Anda di halaman 1dari 80

DIAGNOSA KOMUNITAS

PENGETAHUAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT


DBD PADA KELUARGA BINAAN DI DESA PANGKALAN RT
09 RW 03 KELURAHAN TEGAL ANGUS KECAMATAN
TELUK NAGA KABUPATEN TANGERANG PROVINSI
BANTEN

Disusun Oleh:
Kelompok 10
Fadhlan Hakiki 1102011092
Emiria Andini 1102013096
Frili Adria 1102013115
Riesha Amanda F 1102013250

Pembimbing:
Dr. Dini Widianti, MKK, DiplDK

Kepaniteraan Kedokteran Komunitas


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran
Universitas Yarsi
Juni 2018
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas dengan judul


“PENGETAHUAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT DBD PADA
KELUARGA BINAAN DI DESA PANGKALAN RT 09 RW 03
KELURAHAN TEGAL ANGUS KECAMATAN TELUK NAGA
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN” periode 02 Juli – 03
Agustus 2018 telah disetujui oleh pembimbing untuk dipublikasikan dalam
rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas,
Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, Juli 2018

Pembimbing

Dr. Dini Widianti, MKK, DipIDK


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum, Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala nikmat dan karunianya sehingga bisa menyelesaikan tugas
intervensi komunitas dengan judul “PENGETAHUAN MENGENAI
PENCEGAHAN PENYAKIT DBD PADA KELUARGA BINAAN DI DESA
TEGAL ANGUS” sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Dokter
Muslim di Universitas YARSI.
Penulis memohon maaf atas segala kekurangan dalam penyusunan tugas ini.
Penulis juga mengucapakan terima kasih kepada:
1. Dr. Dini Widianti , MKK, DipIDK , selaku pembimbing, dan staf
pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI

2. dr. Yusnita, M.Kes, selaku kepala bagian dan staf pengajar Kepaniteraan
Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI

3. dr. Sugma Agung Purbowo, MARS, DipIDK, dr. Rifqatussa’adah,


SKM, M.Kes, dr. Citra Dewi, M.Kes, dr. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes,
M.KK, dr. Dian Mardhiyah, M.KK, dr. Erlina Wijayanti, MPH,
DiplDK , dr. H. Sumedi Sudarsono, M.PH, dan Dr. Hj. Sophianita G.T
Aminy, MKK, PKK staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.

4. Dr. Allan Sartana selaku ketua Puskesmas Kecamatan Tegal Angus,


Tangerang. Drg. Dewi Puji, Dr. Yanuar, Dr. Husna dan seluruh tenaga
kesehatan Puskesmas Tegal Angus yang telah memberikan bimbingan dan
data kepada penulis untuk kelancaran proses penulisan laporan ini.
5. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.

Jakarta, Juli 2018

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Gambaran Umum Desa


1.1.1 Situasi Keadaan Umum
Puskesmas Tegal Angus adalah salah satu Puskesmas yang
terletak di wilayah Kecamatan Teluk Naga Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten. Desa Pangkalan berada dalam wilayah Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, memiliki luas
wilayah 4.763.198 Ha (47,631 Km2), yang terdiri dari luas daratan
2.170.120 Ha dan sawah 2.593.078 Ha dengan ketinggian dari atas
permukaan laut 2-3 meter. Desa Pangkalan termasuk dalam Desa
binaan dari Puskesmas Tegal Angus. Selain itu terdapat Desa binaan
lainnya dari Puskesmas Tegal Angus, yaitu:
1. Desa Tanjung Pasir
2. Desa Tegal Angus
3. Desa Lemo
4. Desa Muara
5. Desa Tanjung Burung

Skala 1 : 15.000 Gambar 1. Peta Desa Pangkalan


Sumber : Kantor Administratif Puskesmas Tegal Angus, 2017
1.1.2 Batas Wilayah
Desa Pangkalan dibatasi oleh desa sekitarnya dibagi menjadi 4
perbatasn sesuai yang terlihat pada gambaran sebagai berikut:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tegal Angus
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Lemo dan Kampung
Besar
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Kalibaru
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kampung Melayu
Barat

Skala 1 : 15.000 Gambar 2. Peta Batas Wilayah Desa Pangkalan


Sumber: Kantor Administratif Puskesmas Tegal Angus, 2018

1.2 Keadaan Umum Desa Secara Demografi


1.2.1 Situasi Kependudukan
Puskesmas Tegal Angus memiliki beberapa desa binaan salah
satunya adalah Desa Pangkalan. Desa Pangkalan saat ini
menampung sebanyak 16.888 jiwa dengan jumlah rumah tangga
5.362 rumah tangga, yang terdiri dari laki-laki 8.690 jiwa dan
perempuan 8.198 jiwa. Berdasarkan data dari BPS Kabupaten
Tangerang pada tahun 2017 jumlah penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Tegal Angus yang tersebar di 6 desa tercantum pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1.1. Jumlah Penduduk dan Kepadatan di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus 2018

No. DESA LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN


WILAYAH PENDUDUK RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km2) TANGGA TANGGA per km2
1 2 3 4 5 6 7
1 PANGKALAN 7.54 16.888 5,362 4.08 2.2
2 TANJUNG 5.24 7.669 2,685 4.5 1.48
BURUNG
3 TEGAL 2.83 9.513 2,900 4.6 3.31
ANGUS
4 TANJUNG 5.64 9.513 1,823 4.6 1.73
PASIR
5 MUARA 5.14 3.566 492 4.4 6.86
6 LEMO 3.61 6.632 655 4.4 1.82
Jumlah 30.02 53.822 13.917 4.6 10.364

Sumber : Kantor Statitistik Puskesmas Tegal Angus 2018

Tabel 1.2. Klasifikasi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Jumlah Penduduk
No. Desa / Kelurahan Laki-laki
Perempuan Jumlah
1 Lemo 3.358 3.429 6.787
2 Muara 1.969 1.986 3.955
3 Pangkalan 8.682 8.674 17.356
4 Tanjung Burung 3.971 4.258 8.229
5 Tanjung Pasir 4.989 5.043 10.032
6 Tegal Angus 4.810 4.743 9.553
JUMLAH 27.604 28.133 55.912

Sumber : Kantor Statitistik Puskesmas Tegal Angus 2018

1.2.2 Kondisi Sosial Ekonomi


Masyarakat di daerah binaan adalah masyarakat yang berasal
etnis cina dan masyarakat asli daerah Tangerang. Kedua budaya
tersebut saling mengisi satu sama lain dan hidup secara
berdampingan. Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus
secara keseluruhan bekerja sebagai buruh dan petani sesuai dengan
yang ditunjukkan pada Tabel 3. Menurut data geografis, wilayah
kerja Tegal Angus secara keseluruhan didominasi oleh daerah
persawahan dan beberapa pabrik. Daerah perekonomian Tegal
Angus mulai berkembang dan sudah bermunculan beberapa toko
swalayan kecil dan toko swalayan dari masyarakat. Menurut Data
Tahun 2017, Jumlah penduduk miskin di wilayah kerja Puskesmas
Tegal Angus pada tahun 2017 berjumlah 31.898 Jiwa yaitu sebanyak
59,3 % dari jumlah penduduk 53.822 Jiwa.

Tabel 1.3. Lapangan Pekerjaan Penduduk

No. Lapangan Kerja Penduduk Jumlah


1 Buruh 4.592
2 Buruh industri 13.757
3 Industri rakyat 13.536
4 Nelayan 386
5 Pedagang 6.373
6 Pengangguran 4.004
7 Pensiunan PNS 45
8 Pensiunan TNI/POLRI 43
9 Perangkat Desa 141
10 Pertukangan 4.109
11 Petani pemilik 13.316
12 Petani penggarap 6.063
13 PNS 222
14 TNI/POLRI 65
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018

1.2.3 Tingkat Pendidikan


Masalah pendidikan menjadi salah satu tonggak dalam
penilaian sumber daya manusia pada suatu daerah dan menjadi
faktor penilaian kualitas kehidupan penduduk di suatu wilayah.
Berikut adalah Status pendidikan penduduk di wilayah kecamatan
Teluk Naga, khususnya daerah wilayah kerja Puskesmas Tegal
Angus.
Tabel 1.2. Penduduk 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenjang Pendidikan

No. Jenjang Pendidikan Jumlah


1. Tidak/belum tamat SD 12.705
2. SD/MI 17.053
3. SLTP/MTS 2.869
4. SLTA/MA 3.658
5. AK/Diploma 170
6. Universitas 137
Sumber : Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018

1.2.4 Kesehatan
Berdasarkan hasil laporan bulanan penyakit (LB3)
Puskesmas Tegal Angus. Didapatkan gambaran pola penyakit yang
terjadi di puskesmas Tegal Angus didapatkan gambaran pola
penyakit yang terjadi di puskesmas pada tahun 2018 menurut
golongan semua umur. Menurut Sistem Pendataan Manajemen
Puskesmas (SIMPUS) Tegal Angus didapatkan gambaran pola
penyakit yang terjadi di puskesmas Tegal Angus, yaitu :

Tabel 1.5. Penyakit dengan Kunjungan Terbanyak bulan Mei 2018

No. Diagnosa Jumlah


1. Acute upper respiratory infection, unspecified 108
2. Supervision of other normal pregnancy 87
3. Headache 44
4. Dermatitis, unspecified 39
5. Myalgia 30
6. Essential ( primary ) hypertension 28
7. Gastroduodenitis, unspecified 23
8. Respiratory tuberculosis unspecified, without 18
mention of of bacteriological or histological
confirmation
9. Cough 12
10. Supervision of high risk pregnancy 10
Sumber : Sistem Pendataan Manajemen Puskesmas Tegal Angus 2018
1.2.5. Sarana Kesehatan

Tabel 1.3. Sarana dan Prasarana

Gedung Puskesmas Jumlah


Ruang Kepala Puskesmas 1 ruang
Ruang TU 1 ruang
Ruang Dokter 1 ruang
Ruang Aula 1 ruang
Ruang imunisasi 1 ruang
Ruang loket 1 ruang
Ruang apotek 1 ruang
Ruang BP umum 1 ruang
Ruang BP anak 1 ruang
Ruang BP gigi 1 ruang
Ruang KIA/KB 1 ruang
Ruang gudang obat 1 ruang
Ruang TB 1 ruang
Ruang lansia 1 ruang

Ruang kesling 1 ruang


Ruang perpstakaan 1 ruang
Ruang mushola 1 ruang
Ruang Bidan 1 ruang
Dapur 1 ruang
Ruang gudang perkakas 1 ruang
WC 6 ruang

Saat ini sarana dan prasarana kesehatan yang tersedia , yaitu :


Bidan Desa Sebanyak 6 orang dan posyandu 45 buah terdiri dari :
Tabel 1.4. Jumlah Posyandu

Posyandu Jumlah
Lemo 6
Muara 6
Pangkalan 10
Tanjung burung 7
Tanjung pasir 9
Tegal Angus 7
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2017
Pembinaan UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya
Masyarakat) :
Jumlah posyandu : 45 buah
Jumlah kader posyandu di bina : 225 orang
Jumlah kader dasa wisma dibina : 34 orang
Jumlah TOMA : 60 oran
Ketenagaan Puskesmas Tegal Angus
Staf Puskesmas Tegal Angus berjumlah 34 orang dengan status
ketenagaan seperti tercantum dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1.5. Jumlah Ketenagaan Puskesmas

No. Kategori Tenaga PNS PTT/TKK Lain-lain Jumlah

1 AKBID 0 0 0 0
2 AKPER 0 0 0 0
3 Bidan 8 6 1 15
4 D3 Gizi 1 0 0 1
5 D3 Kesling 0 0 0 0
6 Dokter Gigi 1 0 0 1
7 Dokter Umum 0 2 0 2
8 Honor 0 0 9 9
9 Pekarya 1 0 0 0
10 Perawat 3 2 0 5
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2017

1.2.6 Upaya Kesehatan


Upaya Pemerintah Desa Pangkalan dengan instansi terkait,
dalam hal ini, antara lain:
1. Peningkatan gizi keluarga Pemberian Makanan
Tambahan (PMT) kepada balita yang ada di setiap
posyandu, pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil.
2. Pencegahan penyakit, imunisasi dasar (BCG,
Hepatitis B, Polio, Campak, DPT), pemberian
vitamin A.
3. Penyuluhan Kesehatan dan Penyakit antara lain
Demam Berdarah Dengue, Flu Burung,
Chikungunya, dan sejenisnya.
4. Penanganan bagi balita yang kekurangan gizi dengan
memberikan susu dan makanan yang bernutrisi.
5. Penyuluhan kesehatan tentang bagaimana menjaga
dan memelihara lingkungan dengan membersihkan
rumah masing– masing dan lingkungan sekitarnya.
6. Pemanfaatan pekarangan dengan ditanami sayur
mayur dan Tanaman Obat Keluarga (TOGA),
Tabulapot dan Tabulakar.
7. Peningkatan kualitas kesehatan para LANSIA dengan
diadakannya program senam LANSIA dan
POSBINDU.

1.3 Puskesmas Tegal Angus


1.3.1 Visi dan Misi
Dalam mendukung terwujudnya Visi Kabupaten Tangerang
dan pembangunan Pemerintah Tangerang dan khususnya
Kecamatan Teluk Naga dalam Bidang kesehatan.

Maka dirumuskannya Visi Pembangunan Kesehatan Puskesmas


Tegal Angus yaitu (Profil Puskesmas Tegal Angus, 2016) :
“MENUJU PELAYANAN PRIMA”

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, ditetapkan 4 Misi


pembangunan kesehatan sebagai berikut (Profil Puskesmas Tegal
Angus, 2016) :
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan, dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga, dan masyarakat beserta lingkungannya

1.3.2 Wilayah Kerja dan Kependudukan


Wilayah kerja Puskesmas Tegal Angus berada di wilayah
Kecamatan Teluk Naga bagian utara yang terdiri dari enam desa
binaan yaitu Desa Pangkalan, Tanjung Burung, Tegal Angus,
Tanjung Pasir, dan Muara.

