Disusun Oleh:
Kelompok 10
Fadhlan Hakiki 1102011092
Emiria Andini 1102013096
Frili Adria 1102013115
Riesha Amanda F 1102013250
Pembimbing:
Dr. Dini Widianti, MKK, DiplDK
Pembimbing
Assalammualaikum, Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat dan karunianya sehingga bisa menyelesaikan tugas
intervensi komunitas dengan judul “PENGETAHUAN MENGENAI
PENCEGAHAN PENYAKIT DBD PADA KELUARGA BINAAN DI DESA
TEGAL ANGUS” sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Dokter
Muslim di Universitas YARSI.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini.
Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada:
1. Dr. Dini Widianti , MKK, DipIDK , selaku pembimbing, dan staf
pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI
2. dr. Yusnita, M.Kes, selaku kepala bagian dan staf pengajar Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI
Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
LATAR BELAKANG
Jumlah Penduduk
No. Desa / Kelurahan Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Lemo 3.358 3.429 6.787
2 Muara 1.969 1.986 3.955
3 Pangkalan 8.682 8.674 17.356
4 Tanjung Burung 3.971 4.258 8.229
5 Tanjung Pasir 4.989 5.043 10.032
6 Tegal Angus 4.810 4.743 9.553
JUMLAH 27.604 28.133 55.912
1.2.4 Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB3)
Puskesmas Tegal Angus. Didapatkan gambaran pola penyakit yang
terjadi di puskesmas Tegal Angus didapatkan gambaran pola
penyakit yang terjadi di puskesmas pada tahun 2018 menurut
golongan semua umur. Menurut Sistem Pendataan Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) Tegal Angus didapatkan gambaran pola
penyakit yang terjadi di puskesmas Tegal Angus, yaitu :
Posyandu Jumlah
Lemo 6
Muara 6
Pangkalan 10
Tanjung burung 7
Tanjung pasir 9
Tegal Angus 7
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2017
Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat) :
Jumlah posyandu : 45 buah
Jumlah kader posyandu di bina : 225 orang
Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang
Jumlah TOMA : 60 oran
Ketenagaan Puskesmas Tegal Angus
Staf Puskesmas Tegal Angus berjumlah 34 orang dengan status
ketenagaan seperti tercantum dalam tabel di bawah ini :
1 AKBID 0 0 0 0
2 AKPER 0 0 0 0
3 Bidan 8 6 1 15
4 D3 Gizi 1 0 0 1
5 D3 Kesling 0 0 0 0
6 Dokter Gigi 1 0 0 1
7 Dokter Umum 0 2 0 2
8 Honor 0 0 9 9
9 Pekarya 1 0 0 0
10 Perawat 3 2 0 5
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2017
SKALA 1 : 15000
Tabel 1.6. Cakupan Program Wajib Puskesmas Tegal Angus Tahun 2017
PROGRAM PUSKESMAS
Hasil
No. Upaya Kesehatan Wajib
Cakupan
1 Upaya Promosi Kesehatan 77.04%
2 Upaya Kesehatan Lingkungan 79.37%
3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak/ KB 91.87%
4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 93.37%
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
5 Menular 118.37%
6 Upaya Pengobatan 131.30%
RATA-RATA PROGRAM WAJIB 98.55%
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2017
Hasil
No. Upaya Kesehatan Pengembangan
Cakupan
1 Puskesmas Rawat Inap 0.00%
2 Upaya Kesehatan Mata (Pencegahan Kebutaan) 53.43%
3 Upaya Kesehatan Telinga (Pencegahan Gangguan 6.88%
Pendengaran)
4 Upaya Kesehatan Jiwa 68.81%
5 Upaya Kesehatan Olah Raga 0.00%
6 Upaya Kesehatan Penanggulangan Penyakit Gigi 90.71%
7 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
8 Binaan Kesehatan Tradisional 100.00%
RATA-RATA PROGRAM
PENGEMBANGAN 63.97%
RATA-RATAPENCAPAIAN PROGRAM
PUSKESMAS 81.26%
C. Perilaku Masyarakat
A. Data Keluarga
Keluarga Tn. Marta terdiri dari dua anggota keluarga yaitu, Ny.
Sanih selaku istrinya dan satu anaknya bernama Gunawan. Tn.
Marta hanya menikah satu kali dan baru dikaruniai satu orang
anak laki-laki.
Keluarga Tn. Marta bertempat tinggal di Desa Pangkalan RT 09
/ RW 03 Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten. Tn. Marta saat ini berusia 60 tahun dan
bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan kurang
dari Upah Minimum Regional yaitu berkisar Rp. 1. 500.000.
Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari berupa
untuk keperluan dapur, pembayaran listrik, dan kebutuhan
rumah tangga. Ny. Sanih istri dari Tn. Marta bekerja sebagai
pedagang sayuran di rumahnya, dengan penghasilan dibawah
Upah Minimum Regional berkisar Rp. 800.000 . Uang tersebut
digunakan untuk membantu menambah kebutuhan sehari-hari.
Tn. Marta memiliki satu anak laki-laki yang juga sudah bekerja
sebagai pegawai swasta dan sudah memiliki penghasilan yang
juga kurang dari Upah Minimum Regional yaitu berkisar Rp. 1.
700.000 . Uang tersebut juga digunakan untuk membantu
mencukupi keperluan sehari-hari.
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Marta terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau harus menggunakan kendaraan
kurang lebih 15 menit dari Puskesmas Tegal Angus. Aksesnya
hanya bisa dilalui oleh motor karena jalan menuju rumah sempit
dan pada pinggir jalan terdapat persawahan. Di sekeliling rumah
masih banyak kaleng bekas dan sampah yang berserakan dan tidak
terdapat selokan untuk menampung air hujan.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Marta mempunyai kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari-hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn. Marta
selalu mengkonsumsi sayuran, daging, namun jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Biasanya Ny. Sanih selalu
membawakan bekal untuk Tn. Marta dan anaknya Gunawan ketika
mereka berangkat bekerja.
C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Usman terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau, harus berjalan kaki kurang lebih
dari 5 menit dari jalan utama tanjung pasir. Akses nya hanya bisa
dilalui oleh motor karena jalan menuju rumah sempit dan pada
pinggir jalan terdapat saluran air untuk persawahan. Saluran air
tersebut terkadang dipakai untuk warga sekitar untuk Jamban
umum dan Mencuci pakaian. Dibelakang rumah beliau, terdapat
kubangan saluran pembuangan namun air pembuangannya tidak
mengalir sehingga menghasilkan bau tidak sedap. Disekeliling
rumah tidak terdapat selokan untuk menampung air hujan.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Usman memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn. Usman
selalu mengkonsumsi sayuran, daging, namun jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Biasanya Tn. Usman selalu
membawa bekal untuk dimakan di sawah sewaktu jam istirahat
makan siang.
A. Data Keluarga
Keluarga binaan Tn. Atin terdiri dari dua anggota keluarga yang terdiri dari
istrinya Ny. Samih
C. Lingkungan permukiman
Rumah Tn. Atin terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau harus melewati jalan setapak.
Akses nya hanya bisa dilalui oleh motor dan mobil satu arah
karena jalan menuju rumah sempit dan pada pinggir jalan terdapat
persawahan.
D. Pola Makan
Keluarga tn. Atin memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn. Atin
selalu mengkonsumsi sayuran, tahu dan tempe, dan buah-buahan.
Ny. Samih, istri tn. Atin tidak memiliki riwayat penyakit. Ny.
Samih juga jarang berobat ke puskemas dan tidak pernah
mengikuti pengobatan gratis. Tidak ada riwayat dirawat di rumah
sakit pada anaknya.
No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 4 x 5 m2
2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 3 x 2 m2. Satu kamar tidur
berukuran 2 x 2 m2. Dapur Tn. Atin berukuran 2 x 2
m2. Terdapat 1 kamar mandi.
C Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Sayuti terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau, harus berjalan kaki kurang lebih
dari 5 menit dari jalan utama tanjung pasir. Akses nya hanya
bisa dilalui oleh motor karena jalan menuju rumah sempit dan
pada pinggir jalan terdapat saluran air yang tidak berfungsi
karena banyak tumpukan sampah. Saluran air tersebut terkadang
dipakai untuk warga sekitar untuk Jamban umum. Didekat
rumah beliau sekitar 15m terdapat lahan kosong yang digunakan
warga sebagai tempat pembuangan sampah, tumpukan sampah
tersebut berada ditengah komplek penduduk yang padat
sehingga sampah-sampah tersebut tidak dapat dipindahkan oleh
dinas kebersihan setempat. Saluran pembuangan disekitar rumah
pun nampak banyak dipenuhi sampah-sampah kaleng dan
pelastik sehingga air pembuangannya tidak mengalir dan
menghasilkan bau tidak sedap. Disekeliling rumah tidak terdapat
selokan untuk menampung air hujan.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Sayuti memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn.
