Anda di halaman 1dari 82

LAPORAN DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KOMUNITAS

Gambaran Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Pada


Keluarga Binaan di Kampung Sondol, RT 011/ RW 003, Desa
Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten

DISUSUN OLEH :

Kelompok 2

Ketua : Deshe Karunia Astuti 1102016049


Anggota : Amelia Sofhatun Nisa 1102016021
Maharani Febrianda Savitri 1102016107

Pembimbing :
DR. dr. Fathul Jannah, MSi, SpKKLP

KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS


BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 7 – 23 MARET 2022

1
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Laporan Diagnosis Dan Intervensi Komunitas dengan judul “Gambaran


Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Pada Keluarga Binaan di
Kampung Sondol, RT 011/ RW 002, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” ini telah disetujui oleh pembimbing
untuk diseminarkan dalam rangka memenuhi salah satu tugas Kepaniteraan
Klinik Kedokteran Komunitas Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas
kedokteran Universitas YARSI.

Jakarta, Maret 2022

Pembimbing
Dr. dr. Fathul Jannah, M.Si, Sp.KKLP

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wa Rahmatullahii wa Barakatuuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur senantiasa kami ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada tim
penulis sehingga Laporan Diagnosis dan Intervensi Komunitas yang berjudul
“Gambaran Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Pada Keluarga
Binaan di Kampung Sondol, RT 011/ RW 002, Desa Kemuning, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten” ini dapat diselesaikan.
Penulisan dan penyusunan laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik bagian Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI. Selain itu, tujuan lainnya adalah sebagai salah satu sumber
pengetahuan bagi pembaca, terutama pengetahuan mengenai Ilmu Kesehatan
Masyarakat, semoga dapat memberikan manfaat.
Penyelesain laporan ini tidak terlepas dari bantuan para dosen
pembimbing, staf pengajar, dokter dan tenaga medis Puskesmas, serta orang-
orang sekitar yang terkait. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar- besarnya kepada:
1. Dr. dr. Fathul Jannah, M.Si, Sp.KKLP, selaku dosen pembimbing
Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga Universitas YARSI yang telah
membimbing dan memberi masukan yang bermanfaat serta selaku selaku
Koordinator Kepaniteraan Kedokteran Komunitas dan staf pengajar bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI.
2. dr. Siti Maulidya Sari, M.Epid, Dipl-DK, selaku kepala bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas YARSI dan staf
pengajar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas
YARSI.

3
3. Dr. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes; DR. Kholis Ernawati, S.Si,
M.Kes; dr. Maya Trisiswati, MKM; dr. Rita Komalasari, Ph.D. selaku
staf pengajar Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas
YARSI.
5. dr. Deny Erfin, selaku kepala Puskesmas Kresek
6. Seluruh tenaga kesehatan yang terkait di Puskesmas Kresek, Tangerang.
7. Seluruh warga binaan
8. Seluruh rekan sejawat yang telah memberikan motivasi dan kerjasama
sehingga tersusun laporan ini.

Jakarta, Maret 2022

Tim Penulis

4
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1. Gambaran Umum Kecamatan Kresek


1.1.1 Keadaan Umum
Kecamatan Kresek merupakan salah satu wilayah di Kabupaten
Tangerang, terletak sebelah Barat Kabupaten Tangerang, dengan jarak
± 27 Km dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang. Luas wilayah 
27.99 Km , berupa dataran rendah dan berupa lahan Persawahan (Profil
2

Puskesmas Kresek, 2020). 


Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Puskesmas Kresek,
Kecamatan Kresek memiliki 9 desa binaan wilayah kerja. Desa
Rancailat merupakan salah satu desa diantaranya (Profil Puskesmas
Kresek, 2020):
1. Desa Kemuning
2. Desa Rancailat
3. Desa Talok
4. Desa Jengkol
5. Desa Ranged
6. Desa Patrasana
7. Desa Pasirampo
8. Desa Koper
9. Desa Kresek
1.1.2 Batas Wilayah Kecamatan Kresek secara Geografis
Kecamatan Kresek berupa dataran rendah dan berupa lahan
pertanian dengan batas wilayah Kecamatan Kresek sebagai berikut:
● Sebelah Utara : Kecamatan Gunung Kaler
● Sebelah Barat : Kabupaten Serang
● Sebelah Timur : Kecamatan Kronjo
● Sebelah Selatan : Kecamatan Sukamulya

5
Gambar 1. Wilayah Kecamatan Kresek
(Sumber : www.tangerangkab.go.id, 2021)
1.1.3 Data Demografi Kecamatan Kresek
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok
Umur di Kecamatan Kresek tahun 2020

No. Kelompok Umur Jumlah/orang


1. 0-15 Tahun 2.280
2. 16-18 Tahun 2.759
3. 19-60 Tahun 3.518
4. 60 Tahun keatas 1.388
Jumlah 9.945
Jumlah penduduk di Desa Kresek terdapat 9.833 jiwa yang terdiri
dari 4.921 laki-laki dan 4.912 perempuan. Jumlah kepala keluarga di
Desa Kresek yaitu 3.997 KK. Penduduk Desa Kresek mayoritas
merupakan lulusan SD/Sederajat dengan 3.416 orang. Sedangkan
mayoritas mata pencaharian penduduk desa kresek adalah berdagang.

6
Berdasarkan status perkawinan 2020 di Kecamatan Kresek terdapat
29,599 penduduk yang belum kawin, 33,553 penduduk yang sudah
kawin, 1,189 penduduk cerai hidup, dan 2,243 penduduk cerai mati.