SKALA 1 : 15000

Gambar 3. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Angus Tahun


2017
Sumber : Profil Puskesmas Tegal Angus
1.3.3 Program Kesehatan
A. Pelayanan Kesehatan Wajib

Tabel 1.6. Cakupan Program Wajib Puskesmas Tegal Angus Tahun 2017

PROGRAM PUSKESMAS
Hasil
No. Upaya Kesehatan Wajib
Cakupan
1 Upaya Promosi Kesehatan 77.04%
2 Upaya Kesehatan Lingkungan 79.37%
3 Upaya Kesehatan Ibu dan Anak/ KB 91.87%
4 Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat 93.37%
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
5 Menular 118.37%
6 Upaya Pengobatan 131.30%
RATA-RATA PROGRAM WAJIB 98.55%
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Tegal Angus Tahun 2017

B. Pelayanan Kesehatan Pengembangan

Pelayanan kesehatan salah satunya ditujukan


terhadap kelompok usia lanjut, di mana pada kelompok ini
biasanya banyak mengalami gangguan kesehatan
degeneratif dan fungsi tubuh lainnya. Dalam upaya
meningkatkan status kesehatan usia lanjut telah
dilaksanakan program pelayanan kesehatan usia lanjut.

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan


yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan
lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tngginya di wilayah kerjanya.
Tabel 1.7. Cakupan Program Pengembangan Puskesmas Tegal

Hasil
No. Upaya Kesehatan Pengembangan
Cakupan
1 Puskesmas Rawat Inap 0.00%
2 Upaya Kesehatan Mata (Pencegahan Kebutaan) 53.43%
3 Upaya Kesehatan Telinga (Pencegahan Gangguan 6.88%
Pendengaran)
4 Upaya Kesehatan Jiwa 68.81%
5 Upaya Kesehatan Olah Raga 0.00%
6 Upaya Kesehatan Penanggulangan Penyakit Gigi 90.71%
7 Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
8 Binaan Kesehatan Tradisional 100.00%
RATA-RATA PROGRAM
PENGEMBANGAN 63.97%
RATA-RATAPENCAPAIAN PROGRAM
PUSKESMAS 81.26%

C. Perilaku Masyarakat

Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di


Puskesmas dilakukan melalui program promosi kesehatan
yaitu penyebarluasan informasi kesehatan untuk
meningkatkan derajat kesehatan. Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat di masyarakat dapat menggambarkan derajat
kesehatan wilayah tersebut, hal ini dapat disajikan dengan
indikator PHBS. Adapun dari hasil kajian PHBS di
wilayah Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2018 dapat
digambarkan sebagai berikut :
Tabel 1.8. Kajian PHBS Puskesmas Tegal Angus Tahun 2018

No. PHBS Hasil


1 Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan 90,5%
2 Rumah yang bebas jentik 72,83%
3 Penimbangan bayi dan balita 100%
4 Memberikan ASI ekslusif 73,67%
5 Menggunakan air bersih 99,39%
6 Menggunakan jamban sehat 15,74%
7 Olahraga atau melakukan aktifitas fisik 10,09%
8 Mengonsumsi makanan seimbang 23,5%
9 Tidak merokok dalam rumah 23,5%
10 Penduduk miskin yang dicakup JPKM 96,85%
Sumber: Kantor Statistik Puskesmas Tegal Angus, 2018

1.4 Gambaran Keluarga Binaan


Keluarga binaan Kelompok terdiri dari 4 keluarga , yaitu
1. Keluarga Tn. Marta
2. Keluarga Tn. Usman
3. Keluarga Tn. Atin
4. Keluarga Tn. Tn. Sayuti
1.4.1 Keluarga Tn. Marta

A. Data Keluarga

Keluarga Tn. Marta terdiri dari dua anggota keluarga yaitu, Ny.
Sanih selaku istrinya dan satu anaknya bernama Gunawan. Tn.
Marta hanya menikah satu kali dan baru dikaruniai satu orang
anak laki-laki.
Keluarga Tn. Marta bertempat tinggal di Desa Pangkalan RT 09
/ RW 03 Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten. Tn. Marta saat ini berusia 60 tahun dan
bekerja sebagai buruh bangunan dengan penghasilan kurang
dari Upah Minimum Regional yaitu berkisar Rp. 1. 500.000.
Uang tersebut digunakan untuk kebutuhan sehari-hari berupa
untuk keperluan dapur, pembayaran listrik, dan kebutuhan
rumah tangga. Ny. Sanih istri dari Tn. Marta bekerja sebagai
pedagang sayuran di rumahnya, dengan penghasilan dibawah
Upah Minimum Regional berkisar Rp. 800.000 . Uang tersebut
digunakan untuk membantu menambah kebutuhan sehari-hari.
Tn. Marta memiliki satu anak laki-laki yang juga sudah bekerja
sebagai pegawai swasta dan sudah memiliki penghasilan yang
juga kurang dari Upah Minimum Regional yaitu berkisar Rp. 1.
700.000 . Uang tersebut juga digunakan untuk membantu
mencukupi keperluan sehari-hari.

Tabel 1.12. Keluarga Tn. Marta

Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan


Keluarga Kelamin Terakhir
(L/P)

Tn. Marta Kepala L 60 Tidak Buruh


Keluarga sekolah bangunan
Ny. Sanih Istri P 50 Tidak Pedagang
sekolah sayuran

Gunawan Anak ke- L 25 SD Pegawai


1 swasta

B. Bangunan Tempat Tinggal


Rumah Tn. Marta tinggal di desa padat penduduk. Rumah yang
ditinggali dimiliki sendiri oleh beliau, dengan luas tanah sekitar 35
m2 dan luas bangunan sekitar 5 m x 7 m. Bangunan tempat tinggal
tidak bertingkat, berlantaikan keramik, dindingnya dengan batu
bata semen dan sudah di cat. Atap rumah dari genteng. Rumah ini
terdiri dari ruang tamu sekaligus ruang keluarga berukuran 5 m x 3
m. Pada teras juga terdapat tempat Ny. Sanih berdagang sayuran
yang berukuran 2 m x 1m . Terdapat dua kamar tidur , satu kamar
tidur digunakan oleh Tn. Marta dan istrinya Ny. Sanih yang
berukuran 3 m x 2 m , satu tempat tidur digunakan oleh anak Tn.
Marta yaitu Gunawan yang berukuran 3 m x 2 m. Ventilasi yang
tersedia berada di ruangan keluarga dengan ukuran 130 cm x 100
cm . Ventilasi pada kamar tidur Tn. Marta berukuran 50 cm x 10
cm . Sedangkan di kamar Gunawan tidak memiliki ventilasi.
Ventilasi di rumah keluarga Tn. Marta tidak ada penutupnya.
Pencahayaan ruangan didapatkan dari jendela ruang tamu.
Terdapat ruang dapur yang berukuran 2 m x 2 m . Terdapat kamar
mandi dengan ukuran 2 m x 1 m . Dindingnya terbuat dari batu bata
semen dan disediakan ember untuk mandi. Untuk keperluan buang
air, keluarga Tn. Marta biasa menggunakan jamban milik umum
yang tidak jauh dari rumahnya karena keluarga Tn. Marta tidak
memiliki jamban di rumahnya sendiri.

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Marta terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau harus menggunakan kendaraan
kurang lebih 15 menit dari Puskesmas Tegal Angus. Aksesnya
hanya bisa dilalui oleh motor karena jalan menuju rumah sempit
dan pada pinggir jalan terdapat persawahan. Di sekeliling rumah
masih banyak kaleng bekas dan sampah yang berserakan dan tidak
terdapat selokan untuk menampung air hujan.
D. Pola Makan
Keluarga Tn. Marta mempunyai kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari-hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn. Marta
selalu mengkonsumsi sayuran, daging, namun jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Biasanya Ny. Sanih selalu
membawakan bekal untuk Tn. Marta dan anaknya Gunawan ketika
mereka berangkat bekerja.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Sanih sudah tidak menggunakan KB. Anak Tn. Marta, lahir
dengan spontan di bidan desa setempat. Pada saat lahir beratnya
2.900 gram. Anak Tn. Marta mengkonsumsi ASI selama 1 tahun.
Tidak ada penyakit atau penyulit selama kehamilan. Imunisasi
lengkap.

F. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat


Tn. Marta tidak memiliki riwayat penyakit asma, maupun DM,
namun Tn. Marta memiliki riwayat hipertensi. Tn. Marta juga
jarang mengikuti pengobatan gratis dan enggan memeriksa
kesehatannya secara rutin.
Ny. Sanih istri Tn. Marta tidak memiliki riwayat penyakit, namun
Ny. Sanih pernah berobat ke rumah sakit dan di rawat di rumah
sakit karena DBD pada bulan Januari 2018. Ny. Sanih juga jarang
berobat ke puskesmas dan tidak pernah mengikuti pengobatan
gratis yang diselenggarakan oleh Puskesmas. Tidak ada riwayat
dirawat di rumah sakit pada anaknya.

G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Ny. Sanih saat bangun pagi selalu menyiapkan sarapan untuk Tn.
Marta dan anaknya sebelum mereka berangkat untuk bekerja dan
tidak lupa untuk membawakan bekal keduanya untuk makan siang.
Keluarga Tn. Marta mempunyai kamar mandi didalam rumahnya
tetapi tidak mempunyai jamban didalam rumahnya sehingga
menggunakan jamban umum yang berada tidak jauh dari rumahnya.
Air yang digunakan berasal dari pompa air. Air tersebut selalu
digunakan untuk keperluan mandi, dan mencuci baju. Untuk
minum sehari-hari beliau membeli air mineral galon. Setiap ingin
makan semua keluarga selalu mencuci tangan dengan sabun.
Namun, belum mengerti tata cara cuci tangan sesuai WHO.
Keluarga Tn. Marta jarang sekali melakukan olahraga, karena
sudah terlalu lelah bekerja. Jika hari libur bekerja Tn. Marta
menghabiskan waktunya untuk merawat burung-burung
peliharaannya. Sedangkan Ny. Sanih rajin untuk mengikuti
pengajian yang diadakan di lingkungannya. Anak Tn. Marta lebih
memilih bermain bersama teman sebayanya.
Tabel 1.13. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Marta

No. Kriteria Permasalah


1 Kebiasaan Merokok Tn. Marta tidak mempunyai kebiasaan untuk
merokok tetapi anaknya, Gunawan memiliki
kebiasaan merokok sejak dari usia 17 tahun
dan dalam sehari ia menghabiskan 1 bungkus
2. Pola Makan Ny. Sanih selalu menyiapkan makanan untuk
keluarga. Biasanya dilakukan 3 kali sehari.
3. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, Keluarga Tn. Marta tidak
langsung berobat ke dokter. Beliau akan
membeli obat warung terlebih dahulu,
kemudian bila bertambah parah akan ke
dokter atau bidan.
4. Aktivitas sehari-hari a. Tn Marta mendapat penghasilan dari
bekerja sebagai buruh bangunan
dengan penghasilan per bulan Rp.
1.500.000
b. Ny. Sanih bekerja sebagai pedagang
sayuran di rumahnya dengan
penghasilan per bulan Rp. 800.000
c. Gunawan mendapat penghasilan dari
bekerja sebagai pegawai swasta
dengan penghasilan per bulan Rp.
1.700.000 .
d. Keluarga Tn. Marta selalu mencuci
tangan dengan sabun, namun keluarga
Tn. Marta belum memahami cara
mencuci tangan dengan benar.

Tabel 1.14. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn. Marta

No. Kriteria Permasalahan


1 Luas Bangunan Luas Bangunan Sekitar 35 m2, namun dibagi menjadi 6
ruangan.
2 Ruangan dalam Rumah ini terdiri dari 1 ruang tamu dan keluarga, 2 ruang tidur,
rumah 1 dapur dan 1 kamar mandi, serta 1 ruang tempat berdagang
sayuran
3 Ventilasi Ventilasi berada terletak diatas pintu depan hingga atas jendela
dan tidak tertutup oleh plastik.
4 Pencahayaan Pencahayaan terdapat di setiap ruangan dan celah dari dinding
saat siang hari. Jendela berada 1 di depan rumah sebagai
pencahayaan.
5 MCK Tempat Cuci Piring berada di kamar mandi digabung dengan
tempat cuci pakaian. Dapur terpisah dari ruangan lainnya.
6 Sumber Air a. Untuk kegiatan mandi, cuci pakaian dan cuci piring,
keluarga Tn. Marta menggunakan Pompa air .
b. Untuk air minum dan memasak menggunakan air galon
7. Saluran Keluarga Tn. Marta tidak memiliki tempat pembuangan
Pembuangan limbah
Limbah
8. Tempat Sampah dikumpulkan kemudian dibakar di dekat
pembuangan persawahan
sampah
9 Lingkungan Daerah lingkungan padat

1.4.2 Keluarga Tn. Usman


A. Data Keluarga
Keluarga Tn. Usman terdiri dari tujuh anggota keluarga yaitu, Ny.
Ernawati selaku anak pertama dan suaminya Tn.Sulaiman serta
anaknya An.Muhammad Malik dan An. Anjani. Anak kedua
Tn.Sulaiman bernama Siti Fatimah dan anak ke tiga bernama
Muhammad Adam. Tn. Usman hanya menikah satu kali dan Istrinya
telah meninggal dunia lima tahun yang lalu.