Sayuti selalu mengkonsumsi sayuran, namun jarang
mengkonsumsi daging dan buah-buah. Biasanya Tn. Sayuti
selalu membawa bekal untuk dimakan di pabrik sewaktu jam
istirahat makan siang.
Artinya :
“ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan
tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari ( akibat ) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar ) (41)
Katakanlah (Muhammad), “ Berpergilah di bumi lalu lihatlah
bagaimana kesudahan orang-orang dahulu, kebanyakan dari
mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)
“(42).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Faktor Internal
1) Intelegensia
Intelegensia merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Secara umum, orang dengan intelegensi yang lebih tinggi biasanya akan lebih
mudah meneria suatu informasi atau pesan (Notoatmodjo, 2003).
2) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula (Notoatmodjo, 2003).
3) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
mengetahui kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu (Notoatmodjo, 2003).
4) Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur, tingkat
kemampuan dan kematangan seseorang akan lebih tinggi dalam berpikir dan
menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berumur
lebih tua tidak mutlak memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan seseorang yang lebih muda (Notoatmodjo, 2003).
5) Tempat tinggal
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis demam berdarah lebih sering
menemukan kasus demam berdarah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Sehingga masyarakat di daerah tersebut seharusnya memiliki tingkat
kewaspadaan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah non endemis. Hal ini
juga berhubungan dengan informasi yang didapat seseorang di daerah
endemis demam berdarah akan lebih sering mendapatkan penyuluhan
kesehatan bila dibandingkan dengan daerah non endemis (Notoatmodjo,
2003).
6) Pekerjaan
Pekerjaan memiliki pengaruh pada pengetahuan seseorang. Lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya,
seseorang yang mempunyai pekerjaan di bidang kesehatan lingkungan
tetntunya akan lebih memahami bagaimana cara menjaga kesehatan di
lingkungannya, termasuk cara memberantas sarang nyamuk demam berdarah
jika dibandingan dengan orang yang bekerja diluar bidang kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
7) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik,
dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa
depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga dengan status
ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2003).
b. Faktor Eksternal
1) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. Pemerintah
memegang peranan penting dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang
mengenai demam berdarah baik itu melalui penyuluhan kesehatan maupun
program- program yang diadakan untuk mencegah DBD, misalnya program
PSN Plus, pembentukan unit Pokja (kelompok kerja), Pokjanal (kelompok
kerja fungsional) di tingkat desa/ kelurahan maupun jumantik (juru pemantau
jentik) (Notoatmodjo, 2003).
2) Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau rendah. Sosial termasuk di
dalamnya pandangan agama, kelompok etnis dapat mempengaruhi proses
pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk
memperkuat kepribadiannya (Notoatmodjo, 2003).
3) Informasi/ media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, termasuk penyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Catatan:
Takaran penggunaan bubuk abate adalah sebagai berikut:
Untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate atau 10 gram untuk 100 liter
dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan. Satu
sendok makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10 gram abate. Anda
tinggal membaginya atau menambahnya sesuai banyaknya air yang akan
diabatisasi. Takaran tak perlu tepat betul. Abate dapat dibeli di apotek-apotek.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (PLUS) yaitu:
1. Ganti air vas bunga, minuman burung, dan tempat-tempat lainnya
seminggu sekali
2. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
3. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain
dengan tanah
4. Bersihkan/keringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air
seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya.
5. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain
sebagainya.
6. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala
timah, ikan tempalo, ikan nila, ikan guvi dan lain-lain
7. Pasang kawat kasa
8. Jangan menggantung pakaian di dalam rumah
9. Tidur menggunakan kelambu
10. Atur pencahayaan dan ventilasi yang memadai
11. Gunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk
12. Lakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya temephos
di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air
13. Menggunakan ovitrap, larvitrap maupun Mosquito trap
14. Menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti: lavender, kantong
semar, sereh, zodia, geranium dan lain-lain (Kesehatan RI, 2013)
a. Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian
larvasida ini dapat menekan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2
bulan. Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah
temephos, piriproksifen, metopren, dan bacillus thuringensis.
1. Temephos
Temephos 1% berwarna kecokelatan, terbuat dari pasir yang dilapisi
dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah
sesuai dengan yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak
menimbulkan keracunan. Jika dimasukkan dalam air, maka sedikit
demi sedikit zat kimia itu akan larut secara merata dan membunuh
semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air
tersebut. Dosis penggunaan temephos adalah 10 gram untuk 100 liter
air. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan peres
(yang diratakan di atasnya). Pemberian temephos ini sebaiknya diulang
penggunaannya setiap 2 bulan.