Tabel 2. Tingkat Pendidikan penduduk Desa Kresek, Kecamatan Kresek


Kabupaten Tangerang
No. Pendidikan Jumlah

1. TK 1.077
2. Tamat SD 3.416

3. SMP 2.214

4. SMA 2.926

5. Sarjana 697

Tabel 3 Mata pencaharian penduduk Kecamatan Kresek Kabupaten


Tangerang
No Pekerjaan Presentase (%)
1 Petani 42
2 Buruh/Karyawan 40
3 Wiraswasta 10
4 Pegawai Negeri 5
5 POLRI/TNI 0,2
6 Lainnya 1,8

1.2 Profil Desa Kemuning


1.2.1 Visi dan Misi Desa Kemuning
1.2.2 Visi
Visi adalah suatu persyaratan yang merupakan ungkapan atau artikulasi
dari nilai, cita-cita, arah dan tujuan organisasi yang realistis, memberikan
kekuatan, semangat, dan komitmen, serta memiliki daya tarik yang dapat
dipercaya sebagai pemandu dalam pelaksanaan aktifitas dan pencapaian tujuan
organisasi. Adapun rumusan visi Desa Kemuning tahun 2020-2025 adalah
sebagai berikut:

7
“Terwujudnya Tata Kelola Pemerintah Desa yang baik dan bersih, untuk
mewujudkan Desa Kemuning yang Adil, Makmur, Sejahtera dan Religius”, Visi
Desa Kemuning mengandung makna dan diuraikan sebagai berikut:
1. Pemerintah desa Kemuning yang baik dan bersih mengandung makna :
Terwujudnya penyelenggaraan pemerintah yang bersih bebas dari Korupsi,
Kolusi, Nepotisme (KKN) sebagai pengayom dan mampu memberikan
layanan pada masyarakat.
2. Adil, Makmur, dan Sejahtera mengandung makna : Menggambarkan
perwujudan kondisi yang semakin meningkatkan taraf hidup dan kualitas
hidup masyarakat dari waktu ke waktu. Tercukupinya kebutuhan dasar
hidup masyarakat baik lahir maupun batin, yang ditandai oleh kecukupan
pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, situasi keamanan yang
kondusif, suasana kehidupan yang rukun, saling menghormati dan
menghargai dilandasi oleh sikap religius, serta menjunjung tinggi nilai-
nilai demokrasi dan keadilan.
3. Religius, mengandung makna : Masyarakat yang senantiasa
mengedepankan dasar keagamaan di dalam hidup bermasyarakat, sehingga
tercipta kondisi masyarakat yang tenteram dan tenang berpedoman sesuai
agama yang dianut, dengan tetap menjaga solidaritas dan kerukunan baik
sesama pemeluk agama, antar pemeluk agama maupun pemeluk agama
dengan pemerintah.
Visi tersebut diarahkan untuk menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik
(good governance), sehingga terwujud kondisi yang lebih baik dalam rangka
mendorong pertumbuhan perekonomian menuju masyarakat yang sejahtera
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

1.2.3 Misi
Misi merupakan sesuatu yang diemban atau dilaksanakan oleh Desa
Kemuning untuk mencapai Visi yang teklah ditetapkan agar tujuan terlaksana dan
berhasil dengan baik sesuai yang diharapkan. Untuk memberikan arah bagi

8
penyelenggara pemerintahan dan pembangunan dalam mencapai visi yang telah
ditetapkan, maka dirumuskan Misi sebagai berikut :
a. Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN.
b. Terwujudnya situasi dan kondisi yang kondusif dalam masyarakat
c. Pemberdayaan Masyarakat

1.3 Gambaran Umum Demografis


1.3.1 Letak Geografis

Desa Kemuning merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten


Tangerang, Provinsi Banten. Luas wilayah Desa Kemuning sebesar ±
1.025.537 m2. Desa Kemuning terdiri dari 4 RW, dan 20 RT. Desa Kemuning
terletak di sebelah Selatan Kota Tangerang.

Gambar Peta Wilayah Desa Kemuning

Batas Desa/Kecamatan Wilayah


Barat Desa Blukbuk Gunung Kaler
Timur Desa Buniayu Sukamulya
Utara Desa Rancailat Kresek
Selatan Desa Jengkol Kresek

Wilayah Desa Kemuning terletak pada ketinggian antara 0 – 1.500 meter


di atas permukaan laut. Lahan di Desa Kemuning mempunyai tingkat kemiringan
yang bervariasi. Curah hujan rata – rata sebesar 1.382 mm dengan jumlah hari
hujan rata – rata 120 hari. Bulan basah 4-6 bulan, sedangkan bulan kering berkisar
antara 6-7 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober – November dan pada
bulan April – Mei terjadi musim kemarau pada setiap tahunnya. Puncak curah
hujan dicapai pada bulan Desember – Februari. Suhu udara rata – rata setiap hari
berkisar 27,7oC, suhu minimum 23,2oC, dan suhu maksimum 32,4oC

1.3.2 Kondisi Umum Demografis Daerah

9
Jumlah penduduk Desa Kemuning sebanyak 9.625 jiwa dengan jumlah
Kartu Keluarga 4.144 Kepala Keluarga. Jumlah penduduk perempuan 4.810 jiwa,
sedangkan penduduk laki – laki 4.815 jiwa.

1.3.3 Kondisi Ekonomi

a. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi masyarakat Desa Kemuning sampai saat ini


menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat dilihat dari perubahan dan pola
hidup masyarakat terutama kemajuan kecukupan kebutuhan pokok (sandang,
pangan, papan)yang mengalami perubahan sangat tajam.

b. Perekonomian Desa

Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu desa dapat dicerminkan dari


beberapa indikator. Salah satu indikator yang sering dipakai untuk melihat
keberhasilan pembangunan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Besarnya nilai PDRB yang berhasil dicapai dan perkembangannya merupakan
refleksi dari kemampuan desa dalam mengelola sumber daya alam dan sumber
daya manusia. Kontributor sektor terbesar dalam pembentukan PDRB desa
Kemuning berasal dari sektor pertanian.