Tabel 1.15. Data Anggota Keluarga Tn. Usman

Nama Status JK Umur Pendidikan Pekerjaan


Keluarga
Tn Usman Suami/Kepala L 55 Tidak Sekolah Petani
Keluarga

Ny. Ernawati Anak Pertama P 28 SD Ibu rumah tangga

Tn.Sualaiman Menantu L 33 SD Pegawai Swasta

Nn.Siti Anak Kedua P 23 SLTP Pegawai Swasta


Fatimah
Tn.Muhammad Anak Ketiga L 20 SLTP Tidak Bekerja
Adam Tidak Bekerja
An.Muhammad Cucu Pertama L 9 SD Tidak Bekerja
Malik
An. Anjani Cucu Kedua P 2 Tidak Sekolah

Keluarga Tn.Usman bertempat tinggal di Desa Pangkalan


RT.009/RW.003 No.50, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten. Tn. Usman saat ini berusia 55 tahun
dan bekerja sebagai petani dengan penghasilan berkisar Rp
1.200.000. Uang tersebut digunakan oleh Tn.Usman untuk
kebutuhan sehari-hari berupa uang untuk kebutuhan anak,
keperluan dapur, pembayaran listrik, dan kebutuhan rumah tangga.
Anak Tn.Usman, Ny.Ernawati yang saat ini berusia 28 tahun,
tidak bekerja, pekerjaan hariannya hanya mengurus anak sehingga
anak tidak lepas dari pengawasan. Tn. Sulaiman saat ini berusia 33
th dan bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan
berkisar Rp 2.000.000. Anak ke dua Tn.Usman yang bernama Siti
Fatimah juga bekerja sebagai pegawai swasta dengan penghasilan
berkisar Rp 1.500.000 dan anak terakhir yang bernama
Muhammad Adam belum bekerja.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Usman tinggal di desa padat penduduk. Rumah yang
ditinggali dimiliki sendiri oleh beliau, dengan luas tanah sekitar 35 m2
dan luas bangunan sekitar 6 m x 5 m. Bangunan tempat tinggal tidak
bertingkat, berlantaikan keramik di ruang keluarga, tempat tidur, dan
ruang dapur kemudian pada kamar mandi berlantaikan semen, dinding
rumah terbuat dari batu bata yang di semen dan di cat berwarna
kuning dan putih. Atap rumah dari genteng dan dibawahnya dialaskan
plavon. Rumah ini terdiri dari ruang tamu sekaligus ruang keluarga
berukuran 4 m x 3 m, satu kamar tidur berukuran 3 m x 3 m, satu
kamar digunakan oleh seluruh anggota keluarga dan terdapat beberapa
pakaian yang dibiarkan bergantung dikamar dalam waktu yang lama.
Terdapat ruang yang hanya ditempati lemari saja berukuran 2 m x 1 m
dan gudang berisikan barang-barang bekas yang berbahan kaleng
yang menumpuk berukuran 2 m x 2 m. Ventilasi yang tersedia berada
di ruangan keluarga dengan ukuran 200 cm x 80 cm, pada kamar tidur
tidak ada ventilasi. Jendela yang tersedia hanya ada dua di ruang
keluarga dan dapat dibuka tutup. Pencahayaan ruangan didapatkan
dari celah ventilasi dan dari jendela ruang keluarga. Terdapat ruang
dapur yang terletak disamping kamar tidur dengan ukuran 2 m x 2 m.
Saat malam hari pencahayaan didapat dari lampu pada setiap ruangan.
Kamar mandi berukuran 1,5 m x 1 m yang tersedia berada di belakang
rumah, dindingnya terbuat dari batu bata yang telah disemen dan
berlantai aspal dan hanya memiliki 1 bak mandi kecil yang berisikan
air, jarang dikuras sehingga air bak berwarna keruh dan bak menjadi
kotor. Terlihat beberapa jentik nyamuk diatas air. Untuk keperluan
buang air, keluarga Tn. Usman biasa menggunakan jamban yang
terdapat dirumahnya sendiri. Di depan kamar mandi terdapat ruang
dan keran untuk keperluan mencuci piring berukuran 0,5 m x 0,5 m
Gambar 5. Denah Wilayah Rumah Tn. Usman

C. Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Usman terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau, harus berjalan kaki kurang lebih
dari 5 menit dari jalan utama tanjung pasir. Akses nya hanya bisa
dilalui oleh motor karena jalan menuju rumah sempit dan pada
pinggir jalan terdapat saluran air untuk persawahan. Saluran air
tersebut terkadang dipakai untuk warga sekitar untuk Jamban
umum dan Mencuci pakaian. Dibelakang rumah beliau, terdapat
kubangan saluran pembuangan namun air pembuangannya tidak
mengalir sehingga menghasilkan bau tidak sedap. Disekeliling
rumah tidak terdapat selokan untuk menampung air hujan.

D. Pola Makan
Keluarga Tn. Usman memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn. Usman
selalu mengkonsumsi sayuran, daging, namun jarang
mengkonsumsi buah-buahan. Biasanya Tn. Usman selalu
membawa bekal untuk dimakan di sawah sewaktu jam istirahat
makan siang.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Saat ini tidak ada wanita yang sedang hamil. Ny. Ernawati saat ini
masih menggunakan KB selama 1 tahun terakhir. Anak terakhir
Ny.Ernawati lahir dengan spontan di bidan Desa setempat. Pada
saat lahir beratnya 3200 gram. Anak Ny.Ernawati mengkonsumsi
ASI selama 6 bulan. Tidak ada penyakit atau penyulit selama
kehamilan. Imunisasi lengkap.

F. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat


Tn. Usman tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi,
maupun DM. Tn. Usman enggan untuk memeriksa kesehatannya
secara rutin. Beliau ke puskesmas hanya bila sakit dan sudah
menganggu aktivitas. Ketika ada anggota keluarga yang sakit,
biasanya keluarga berobat ke bidan aau puskesmas terdekat dari
rumah keluarga Tn.Usman . Ny. Sriwati, istri Tn.Usman
meninggal dunia karena terkenan stroke. Ny.Sriwati juga jarang
berobat ke puskemas dan hipertensinya tidak terkontrol. Pada
tanggal 15 september 2017 cucu Tn.Usman yang bernama
An.Muhammad Malik di rawat dirumah sakit Karena terdiagnosis
DBD selama satu minggu.

G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Ny. Ernawati saat bangun pagi selalu menyiapkan sarapan untuk
Tn.Usman, suaminya dan anak-anaknya. Ny.Ernawati tidak
bekerja sehingga anak-anak dirumahnya selalu mendapat
pengawasan. Keluarga Tn.Usman selalu menggunakan jamban
dirumahnya. Air yang digunakan berasal dari Pompa Air. Air
tersebut selalu digunakan untuk keperluan mandi, mencuci baju,
dan mencuci piring Untuk minum sehari-hari beliau membeli air
mineral galon. Setiap ingin makan semua keluarga selalu mencuci
tangan dengan sabun. Namun, belum mengerti tata cara cuci
tangan sesuai WHO. Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh
Tn.Usman, dan Tn.Sulaiman sudah dilakukan sejak remaja.
Dalam sehari ia biasa menghabiskan kurang lebih dari 1 bungkus
rokok dengan harga Rp.15.000. Namun, seiring bertambahnya
usia Tn.Usman mulai mengurangi konsumsi rokoknya. Tn.Usman
dan keluarga jarang melakukan olahraga. Anak terakhir dan
kedua cucu Tn.Usman sering beraktifitas diluar seperti bermain
dengan temannya.

Tabel 1.6. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Usman

No. Kriteria Permasalah


1 Kebiasaan Merokok Tn.Usman dan Tn.Sulaiman sudah merokok
sejak remaja dan dalam sehari ia
menghabiskan kurang lebih 1 bungkus
2. Pola Makan Ny. Ernawati selalu menyiapkan makanan
untuk keluarga. Biasanya dilakukan 3 kali
sehari.
3. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, Keluarga Tn.Usman tidak
langsung berobat ke dokter. Beliau akan
membeli obat warung terlebih dahulu,
kemudian bila bertambah parah akan ke
dokter atau bidan.
4. Aktivitas sehari-hari a. Tn. Usman mendapat penghasilan dari
bekerja sebagai petani dengan
penghasilan per bulan Rp. 1.200.000
b. Ny. Ernawati hanya sebagai ibu
rumah tangga yang mengurus
keperluan anaknya dan suaminya
dirumah.
c. Tn.Sulaiman dan Nn.Siti Fatimah
kegiatan sehari hari bekerja sebagai
pegawai swasta
d. Anak terakhir dan kedua cucu
Tn.Usman sering beraktifitas diluar
seperti bermain dengan temannya
e. Tn. Usman dan keluarga selalu
mencuci tangan dengan sabun, namun
mereka belum memahami cara
mencuci tangan yang benar.

Tabel 1.17. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn. Usman

No. Kriteria Permasalahan


1 Luas Bangunan Luas Bangunan Sekitar 35 m2, namun dibagi menjadi 6
ruangan.
2 Ruangan dalam Rumah ini terdiri dari 1 ruang keluarga, 1 ruang tidur, 1 dapur ,
rumah 1 kamar mandi dan 1 ruang gudang. Satu kamar tidur
digunakan oleh seluruh keluarga
3 Ventilasi Ventilasi yang tersedia berada di ruangan keluarga dengan
ukuran 200 cm x 80 cm, pada kamar tidur tidak ada ventilasi.
Jendela yang tersedia hanya ada dua di ruang keluarga dan
dapat dibuka tutup.
4 Pencahayaan Pencahayaan terdapat di setiap ruangan dan celah dari ventilasi
saat siang hari. Jendela berada 1 di depan rumah sebagai
pencahayaan.
5 MCK Tempat Cuci Piring berada di depan kamar mandi digabung
dengan tempat cuci pakaian Dapur terpisah dari ruangan
lainnya.
6 Sumber Air a. Untuk kegiatan mandi, cuci pakaian dan cuci piring,
keluarga Tn. Usman menggunakan Pompa air .
b. Untuk air minum dan memasak menggunakan air galon
7. Saluran Keluarga Tn.Usman tidak memiliki tempat pembuangan
Pembuangan limbah
Limbah
8. Tempat Sampah dikumpulkan kemudian dibakar dekat
pembuangan persawahan
sampah
9. Lingkungan Daerah Lingkungan Padat
1.4.3 Keluarga Tn. Atin

A. Data Keluarga

Keluarga binaan Tn. Atin terdiri dari dua anggota keluarga yang terdiri dari
istrinya Ny. Samih

Tabel 1.18. Data Dasar Keluarga Tn. Masan

No Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan


Keluarga Kelamin
1. Tn. Atin Suami Laki-laki 55 th Tidak Buruh
sekolah bangunan
2. Ny. Samih Istri Perempuan 50 th Tidak Ibu Rumah
sekolah Tangga

Keluarga Tn. Atin tinggal di Desa Pangkalan RT 009/RW 03 No 46


Kp Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten. Di rumah ini Tn. Atin tinggal dengan istri. Tn. Atin
yang saat ini berusia 55 tahun bekerja sebagai buruh bangunan
dengan penghasilan sekitar Rp 1.000.000,00/bulan. Uang
pendapatannya itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari, seperti membeli makanan, membayar listrik, pengobatan,
dan lain-lain. Ny. Samih berusia 50 tahun bekerja sebagai ibu rumah
tangga yang mengurusi rumah.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Atin tinggal di perumahan padat penduduk.
Keluarga Tn. Atin tinggal di desa padat penduduk. Rumah yang
ditinggi dimiliki sendiri oleh beliau, dengan luas tanah sekitar 30
m2 dan luas bangunan sekitar 4 m x 5 m. Bangunan tempat tinggal
tidak bertingkat, berlantaikan keramik di ruang keluarga dan
tempat tidur, kemudian pada ruang dapur dan kamar mandi
berlantaikan semen, dindingnya dengan batu bata semen. Atap
rumah dari genteng dan dibawahnya dialaskan plastik, bagian
dapur tidak memiliki atap. Rumah ini terdiri dari ruang tamu
sekaligus ruang keluarga berukuran 3 m x 2 m, satu kamar tidur
berukuran 2 m x 2 m, satu kamar digunakan oleh seluruh anggota
keluarga. Ventilasi yang tersedia berada di ruangan keluarga
dengan ukuran 140 cm x 110 cm, pada kamar tidur Tn. Atin ada
ventilasi. Ventilasi yang tersedia ditutupi oleh kain. Jendela yang
tersedia hanya ada satu di ruang keluarga dan tidak bisa dibuka
tutup. Pencahayaan ruangan didapatkan dari jendela ruang
keluarga. Terdapat ruang dapur yang terletak dibelakang kamar
tidur dengan ukuran 2 m x 2 m. Saat malam hari pencahayaan
didapat dari lampu pada setiap ruangan. Kamar mandi yang
tersedia berada di belakang rumah. Dindingnya terbuat dari
keramik dan terdapat bak dari semen untuk mandi. Untuk
keperluan buang air, keluarga Tn. Atin biasa menggunakan
jamban yang terdapat dirumahnya sendiri.

Gambar 7. Denah Rumah Tn. Atin

C. Lingkungan permukiman
Rumah Tn. Atin terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau harus melewati jalan setapak.
Akses nya hanya bisa dilalui oleh motor dan mobil satu arah
karena jalan menuju rumah sempit dan pada pinggir jalan terdapat
persawahan.

D. Pola Makan
Keluarga tn. Atin memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn. Atin
selalu mengkonsumsi sayuran, tahu dan tempe, dan buah-buahan.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Samih tidak menggunakan kb. Anak tn Atin lahir spontan di
dukun beranak. Berat badan lahir anak tn Atin normal dengan
rata-rata 3000 gram. Anak tn Atin rata-rata konsumsi ASI selama
6 bulan. Tidak ada penyakit atau penyulit selama kehamilan.
Imunisasi anak tidak lengkap.
F. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat
Tn. Atin tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi,
maupun DM. Tn. Atin juga jarang mengikuti pengobatan gratis.
Tn. Atin enggan untuk memeriksa kesehatannya secara rutin.
Beliau ke puskesmas hanya bila sakit berat yang mengganggu
aktivitasnya. Keluarga Tn. Atin tidak memiliki penyakit seperti
DM, Hipertensi dan asma.

Ny. Samih, istri tn. Atin tidak memiliki riwayat penyakit. Ny.
Samih juga jarang berobat ke puskemas dan tidak pernah
mengikuti pengobatan gratis. Tidak ada riwayat dirawat di rumah
sakit pada anaknya.

G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Tn. Atin memiliki kebiasaan merokok, dalam satu hari mampu
menghabiskan 1 bungkus rokok. Keluarga Tn. Atin mengaku
mencuci tangan sebelum makan, jika tangan tampak kotor, dan
setelah melakukan aktivitas dengan menggunakan sabun
batangan. Kebiasaan berolahraga tidak ada. Didalam rumah dan
diluar rumah Tn. Atin tidak memiliki tempat pembuangan
sampah, istri Tn. Atin mengaku bahwa mereka membuang
sampah di kebun depan rumah kemudian sampah-sampah tersebut
dibakar setiap tiga hari sekali.
Kebiasaan merokok yang dilakukan oleh Tn. Atin, sudah
dilakukan sejak puluhan tahun yang lalu. Dalam sehari ia bisa
menghabiskan lebih dari 1 bungkus rokok tembakau. Namun,
seiring bertambahnya usia Tn. Atin mulai mengurangi konsumsi
rokoknya menjadi 2 bungkus/ seminggu. Beliau lebih sering
merokok diluar rumah dibandingkan didalam.
Tn. Atin jarang berolahraga karena sudah terlalu lelah. Sedangkan
Ny. Samih tidak pernah berolahraga karena terlalu lelah mengurus
rumah.