2. Metropen 1,3%
Metropen 1,3% berbentuk butiran seperti gula pasir berwarna hitam
arang. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia dan tidak
menimbulkan keracunan. Metropen tersebut tidak menimbulkan bau
dan mengubah warna air dan dapat bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia
ini akan menghambat/membunuh jentik sehingga tidak menjadi
nyamuk. Dosis penggunaan adalah 2,5 gram untuk 100 liter air.
Penggunaan metropen 1,3% diulangi setiap 3 bulan.
3. Piriproksifen 0,5%
Piriproksifen ini berbentuk butiran berwarna cokelat kekuningan.
Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia, hewan dan
lingkungan serta tidak menimbulkan keracunan. Air yang ditaburi
piriproksifen tidak menjadi bau, tidak berubah warna dan tidak korosif
terhadap tempat penampungan air yang terbuat dari besi, seng dan
lain-lain. Piriproksifen larut dalam air kemudian akan menempel pada
dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan. Zat
kimia ini akan menghambat pertumbuhan jentik sehingga tidak
menjadi nyamuk. Dosis penggunaan piriproksifen adalah 0,25 gram
untuk 100 liter air. Apabila tidak ada takaran khusus yang tersedia bisa
menggunakan sendok kecil berukuran kurang lebih 0,5 gram.
4. Bacillus Thuringiensis
Bacillus thuringiensis (BTi) sebagai pembunuh jentik
nyamuk/larvasida yang tidak mengganggu lingkungan. Bti terbukti
aman bagi manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis
normal. Keunggulan Bti adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa
menyerang predator entomophagus dan spesies lain. Formula Bti
cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah, karena itu
dianjurkan pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar
dan rusak oleh sinar matahari (Kesehatan RI, 2013).
b. Fogging (Pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakan
insektisida (racun serangga). Melakukan pengasapan saja tidak cukup,
karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja.
Jentik nyamuk tidak mati dengan pengasapan. Selama jentik tidak
dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat
perkembangbiakannya. Ada beberapa jenis insektisida yang dapat
digunakan sebagaimana dalam tabel 1 di bawah ini. (Kesehatan RI, 2013)
Dan di bumi terdapat tanda bagi kaum yang berfikir. Dan dalam diri kalian,
mengapa engkau tidak memperhatikan-nya (QS Al-Dzariyat : 20-21)
Ajaran Islam sangat menekankan penggunaan akal, menjaga dan
mengefektifkannya termasuk salah satu dari lima kemaslahatan yang merupakan
tujuan syariat Islam (Maqashidusy Syariah). Hadis-hadis Nabi saw. yang berisi
anjuran kepada umat Islam agar menuntut ilmu, misalnya :
َ ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي
ضةٌ َعلَى ُك ِِّل ُم ْس ِلم ُ َطل
َ
‘Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim’(HR. Ibn ‘Aday, al-Baihaqi, dan at-
Thabarani dari al-Husain bin ‘Ali, Ibnu Abbas, dan Ibn Mas’ud; Ibnu Majah, dan
Ibn ‘Abd al-Bar dari Anas).
ِين ِ اطلُبُوا ال ِعل َِم َولَوِ ِب
ِ الص
‘Carilah ilmu meski hingga ke negeri Cina’(HR. al-’Uqaili, Ibnu ‘Aday, al-
Baihaqi, dan Ibn ‘Abd al-Barr dari Anas).
Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian
merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya
baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang
menyenangkannya. Sebagaimana firman Allah SWT :
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga)
kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan
yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan (Ali
‘Imran(3) : 186)
a. Menguras
b. Menutup
c. Mengubur dan membersihkan barang bekas
d. Mengganti
e. Menaburkan
ُّ ظافَةُ َك ِر ْي ٌم يُ ِح
ب َ َب الن
ُّ ْف يُ ِح
ٌ ب ن َِظي َ ب
َ ِِّالطي ُّ ِّب يُ ِح
ٌ ِطيَ ا َِن ﷲَتَ َعالَى
﴾﴿رواﻩ التِّرمذى٠ َظفُ ْﻮااَ ْفنِ َيتَ ُك ْمَ ب ْال ُج ْﻮدَ فَنُّ ْال َك َر َم َج َﻮادٌ يُ ِح
“Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan, bahwasanya Allah itu bersih,
menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha
Indah menyukai keindahan, karena itu bersihkan tempat-tempatmu”. (HR. Al-
Turmudzi)
Faktor Internal :
1. Jasmani
2. Rohani
Teori Pengetahuan
Faktor Eksternal :
1. Pendidikan
2. Paparan Media Massa
3. Status Ekonomi
4. Hubungan Sosial
5. Pengalaman
METODE PENELITIAN
No Tanggal Kegiatan
1 Selasa, 10/7/2018 a. Datang ke Puskesmas Tegal Angus dan
Perkenalan dengan dokter pembimbing
puskesmas
b. Perkenalan dengan Keluarga Binaan
2 Rabu, 11/7/2018 a. Melihat data sekunder dari Puskesmas Tegal
Angus
b. Mengikuti kegiatan di Puskesmas Tegal
Angus berupa Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga
c. Melakukan wawancara singkat pada masing-
masing keluarga binaan untuk mengambil
data umum dan menentukan area masalah
d. Melakukan pre-survei dengan kuesioner yang
dibuat berdasarkan area masalah untuk
menentukan judul diagnosis komunitas
e. Konsultasi dengan dr. Dini
3 Kamis, 12/7/2018 Diskusi kelompok
4 Jumat, 13/7/2018 Diskusi kelompok dan bimbingan dengan dr. Yanuar
pembimbing lapangan di Puskesmas Tegal Angus
5 Sabtu, 14/7/2018 a. Diskusi Kelompok dan bimbingan dengan dr.
Husna pembimbing lapangan di Puskesmas
Tegal Angus
b. Konsultasi dengan dr. Dini
6 Minggu, 15/7/2018 Diskusi kelompok
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di RT 009/RW 03, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juli
2018.
5.1 Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan
ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Pangkalan RT 009
dan RW 03, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta
menetapkan area masalah yaitu “Pengetahuan mengenai penyakit
DBD Pada Keluarga Binaan di RT 009 RW 003 Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”
5.2 Saran
Nama :…………………………………..
Alamat :…………………………………..
Umur :…………………………………..
Status dalam keluarga :…………………………………..
Pekerjaan :…………………………………..
Pendidikan terakhir :…………………………………..
Apakah terdapat anggota keluarga yang menderita demam berdarah selama kurun
waktu
1 tahun ?
a. Ya, yaitu..........................................
b. Tidak
8. Bagaimana cara mencegah penyakit demam berdarah ? (boleh lebih dari satu
jawaban)
a. Menguras bak mandi secara teratur minimal 1 minggu sekali (2)
b. Menutup tempat penyimpanan air yang dapat menjadi tempat berkembang
biak nyamuk (2)
c. Mengubur / membersihkan barang bekas yang dapat menampung air
(kaleng bekas, botol bekas, wadah plastik bekas, ban bekas, dan lain-lain) ( 2 )
d. Memberikan insektisida pembunuh larva nyamuk (contoh : abate) pada
tempat penyimpanan air / bak mandi setiap 3-4 bulan sekali (2)
e. Menanami kolam dengan ikan pemakan jentik nyamuk (contoh : ikan adu /
ikan cupang) (2)
f. Tidak tahu (0)
10. Pengetahuan yang anda dapat mengenai demam berdarah didapat dari :
a. Tetangga (10)
b. Pemerintah (10)
c. Dokter (10)
d. Mantri (10)
e. Puskesmas (10)
Indikator Penilaian :
II. SIKAP
3. Apakah anda setuju bila diadakan upaya pencegahan penyakit demam berdarah
secara berkala / rutin di lingkungan tempat tinggal ibu ?
a. Setuju, alasan................................................................................. (10)
b. Tidak setuju, alasan....................................................................... ( 0 )
c. Tidak tahu (0)
10. Menurut anda bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan untuk mencegah
demam
berdarah?
a. Memperhatikan kesehatan diri dan melakukan 3M (10)
b. Memperhatikan kesehatan diri saja (0)
c. Cukup dengan melakukan 3M (0)
d. Tidak tahu (0)
Indikator Penilaian :
Jawaban Benar : 10
Jawaban Salah : 0
III. PERILAKU
5. Apakah keluarga anda menutup jendela / lubang angin / pintu dengan kawat
anti
nyamuk ?
a. Ya, alasan......................................................................... (10)
b. Tidak, alasan..................................................................... (0)
10. Bagaimana cara pembuangan sampah yang selama ini dilakukan oleh anda?
a. Diangkut / dikumpulkan secara rutin oleh petugas kebersihan (10)
b. Dibakar / dikubur secara rutin di lingkungan sekitar rumah (0)
c. Dibuang ke sungai (0)
Indikator penilaian :
Jawaban benar : 10
Jawaban salah : 0
PENILAIAN VARIABEL
LAMPIRAN II