1.3.4 Potensi Daerah

Beberapa potensi unggulan sebagai kontribusi secara nyata terhadap


peningkatan kesejahteraan masyarakat desa Kemuning adalah:

a. Pertanian

Potensi unggulan yang ada di Desa Kemuning untuk meningkatkan


pendapatan penduduk perkapita pada dasarnya adalah petani, dikarenakan lahan
yang masih sangat luas dan subur. Potensial untuk tanaman lahan kering (padi
gogo dan palawija), tanaman buah-buahan (pisang, mangga, , papaya, dan lain-
lain), budidaya perikanan perairan darat (telaga) dan perikanan tangkap, kolam
terpal serta untuk usaha budidaya ternak untuk pembibitan dan penggemukan

10
(Ayam, sapi, kambing, dan lain-lain). Sedangkan pada bidang kehutanan, dan
sumber daya alam juga masih sangat banyak yang belum dimanfaatkan dengan
baik.

b. Potensi Industri

Keterampilan industri rumahan seperti industri tempe, industri tas,


anyaman bambu, Peternakan dan juga keterampilan tangan berupa makanan kecil,
dan lain-lain.

1.4 Kuantitas Penduduk

1.4.1 Jumlah dan Persebaran Penduduk

Berdasarkan Laporan Bulanan Desa pada Semester I Tahun 2021,


Penduduk Desa Kemuning berjumlah 9.625 jiwa yang tersebar di 15 Dukuh.

a. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin per Padukuhan

Informasi mengenai jumlah penduduk menurut jenis kelamin penting


diketahui terutama untuk mengetahui banyaknya orang yang tinggal di suatu
wilayah pada waktu tertentu sehingga dapat digunakan untuk merencanakan
pelayanan sosial ekonomi seperti pendidikan, kesehatan, sandang, pangan, dan
papan serta kebutuhan sosial dasar lainnya sesuai dengan jenis kelamin penduduk.
Di bawah ini tersaji informasi jumlah dan proporsi penduduk Desa Kemuning
menurut jenis kelamin yang tinggal di wilayah dukuh tertentu.

No Nama Dukuh Jumlah Penduduk


Laki-laki Perempuan Total
1 TENGGER 338 354 692
2 KP BARU 326 306 632
3 TONJONG 274 264 538
4 TONJONG 429 456 885
5 TONJONG 353 368 721
6 TONJONG 405 426 831
7 RANCAWIRU 380 384 764
8 KITAMU 278 312 590
9 ETEK 238 235 473
10 SONDOL 495 474 969

11
11 SONDOL 365 338 703
12 TENGGER 295 290 585
13 RANCAWIRU 161 152 313
14 PABUARAN 215 200 415
15 TONJONG 263 251 514
TOTAL 4.815 4.810 9.625

Tabel 3.1 Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut jenis kelamin Per Dukuh Desa Kemuning

Grafik Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut jenis kelamin per dukuh
Desa Petir Semester I tahun 2021 sebagai berikut:

Grafik 3.1 Jumlah dan Proporsi Penduduk menurut Jenis Kelamin Per Dukuh
Desa Kemuning

Berdasarkan Jenis Kelamin, Penduduk Kemuning terdiri dari 4.815 laki-


laki dan 4.810 perempuan.

b. Laju Pertumbuhan Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah besaran persentase perubahan jumlah


penduduk di suatu wilayah tertentu pada waktu tertentu dibandingkan dengan
penduduk pada waktu sebelumnya.

Secara umum laju Pertumbuhan Penduduk menggambarkan perubahan


Penduduk yang dipengaruhi oleh pertumbuhan alamiah maupun karena migrasi

12
penduduk yang dikenal dalam istilah Lahir Mati Pindah Datang (LAMPID).
Tetapi penghitungan laju pertumbuhan penduduk dalam Profil Perkembangan
Penduduk Semester I Tahun 2021 bukan hanya dipengaruhi faktor pertumbuhan
alamiah saja. Adanya konsolidasi data SIAK secara nasional, pembekuan data dan
pengaktifan kembali biodata penduduk dalam data SIAK turut berpengaruh pada
pertumbuhan penduduk.

Berikut ini merupakan tabel laju pertumbuhan penduduk Petir yang dipilah
per dukuh pada semester I tahun 2017.

Jumlah Penduduk
No Nama Dukuh Total
Awal Tahun Tengah Tahun

1 TENGGER 338 354 346%

2 KP BARU 326 306 316%

3 TONJONG 274 264 269%

4 TONJONG 429 456 442.5%

5 TONJONG 353 368 360.5%

6 TONJONG 405 426 415.5%

7 RANCAWIRU 380 384 382%

8 KITAMU 278 312 295%

9 ETEK 238 235 236.5%

10 SONDOL 495 474 484.5%

11 SONDOL 365 338 351.5%

12 TENGGER 295 290 292.5%

13 RANCAWIRU 161 152 156.5%

14 PABUARAN 215 200 207.5%

15 TONJONG 263 251 257%

JUMLAH 4.815 4.810 4.813%

Tabel 3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Kemuning

Sumber: Data Desa Semester I tahun 2021

13
1.5 Puskesmas Kecamatan Kresek
1.5.1 Profil Puskesmas Kecamatan Kresek
Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan
untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,
preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah,
Pemerintah Daerah dan/atau Masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat
yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya
(Pemenkes, 2014).
Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Kresek memuat berbagai
data tentang kesehatan yang meliputi derajat kesehatan, upaya
kesehatan dan sumber daya kesehatan juga menyajikan data pendukung
yang lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data
kependudukan dan data lingkungan. Keseluruhan data yang ada
merupakan gambaran tingkat pencapaian penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang diukur
melalui indikator Indonesia sehat dan indikator kinerja bidang
kesehatan.
Puskesmas Kresek berupaya melaksanakan kegiatan pelayanan
kesehatan terhadap masyarakat secara maksimal, sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan yang mengutamakan kepuasan
pelanggan dengan mengedepankan mutu setiap bidang pelayanan dan
berupaya menjangkau semua lapisan masyarakat yang berada di
wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat
yang membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu di wilayah kerjanya dalam

14
bentuk kegiatan pokok dan usaha kesehatan integritas yang kegiatannya
merupakan kegiatan lintas sektoral.