Tabel 1.19. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Atin

No Faktor Internal Permasalahan


1 Kebiasaan Merokok Tn. Atin merokok 2 bungkus/ seminggu
2 Olah raga Semua anggota keluarga tidak memiliki kebiasaan
berolahraga
3 Pola Makan Ny. Samih memasak makanan sendiri untuk
keluarganya. Ia sering memasak makanan dengan menu
seperti tahu, tempe, dan sesekali ikan, ayam atau daging.
Dan makan buah-buahan. Sehari-harinya mereka makan
besar 3 kali.
4 Pola Pencarian Apabila sakit berat, mereka datang ke puskesmas
Pengobatan
5 Menabung Mereka tidak pernah menabung karena pas untuk
kebutuhan sehari-hari
6 Aktivitas sehari-hari a. Bapak bekerja sebagai buruh bangunan
b. Ibu sebagai ibu rumah tangga
7 Alat Kontrasepsi Di keluarga Tn. Atin tidak memakai KB

Tabel 1.20. Faktor Eksternal Keluarga Tn. Atin

No Kriteria Permasalahan
1. Luas Bangunan Luas rumah 4 x 5 m2
2. Ruangan dalam rumah Ruang Tamu berukuran 3 x 2 m2. Satu kamar tidur
berukuran 2 x 2 m2. Dapur Tn. Atin berukuran 2 x 2
m2. Terdapat 1 kamar mandi.

3. Jamban Keluarga Tn. Atin memiliki jamban.

4. Ventilasi Terdapat ventilasi udara pada ruang tamu dan kamar.

5. Pencahayaan a. Terdapat 1 lampu pencahayaan yang baik di


kamar tidur.
b. Terdapat 1 lampu pada ruang tamu, 1 lampu di
kamar mandi, dan 1 lampu di kamar.

6. MCK Memiliki MCK di rumah, MCK berada di belakang


rumah dan digunakan bersamaan dengan tetangganya
7. Sumber Air Dalam kesehariannya Tn. Atin menggunakan air
sumur yang digunakan untuk mandi memasak, dan
mencuci baju.
8. Saluran pembuangan Tidak terdapat saluran pembuangan limbah.
limbah
9. Tempat pembuangan Keluarga Tn. Atin tidak memiliki tempat
sampah pembuangan sampah dirumahnya, kemudian mereka
membuang sampahnya di kebun depan rumah.
10. Lingkungan sekitar Di samping kanan rumah terdapat rumah tetangga
rumah yang hanya berjarak satu meter.
1.4.4 Keluarga Tn. Sayuti
A. Data Keluarga
Keluarga Tn. Sayuti terdiri dari dua anggota keluarga yaitu, Ny.
Samiyati selaku istrinya dan satu anaknya. Tn. Sayuti hanya menikah
satu kali dan baru dikaruniai satu orang anak laki-laki.

Tabel 1.21. Data Dasar Keluarga Tn. Sayuti

Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan


Keluarga Kelamin Terakhir
(L/P)

Tn. Sayuti Kepala L 56 SD Buruh


Keluarga pabrik
Ny. Asmi Istri P 54 SD Ibu Rumah
Tangga

Ahmad Anak ke-1 L 19 SMP Belum


bekerja

Keluarga Tn. Sayuti bertempat tinggal di Desa Pangkalan Kp.


Sukasari RT.09/RW.03, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Propinsi Banten. Tn. Sayuti saat ini berusia 56 tahun
dan bekerja sebagai buruh pabrik fiber dengan penghasilan sesuai
Upah Minimum Regional berkisar Rp 1.200.000. Uang tersebut
digunakan oleh Tn. Sayuti untuk kebutuhan sehari-hari berupa
uang untuk sekolah anak, keperluan dapur, dan kebutuhan rumah
tangga. Istri Tn. Sayuti, Ny Asmi yang saat ini berusia 54 tahun,
tidak bekerja, pekerjaan hariannya hanya berkebun anak semata
wayangnya sehingga anak tidak lepas dari pengawasan. Tn. Sayuti
memiliki satu anak.

B. Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Tn. Sayuti tinggal di desa padat penduduk. Rumah yang
ditinggi dimiliki sendiri oleh beliau, dengan luas tanah sekitar 30
m2 dan luas bangunan sekitar 4m x 5m. Bangunan tempat tinggal
tidak bertingkat, berlantaikan semen di ruang keluarga dan tempat
tidur, kemudian pada ruang dapur dan kamar mandi berlantaikan
semen, dindingnya batu bata semen dengan rangka rumah dari
bambu. Atap rumah dari genteng dan dibawahnya dialaskan
plastik. Rumah ini terdiri dari ruang tamu sekaligus ruang
keluarga berukuran 3m x 2m, satu kamar tidur berukuran 2m x
2m, satu kamar digunakan oleh seluruh anggota keluarga.
Ventilasi yang tersedia berada di ruangan keluarga dengan ukuran
120 cm x 100 cm, pada kamar tidur Tn. Sayuti tidak ada ventilasi.
Ventilasi yang tersedia tertutup oleh kawat nyamuk. Jendela yang
tersedia hanya ada satu di ruang keluarga dan tidak bisa dibuka
tutup. Pencahayaan ruangan didapatkan dari lampu, celah genting
di langit-langit dan dari jendela ruang keluarga. Terdapat ruang
dapur yang terletak dibelakang kamar tidur dengan ukuran 2m x
2m. Saat malam hari pencahayaan didapat dari lampu pada setiap
ruangan. Kamar mandi yang tersedia berada di belakang rumah.
Dindingnya terbuat dari bata dan semen dan disediakan ember
untuk mandi. Untuk keperluan buang air, keluarga Tn. Sayuti
biasa menggunakan jamban yang terdapat dirumahnya sendiri.

Gambar 5. Denah Wilayah Rumah Tn. Sayuti

C Lingkungan Pemukiman
Rumah Tn. Sayuti terletak di pemukiman yang padat penduduk.
Untuk menuju ke rumah beliau, harus berjalan kaki kurang lebih
dari 5 menit dari jalan utama tanjung pasir. Akses nya hanya
bisa dilalui oleh motor karena jalan menuju rumah sempit dan
pada pinggir jalan terdapat saluran air yang tidak berfungsi
karena banyak tumpukan sampah. Saluran air tersebut terkadang
dipakai untuk warga sekitar untuk Jamban umum. Didekat
rumah beliau sekitar 15m terdapat lahan kosong yang digunakan
warga sebagai tempat pembuangan sampah, tumpukan sampah
tersebut berada ditengah komplek penduduk yang padat
sehingga sampah-sampah tersebut tidak dapat dipindahkan oleh
dinas kebersihan setempat. Saluran pembuangan disekitar rumah
pun nampak banyak dipenuhi sampah-sampah kaleng dan
pelastik sehingga air pembuangannya tidak mengalir dan
menghasilkan bau tidak sedap. Disekeliling rumah tidak terdapat
selokan untuk menampung air hujan.

D. Pola Makan
Keluarga Tn. Sayuti memiliki kebiasaan makan tiga kali sehari.
Sehari - hari mereka selalu memasak makanan sendiri. Tn.
Sayuti selalu mengkonsumsi sayuran, namun jarang
mengkonsumsi daging dan buah-buah. Biasanya Tn. Sayuti
selalu membawa bekal untuk dimakan di pabrik sewaktu jam
istirahat makan siang.

E. Riwayat Obstetrik dan Pola Asuh Ibu dan Anak


Ny. Asmi saat ini sudah tidak menggunakan KB selama 5 tahun
terakhir. Anak Tn. Sayuti lahir dengan spontan di bidan Desa
setempat. Pada saat lahir beratnya 3200 gram. Anak Tn. Sayuti
mengkonsumsi ASI selama 6 bulan. Tidak ada penyakit atau
penyulit selama kehamilan. Imunisasi lengkap.

F. Riwayat Penyakit dan Kebiasaan Berobat


Tn. Sayuti tidak memiliki riwayat penyakit asma, hipertensi,
maupun DM. Namun ia pernah berobat kerumah sakit karena
sesak napas. Lalu dokter mendiagnosis penyakit Tn. Sayuti
dengan ISPA. Tn. Sayuti hanya diberikan obat, tidak dirawat
inap. Tn. Sayuti jarang mengikuti pengobatan gratis. Tn. Sayuti
enggan untuk memeriksa kesehatannya secara rutin. Beliau ke
puskesmas hanya bila sakit. Keluarga Ny. Asmi, istri tn. Sayuti
tidak memiliki riwayat penyakit. Ny. Asmi juga jarang berobat
ke puskemas dan tidak pernah mengikuti pengobatan
gratis.Tidak ada riwayat dirawat di rumah sakit pada anaknya.

G. Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Tn. Sayuti dan Ny. Asmi saat bangun pagi selalu menyiapkan
sarapan untuk anak-anaknya. Jadwal kerja keduanya tidak
pernah bersamaan sehingga anak-anak dirumahnya selalu
mendapat pengawasan. Keluarga Tn. Sayuti selalu menggunakan
jamban dirumahnya. Air yang digunakan berasal dari Pompa
Air. Air tersebut selalu digunakan untuk keperluan mandi dan
mencuci baju, Untuk minum sehari-hari beliau membeli air
mineral galon. Setiap ingin makan semua keluarga jarang
mencuci tangan dengan sabun. Namun, belum mengerti tata cara
cuci tangan sesuai WHO. Kebiasaan merokok yang dilakukan
oleh Tn. Sayuti, sudah dilakukan sejak dari bangku SMP. Dalam
sehari ia biasa menghabiskan lebih dari 1 bungkus rokok dengan
harga Rp.20.000. Namun, seiring bertambahnya usia Tn. Sayuti
mulai mengurangi konsumsi rokoknya menjadi 1 bungkus/hari.
Beliau lebih sering merokok didalam rumah dibandingkan
diluar. Ruang keluarga paling sering menjadi tempat merokok.
Tabel 1.22. Identifikasi Faktor Internal Keluarga Tn. Sayuti

No. Kriteria Permasalah


1 Kebiasaan Merokok Tn. Sayuti sudah merokok sejak SMP dan
dalam sehari ia menghabiskan 1 bungkus
2. Pola Makan Ny. Asmi selalu menyiapkan makanan untuk
keluarga. Biasanya dilakukan 3 kali sehari.
3. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit, Keluarga Tn. Sayuti tidak
langsung berobat ke dokter. Beliau akan
membeli obat warung terlebih dahulu,
kemudian bila bertambah parah akan ke
dokter atau bidan.
4. Aktivitas sehari-hari a. Tn Sayuti mendapat penghasilan dari
bekerja sebagai buruh pabrik dengan
penghasilan per bulan dibawah UMR.
b. Ny. Asmi hanya sebagai ibu rumah
tangga yang mengurus keperluan
anaknya dan suaminya dirumah.
c. Tn. Sayuti selalu mencuci tangan
dengan sabun, namun Tn. Sayuti dan
keluarga belum memahami cara
mencuci tangan yang benar.

Tabel 1.23. Identifikasi Faktor Eksternal Keluarga Tn. Sayuti

No. Kriteria Permasalahan


1 Luas Bangunan Luas Bangunan Sekitar 30 m2, namun dibagi menjadi 4
ruangan.
2 Ruangan dalam Rumah ini terdiri dari 1 ruang keluarga, 1 ruang tidur, 1
rumah dapur dan 1 kamar mandi. Satu kamar tidur digunakan
oleh seluruh keluarga.
3 Ventilasi Ventilasi yang berada terletak diatas pintu depan hingga
atas jendela dan tertutup oleh kawat nyamuk. Jalur
ventilasinya melalui dinding batu bata.
4 Pencahayaan Pencahayaan di rumah ini terdapat di setiap ruangan dan
celah dari genting langit-langit saat siang hari. Jendela
cukup besar berada 1 didepan rumah sebagai
pencahayaan.
5 MCK Tempat Cuci Piring berada di dekat kamar mandi dan
digabung dengan tempat cuci pakaian. Sedangkan dapur
terpisah dari ruangan lainnya.
6 Sumber Air a. Untuk kegiatan mandi, cuci pakaian dan cuci
piring, keluarga Tn. Sayuti menggunakan air
tanah.
b. Untuk air minum dan memasak menggunakan
air gallon isi ulang.
7. Saluran Keluarga Tn. Sayuti tidak memiliki tempat
Pembuangan pembuangan limbah
Limbah
8. Tempat Sampah dikumpulkan kemudian dibakar didekat
pembuangan lahan kosong tempat tinggalnya.
sampah
9. Lingkungan Daerah Lingkungan Padat penduduk, jalan
sekitar lingkungan masih tanah, saluran irigasi
air disekitar tidak berfungsi karena dipenuhi
sampah.

1.5 Gambaran Keluarga Binaan


1.5.1 Penjabaran Area Masalah Pada Keluarga Binaan
Setelah mengamati, mewawancarai, dan melakukan observasi
pada masing-masing keluarga binaan di Desa Pangkalan, terdapat
berbagai area permasalahan pada keluarga binaan tersebut, yaitu:

MASALAH NON MEDIS:


1. Bak mandi yang tidak dibersihkan dan terdapat beberapa jentik
nyamuk
2. Tidak adanya selokan untuk menampung air hujan
3. Masih terdapatnya sampah yang berserakan dan kaleng bekas yang
dapat menjadi tempat bersarang nyamuk demam berdarah
4. Masih terdapat baju tergantung lama didalam ruangan
5. Tidak dilakukan promosi kesehatan mengenai pengendalian vektor
demam berdarah dengue
6. Masih terdapat kandang hewan yaitu burung yang dapat menjadi
tempat jentik nyamuk.
7. Tidak ada fasilitas jamban di dalam rumah
8. Ventilasi yang kurang dan tertutup
MASALAH MEDIS
1. Dua anggota keluarga binaan pernah menderita penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) pada enam bulan dan satu tahun yang
lalu.

1.5.2 Penentuan Area Masalah


Terdapat 2 metode yang bisa digunakan untuk menentukan
area masalah yaitu metode delbeq dan metode delphi. Pada
penelitian ini digunakan metode Delphi.
Metode Delphi adalah suatu metode dimana dalam proses
pengambilan keputusan melibatkan beberapa pakar. Dalam
pengambilan sebuah masalah, Kami menggunakan metode Delphi.
Metode Delphi merupakan suatu teknik membuat keputusan yang
dibuat oleh suatu kelompok, dimana anggotanya terdiri dari para ahli
atau masalah yang akan diputuskan.
Dari Sekian masalah yang ada pada keluarga binaan, peneliti
memutuskan untuk mengangkat permasalahan mengenai,
pengetahuan mengenai pencegahan penyakit DBD pada keluarga
binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten
Tangerang, Provinsi Banten.
Selanjutnya dilakukan presurvey pada keluarga binaan untuk
menilai aspek pengetahuan , sikap dan perilaku dari keluarga binaan
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Hasil dari presurvey didapatkan pengetahuan adalah rendah,
sikap keluarga binaan adalah cukup, sedangkan perilaku adalah
cukup .
Dari beberapa masalah yang ada pada keluarga binaan, melalui
proses musyawarah antara kelompok dengan para tenaga kesehatan
di puskesmas Tegal Angus kami memutuskan untuk mengangkat
permasalahan “Pengetahuan mengenai pencegahan penyakit DBD
pada keluarga binaan di RT 009 RW 03 Desa pangkalan Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”.

