Anda di halaman 1dari 18

PENGARUH PELATIHAN DENGAN METODE BELAJAR

BERDASARKAN MASALAH TERHADAP PENGETAHUAN


DAN KETERAMPILAN KADER GIZI DALAM KEGIATAN
POSYANDU

DI
S
U
S
U
N
OLEH:
HASRINA YUS
PO7131216015
D-IV / TINGKAT III

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES ACEH
JURUSAN GIZI BANDA ACEH
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemantauan pertumbuhan dan status gizi anak di masyarakat telah dilaksanakan di

Indonesia sejak Tahun 1978 melalui Program Usaha

Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK). Perkembangan selanjutnya kegiatan UPGK

diintegrasikan dalam Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Posyandu mempunyai peran

penting sebagai salah satu kegiatan sosial bagi ibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang

anak (Satoto dkk, 2002 : 17-23). Tujuan Posyandu adalah mempercepat penurunan angka

kematian bayi dan anak balita, di samping itu Posyandu merupakan strategi yang tepat

untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak dalam kandungan sampai usia balita dan

untuk membina tumbuh kembang anak secara sempurna baik fisik maupun mental

(Departemen Dalam Negeri RI, 2001).

Krisis ekonomi pada tahun 1997 berdampak pada kegiatan Posyandu, jumlah

kunjungan balita di Posyandu yang semula diperkirakan 60 – 70 persen menurun menjadi

30 – 40 persen. Hal ini sebagai indikator menurunnya partisipasi masyarakat untuk

membawa balitanya ke Posyandu. (Departemen Kesehatan RI, 2000 : 4 – 5). Salah satu

penyebab terjadinya kasus gizi kurang pada masyarakat adalah kurang berfungsinya

lembaga lembaga sosial dalam masyarakat, seperti Posyandu sehingga berakibat

pemantauan gizi pada anak dan ibu hamil tidak berjalan sebagaimana mestinya

(Soekirman, 2000 : 8).


Hasil penelitian tahun 2002, pada 72 Posyandu di Jawa Barat dan Jawa Tengah

menunjukkan hanya sekitar 30% kegiatan Posyandu

dilaksanakan dengan benar. Tingkat kemampuan, ketelitian dan akurasi data yang

dikumpulkan kader masih rendah, serta 90% kader membuat kesalahan. Salah satu

kesalahan kader yang paling sering dijumpai adalah teknik penimbangan yang kurang

tepat. Lebih jauh lagi, hanya 40,7% kader yang tahu manfaat Kartu Menuju Sehat (KMS)

untuk konseling gizi. Agar kader di Posyandu dapat melakukan penimbangan lebih akurat,

perlu pelatihan dan supervisi yang memadai serta penggantian kader yang minimal (Satoto

dkk, 2002 : 17 - 23).

Kelancaran kegiatan Posyandu diduga sangat erat kaitannya dengan keaktifan

kader sebagai pelaksananya (Depdagri, 1999). Oleh karena itu, kegiatan pendidikan dan

pelatihan pada kader gizi di Posyandu dengan pendekatan pelatihan penimbangan dan

pencatatan pertumbuhan berat badan anak pada KMS serta mengartikan KMS dengan

baik, merupakan kunci keberhasilan Posyandu (Soekirman, 2001).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Bina Gizi Masyarakat dan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) 1998, didapatkan bahwa

pembinaan kader merupakan sarana penting dalam peningkatan pengetahuan dan

keterampilan kader dalam kegiatan Posyandu. Kader yang terampil akan sangat membantu

dalam pelaksanaan kegiatan Posyandu, sehingga informasi dan pesan-pesan gizi akan

dapat dengan mudah disampaikan kepada masyarakat.

Berdasarkan Laporan Bulanan Puskesmas Tempuran Tahun 2005, keadaan di

Kecamatan Tempuran terdiri dari 15 desa dengan jumlah Posyandu 72 buah berstratifikasi

Posyandu Madya yaitu Posyandu yang perlu ditingkatkan kinerjanya dengan pelatihan
ulang. Revitalisasi Posyandu sudah dilaksanakan tahun 2005 pada 197 orang kader. Kader

yang aktif cukup banyak yaitu 164 orang dengan motivasi yang baik, karena ada

pemberian imbalan berupa pelayanan kesehatan secara cuma-cuma. Menurut hasil

penelitian Notoatmodjo (1995) terbukti imbalan dapat membuat kader menjadi lebih giat

dalam melaksanakan tugasnya. Di Kecamatan Tempuran prevalensi status gizi kurang

18,5%, status gizi buruk 1,32% dan rata-rata balita yang naik timbangannya (N/D) adalah

60,49%, nilai-nilai ini masih berada di bawah Kecamatan lain di Kabupaten Magelang.

Menurut Trintrin (2003), prevalensi gizi kurang pada anak balita yang masih tinggi

merupakan cerminan pemantauan pertumbuhan balita yang belum optimal di Posyandu.