1.5.2 Visi dan Misi Puskesmas Kecamatan Kresek


Visi
Dalam menjalankan fungsinya, maka Puskesmas Kresek telah
menetapkan Visi, yaitu: “Puskesmas Kresek mewujudkan masyarakat
yang mandiri untuk hidup sehat”
Misi
● Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan secara paripurna.
● Meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam upaya pelayanan
prima.
● Meningkatkan pemberdayaan masyarakat secara terpadu.
● Meningkatkan upaya pencegahan penyakit.
● Meningkatkan sinergi kemitraan dengan sektor terkait
Motto
Motto UPTD Puskesmas Kresek adalah “BERSINAR” yang artinya
adalah :
● Bersih, Puskesmas bebas dari sampah lingkungan, sampah medis
dan non medis, sampah organik dan non organik.
● Sehat, Memiliki lingkungan kerja yang sehat dan tidak menjadi
sumber penularan penyakit.
● Indah, Keselarasan dalam penataan lingkungan kerja.
● Nyaman, Kondisi puskesmas yang menyenangkan dalam memenuhi
kepuasan pelanggan.
● Amanah, Menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sepenuh
hati dan bertanggung jawab.
● Ramah, memberikan pelayanan dengan penuh kesantunan dengan
moto pelayanan 5S (senyum sapa salam sopan dan santun).

1.5.3 Sistem Pelaporan

15
Strategi penyusunan profil dilakukan dengan metode cek silang data
analisa, korelasi dari seluruh program, keakuratan dan informasi yang
disajikan dapat memberikan gambaran yang jelas dari kondisi dan
situasi yang ada, sehingga dapat dilakukan pengolahan data di tingkat
Puskesmas. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel dan grafik,
sedangkan dalam pembahasan menyajikan perbandingan pencapaian
indikator dari tahun sebelumnya dan target yang akan dicapai. Profil
Puskesmas mengacu kepada tabel indikator Indonesia Sehat 2010
dengan sumber data yang diperoleh dari Kecamatan, Pendidikan, BPS
Kecamatan, Balai Pengobatan Swasta yang ada di Kecamatan Kresek
dan dari kegiatan internal puskesmas.
1. Jumlah Kesakitan
Didapatkan 10 besar penyakit di Puskesmas Kresek
penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) berada di posisi
teratas yaitu 9.208, diikuti Hipertensi Essensial sebanyak 3.221 dan
Fharingitis 2.626, sedangkan yang ke 10 (sepuluh) atau yang
terendah yaitu Penyakit Diare sebanyak 794 penderita (Profil
Puskesmas Kresek, 2020). Selain itu, kunjungan Penyakit Tidak
Menular seperti Hipertensi dan Diabetes Melitus juga sangat tinggi,
karena diharuskan setiap pasien untuk melakukan kontrol secara
teratur disamping itu memang jumlah kasus tersebut cenderung
meningkat (Profil Puskesmas Kresek, 2020).
2. Penyakit Menular
Penanganan, pencegahan, dan penanggulangan penyakit
menular terdiri dari:
1) Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit DBD tahun
ini menjadi prioritas, dimana dititik beratkan pada kegiatan
PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) disemua wilayah dan
sebagian kasus dilakukan foging fokus, dikarenakan pada
tahun 2016 terjadi peningkatan jumlah kasus DBD yaitu 81

16
kasus. Sedangkan untuk Tahun 2020 terjadi penurunan kasus
yang sangat signifikan yaitu tidak terdapat kasus yang dari
Desa Kresek.

Tabel 9. Data Kasus DBD Puskesmas Kresek Tahun 2020.


(Sumber:Profil Puskesmas Kresek, 2020)

Desa Jumlah Kasus (L+P) Meninggal (L+P)

Kresek 0 0

Talok 0 0

Renged 0 0

Patrasana 0 0

Pasirampo 0 0

Koper 0 0

Jengkol 0 0

Kemuning 0 0

Rancailat 0 0

Total 0 0

2) Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi disebabkan oleh
protozoa parasit golongan Plasmodium yang ditularkan melalui
gigitan Nyamuk Anopheles. Di wilayah Kec. Kresek sampai

17
sekarang belum ditemukan penderita malaria (Profil
Puskesmas Kresek, 2020).

3) Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah adalah penyakit yang
bersifat kronik (menahun) disebabkan oleh cacing filariasis
ditularkan melalui gigitan nyamuk, di Puskesmas Kresek
penderita Filariasis dalam lima tahun terakhir ini dari tahun
2014 s/d 2018 tidak ditemukan kasus suspeck Filariasis (Profil
Puskesmas Kresek, 2020).
3. Penyakit Menular Langsung
● Penyakit Diare
Penyakit diare adalah sebuah penyakit buang air besar
biasanya paling sedikit 3 kali dalam 24 jam dengan tinja
lembek atau cair dapat juga disertai dengan darah/lendir.
Berdasar Sasaran Target yang ditetapkan Dinas Kesehatan
penemuan penderita penyakit diare tahun 2018 di Puskesmas
Kresek adalah sebanyak 1.788 kasus / penderita, dimana
realisasi kasus penemuan yang ditangani tahun 2018 adalah
sebanyak 1.146 kasus / penderita (64,1%), hal ini menandakan
bahwa kejadian kasus penyakit diare di wilayah Puskesmas
Kresek dikategorikan masih rendah (Profil Puskesmas Kresek,
2020.

18
Gambar 3. Diagram Jumlah Kasus Diare per desa ditangani di
UPTD Puskesmas Kresek Tahun 2020
Dari grafik diatas Desa Kemuning menempati urutan
pertama sebanyak 314 penderita, di ikuti Desa Ranca Ilat 236
penderita, dan Desa Koper 155 penderita adapun daerah
terendah penderita diare yang ditangani yaitu Desa Talok 51
penderita.
● Kusta
Penyakit Kusta merupakan penyakit kronis yang
disebabkan Mycobakterium Leprae dengan masa inkubasi rata
3-5 tahun. Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kresek masih
ditemukan kasus penyakit kusta sebanyak 26 penderita.
Penderita Pausi Basiler (PB) / Kusta Kering tidak ditemukan
dan Kusta Multi Basiler (MB) / Kusta Basah sejumlah 25
orang, terdiri dari laki-laki 13 penderita dan perempuan 12
penderita dengan sebaran penderita digambarkan dalam grafik
dibawah ini.