Gambar 9. Alur Penentuan Masalah Dengan Metode Delphi

Pemilihan area masalah kesehatan ini didasarkan atas berbagai


pertimbangan, yaitu:
1. Data Primer : Dari hasil wawancara pada keempat keluarga
binaan didapatkan pengetahuan mengenai pencegahan penyakit
DBD yang rendah.
2. Data Sekunder : Dari data puskesmas pada tahun 2017 terdapat
3 orang yang terkena penyakit DBD dan dari data PHBS
Puskesmas Tegal Angus pada Tahun 2018 didapatkan Rumah
yang bebas jentik 72,83 %. Dari hasil wawancara kepada
keluarga binaan didapatkan bahwa belum pernah diadakan
penyuluhan mengenai pencegahan penyakit DBD.
3. Data tersier : DBD menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia selama 47 tahun terakhir. Incidence Rate ( IR )
penyakit DBD dari tahun 1968-2015 cenderung terus
meningkat. berdasarkan data departemen kesehatan republik
Indonesia 2015 nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit
DBD banyak ditemukan berkembangbiak pada tempat
penampungan air. Sebagai spesies yang aktif siang hari nyamuk
betina mempunyai dua waktu aktifitas menggigit, yaitu beberapa
jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap. Nyamuk
Aedes aegypti beristirahat di tempat yang gelap, lembab, tempat
tersembunyi di dalam rumah atau bangunan, termasuk tempat
tidur, kloset, kamar mandi dan dapur dan jangkauan terbang
terbatas pada wilayah 100 meter dari tempat pupa menetas
menjadi nyamuk dewasa.Menurut Kemenkes RI 2015, Beberapa
faktor yang beresiko terjadinya penularan dan semakin
berkembangnya penyakit DBD adalah pertumbuhan jumlah
penduduk yang tidak memiliki pola, faktor urbanisasi yang tidak
berencana dan terkontrol, semakin majunya sistem transportasi
sehingga mobilisasi penduduk sangat mudah, sistem
pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak
memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk,
kurangnya sistem pengendalian nyamuk yang efektif, serta
melemahnya struktur masyarakat.
4. Data agama : Islam juga sangat menganjurkan untuk selalu
menjaga kesehatan melalui upaya preventif, yaitu mencegah
individu atau masyarakat agar jangan tertimpa penyakit adalah
dengan cara memperhatikan kesehatan lingkungan, membasmi
dan menghindari berbagai penyakit menular, dan memberikan
pengetahuan tentang kesehatan kepada masyarakat ( Zuhroni,
2010 ). Dalam sutu pengertian, ini berarti pula manusia
bertanggung jawab untuk memakmurkan bumi dan dilarang
merusak alam, sebagaimana diamanatkan dalam Al-Qur’an
sebagai wahyu yang menjadi rujukan kehidupan muslim.
Adanya perintah memakmurkan bumi dan melarang berbuat
kerusakan secara tersirat menyatakan bahwa manusia harus
memiliki kesadaran ekologis, yakni memahami bahwa manusia
punya kewajiban memakmurkan dan menjaga kelestarian
lingkungan hidup sebagai bagian integral dari alam ciptaan
(Achmad U, 2016 ).

Dalam Al-Quran juga terdapat ayat yang menjelaskan tentang


bagaimana kita sebagai manusia untuk bisa menjaga dan
memelihara lingkungan

Artinya :
“ Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan
tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan
sebagian dari ( akibat ) perbuatan mereka, agar mereka kembali
(ke jalan yang benar ) (41)
Katakanlah (Muhammad), “ Berpergilah di bumi lalu lihatlah
bagaimana kesudahan orang-orang dahulu, kebanyakan dari
mereka adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)
“(42).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Diagnosis dan Intervensi Komunitas


Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi
sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas
merupakan suatu prosedur atau keterampilan dari ilmu kedokteran komunitas.
Dalam melaksanakan kegiatan diagnosis dan intervensi komunitas perlu disadari
bahwa yang menjadi sasaran adalah komunitas atau sekelompok orang sehingga
dalam melaksanakan diagnosis komunitas sangat ditunjang oleh pengetahuan ilmu
kesehatan masyarakat (epidemiologi, biostatistik, metode penelitian, manajemen
kesehatan, promosi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan, kesehatan kerja
dan gizi). (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Konsep Pengetahuan

2.1.2.1 Definisi Pengetahuan


Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya.
Pengetahuan tersebut diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun melalui
pengalaman orang lain. Semenjak adanya sejarah kehidupan manusia di bumi ini,
manusia telah berusaha mengumpulkan fakta. Dari fakta-fakta ini kemudian
disusun dan disimpulkan menjadi berbagai teori, sesuai dengan fakta yang
dikumpulkan tersebut. Teori-teori tersebut kemudian digunakan untuk memahami
gejala-gejala alam dan kemasyarakatan yang lain. (Notoatmodjo, 2012)
2.1.2.2 Tingkat Pengetahuan
Secara garis besar dibagi 6 tingkat pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).:
1) Tahu (know).
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah tomat
banyak menggandung vitamin C, penyakit DBD ditularkan oleh gigitan
nyamuk Aedes aegepty, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan (Notoatmodjo,
2003).. Misalnya : apa penyebab dari penyakit DBD, bagaimana cara
melakukan PSN, dan sebagainya.
2) Memahami (comprehension).
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,
tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
mengintrepetasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut
(Notoatmodjo, 2003). Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan
penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M
(mengubur, menutup dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa
harus dilakukan 3M.
3) Aplikasi (application).
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud
dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut
pada situasi yang lain (Notoatmodjo, 2003). Misalnya, seseorang yang telah
paham tentang proses perencanaan, harus dapat membuat perencanaan
program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Dalam aplikasi
terhadap kasus DBD, masyarakat mampu menjelaskan bagaimana
menerapkan prinsip 3M dalam mencegah DBD.
4) Analisis (analysis).
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan/atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang
terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa
pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila
orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,
membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut
(Notoatmodjo, 2003). Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes
aegepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram siklus hidup Aedes
aegepty, dan sebagainya.
5) Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki (Notoatmodjo, 2003). Dengan kata lain, sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada, Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan
kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar,
dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. Pada tahap ini,
masyarakat diharapkan mampu untuk menjelaskan proses masuknya virus
dengue sampai terjadinya DBD.
6) Evaluasi (evaluation).
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Misalnya,
pada tahap ini individu dapat menilai seseorang yang terinfeksi virus dengue
melalui tanda, gejala, serta gambaran klinis lainnya.

2.1.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan


Menurut Sukmadinata (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang adalah sebagai berikut :
a. Faktor internal
1) Jasmani : Faktor jasmani diantaranya adalah kesehatan indera seseorang.
2) Rohani : Faktor rohani diantaranya adalah kesehatan psikis, intelektual,
psikomotor, serta kondisi afektif serta kognitif individu.
b. Faktor eksternal
1) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap
sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberi
respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang, akan berpikir sejauh
mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut.
2) Paparan media massa
Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik, berbagai informasi dapat
diterima oleh masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media
massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain-lain) akan memperoleh informasi
lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media. Hal ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat
pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
3) Status Ekonomi
Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder,
keluarga dengan status ekonomi yang baik akan lebih mudah tercukupi dibanding
keluarga dengan status ekonomi yang lebih rendah. Hal ini akan mempengaruhi
pemenuhan kebutuhan akan informasi pengetahuan yang termasuk kebutuhan
sekunder.
4) Hubungan sosial
Manusia adalah makhluk sosial, sehingga dalam kehidupan saling berinteraksi
antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara kontinyu
akan lebih besar terpapar informasi, sementara faktor hubungan sosial juga
mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikan untuk menerima pesan
menurut model komunikasi media.
5) Pengalaman
Pengalaman seseorang tentang berbagai hal dapat diperoleh dari lingkungan
kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya seseorang mengikuti
kegiatan-kegiatan yang mendidik, seperti seminar dan berorganisasi, sehingga
dapat memperluas pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan-kegiatan
tersebut,informasi tentang suatu hal dapat diperoleh.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang menurut Notoadmodjo (2003), yaitu :

a. Faktor Internal
1) Intelegensia
Intelegensia merupakan kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang
memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara tertentu. Intelegensi
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.
Secara umum, orang dengan intelegensi yang lebih tinggi biasanya akan lebih
mudah meneria suatu informasi atau pesan (Notoatmodjo, 2003).
2) Pendidikan
Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk
mengembangkan kepribadian dan kemampuan tertentu sehingga sasaran
pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Pendidikan mempengaruhi proses
belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi. Semakin banyak informasi yang masuk semakin
banyak pula pengetahuan yang didapat. Pengetahuan sangat erat kaitannya
dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi,
maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu
ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak
berpengetahuan rendah pula (Notoatmodjo, 2003).
3) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan atau suatu cara untuk
mengetahui kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu (Notoatmodjo, 2003).
4) Umur
Umur dapat mempengaruhi seseorang, semakin cukup umur, tingkat
kemampuan dan kematangan seseorang akan lebih tinggi dalam berpikir dan
menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berumur
lebih tua tidak mutlak memiliki pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan seseorang yang lebih muda (Notoatmodjo, 2003).
5) Tempat tinggal
Tempat tinggal adalah tempat menetap responden sehari-hari.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis demam berdarah lebih sering
menemukan kasus demam berdarah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya.
Sehingga masyarakat di daerah tersebut seharusnya memiliki tingkat
kewaspadaan yang lebih tinggi dibandingkan wilayah non endemis. Hal ini
juga berhubungan dengan informasi yang didapat seseorang di daerah
endemis demam berdarah akan lebih sering mendapatkan penyuluhan
kesehatan bila dibandingkan dengan daerah non endemis (Notoatmodjo,
2003).
6) Pekerjaan
Pekerjaan memiliki pengaruh pada pengetahuan seseorang. Lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan
pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Contohnya,
seseorang yang mempunyai pekerjaan di bidang kesehatan lingkungan
tetntunya akan lebih memahami bagaimana cara menjaga kesehatan di
lingkungannya, termasuk cara memberantas sarang nyamuk demam berdarah
jika dibandingan dengan orang yang bekerja diluar bidang kesehatan
(Notoatmodjo, 2003).
7) Status sosial ekonomi
Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang.
Individu yang berasal dari keluarga yang berstatus sosial ekonomi baik,
dimungkinkan lebih memiliki sikap positif memandang diri dan masa
depannya dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga dengan status
ekonomi rendah (Notoatmodjo, 2003).
b. Faktor Eksternal

1) Faktor lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam
lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik yang
akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. Pemerintah
memegang peranan penting dalam mempengaruhi pengetahuan seseorang
mengenai demam berdarah baik itu melalui penyuluhan kesehatan maupun
program- program yang diadakan untuk mencegah DBD, misalnya program
PSN Plus, pembentukan unit Pokja (kelompok kerja), Pokjanal (kelompok
kerja fungsional) di tingkat desa/ kelurahan maupun jumantik (juru pemantau
jentik) (Notoatmodjo, 2003).
2) Sosial budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau rendah. Sosial termasuk di
dalamnya pandangan agama, kelompok etnis dapat mempengaruhi proses
pengetahuan khususnya dalam penerapan nilai-nilai keagamaan untuk
memperkuat kepribadiannya (Notoatmodjo, 2003).
3) Informasi/ media massa
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah, termasuk penyuluhan kesehatan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2.4 Penilaian pengetahuan


Kategori pengetahuan dinilai berdasarkan teori kategori pengetahuan
(Notoatmojo, 2007) yang membagi pengetahuan menjadi 3 tingkatan:
1. Pengetahuan rendah, jika skor <56%
2. Pengetahuan sedang, jika skor 56-75%
3. Pengetahuan tinggi, jika skor >75%

2.1.2.5 Pengetahuan kesehatan


Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencangkup apa yang diketahui
seseorang terhadap cara memelihara kesehatan (Notoatmojo, 2007).
Pengetahuan tentang cara cara memelihara kesehatan ini meliputi:
1) Pengetahuan tentang penyakit (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau
gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara mencegahnya, cara
mengatasi atau menangani sementara).
2) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait dan atau mempengaruhi
kesehatan, antara lain gizi makanan, pembuangan sampah, perumahan
sehat, dan lain-lain.
3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan
5) Dan seterusnya.

2.1.3 Demam Berdarah Dengue

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan


oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk Aedes. Dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, hemokonsentrasi dan diatesis hemoragik. (Idrus
Alwi dkk,2014)

2.1.4 Pencegahan Demam Berdarah Dengue

Upaya pencegahan terhadap penularan DBD dilakukan dengan pemutusan rantai


penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus. Kegiatan yang optimal adalah melakukan pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan cara “5M” plus selain itu juga dapat dilakukan
dengan larvasidasi dan pengasapan (fogging).
Demam Berdarah hanya ditularkan melalui nyamuk Demam Berdarah (Aedes
Aegypti) yang berkembang biak di dalam genangan air jernih, di dalam maupun
di sekitar rumah, bukan di got atau di comberan. Membunuh nyamuknya saja
belumlah cukup selama jentik-jentiknya masih dibiarkan hidup. Karena itu upaya
yang paling tepat untuk mencegah demam berdarah adalah membasmi jentik-
jentinya dengan cara 5M:
1. Menguras
Bersihkan (kuras) tempat penyimpanan air (seperti bak mandi/WC, drum, dll)
seminggu sekali.
2. Menutup
Tutuplah kembali tempayan rapat-rapat setelah mengambil airnya, agar nyamuk
Demam Berdarah tidak dapat masuk dan bertelur disitu.
3. Mengganti
Ganti air vas bunga dan pot tanaman air setiap hari.
4. Mengubur
Kubur dan buanglah pada tempatnya, plastik, dan barang-barang bekas yang bisa
digenangi air hujan.
5. Menaburkan
Untuk tempat-tempat air yang tidak mungkin atau sulit dikuras. Taburkan bubuk
abate ke dalam genangan air tersebut untuk membunuh jentik-jentik nyamuk .
Ulangi hal ini setiap 2-3 bulan sekali atau peliharalah ikan di tempat itu.