Hasil survei pendahuluan bulan September 2006 oleh peneliti dibantu ahli gizi

Puskesmas Tempuran yang melakukan pengamatan pada 7 (tujuh) Posyandu di

Kecamatan Tempuran. Hasil studi pendahuluan tersebut menunjukkan bahwa dari 24

kader gizi yang diuji coba melakukan penimbangan ternyata 15 (62,5%) kader gizi tidak

melakukan penimbangan balita sesuai prosedur dan 17 (70,8%) kader gizi tidak dapat

mengisi KMS dengan benar.

Selama ini kader telah memperoleh pelatihan dasar dan penyegaran tentang

kegiatan pelayanan di Posyandu. Pendekatan yang digunakan dalam pelatihan dasar dan

penyegaran kader tersebut adalah pendekatan Konvensional, yaitu pelatihan yang

diberikan secara ceramah dan tanya jawab. Salah satu kelemahan dari metode

Konvensional adalah hanya meningkatkan pengetahuan, tetapi tidak meningkatkan

keterampilan peserta latih (Balai Pelatihan Kesehatan Salaman, 1997 : 23).

Menurut Sanusi (1991), metode pelatihan Belajar Berdasarkan Masalah (BBM)

merupakan salah satu alternatif yang dapat dipergunakan mengatasi kelemahan metode
pelatihan Konvensional. Karena metode BBM adalah suatu konsep pendekatan proses

belajar mengajar yang bermula dari masalah. Burhn (1992) dan Sanusi (1991)

menunjukkan bahwa pemilihan masalah dalam metode BBM merupakan masalah yang

dihadapi dalam melaksanakan tugas para peserta, sehingga peserta dapat mandiri untuk

mencari pemecahan masalahnya. Di samping itu metode BBM

mempergunakan modul sebagai cara penyampaian materi. Materi disusun sedemikian rupa

sehingga peserta aktif dalam mempelajarinya. Pelatih hanya memberikan pengarahan pada

awal pengajaran, dan selanjutnya pelatih berfungsi sebagai nara sumber (Harsono, dkk.,

1996 : 22 – 27). Hasil penelitian Virgilio (1993), menunjukkan bahwa dibandingkan

metode pelatihan yang lain, metode BBM lebih efektif untuk meningkatkan keterampilan

petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya. Dengan demikian tujuan pelatihan

menggunakan metode BBM dapat meningkatkan keterampilan kader sehingga kinerja

Posyandu meningkat dan berdampak pada peningkatan status gizi balita.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan adakah

pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah

(BBM) terhadap pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan

Posyandu?.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan

masalah terhadap pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan Posyandu

di Kecamatan Darul Imarah kabupaten Aceh besar

2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah

terhadap pengetahuan kader gizi dalam kegiatan Posyandu.

b. Mengetahui pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah

terhadap keterampilan kader gizi dalam kegiatan Posyandu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi Pemerintah :

Memberikan masukan bagi Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan

Kabupaten Darul Imarah dalam hal metode untuk kegiatan pelatihan kader gizi dalam

pengelolaan pelayanan Posyandu.


2. Bagi Peneliti

Sebagai bagian tugas peneliti dalam kegiatan di bidang pendidikan dan

pelatihan serta pengabdian kepada masyarakat

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat menjadi informasi dan masukan bagi penelitian lain yang ingin

melakukan penelitian tentang pengaruh metode pelatihan terhadap pengetahuan dan

keterampilan kader gizi dalam kegiatan Posyandu.


BAB II
PESERTA/ SASARAN DIKLAT

1. Peserta pelatihan
a. Segmentasi
Peserta/ sasaran yang mengikuti pendidikan dan pelatihan adalah kader posyandu di
lampenereut kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar
Jumlah
Peserta berjumlah 10 orang dari 10 desa di Kecamatan darul imarah Kabupaten aceh
besar
BAB III
TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

Pelatihan ini direncanakan pada :


1. Hari : Senin
2. Tanggal : 01 april 2019
3. Pukul : 08.00 s/d 12.30 Wib
4. Tempat : Ruang pelatihan/ IGD Puskesmas Darul imarah
BAB IV
MATERI DIKLAT

Materi yang akan disampaikan pada diklat yaitu, tentang : (terlampir)


Materi 1 : Pengertian
Materi 2 : Fungsi KMS
Materi 3 : Bagian – bagian pada KMS
Materi 4 : Langkah – langkah pengisian KMS
Materi 5 : Praktek Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)
BAB V
METODE DAN MEDIA

A. Metode
Dalam pelatihan ini direncanakan menggunakan metode ceramah, Studi Kasus, serta
demonstrasi mendeteksi pada balita yang baik dan benar, sebagai kelompok perlakuan dan
juga pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap pengetahuan
dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan posyandu.
Media : Visual (Teks, gambar didukung oleh peralatan laptop, LCD, proyektor,
wayer, dll)
BAB VI
PELAKSANAAN PELATIHAN

A. Persiapan

Untuk menjamin kualitas penyelenggaraan program, Penyelenggara Diklat “Tenaga


pemateri sesuai dengan tujuan dan sasaran diklat.