19
Gambar 4. Diagram Jumlah Penemuan Penderita Kusta di
UPTD Puskesmas Kresek Berdasar Sebaran Tiap Desa Tahun
2020
● HIV/AIDS/IMS
HIV/AIDS/IMS penyakit ini menular melalui hubungan
seksual (vaginal, oral, anal) dengan pasangan yang sudah
tertular, semakin sering ganti pasangan semakin besar
kemungkinan untuk tertular penyakit ini. Jumlah kasus HIV /
AIDS dan Infeksi Menular Seksual (IMS) di UPTD Puskesmas
Kresek pada tahun 2020 menurut data sebanyak 7 kasus,
terdiri dari penderita HIV 7 orang.
● Pneumonia Balita
Penyakit Pneumoni adalah penyakit peradangan pada paru
yang dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur atau parasit
juga dapat disebabkan oleh iritasi kimia/fisik dari paru paru
akibat penyakit lain.
Pada tahun 2020 di UPTD Puskesmas Kresek penderita
penyakit pneumonia pada Balita usia 0 – 59 bulan ditemukan
dan ditangani sejumlah 508 kasus terdiri dari laki-laki 278
orang dan perempuan 230 orang, atau 76.62% dari jumlah
perkiraan penderita yang ditetapkan oleh dinas kesehatan
dalam sasaran dan target penemuan.

20
Gambar 5. Diagram Penemuan Kasus Pneumonia Balita
Menurut Desa di UPTD Puskesmas Kresek Tahun 2020
● TB Paru
Jumlah seluruh penderita penyakit Tuberculosis Paru (TB
paru) di UPTD Puskesmas Kresek tahun 2020 terdiri dari
Suspek 409 kasus, jumlah seluruh kasus TB 126, BTA positif
126 orang yang telah diobati, BTA negative 283 orang, kasus
TB anak 0 – 14 tahun sebanyak 12 orang. Angka kesembuhan
dan pengobatan lengkap sebagai berikut : BTA positif diobati
sebanyak 126 orang, angka kesembuhan 29 orang (23.01%),
pengobatan lengkap 68 orang (53.96%) dan kematian selama
pengobatan sebanyak 4 orang (Profil Puskesmas Kresek, 2020)

1.5.4 Upaya Kesehatan


Pelayanan Kesehatan
Dari hasil kegiatan pemantauan Rumah tangga ber PHBS
pada tahun 2020 jumlah sarana / rumah tangga sebanyak 14.167,
jumlah rumah yang diperiksa 1.890 rumah dan yang ber PHBS
mencapai 647 rumah (34,23%), ada penurunan dari tahun
sebelumnya yang mencapai 66,88%.

21
Gambar 6. Grafik Jumlah Rumah Tangga Ber-PHBS di
Puskesmas Kresek Tahun 2020

1.5.5 Perilaku Hidup Masyarakat dan Keadaan Lingkungan


Perilaku dapat diartikan sebagai suatu keadaan jiwa (berfikir,
berpendapat, bersikap) untuk memberikan respon terhadap situasi
diluar subyek yang dapat bersifat pasif (tanpa tindakan) atau aktif
yaitu dengan adanya tindakan. Komponen perilaku terdiri dari
aspek pengetahuan, sikap dan tindakan, dari mulai mengetahui
lalu menerima atau menolak dan melakukan tindakan sebagai
perwujudan dari pikiran dan jiwa.
Untuk menggambarkan perilaku masyarakat terdapat
komponen-komponen seperti berikut :
a. Rumah tangga sehat
Jumlah PHBS Rumah Tangga yang dipantau dari 1.890
rumah, didapat 647 rumah yang berperilaku PHBS yaitu
hanya sebesar 34.32%. Masih di bawah standar pelayanan
minimal yaitu sebesar 65%.
b. ASI Eklusif
Dari seluruh bayi 0-6 bulan yang ada sebanyak 1.354 bayi,
yang di beri ASI ekslusif mencapai 1.344 bayi (99,25%).

22
c. Posyandu
Posyandu dikelompokan menjadi Pratama, Madya,
Purnama, dan Mandiri. Di kecamatan Kresek jumlah
posyandu ada 58, terdiri dari posyandu Pratama berjumlah 58.
d. Polindes dan Poskesdes
Terdapat 3 Polindes terdiri dari Polindes Desa Kemuning,
Jengkol, Renged.
e. Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
Puskesmas Kresek melakukan Puskesmas keliling yang
menjangkau 9 Desa yang dilaksakan setiap hari selasa.
Keadaan lingkungan merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya terhadap derajat kesehatan.
a. Rumah sehat
Syarat kesehatan rumah memiliki jamban, sarana air bersih,
tempat sampah, tempat pengelolaan air limbah, ventilasi
rumah yang cukup, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan
lantai rumah bersih dan kedap air. Jumlah rumah di wilayah
Puskesmas Kresek ada 14.969, jumlah rumah yang dilakukan
pembinaan 11.838 (79.08%), jumlah rumah yang belum
memenuhi syarat kesehatan ada 1.212 (10.23%), dan rumah
yang memenuhi persyaratan kesehatan ada 10.626 (89.76%).
b. Kepemilikan sarana sanitasi dasar
● Jamban keluarga
Dari 66.683 jiwa yang menggunakan jamban
keluarga sebanyak 46.402 jiwa (70.09%), terdiri dari
7.265 sarana leher angsa dan 12 sarana komunal.
● Akses terhadap air bersih
Dari 66.683 jiwa yang mendapat air bersih ada
57.792 (87.29%), yang terdiri dari sumur gali terlindung
1.332 jiwa, sumur bor dengan pompa 32.478 jiwa dan
pengguna PDAM sebanyak 23.982 jiwa.