Catatan:
Takaran penggunaan bubuk abate adalah sebagai berikut:
Untuk 10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate atau 10 gram untuk 100 liter
dan seterusnya. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan. Satu
sendok makan peres (yang diratakan di atasnya) berisi 10 gram abate. Anda
tinggal membaginya atau menambahnya sesuai banyaknya air yang akan
diabatisasi. Takaran tak perlu tepat betul. Abate dapat dibeli di apotek-apotek.
Selain itu ditambah dengan cara lainnya (PLUS) yaitu:
1. Ganti air vas bunga, minuman burung, dan tempat-tempat lainnya
seminggu sekali
2. Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
3. Tutup lubang-lubang pada potongan bambu, pohon dan lain-lain
dengan tanah
4. Bersihkan/keringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air
seperti pelepah pisang atau tanaman lainnya.
5. Mengeringkan tempat-tempat lain yang dapat menampung air hujan di
pekarangan, kebun, pemakaman, rumah-rumah kosong dan lain
sebagainya.
6. Pelihara ikan pemakan jentik nyamuk seperti ikan cupang, ikan kepala
timah, ikan tempalo, ikan nila, ikan guvi dan lain-lain
7. Pasang kawat kasa
8. Jangan menggantung pakaian di dalam rumah
9. Tidur menggunakan kelambu
10. Atur pencahayaan dan ventilasi yang memadai
11. Gunakan obat anti nyamuk untuk mencegah gigitan nyamuk
12. Lakukan larvasidasi yaitu membubuhkan larvasida misalnya temephos
di tempat-tempat yang sulit dikuras atau di daerah yang sulit air
13. Menggunakan ovitrap, larvitrap maupun Mosquito trap
14. Menggunakan tanaman pengusir nyamuk seperti: lavender, kantong
semar, sereh, zodia, geranium dan lain-lain (Kesehatan RI, 2013)

a. Larvasidasi
Larvasidasi adalah pengendalian larva (jentik) nyamuk dengan pemberian
larvasida yang bertujuan untuk membunuh larva tersebut. Pemberian
larvasida ini dapat menekan kepadatan populasi untuk jangka waktu 2
bulan. Jenis larvasida ada bermacam-macam, diantaranya adalah
temephos, piriproksifen, metopren, dan bacillus thuringensis.

1. Temephos
Temephos 1% berwarna kecokelatan, terbuat dari pasir yang dilapisi
dengan zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam jumlah
sesuai dengan yang dianjurkan aman bagi manusia dan tidak
menimbulkan keracunan. Jika dimasukkan dalam air, maka sedikit
demi sedikit zat kimia itu akan larut secara merata dan membunuh
semua jentik nyamuk yang ada dalam tempat penampungan air
tersebut. Dosis penggunaan temephos adalah 10 gram untuk 100 liter
air. Bila tidak ada alat untuk menakar, gunakan sendok makan peres
(yang diratakan di atasnya). Pemberian temephos ini sebaiknya diulang
penggunaannya setiap 2 bulan.
2. Metropen 1,3%
Metropen 1,3% berbentuk butiran seperti gula pasir berwarna hitam
arang. Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia dan tidak
menimbulkan keracunan. Metropen tersebut tidak menimbulkan bau
dan mengubah warna air dan dapat bertahan sampai 3 bulan. Zat kimia
ini akan menghambat/membunuh jentik sehingga tidak menjadi
nyamuk. Dosis penggunaan adalah 2,5 gram untuk 100 liter air.
Penggunaan metropen 1,3% diulangi setiap 3 bulan.
3. Piriproksifen 0,5%
Piriproksifen ini berbentuk butiran berwarna cokelat kekuningan.
Dalam takaran yang dianjurkan, aman bagi manusia, hewan dan
lingkungan serta tidak menimbulkan keracunan. Air yang ditaburi
piriproksifen tidak menjadi bau, tidak berubah warna dan tidak korosif
terhadap tempat penampungan air yang terbuat dari besi, seng dan
lain-lain. Piriproksifen larut dalam air kemudian akan menempel pada
dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan. Zat
kimia ini akan menghambat pertumbuhan jentik sehingga tidak
menjadi nyamuk. Dosis penggunaan piriproksifen adalah 0,25 gram
untuk 100 liter air. Apabila tidak ada takaran khusus yang tersedia bisa
menggunakan sendok kecil berukuran kurang lebih 0,5 gram.
4. Bacillus Thuringiensis
Bacillus thuringiensis (BTi) sebagai pembunuh jentik
nyamuk/larvasida yang tidak mengganggu lingkungan. Bti terbukti
aman bagi manusia bila digunakan dalam air minum pada dosis
normal. Keunggulan Bti adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa
menyerang predator entomophagus dan spesies lain. Formula Bti
cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah, karena itu
dianjurkan pemakaian yang berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar
dan rusak oleh sinar matahari (Kesehatan RI, 2013).

b. Fogging (Pengasapan)
Nyamuk dewasa dapat diberantas dengan pengasapan menggunakan
insektisida (racun serangga). Melakukan pengasapan saja tidak cukup,
karena dengan pengasapan itu yang mati hanya nyamuk dewasa saja.
Jentik nyamuk tidak mati dengan pengasapan. Selama jentik tidak
dibasmi, setiap hari akan muncul nyamuk yang baru menetas dari tempat
perkembangbiakannya. Ada beberapa jenis insektisida yang dapat
digunakan sebagaimana dalam tabel 1 di bawah ini. (Kesehatan RI, 2013)

Tabel 2.1. Jenis Insektisida


Jenis Insektisida Dosis pemakaian Dosis pemakaian luar
dalan rumah (g rumah (g Al/ha)
Al/1000m3)
Deltametrhrin UL 0.05 0,5-1,0
Deltamethrin EW 0,05 -
Lambda-cyhalothrin - 2
EC
Malathion EW dan UL - 112-600
Permethrin (25 cis: 75
trans; 10,35%w/w) + 0,73 -
S-bio allethrin (0.14
w/w) + piperonyl
butoxide (9,85% w/w)
EW
d-d, trans- 0,2 3,5-4,0
cyphenothrin EC
Sumber : Petunjuk teknis pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue
(PSN DBD) oleh juru pemantau jentik (JUMANTIK).

Tindakan Pencegahan Demam Berdarah Dengue Menurut Depkes RI, 2007:


1. Pengelolaan Lingkungan
Ada beberapa metode pengelolaan lingkungan yaitu mengubah
lingkungan: perubahan fisik habitat vector, pemanfaatan lingkungan dengan
pengelolaan dan menghilangkan tempat perkembangbiakan alami, mengupayakan
perubahan perilaku dan tempat tinggal manusia sebagai usaha mengurangi kontak
antara vector-manusia.
a. Mengeringkan instalasi penampungan air.
Genangan air, pipa penyaluran, katup pintu air, tempat yang dapat
menampung air dan dapat menjadi tempat perindukan jentik aedes Aegypti
bila tidak dirawat.
b. Tempat penampungan air di lingkungan rumah tangga.
Sumber utama perkembangbiakan aedes aegypti di sebagian besar
daerah adalah tempat penampung air untuk keperluan rumah tangga,
termasuk wadah dari keramik, wadah dari semen, dan tempat tempat
penampung air bersih atau air hujan harus ditutup dengan rapat.
c. Jambangan dan Vas bunga.
Jambangan bunga dan vas bunga harus dilubangi sebagai lubang
pengeringan, vas harus digosok dan dibersihkan.
d. Pembuangan Sampah Padat.
Sampah padat, kering seperti kaleng, ember, botol, ban bekas atau
sejenisnya yang tersebar disekitar rumah harus dipindahkan dan dikubur
didalam tanah. Perlengkapan rumah dan alat perkebunan (ember, mangkok
dan alat penyiram) harus diletakkan terbalik untuk mencegah tertampungnya
air hujan. Ban truk bekas dapat dibuat sebagai wadah sampah berharga murah
dan dapat di pakai berulang kali.
e. Mengisi lubang pagar.
Pagar dan pembatas pagar yang terbuat dari bambu harus dipotong
ruasnya dan pagar beton harus dipenuhi dengan pasir untuk mengirangi
perindukan nyamuk aedes aegypti.
2. Memodifikasi Lingkungan
a. Perbaikan Saluran Air.
Apabila aliran sumber air tidak memadai dan hanya tersedia pada jam
tertentu atau sedikit, harus diperhatikan kondisi penyimpanan air pada
berbagai jenis wadah karena hal tersebut dapat meningkatkan
perkembangbiakan aedes aegyprti. Wadah besar dan berat dan sulit
dikeringkan dibersihkan harus benar-benar diperhatikan, tutup rapat-rapat
wadah dan tidak lupa untuk menaburkan bubuk abate kedalam wadah yang
berisi air untuk membunuh jentik-jentik nyamuk. Takaran bubuk abate untuk
10 liter air cukup dengan 1 gram bubuk abate. Untuk menakarnya digunakan
sendok makan.
b. Talang air/tangki air bawah tanah.
Tempat perindukan jentik nyamuk termasuk di talang air/tangki bawah
tanah, maka strukturnya harus dibuat anti nyamuk. Bangunan dari batu untuk
tutup pintu air dan meteran air juga harus dilengkapi dengan lubang
pengering sebagai tindakan dari pencegahan. Bak mandi dikuras setiap 2x
dalam seminggu dan dapat diberi ikan kecil agar dapat memutuskan
perkembangbiakan nyamuk.
3. Perlindungan Diri
a. Pakaian pelindung.
Pakaian dapat mengurangi resiko gigitan nyamuk bila pakaian tersebut
cukup longgar dan tebal, lengan panjang dan celana panjang serta kaos kaki
yang merupakan tempat gigitan nyamuk.
b. Obat nyamuk semprot, bakar.
Produk insektisida rumah tangga, seperti obat nyamuk bakar, semprotan
pyrentrum dan aerosol (semprot) banyak digunakan sebagai alat perlindungan
diri terhadap nyamuk. Mats electric juga dapat digunakan.
c. Obat oles anti nyamuk (repellent).
Pemakaian obat anti nyamuk merupakan suatu cara yang paling umum
bagi seseorang untuk melindungi dirinya dari gigitan nyamuk dan serangga
lainnya. Jenis ini secara luas diklasifikasikan menjadi dua kategori, penangkal
alamiah dan penangkal kimiawi. Minyak murni dari ekstrak tanaman
merupakan bahan utama obat-obatan penangkal nyamuk alamiah, contohnya,
minyak serai, minyak sitrun dan minyak neem. Bahan penangkal kimiawi
seperti DEET (NDiethyl-m-Toluamide) dapat memberikan perlindungan
terhadap aedes aegypty selama beberapa jam.
d. Tirai dan kelambu nyamuk.
Tirai dan kelambu nyamuk sangat bermanfaat untuk pemberantasan
dengue karena spesies ini mengigit pada siang hari. Kelambu efektif untuk
melindungi bayi, orang-orang dan pekerja malam yang sedang tidur siang.
e. Penggunaan tanaman penghalau nyamuk.
Menanam tanaman yang dapat mengusir nyamuk dengan baunya juga
dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mencegah gigitan nyamuk
demam berdarah dengue ini. Beberapa tanaman yang dapat digunaka sebagai
penghalau nyamuk diantaranya adalah akar wangi (vertiver zizanoides).
Ekstrak Akar Wangi ini mampu membunuh larva nyamuk aedes aegypti
kurang lebih dalam waktu 2 jam dengan cara merendam ke dalam air. Ekstra
akar wangi memiliki kandungan evodiamine dan rutaecarpine sehingga
menghasilkan aroma yang cukup tajam yang tidak disukai serangga selain itu
Ekstra akar wangi terasa pahit, Geranium memiliki kandungan geraniol dan
sitronelol yang merupakan tanaman berbau menyengat dan harum dan
bersifat antiseptic dan tidak disukai nyamuk, Lavender selain bisa langsung
sebagai pengusir nyamuk bunganya juga menghasilkan minyak yang
digunakan sebagai bahan penolak nyamuk bahkan bahan yang sering
digunakan sebagai lotion anti nyamuk dengan komposisi utama adalah
linalool asetat, Rosemary yang mampu menebar aroma wangi sekaligus
pengacau penciuman dan daya efektifitas “radar” nyamuk.

2.1.5 Pengetahuan Menurut Islam

Ilmu Pengetahuan Menurut Islam


Kata ilmu berasal dari bahasa Arab ‘Ilm yang berarti pengetahuan,
merupakan lawan dari kata jahl yang berarti ketidaktahuan (ignorance). Kata ilmu
biasa disepadankan dengan kata Arab lainnya, ma’rifah (pengetahuan), fiqh
(pemahaman), hikmah (wisdom = kebijaksanaan), dan syu’ur (perasaan). Banyak
ayat Al-Quran dan Hadis Nabi berisi anjuran menuntut ilmu. Dalam perintah
tersebut tidak ada pemilahan disiplin ilmu yang dimaksud, konteksnya umum dan
global, sehingga dapat disimpulkan, anjuran mencari ilmu meliputi disiplin ilmu
apa saja (Zuhroni, 2013).
Dalam ayat yang umum dan khusus, terdapat ajakan agar menggali,
memikirkan dan mencari tahu tentang berbagai hal, seperti penegasan ayat:

Dan di bumi terdapat tanda bagi kaum yang berfikir. Dan dalam diri kalian,
mengapa engkau tidak memperhatikan-nya (QS Al-Dzariyat : 20-21)
Ajaran Islam sangat menekankan penggunaan akal, menjaga dan
mengefektifkannya termasuk salah satu dari lima kemaslahatan yang merupakan
tujuan syariat Islam (Maqashidusy Syariah). Hadis-hadis Nabi saw. yang berisi
anjuran kepada umat Islam agar menuntut ilmu, misalnya :

َ ‫ب ْال ِع ْل ِم فَ ِر ْي‬
‫ضةٌ َعلَى ُك ِِّل ُم ْس ِلم‬ ُ َ‫طل‬
َ
‘Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim’(HR. Ibn ‘Aday, al-Baihaqi, dan at-
Thabarani dari al-Husain bin ‘Ali, Ibnu Abbas, dan Ibn Mas’ud; Ibnu Majah, dan
Ibn ‘Abd al-Bar dari Anas).
ِ‫ين‬ ِ ‫اطلُبُوا ال ِعل َِم َولَوِ ِب‬
ِ ‫الص‬
‘Carilah ilmu meski hingga ke negeri Cina’(HR. al-’Uqaili, Ibnu ‘Aday, al-
Baihaqi, dan Ibn ‘Abd al-Barr dari Anas).