1. Sarana, prasarana, dan alat bantu.


2. Ruang untuk pelaksanaan diklat.
3. Peserta.
4. Jumlah tenaga administrasi yang mempunyai kompetensi untuk mengelola program.
5. Menyusun proposal (Pre-Planning) Pelatihan kader posyandu di Kecamatan darul
imarah
6. Membentuk panitia Pelatihan kader posyandu dalam mendeteksi untuk mengetahui
pengaruh pelatihan dengan metode BBM terhadap pengetahuan dan keterampilan
kader gizi dalam kegiatan Posyandu di pada balita.
7. Melakukan koordinasi untuk menentukan waktu pelaksanaan pertemuan pada bagian
diklat.
8. Melakukan koordinasi dan perizinan untuk tempat pelatihan.
9. Menyiapkan undangan peserta dan mendistribusikannya.
10. Menyiapkan soal pre dan post test.
11. Menyiapkan ATK ( pulpen).
12. Menyiapkan perlengkapan (Meja, Kursi, sound, LCD, dll).
13. Menyediakan Form biodata peserta (terlampir).
14. Menyediakan biodata narasumber (terlampir).
15. Daftar hadir/ buku absensi (terlampir)
16. Menyediakan materi Pelatihan kader posyandu dalam bertujuan untuk mengetahui
pengaruh pelatihan dengan metode BBM terhadap pengetahuan dan keterampilan
kader gizi dalam kegiatan Posyandu
B. Pelaksanaan

Sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai program Diklat “pengaruh pelatihan
dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap pengetahuan dan keterampilan kader
gizi dalam kegiatan posyandu maka metode diklat yang paling sesuai dalam proses belajar
mengajar adalah metode pembelajaran untuk orang dewasa, dimana peserta diklat dipacu
berpartisipasi secara aktif dengan jalan saling asah, saling asih, dan saling asuh di antara
peserta.
Dalam penerapan pendekatan ini, perlu dipahami hal – hal sebagai berikut :
1. Para peserta diperlakukan sebagai seorang dewasa, dan bukan sebagai anak – anak.
2. Peserta dilibatkan dalam proses belajar mengajar melalui komunikasi dua arah, sehingga
memberi kesempatan kepada peserta untuk menyumbangkan pikiran dan pengalamannya
serta menunjukkan kemampuan penerapan aplikasi program dan sistem informasi yang
diterapkan oleh instansi peserta.
3. Kekayaan pengalaman peserta merupakan potensi positif untuk sumber kegiatan belajar
mengajar yang berorientasi pada masalah – masalah aktual yang dihadapi peserta dalam
organisasi untuk dicarikan pemecahannya.

Berdasarkan pendekatan tersebut, maka metode yang digunakan dalam proses belajar
mengajar Diklat “pengaruh pelatihan dengan metode belajar berdasarkan masalah terhadap
pengetahuan dan keterampilan kader gizi dalam kegiatan posyandu.

- Ceramah
Metode ceramah digunakan dalam proses belajar mengajar yang dikombinasikan dengan
tanya jawab, diskusi dan latihan (peragaan).
- Demonstrasi dan Peragaan
Metode pembelajaran dengan demonstrasi dan peragaan digunakan untuk mempersiapkan
peserta dalam merencanakan dan melaksanakan latihan penerapan suatu pengetahuan atau
keterampilan dalam rangka pendalaman materi.
- Praktikum
Peserta diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang
diperoleh selama diklat. Dengan praktikum ini peserta diharapkan dapat mengembangkan
kemampuan dan keterampilannya dalam rangka pendalaman materi. Untuk alur pelaksanaan
pendidkikan dan pelatihan kader posyandu dalam mendeteksi dini pada balita gizi dan ibu-
ibu untuk memantau tumbuh kembang anak kurang pada balita dapat dilihat pada jadwal
acara (terlampir).

C. Penilaian

Pada pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kader posyandu dalam pengisian Kartu
Menuju Sehat (KMS) akan diadakan pre test dan post test, untuk menilai sejauh mana
peningkatan pengetahuan dan keterampilan kader posyandu sesudah mengikuti pelatihan (Form
pre test dan post terlampir).
BAB VII
ANGGARAN BIAYA

Untuk pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan kader posyandu dalam kegiatan pada balita
membutuhkan Biaya sebesar Rp. 1.550.000(Terlampir)
BAB VIII
SUMBER DANA

Sumber dana kegiatan Pendidikan dan Pelatihan kader posyandu dalam deteksi balita gizi
dan ibu-ibu untuk memantau tumbuh kembang anak kurang pada balita berasal dari desa lagang
kecamatan darul imarah kabupaten aceh besar dan Jurusan Gizi.
BAB IX
PANITIA PELAKSANAAN

Susunan panitia Pendidikan dan Pelatihan kader posyandu dalam mendeteksi pada balita
dibentuk dengan beranggotakan mahasiswa Jurusan Gizi. (Terlampir)
BAB X
PENUTUP

Demikian Proposal ini kami buat, segala sesuatu yang belum tercantum dalam proposal
ini akan ditentukan kemudian oleh panitia pelaksana. Semoga dengan dukungan dan partisipasi
dari semua pihak, acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan dan memenuhi tujuan
yang ingin dicapai. Amin.

Anda mungkin juga menyukai