23
1.5.6 Masalah Kesehatan Sepuluh Penyakit Terbesar

Gambar7. Jumlah Sepuluh Besar Penyakit di Puskesmas Kresek


Januari Desember Tahun 2021
Dari grafik diatas didapatkan 10 besar penyakit di Puskesmas
Kresek penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) berada di
posisi teratas yaitu 9.208, diikuti Hipertensi Essensial sebanyak 3.221
dan Fharingitis 2.626, sedangkan yang ke 10 (sepuluh) atau yang
terendah yaitu Penyakit Diare sebanyak 794 penderita. Selain itu,
kunjungan Penyakit Tidak Menular seperti Hipertensi dan Diabetes
Melitus juga sangat tinggi, karena diharuskan setiap pasien untuk
melakukan kontrol secara teratur disamping itu memang jumlah kasus
tersebut cenderung meningkat (Profil Puskesmas Kresek, 2021).
Sarana Kesehatan
Puskesmas Kresek memiliki gedung utama dan gedung tambahan
yang diuraikan sebagai berikut:
1. Gedung Utama / Rawat Jalan
2. Ruang Loket / Pendaftaran
3. Ruang Tunggu
4. Ruang Pelayanan Umum
5. Ruang Pelayanan Kesehatan Anak
6. Ruang Pelayanan Gigi

24
7. Ruang Pelayanan Obat / Apotik
8. Ruang Pelayanan Kesehatan Ibu
9. Ruang Gudang Farmasi
10. Ruang Bendahara / Keuangan
11. Ruang Tata Usaha
12. Ruang Pelayanan Terbatan 24 jam (UGD)
13. Ruang Kepala Puskesmas
14. Mushola untuk pegawai
15. Ruangan Rawat Inap dengan 5 tempat tidur
16. Ruangan Persalinan (PONED)
17. Ruang Klinik Gizi
18. Ruang Aula
19. Ruang Laboratorium
Gedung Tambahan yang berada di depan gedung utama, terdiri dari:
1. Ruang Periksa TB Paru
2. Pos satpam
3. Gudang PMT
4. Gudang Pis-PK
5. Gudang Penyimpanan Barang Kebersihan

Untuk sarana penunjang kegiatan Puskesmas dilengkapi, antara lain:


1. Mobil Puskesmas Keliling 1 Unit
2. Mobil Ambulan Untuk Merujuk Pasien Gawat Darurat 2 Unit
3. Sepeda Motor Dinas 4 Unit

1.5.7 Ketenagakerjaan
Tabel 10. Ketenagaan Puskesmas Kresek. (Profil Puskesmas, 2020)
No Kategori Tenaga PNS Status Honorer Jumlah
PTT/TKK

1 Kepala Puskesmas 1 - - 1

25
2 Kepala Tata Usaha 1 - - 1
3 Dokter Umum 1 2 - 3
4 Dokter Gigi 1 - - 1
5 Bidan 10 6 6 22
6 Perawat 5 - 7 13
7 Sanitarian - - - -
8 Nutrition 1 - 1 2
9 Perawat Gigi 1 - - 1
10 Pekarya - - - -
11 Asisten Apoteker - - 2 2
12 Analis Kesehatan 1 - 1 2
13 SMA/administrasi - - 8 8
14 Petugas - - 5 5
Kebersihan
15 Sopir - - 3 3
16 Petugas Keamanan - - 5 5
Jumlah 21 9 36 67

Fasilitas Kesehatan Lainnya


Tabel 11. Fasilitas Penunjang Puskesmas Kresek (Profil Puskesmas,
2020)
No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1 Rumah Sakit Umum 0
2 Rumah Sakit Jiwa 0
3 Rumah Sakit Bersalin 0
4 Rumah Sakit Lainnya 0
5 Puskesmas 1 (sarana)
6 Poskesdes 0
7 Puskesmas Keliling 1

26
8 Posyandu 58 (Pos)
9 Polindes 3 (sarana)
10 Posbindu 9 (Pos)
11 Rumah Bersalin 0
12 Balai Pengobatan /
12 (sarana)
Klinik
13 Apotik 4 (sarana)
14 Toko Obat 0
15 Praktek Dokter Umum 5 (sarana)
16 Praktek Dokter Gigi 1
17 Praktek Dokter Spesialis 0
18 Bidan Praktek swasta 14
Jumlah 106

1.6 Gambaran Seluruh Keluarga Binaan


1.6.1 Lokasi Seluruh Keluarga Binaan
Keluarga binaan bertempat tinggal di Kampung Sondol, RT 011/
RW 002, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Keluarga binaan kelompok kami terdiri dari tiga
keluarga, yaitu:
1. Keluarga Ny. Linda
2. Keluarga Ny. Dewi
3. Keluarga Ny. Nurhalimah

27
Gambar 2. Denah Rumah Keluarga Binaan Kampung Sondol
1.6.2 Profil Keluarga Ny. Linda
a) Data Dasar Keluarga Ny. Linda
Keluarga Ny. Linda tinggal bersama suami, satu anaknya, dan ibu
mertua.

Tabel 6. Data Dasar Keluarga

No. Nama Status Usia Pendidikan Pekerjaan


Keluarga Terakhir

1 Tn. Kainan Kepala 30 Tahun SMP Kuli


Keluarga Bangunan

28
2 Ny. Linda Istri 23 Tahun SMP Ibu Rumah
Tangga

3 An. Anak 8 Tahun Pelajar Belum


Ristanto Bekerja

4 Ny. Ibu Suami 70 Tahun SD Tidak


Marsinah Bekerja

Tn. Kainan bekerja sebagai Kuli Bangunan. Pendapatan keluarga Ny.


