatatan pertumbuhan berat badan anak pada KMS serta mengartikan KMS dengan
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bina Gizi Masyarakat dan Fakultas
keterampilan kader dalam kegiatan Posyandu. Kader yang terampil akan sangat membantu
dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu, sehingga informasi dan pesan-pesan gizi akan
Kecamatan Tempuran terdiri dari 15 desa dengan jumlah Posyandu 72 buah berstratifikasi
Posyandu Madya yaitu Posyandu yang perlu ditingkatkan kinerjanya dengan pelatihan
ulang. Revitalisasi Posyandu sudah dilaksanakan tahun 2005 pada 197 orang kader. Kader
yang aktif cukup banyak yaitu 164 orang dengan motivasi yang baik, karena ada
penelitian Notoatmodjo (1995) terbukti imbalan dapat membuat kader menjadi lebih giat
18,5%, status gizi buruk 1,32% dan rata-rata balita yang naik timbangannya (N/D) adalah
60,49%, nilai-nilai ini masih berada di bawah Kecamatan lain di Kabupaten Magelang.
Menurut Trintrin (2003), prevalensi gizi kurang pada anak balita yang masih tinggi
Hasil survei pendahuluan bulan September 2006 oleh peneliti dibantu ahli gizi
kader gizi yang diuji coba melakukan penimbangan ternyata 15 (62,5%) kader gizi tidak
melakukan penimbangan balita sesuai prosedur dan 17 (70,8%) kader gizi tidak dapat
Selama ini kader telah memperoleh pelatihan dasar dan penyegaran tentang
kegiatan pelayanan di Posyandu. Pendekatan yang digunakan dalam pelatihan dasar dan
diberikan secara ceramah dan tanya jawab. Salah satu kelemahan dari metode
merupakan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan mengatasi kelemahan metode
pelatihan Konvensional. Karena metode BBM adalah suatu konsep pendekatan proses
belajar mengajar yang bermula dari masalah. Burhn (1992) dan Sanusi (1991)
menunjukkan bahwa pemilihan masalah dalam metode BBM merupakan masalah yang
dihadapi dalam melaksanakan tugas para peserta, sehingga peserta dapat mandiri untuk
mempergunakan modul sebagai cara penyampaian materi. Materi disusun sedemikian rupa
sehingga peserta aktif dalam mempelajarinya. Pelatih hanya memberikan pengarahan pada
awal pengajaran, dan selanjutnya pelatih berfungsi sebagai nara sumber (Harsono, dkk.,
metode pelatihan yang lain, metode BBM lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan
Posyandu?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum :
masalah terhadap pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan Posyandu
2. Tujuan Khusus :
D. Manfaat Penelitian
Kabupaten Darul Imarah dalam hal metode untuk kegiatan pelatihan kader gizi dalam
Dapat menjadi informasi dan masukan bagi penelitian lain yang ingin
1. Peserta pelatihan
a. Segmentasi
Peserta/ sasaran yang mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah kader posyandu di
lampenereut kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar
Jumlah
Peserta berjumlah 10 orang dari 10 desa di Kecamatan darul imarah Kabupaten aceh
besar
BAB III
TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN
A. Metode
Dalam pelatihan ini direncanakan menggunakan metode ceramah, Studi Kasus, serta
demonstrasi mendeteksi pada balita yang baik dan benar, sebagai kelompok perlakuan dan
juga pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap pengetahuan
dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan posyandu.
Media : Visual (Teks, gambar didukung oleh peralatan laptop, LCD, proyektor,
wayer, dll)
BAB VI
PELAKSANAAN PELATIHAN
A. Persiapan
Sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai program Diklat “pengaruh pelatihan
dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap pengetahuan dan keterampilan kader
gizi dalam kegiatan posyandu maka metode diklat yang paling sesuai dalam proses belajar
mengajar adalah metode pembelajaran untuk orang dewasa, dimana peserta diklat dipacu
berpartisipasi secara aktif dengan jalan saling asah, saling asih, dan saling asuh di antara
peserta.
Dalam penerapan pendekatan ini, perlu dipahami hal – hal sebagai berikut :
1. Para peserta diperlakukan sebagai seorang dewasa, dan bukan sebagai anak – anak.
2. Peserta dilibatkan dalam proses belajar mengajar melalui komunikasi dua arah, sehingga
memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pikiran dan pengalamannya
serta menunjukkan kemampuan penerapan aplikasi program dan sistem informasi yang
diterapkan oleh instansi peserta.
3. Kekayaan pengalaman peserta merupakan potensi positif untuk sumber kegiatan belajar
mengajar yang berorientasi pada masalah – masalah aktual yang dihadapi peserta dalam
organisasi untuk dicarikan pemecahannya.
Berdasarkan pendekatan tersebut, maka metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar Diklat “pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap
pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan posyandu.
- Ceramah
Metode ceramah digunakan dalam proses belajar mengajar yang dikombinasikan dengan
tanya jawab, diskusi dan latihan (peragaan).
- Demonstrasi dan Peragaan
Metode pembelajaran dengan demonstrasi dan peragaan digunakan untuk mempersiapkan
peserta dalam merencanakan dan melaksanakan latihan penerapan suatu pengetahuan atau
keterampilan dalam rangka pendalaman materi.
- Praktikum
Peserta diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh selama diklat. Dengan praktikum ini peserta diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilannya dalam rangka pendalaman materi. Untuk alur pelaksanaan
pendidkikan dan pelatihan kader posyandu dalam mendeteksi dini pada balita gizi dan ibu-
ibu untuk memantau tumbuh kembang anak kurang pada balita dapat dilihat pada jadwal
acara (terlampir).
C. Penilaian
Pada pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kader posyandu dalam pengisian Kartu
Menuju Sehat (KMS) akan diadakan pre test dan post test, untuk menilai sejauh mana
peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu sesudah mengikuti pelatihan (Form
pre test dan post terlampir).
BAB VII
ANGGARAN BIAYA
Untuk pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan kader posyandu dalam kegiatan pada balita
membutuhkan Biaya sebesar Rp. 1.550.000(Terlampir)
BAB VIII
SUMBER DANA
Sumber dana kegiatan Pendidikan dan Pelatihan kader posyandu dalam deteksi balita gizi
dan ibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang anak kurang pada balita berasal dari desa lagang
kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar dan Jurusan Gizi.
BAB IX
PANITIA PELAKSANAAN
Susunan panitia Pendidikan dan Pelatihan kader posyandu dalam mendeteksi pada balita
dibentuk dengan beranggotakan mahasiswa Jurusan Gizi. (Terlampir)
BAB X
PENUTUP
Demikian Proposal ini kami buat, segala sesuatu yang belum tercantum dalam proposal
ini akan ditentukan kemudian oleh panitia pelaksana. Semoga dengan dukungan dan partisipasi
dari semua pihak, acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan dan memenuhi tujuan
yang ingin dicapai. Amin.