Manusia sebagai ciptaan Tuhan yang sempurna, dalam memahami alam


sekitarnya terjadi proses yang bertingkat dari pengetahuan (sebagai hasil dari tahu
manusia), ilmu, dan filsafat (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan adalah proses
kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari kesadarannya sendiri
(Bakhtiar, 2004). Ilmu jelas merupakan modal dasar bagi seseorang dalam
memahami berbagai hal baik terkait urusan duniawi maupun ukhrawi (Asy-
Syatibi, 1997).

Pencegahan Demam Berdarah Dengue Menurut Islam

Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan


oleh virus dengue, ditularkan oleh nyamuk Aedes. Dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia, hemokonsentrasi dan diatesis hemoragik. (Alwi
dkk, 2014). Berdasarkan definisi dan manifestasi tersebut dapat dikatakan bahwa
seseorang yang terkena penyakit DBD itu sedang diuji oleh Allah SWT.

Hidup ini tidak lepas dari cobaan dan ujian, bahkan cobaan dan ujian
merupakan sunatullah dalam kehidupan. Manusia akan diuji dalam kehidupannya
baik dengan perkara yang tidak disukainya atau bisa pula pada perkara yang
menyenangkannya. Sebagaimana firman Allah SWT :
Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. Dan (juga)
kamu benar-benar akan mendengar dari orang-orang yang diberi al-Kitab
sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan
yang banyak yang menyakitkan hati. Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka
sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan (Ali
‘Imran(3) : 186)

Dalam hadits juga dijelaskan tentang ujian (cobaan) :

ُ‫صبْ ِم ْنه‬ َ ‫َم ْن يُ ِر ِد‬


ِ ُ‫ّللاُ بِ ِه َخي ًْرا ي‬
“Barangsiapa yang dikehendaki oleh Allah menjadi orang baik maka ditimpakan
musibah (ujian) kepadanya.” (HR. Al-Bukhari)

Untuk mencegah penyakit DBD dapat dilakukan gerakan 5Mplus


(Praditya, 2014), yaitu:

a. Menguras
b. Menutup
c. Mengubur dan membersihkan barang bekas
d. Mengganti
e. Menaburkan

Gerakan 5Mplus ini dapat dikaitkan dengan perintah menjaga kebersihan


lingkungan dalam ajaran Islam. Sebagaimana firman Allah SWT :
‫ْن۝‬
ََّ ‫طﻬِّ ِري‬ ْ ‫ب‬
ََّ َ‫َّﺍل ُمت‬ ُّ ‫َّويُ ِح‬
َ َ‫بَّﺍلتوﺍ ِبيْن‬
ُّ ‫ﺍِنَّﷲَيُ ِح‬......
“........Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-
orang yang menyucikan / membersihkan diri”. (Al-Baqarah (2) : 222)

Menjaga kebersihan juga dijelaskan dalam hadits-hadits, di antaranya :

ِ ‫ظافَةٌ ِمنَ اﻻِ ْي َم‬


﴾‫﴿رﻮاﻩ احمد‬٠‫ان‬ َ َ‫اَلن‬
“Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Ahmad)

Pada hadits yang lain dikatakan :

ُّ ‫ظافَةُ َك ِر ْي ٌم يُ ِح‬
‫ب‬ َ َ‫ب الن‬
ُّ ‫ْف يُ ِح‬
ٌ ‫ب ن َِظي‬ َ ‫ب‬
َ ِِّ‫الطي‬ ُّ ‫ِّب يُ ِح‬
ٌ ِ‫طي‬َ ‫ا َِن ﷲَتَ َعالَى‬
﴾‫﴿رواﻩ التِّرمذى‬٠ ‫َظفُ ْﻮااَ ْفنِ َيتَ ُك ْم‬َ ‫ب ْال ُج ْﻮدَ فَن‬ُّ ‫ْال َك َر َم َج َﻮادٌ يُ ِح‬
“Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan, bahwasanya Allah itu bersih,
menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha
Indah menyukai keindahan, karena itu bersihkan tempat-tempatmu”. (HR. Al-
Turmudzi)

Pengetahuan Masyarakat tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam


Berdarah Dengue Menurut Islam

Jumlah kasus demam berdarah dengue cenderung meningkat dari tahun ke


tahun. Meningkatnya angka demam berdarah di berbagai kota di Indonesia
disebabkan oleh sulitnya pengendalian penyakit yang ditularkan Aedes aegypti.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan hanya 14% masyarakat
kelurahan Sumur Batu yang memiliki pengetahuan baik tentang pemberantasan
sarang nyamuk demam berdarah dengue. Sementara 86% lainnya memiliki
pengetahuan yang kurang baik.
Ajaran Islam sangat mengedepankan menjaga kesehatan dan kebersihan.
Jadi, dalam hal ini hendaknya masyarakat agar mempelajari dan mengetahui
tentang pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue agar terhindar
dari penyakit tersebut.
Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue merupakan upaya
untuk mencegah dari penyakit DBD. Dengan kata lain, hal ini merupakan upaya
menjaga kemaslahatan. Kemaslahatan itu tidak hanya untuk kehidupan dunia ini
saja tetapi juga untuk kehidupan yang kekal di akhirat kelak. Abu Ishaq al-Syatibi
merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni:

1. Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama)


2. Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa)
3. Hifdz Al’Aql (Memelihara Akal)
4. Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan)
5. Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta)
Kelima tujuan hukum Islam tersebut di dalam kepustakaan disebut al-
maqasid al khamsah atau al-maqasid al- shari’ah. (Prawiro, 2013).
2.2 Kerangka Teori
Konsep yang digunakan dalam penelitian ini diambil berdasarkan teori dari
Sukmadinata, 2009, faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan.

Faktor Internal :
1. Jasmani
2. Rohani

Teori Pengetahuan
Faktor Eksternal :
1. Pendidikan
2. Paparan Media Massa
3. Status Ekonomi
4. Hubungan Sosial
5. Pengalaman

Bagan 1. Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan (Sukmadinata, 2009)

2.3 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori sebelumnya, dapat dibuat suatu kerangka konsep yang
berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di
Desa pangkalan RT 009 RW 003 Kelurahan Tegal Angus Kecamatan Teluk
Naga Kabupaten Tangerang Provinsi Banten

Pengetahuan Mengenai Pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue pada


Keluarga Binaan.

Bagan 2. Kerangka Konsep

2.4 Definisi Operasional


Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang
diamati atau diteliti, variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional.
Definisi operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau
pengamanan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta mengembangkan
instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2011). Adapun definisi operasional dalam
penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 2.2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat Hasil Ukur Skala Ukur


Ukur
Pengetahuan Tingkat Kuesioner a. Tinggi : jika Ordinal
Masyarakat tentang pemahaman skor > 75 %
pencegahan responden b. Sedang :
penyakit demam mengenai PSN 5M jika skor
berdarah dengue Plus (Menutup, 56% - 75 %
Mengubur, c. Rendah :
Menguras, jika skor <
Mengganti, 56 %
Menabur
Pengasapan,
Proteksi diri)
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Penentuan Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data yang merupakan
alat bantu yang dipilih dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan mudah. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan
data adalah kuesioner.

3.2 Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan adalah deksriptif dengan analisis
univariat. Metode deskriptif merupakan metode penelitian akumulasi data dasar
yang bermaksud untuk membuat pecandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi
atau kejadian-kejadian (Suryabrata, 2012). Analisis univariat dilakukan dengan
menganilisis data yang telah dikumpulkan lalu menginterpretasikannya. Penelitian
ini mendeskripsikan masalah yang terjadi pada 4 keluarga binaan di Desa
Pangkalan RT 009/RW 03 Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten.

3.3 Populasi Pengumpulan Data


Populasi adalah keseluruhan objek penelitian data. Populasi dalam
penelitian ini terdiri dari empat keluarga binaan di RT/RW 009/03, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.4 Sampel Pengumpulan Data


Sampel adalah semua individu dikeluarga binaan. Dalam penelitian ini
yang menjadi sampel berdasarkan populasi pengumpulan data yaitu empat
keluarga binaan di RT/RW 009/03, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten adalah 13 orang yaitu keluarga Tn.
Martha sebanyak 3 orang, Tn. Usman sebanyak 5 orang, Tn. Atin sebanyak 2
orang, dan Tn. Sayuti sebanyak 3 orang.
3.5 Responden Pengumpulan Data
Dalam pemilihan responden yang merupakan perwakilan dari setiap anggota
keluarga binaan, dibutuhkan kriteria inklusi dan eksklusi:
1. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili
dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel yaitu:
a. Merupakan anggota keluarga binaan
b. Sehat jasmani dan rohani
c. Usia ≥ 15 tahun
2. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat
mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.
Dalam penelitian ini yang merupakan kriteria eksklusi yaitu:
a. Usia < 15 tahun
b. Gangguan mental dan sakit berat

3.6 Jenis dan Sumber Data

3.6.1 Jenis Data


1. Data Kualitatif
Data kualitatif yang peneliti dapatkan adalah pengetahuan yang kurang
pada keluarga tentang pencegahan penyakit demam berdarah. Data kualitatif
adalah data untuk mencari akar penyebab masalah yang didapatkan di
keluarga binaan. Data kualitatif menggambarkan karakteristik responden,
pengetahuan, umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, penghasilan, sumber
informasi.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau bilangan. Data
kuantitatif yang kami dapatkan adalah umur, penghasilan, luas rumah dan luas
ruangan.
3.6.2 Sumber Data
Sumber data dalam pengumpulan data ini adalah seluruh responden di
empat keluarga binaan di RT 009/RW03 di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk
Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
1. Data Primer, data yang langsung didapatkan dari hasil kuesioner anggota
warga binaan di Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga yang dilakukan
melalui wawancara terpimpin dan observasi.
2. Data Sekunder, data yang didapatkan dari puskesmas Tegal Angus, yaitu
profil Puskesmas Tegal Angus, profil desa, dan kesehatan lingkungan
wilayah kerja puskesmas Tegal Angus.
3. Data Tersier, adalah bahan-bahan yang memberi penjelasan terhadap data
primer dan sekunder. Data tersier dalam penelitian ini adalah buku Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Parasitologi Kedokteran dan buku Akhlaq menurut
Islam.

3.7 Pengumpulan Data


Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam langkah-langkah
melakukan diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan,
digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data. Metode yang
digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara dengan menggunakan
instrumen kuesioner sebagai alat bantu mengumpulkan data.

Tabel 3.1. .Pengumpulan Data

No Tanggal Kegiatan
1 Selasa, 10/7/2018 a. Datang ke Puskesmas Tegal Angus dan
Perkenalan dengan dokter pembimbing
puskesmas
b. Perkenalan dengan Keluarga Binaan
2 Rabu, 11/7/2018 a. Melihat data sekunder dari Puskesmas Tegal
Angus
b. Mengikuti kegiatan di Puskesmas Tegal
Angus berupa Program Indonesia Sehat
dengan Pendekatan Keluarga
c. Melakukan wawancara singkat pada masing-
masing keluarga binaan untuk mengambil
data umum dan menentukan area masalah
d. Melakukan pre-survei dengan kuesioner yang
dibuat berdasarkan area masalah untuk
menentukan judul diagnosis komunitas
e. Konsultasi dengan dr. Dini
3 Kamis, 12/7/2018 Diskusi kelompok
4 Jumat, 13/7/2018 Diskusi kelompok dan bimbingan dengan dr. Yanuar
pembimbing lapangan di Puskesmas Tegal Angus
5 Sabtu, 14/7/2018 a. Diskusi Kelompok dan bimbingan dengan dr.
Husna pembimbing lapangan di Puskesmas
Tegal Angus
b. Konsultasi dengan dr. Dini
6 Minggu, 15/7/2018 Diskusi kelompok

7. Senin, 16/7/2018 Diskusi Kelompok

8. Selasa, 17/7/2018 Diskusi Kelompok

9. Rabu, 18/7/2018 Melakukan pre-survei dengan kuesioner yang dibuat


dari definisi opearasional kepada responden dari
empat keluarga binaan dengan cara wawancara
10. Kamis, 19/7/2018 Melakukan pengambilan data dengan kuesioner yang
dibuat dari definisi opearasional kepada responden
dari empat keluarga binaan dengan cara wawancara

3.8 Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan data tentang “Pengetahuan mengenai Pencegahan Penyakit
DBD pada Keluarga Binaan RT 009/RW 003, Desa Pangkalan, Kecamatan
Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” digunakan cara manual
dan bantuan SPSS 23.0. Untuk menganalisa data-data yang sudah didapat
menggunakan analisa univariat.
Analisa univariat adalah analisa yang dilakukan untuk mengenali setiap
variable dari hasil penelitian. Data akan diringkas sedemikan rupa menjadi
informasi yang berguna. Hasil peringkasannya dapat berupa tabel, ukuran
statistik dan grafik.
Pada diagnosis dan intervensi komunitas ini, variable indpenden dan dependen
yang diukur adalah:
1. Variabel Independen:
- Tingkat pendidikan
- Pekerjaan
- Ekonomi
- Informasi
2. Variabel Dependen: Pengetahuan mengenai pencegahan penyakit demam
berdarah dengue.
BAB IV
HASIL

1.1 Karakteristik Responden


Hasil analisis ini disajikan melalui bentuk tabel dan diagram yang diambil
dari data karakteristik responden yang terdiri dari 13 orang dalam empat
keluarga binaan di RT 009 / RW03, Desa Pangkalan, Kelurahan Tegal
Angus, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten
yakni: Keluarga Tn. Marta, Tn. Usman,Tn. Atin dan Tn. Sayuti.
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Usia Pada Keluarga Binaan di RT 009/RW 03, Desa
Pangkalan, Kabutan Tangerang, Provinsi Banten Juli 2018

Berdasarkan tabel 4.1 tentang frekuensi berdasarkan usia pada responden

Umur (dalam tahun) Jumlah Persentase


< 20 1 7,7%
21-40 4 30,8%
41-60 8 61,5%
di keluarga binaan didapatkan jumlah responden terbanyak adalah yang
berusia 41-60 tahun ( 61,5 %)

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Responden di Keluarga Binaan, di


RT 009/RW 03, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang,
Provinsi Banten Juli 2018

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase


1 Tidak Sekolah 5 38,5%
2 SD 5 38,5%
3 SLTP 3 23,0%

Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat tingkat pendidikan terbanyak dari


keluarga binaan adalah yang Tidak bersekolah dan SD (38,5%).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di RT 009/RW 03, Desa
Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juli
2018.