Linda berasal dar Tn. Kainan, dengan penghasilan berkisar Rp.500.000 per
minggu.

b) Bangunan Tempat Tinggal


Keluarga Ny. Linda tinggal di rumah pribadi dengan luas tanah sekitar
100m2 dan luas bangunan 7 x 5 m. Bangunan terdiri dari 1 lantai dan terdiri
dari 1 ruang keluarga sebesar 3 x 4 m, 2 kamar tidur sebesar 3 x 4 m, 1 dapur
sebesar 3 x 4 m dan 1 kamar mandi sebesar 2 x 2 m. Ruang dirumah setengah
berlantaikan keramik dan setengah semen pada bagian dapur dan kamar
mandi. Dinding terbuat dari batu bata dan semen yang tidak di cat. Rumah
beratapkan genteng. Rumah ini terletak didalam gang yang bagian depannya
terdapat lahan yang ditanami pohon mangga dan tanaman daun pepaya. lahan
tersebut juga dijadikan tempat pembuangan sampah dan pembakaran sampah.
Belakang rumah Ny. Linda tembok rumah tetangga.
Rumah ini memiliki jendela di diruang keluarga dan kamar utama yang
jarang dibuka. Ventilasi berasal dari pintu depan yang dibuka setiap hari.
Rumah ini memiliki 1 pintu utama, untuk saluran air dibuang ke septic tank.
c) Lingkungan Pemukiman
Rumah keluarga Ny. Linda terletak di pemukiman padat penduduk. Bagian
depan rumah terdapat teras dan lahan yang ditanami pepohonan dan juga
tempat pembakaran sampah. Pengelolaan sampah keluarga Ny. Linda biasanya
dibakar di lahan kosong tepat di depan rumah.

29
Gambar 3. Denah Rumah Ny. Linda
d) Pola Makan
Keluarga Ny. Linda memiliki kebiasaan makan 3 kali dalam sehari
yaitu pagi dan siang dan sore hari. Sehari-hari keluarga Ny. Linda
memilih untuk memasak sendiri. Makanan yang biasanya dikonsumsi
berupa nasi putih, lauk pauk seperti tahu, tempe, sayur terkadang telur.
Keluarga Ny. Linda sangat jarang mengkonsumsi ayam, daging, dan
buah. Air minum menggunakan galon isi ulang.

e) Riwayat Obstetri dan Pola Asuh


Anak pertama Ny. Linda lahir normal pada tahun 2014 di
Puskesmas dibantu oleh bidan, minum ASI sampai dengan usia 2
tahun, dan imunisasi sudah lengkap. Ny. Linda sering memeriksakan
kehamilannya pada bidan atau tenaga kesehatan. Ny. Linda sedang
menggunakan KB berupa pil.

30
f) Kebiasaan Berobat

Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga Ny. Linda biasanya
mereka langsung pergi ke klinik atau ke puskesmas untuk berobat.

g) Penyakit Saat Ini

Pada saat ini Ny. Linda, suami dan anaknya merasa sehat, tidak memiliki
keluhan apa pun mengenai kesehatannya. Ny. Marsinah ibu mertua dari Ny.
Linda memiliki masalah pada matanya yaitu katarak sudah 5 tahun.

h) Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit hipertensi, diabetes melitus, jantung tidak ada pada
keluarga Ny. Linda

i) Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari


Kegiatan sehari-hari Ny. Linda adalah Ibu Rumah Tangga dan menjadi
anggota kader puskesmas.

Tabel 7. Faktor Internal Keluarga Ny. Linda

No Faktor Internal Permasalahan

1 Pola Makan Keluarga Ny. Linda memasak sendiri dengan


komposisi makanan berupa nasi, tahu, tempe,
sayur dan terkadang telur. Keluarga Ny. Linda
jarang mengkonsumsi ayam, daging dan buah-
buahan.

2 Pola Pencarian Apabila sakit, Ny Linda berobat ke klinik atau


Pengobatan puskesmas.

31
3 Kebiasaan Merokok Tn. Kainan merupakan perokok dengan
konsumsi rokok 1-2 bungkus dalam sehari.

4 Olahraga Keluarga Ny. Linda tidak terbiasa olahraga


hanya melakukan aktivitas ringan seperti
membersihkan rumah

5 Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah keluarga Ny. Linda


dilakukan dengan membakar sampah di depan
rumah.

Ny. Linda hampir tidak pernah berolahraga karena sibuk mengurus


rumah tangga, mengurus anaknya dan menjadi bagian dari anggota kader
puskesmas. Keluarga Ny. Linda tidak terbiasa berolahraga, hanya
melakukan aktivitas ringan seperti membereskan rumah. Keluarga Ny.
Linda memiliki kebiasaan mandi 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Kegiatan bersih bersih-bersih rumah seperti menyapu dilakukan 2 kali
dalam sehari. Waktu untuk membersihkan tempat penyimpanan air tidak
menentu, biasanya dibersihkan ketika tempat penyimpanan air sudah
terlihat kotor.

Tabel 8. Faktor Eksternal Keluarga Ny. Linda

No. Kriteria Permasalahan

1. Luas bangunan Luas tanah sekitar 75 m2 dan luas rumah 7 x 5 m 2


dengan lantai setengah keramik dan setengah
semen, serta beratap genteng

2. Ruangan dalam Rumah tidak bertingkat, terdiri dari satu ruang

32
rumah keluarga. Bangunan terdiri dari 1 lantai dan terdiri
dari 1 ruang keluarga sebesar 3 x 4 m, 2 kamar
tidur sebesar 3 x 4 m, 1 dapur sebesar 3 x 4 m dan
1 kamar mandi sebesar 2 x 2 m

3. Ventilasi Rumah memiliki jendela pada ruang keluarga dan


kamar utama dan jarang dibuka, sehingga sirkulasi
udara cukup baik pada setiap ruangannya.

4. Pencahayaan Terdapat 1 lampu berwarna putih pada ruang


keluarga dan 1 lampu pada kamar tidur utama dan
kamar mandi.

5. MCK Memiliki jamban dan bak mandi yang terletak di


dalam rumah

6. Sumber air Menggunakan air tanah untuk kegiatan sehari -


hari seperti mandi, mencuci pakaian dan alat
makan. Sedangkan untuk minum dan memasak
menggunakan air galon isi ulang.

7. Saluran Limbah rumah tangga dibuang ke tanah/selokan


pembuangan belakang rumah.

8. Tempat Sampah rumah tangga dibuang di lahan depan


pembuangan rumah yang akan ditumpuk terlebih dahulu
sampah sebelum di bakar.