No. Pekerjaan Jumlah Persentase


1 Buruh 3 23,1%
2 Pedagang 1 7,7%
3 Pegawai swasta 3 23,1%
4 Ibu Rumah Tangga 3 23,1%
5 Petani 1 7,7%
6 Belum bekerja 1 7,7%
7 Tidak bekerja 1 7,7%

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa Distribusi Pekerjaan


terbanyak adalah Buruh (23,1%), Pegawai swasta ( 23,1 % ) dan Ibu
Rumah tangga ( 23,1 % )

1.2 Analisis Univariat


Hasil analisis data disajikan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel -
variabel dalam Kuesioner yang di survey langsung pada empat rumah
keluarga binaan pada 10 Juli – 12 Juli 2018.
Tabel 4.4. Distribusi Responden mengenai pengetahuan mengenai pencegahan penyakit
DBD pada keluarga binaan di RT 009/RW 03, Desa Pangkalan, Kecamatan Teluk Naga,
Kabupaten Tanggerang, Provinsi Banten Juli 2018.

Pengetahuan Jumlah Responden Presentase (%)


Tinggi 0 0
Sedang 0 0%
Rendah 13 100%
Total 13 100%

Berdasarkan Tabel 4.4 didapatkan bahwa sebanyak 13 responden (100%)


memiliki pengetahuan mengenai pencegahan penyakit DBD rendah.

4.3 Rencana Intervensi Pemecahan Masalah


Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan
rencana intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone.
Tujuan pembuatan diagram fishbone yaitu untuk mengetahui
penyebab masalah sampai dengan akar-akar penyebab masalah
sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan masalah
dari setiap akar penyebab masalah tersebut. Adapun diagram fishbone
dapat dilihat sebagai berikut:
Sesuai dengan diagram fishbone tersebut, akar-akar penyebab masalah
yang ditemukan dapat dilihat melalui bagan 4.1, kemudian setelah
ditemukan akar penyebab masalah dapat ditentukan alternatif
pemecahan masalah dan rencana intervensi.

4.4 Intervensi Pemecahan Masalah Yang Terpilih

4.5 Evaluasi Intervensi Pemecahan Masalah


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
5.1.1 Area Masalah
Berdasarkan hasil wawancara dan pengumpulan data dari kunjungan
ke keluarga binaan yang bertempat tinggal di Desa Pangkalan RT 009
dan RW 03, Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten, maka dilakukanlah diskusi kelompok dan merumuskan serta
menetapkan area masalah yaitu “Pengetahuan mengenai penyakit
DBD Pada Keluarga Binaan di RT 009 RW 003 Desa Pangkalan,
Kecamatan Teluk Naga, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten”

5.1.2 Hasil Analisis Univariat


A. Pengetahuan Merokok
Didapatkan responden terbanyak memiliki pengetahuan mengenai
penyakit DBD adalah rendah yaitu 100%

5.1.3 Hasil Fishbone

5.1.4 Intervensi Pemecahan Masalah

5.2 Saran

Bagi Masyarakat Desa Pangkalan

Bagi Puskesmas Tegal Angus


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN I
KUISIONER SURVEY

PENGETAHUAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT DBD PADA


KELUARGA BINAAN DI DESA PANGKALAN RT 009 RW 03
KELURAHAN TEGAL ANGUS KECAMATAN TELUK NAGA
KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN

Nama :…………………………………..
Alamat :…………………………………..
Umur :…………………………………..
Status dalam keluarga :…………………………………..
Pekerjaan :…………………………………..
Pendidikan terakhir :…………………………………..

a. Tidak sekolah/buta huruf


b. Sekolah Dasar (SD) atau sederajat
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama(SLTP) atau sederajat
d. Sekolah Menengah Umum(SMU) atau sederajat
e. Akademi (D1, D2, D3)
f. Sarjana (S1, S2, S3)

Apakah terdapat anggota keluarga yang menderita demam berdarah selama kurun
waktu
1 tahun ?
a. Ya, yaitu..........................................
b. Tidak

Jika ya, keadaan penderita tersebut saat ini :


a. Sehat
b. Masih menderita sakit akibat komplikasi penyakit demam berdarah
c. Meninggal dunia
I. PENGETAHUAN

1. Apakah anda mengetahui penyakit demam berdarah ?


a. Tahu
b. Tidak tahu

Bila tahu, apa penyebab penyakit demam berdarah?


a. Virus / bibit penyakit yang sangat kecil (10)
b. Gigitan serangga (nyamuk, lalat, dan lain-lain) (10)
c. Makanan / minuman yang tidak dimasak dengan baik / bersih (0)
d. Terkena kutukan / guna-guna (0)
e. Tidak tahu

2. Bagaimana tanda-tanda orang yang menderita penyakit demam berdarah


?(boleh
lebih dari satu jawaban)
a. Demam mendadak (2)
b. Sakit kepala (2)
c. Nyeri sendi / tulang / otot (2)
d. Nyeri ulu hati (2)
e. Perdarahan berupa : bintik-bintik merah di kulit, perdarahan gusi / hidung,
batuk darah, berak darah, dan lain-lain. (2)
f. Tidak tahu (0)

3. Apakah penyakit demam berdarah merupakan penyakit yang berbahaya ?


a. Ya,
b. Tidak

Jika ya, demam berdarah berbahaya karena


a. Menyebabkan kematian (10)
b. Menularkan ke anggota keluarga yang lain (0)

4. Menurut anda, bagaimana cara penyebaran penyakit demam berdarah ?


a. Melalui gigitan nyamuk yang sebelumnya telah menggigit penderita demam
berdarah (10)
b. Melalui debu / angin (0)
c. Melalui batuk / dahak (0)
d. Bersentuhan dengan penderita demam berdarah (0)
e. Melalui barang yang dipakai oleh penderita demam berdarah (0)
f. Tidak tahu (0)

5. Apakah anda mengetahui kegunaan dari bubuk abate ?


a. Tahu
b. Tidak tahu
Bila tahu, untuk apa bubuk abate ?
a. Menghilangkan warna pada air (0)
b. Membunuh jentik-jentik nyamuk (10)
c. Menghilangkan bau pada air (0)
d. Membuat air jadi tahan lama (0)
e. Tidak tahu (0)

6. Tempat-tempat apa saja yang berpotensi / dapat menjadi tempat bersarang


nyamuk demam berdarah ? (boleh lebih dari satu jawaban)
a. Tempat penampungan air (tempayan) yang tidak tertutup (2)
b. Bak mandi (2)
c. Tempat minum burung (2)
d. Kaleng bekas yang terisi air (2)
e. Ban bekas yang terisi air (2)
f. Tidak tahu (0)

7. Apakah anda mengetahui istilah 3 M dalam penanggulangan / pencegahan


demam
berdarah ?
a. Tahu, yaitu singkatan dari
............................................................................................................(10)
b. Tidak tahu (0)

8. Bagaimana cara mencegah penyakit demam berdarah ? (boleh lebih dari satu
jawaban)
a. Menguras bak mandi secara teratur minimal 1 minggu sekali (2)
b. Menutup tempat penyimpanan air yang dapat menjadi tempat berkembang
biak nyamuk (2)
c. Mengubur / membersihkan barang bekas yang dapat menampung air
(kaleng bekas, botol bekas, wadah plastik bekas, ban bekas, dan lain-lain) ( 2 )
d. Memberikan insektisida pembunuh larva nyamuk (contoh : abate) pada
tempat penyimpanan air / bak mandi setiap 3-4 bulan sekali (2)
e. Menanami kolam dengan ikan pemakan jentik nyamuk (contoh : ikan adu /
ikan cupang) (2)
f. Tidak tahu (0)

9. Apakah anda tahu tentang program puskesmas untuk memberantas demam


berdarah?
a. Tahu
b. Tidak tahu

Jika tahu, apakah program puskesmas tersebut?(boleh lebih dari satu)


a. 3M (2)
b. Juru pengawas jentik (2)
c. Foging (pengasapan) (2)
d. Penyebaran bubuk abate (2)
e. Pelaporan dan pengawasan warga yang terkena demam berdarah ( 2 )
f. Tidak tahu (0)

10. Pengetahuan yang anda dapat mengenai demam berdarah didapat dari :
a. Tetangga (10)
b. Pemerintah (10)
c. Dokter (10)
d. Mantri (10)
e. Puskesmas (10)

Indikator Penilaian :

II. SIKAP

1. Menurut anda, apakah upaya pencegahan penyakit demam merupakan


kebutuhan
masyarakat yang harus segera dilakukan ?
a. Ya, alasan………………………………………………………. (10)
b. Tidak, alasan………………………………………………… (0)
c. Tidak tahu (0)

2. Menurut anda, penanggulangan penyakit demam berdarah merupakan tanggung


jawab siapa ?
a. Pemerintah (0)
b. Penderita demam berdarah dan keluarganya (0)
c. Masyarakat (0)
d. Pemerintah dan seluruh komponen masyarakat / semua pihak (10)
e. Lain-lain, yaitu........................................... (0)

3. Apakah anda setuju bila diadakan upaya pencegahan penyakit demam berdarah
secara berkala / rutin di lingkungan tempat tinggal ibu ?
a. Setuju, alasan................................................................................. (10)
b. Tidak setuju, alasan....................................................................... ( 0 )
c. Tidak tahu (0)

4. Bila diadakan upaya pencegahan penyakit demam berdarah di lingkungan


tempat
tinggal anda, apakah anda bersedia untuk ikut secara aktif melaksanakannya ?
a. Bersedia (10)
b. Tidak bersedia (0)
c. Tidak tahu (0)

5. Apakah menurut anda perlu membersihkan / menguras bak mandi ?


a. Perlu (10)
b. Tidak perlu (0)
6. Apakah anda setuju dengan upaya 3M yang digalakkan oleh pemerintah?
a. Setuju (10)
b. Tidak setuju (0)

7. Menurut anda apakah boleh menyimpan pakaian digantung?


a. Boleh (0)
b. Tidak boleh (10)
c. Tidak tahu (0)

8. Menurut anda apakah pengawasan terhadap jentik nyamuk perlu dilakukan?


a. Perlu (10)
b. Tidak perlu (0)
c. Tidak tahu (0)

9. Menurut anda apakah foging(pengasapan) efektif mencegah demam berdarah?


a. Efektif (10)
b. Tidak efektif (0)
c. Tidak tahu

10. Menurut anda bagaimana sebaiknya yang harus dilakukan untuk mencegah
demam
berdarah?
a. Memperhatikan kesehatan diri dan melakukan 3M (10)
b. Memperhatikan kesehatan diri saja (0)
c. Cukup dengan melakukan 3M (0)
d. Tidak tahu (0)

Indikator Penilaian :
Jawaban Benar : 10
Jawaban Salah : 0

III. PERILAKU

1. Apakah keluarga anda menguras dan membersihkan bak mandi / tempat


penampungan air yang berada di rumah ?
a. Ya
b. Tidak

Jika ya, seberapa sering hal tersebut dilakukan ?


a. Satu minggu sekali (10)
b. Dua minggu sekali (0)
c. Tiga minggu sekali (0)
d. 1 bulan sekali (0)
2. Apakah keluarga anda menggunakan tempat penyimpanan / penampungan air
untuk keperluan sehari-hari di rumah ?
a. Ya
b. Tidak

Jika ya, bagaimana keadaan tempat penyimpanan / penampungan air tersebut ?


a. Bertutup (10)
b. Tidak bertutup / terbuka (0)

3. Apakah keluarga anda secara teratur membersihkan / mengubur / membakar


barang
bekas yang dapat menjadi tempat bersarangnya nyamuk ?
a. Secara teratur (10)
b. Kadang-kadang (0)
c. Tidak pernah (0)

4. Apakah keluarga anda menggunakan abate pada tempat penampungan air di


rumah?
a. Ya
b. Tidak

Jika ya, seberapa sering abate tersebut digunakan / diganti kembali ?


a. Kurang dari satu bulan sekali (10)
b. Satu bulan sekali (0)
c. Dua bulan sekali (0)
d. Tiga bulan sekali (0)
e. Lebih dari tiga bulan sekali (0)

5. Apakah keluarga anda menutup jendela / lubang angin / pintu dengan kawat
anti
nyamuk ?
a. Ya, alasan......................................................................... (10)
b. Tidak, alasan..................................................................... (0)

6. Apakah keluarga anda pernah melakukan pengawasan terhadap jentik


nyamukdi
rumah ?
a. Ya (10)
b. Tidak (0)

Jika ya, kapan dan bagaimana hasil pemeriksaan tersebut ?


Tanggal............................. bulan................................. tahun.................................
Hasilnya.....................................
7. Bagaimana kebiasaan keluarga anda dalam menyimpan pakaian yang telah
dipakai?
a. Digantungkan di kamar (0)
b. Di simpan di tempat baju kotor (10)

8. Apakah keluarga anda menggunakan perlindungan terhadap gigitan nyamuk


pada
saat beristirahat di pagi dan sore hari (contoh : memakai lotion anti nyamuk / obat
nyamuk semprot / bakar / elektrik, memakai kelambu) ?
a. Ya, alasan................................................................................ (10)
b. Tidak, alasan........................................................................... (0)

9. Pernahkah keluarga anda mengikuti kegiatan pencegahan / penanggulangan


demam
berdarah yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal ibu ? (10)
a. Pernah
b. Tidak pernah, alasan..................................... (0)

10. Bagaimana cara pembuangan sampah yang selama ini dilakukan oleh anda?
a. Diangkut / dikumpulkan secara rutin oleh petugas kebersihan (10)
b. Dibakar / dikubur secara rutin di lingkungan sekitar rumah (0)
c. Dibuang ke sungai (0)

Indikator penilaian :
Jawaban benar : 10
Jawaban salah : 0
PENILAIAN VARIABEL
LAMPIRAN II

KUESIONER PRE-TEST DAN POST-TEST PENGETAHUAN


MENGENAI PENCEGAHAN PENYAKIT DBD PADA KELUARGA
BINAAN

Anda mungkin juga menyukai