Masalah Medis dan Non-Medis pada Keluarga Ny. Linda:

A. Masalah Medis Saat ini

● Katarak

B. Masalah Non-Medis

33
● Keluarga binaan membuang sampah di depan halaman rumah
● Keluarga binaan memiliki lantai berupa semen pada setengah bagian
rumahnya
● Keluarga binaan memiliki kebiasaan merokok
● Keluarga binaan memiliki pencahayaan rumah yang kurang
● Keluarga binaan memiliki penampungan air mandi yang keruh
● Keluarga binaan tidak memiliki pintu pada semua ruang tidur dan kamar
mandi
● Keluarga binaan memiliki ventilasi rumah yang kurang

1.6.3 Profil Keluarga Ny. Dewi


a) Data Dasar Keluarga Ny. Dewi
Keluarga Ny. Dewi bertempat tinggal Desa Kemuning, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Ny. Dewi tinggal di rumah
tersebut bersama Suami, kedua anaknya, dan kedua orangtuany. Ny. Dewi
berusia 30 tahun merupakan seorang ibu rumah tangga. Pendapatan keluarga
Ny. Dewi berasal dari Tn. Nanang, dengan penghasilan berkisar Rp. 50.000
per hari dan tidak memiliki pemasukan tambahan.

Tabel 9. Data Dasar Keluarga Ny. Dewi

34
No. Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin Terakhir

1. Tn. Nanang Kepala L 40 SMA Buruh


Keluarga tahun bangunan
2. Ny. Dewi Istri P 30 SMP IRT
tahun
3. An. Mutia Anak 1 P 14 SD Pelajar
Sari tahun
4. An. Alvar Anak 2 L 4 - -
Rifaldo tahun

5. Ny. Ibu P 58 SD IRT


Marsinah tahun
6. Tn. Yono Bapak L 62 SD -
tahun

b) Bangunan Tempat Tinggal Ny. Dewi


Keluarga Ny. Dewi tinggal di rumah milik Ayah kandung Ny. Dewi
yaitu Tn. Yono dengan luas tanah sekiar 160m2 dan luas bangunan 20 m x
6 m. Bangunan tempat tinggal terdiri atas 1 lantai tidak bertingkat dan
terdiri dari satu ruang tamu 4 m x 4 m, satu ruang keluarga 6 m x 3 m, 4
kamar tidur 3 m x 3 m, satu kamar mandi 1 m x 1 m dan satu dapur.
Ruangan di dalam rumah berlantaikan keramik dengan dinding yang
terbuat dari batu bata dan semen yang di cat dan beratap genting. Rumah
ini terletak di dalam gang dengan bagian depan terdapat halaman kosong.
Rumah ini memiliki jendela pada masing-masing ruangan yang rutin
dibuka setiap pagi hari. Rumah ini memiliki 1 pintu utama dan 1 pintu
dapur di belakang dan 3 pintu untuk masing-masing kamar tidur.
Keluarga ini memiliki 1 kamar mandi sekaligus jamban yang berada
di dalam rumah yang letaknya bersebelahan dengan dapur. Kamar mandi
sekaligus jamban memiliki pintu. Kamar mandi digunakan untuk mandi
dan membuang air. Untuk saluran pembuangan dialirkan ke selokan tepat
di samping rumah dan memiliki septic tank.
c) Lingkungan Pemukiman Ny. Dewi

35
Rumah keluarga Ny. Dewi terlatak di pemukiman padat penduduk.
Bagian depan rumah terdapat teras dan berbatasan langsung dengan jalan.
Pengelolaan sampah keluarga Ny. Dewi biasanya dibakar di tanah kosong
tepat di seberang rumah.

Gambar 4. Denah Rumah Ny. Dewi


d) Pola Makan
Keluarga Ny. Dewi rata-rata makan 3x sehari, yaitu pagi, siang dan
malam. Makanan sehari-hari dimasak sendiri antara lain nasi, tahu, tempe,
sayur dan ikan asin. Keluarga Ny. Jasinah hampir setiap hari mengkonsumsi
buah. Keluarga Ny. Jasinah biasanya menggunakan air kran yang bersumber
dari air tanah untuk mencuci piring dan makanan serta menggunakan air yang
dibeli di tukang air keliling lalu dimasaknya untuk minum. Keluarga Ny. Dewi
selalu mencuci tangan menggunakan air mengalir sebelum dan sesudah makan
menggunakan sabun.

e) Riwayat Obstetri dan Pola Asuh


Saat ini tidak ada yang sedang hamil di rumah Ny. Dewi. Anak Ny. Dewi
lahir secara spontan dibantu bidan di rumah. Pada saat Ny. Jasinah
mengandung, rutin kontrol kehamilannya. Ny. Dewi mengatakan keduanya
anaknya diberikan imunisasi dasar lengkap dan ASI eksklusif hingga anaknya
berusia 6 bulan.

36
f) Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga Ny. Dewi biasanya
membeli obat di warung atau berobat ke klinik atau ke puskesmas
g) Penyakit Saat Ini
Pada saat ini Ny. Dewi dan keluarga dalam keadaan sehat.
h) Riwayat Penyakit
i) Ny. Dewi pernah sakit gigi dan sudah di cabut di klinik
j) Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Kegiatan sehari-hari Ny. Dewi adalah sebagai ibu rumah tangga, ibu Dewi
diberikan uang harian oleh suaminya untuk keperluan makan sehari-hari
sebanyak 50.000. Sehari-hari Ny. Dewi memasak untuk 1 rumah. Setiap dua
hari sekali pada siang hari Ny. Dewi akan pergi untuk mengikuti pengajian.
Ny. Dewi mandi 3 kali sehari.
Tabel 10. Faktor Internal Keluarga Ny. Dewi
No. Faktor Internal Permasalahan
1. Pola Makan Keluarga Ny. Dewi memasak sendiri
dengan komposisi berupa nasi, tahu,
tempe, ikan asin dan buah. Mereka
jarang mengkonsumsi daging.
2. Pola Pencarian Pengobatan Apabila sakit biasanya membeli obat di
warung. Apabila tidak sembuh akan
berobat ke klinik atau puskesmas.
3. Kebiasaan Merokok Suami dari Ny. Dewi merokok sehari
satu bungkus setengah selama 10 tahun
& menantunya merokok setengah
bungkus perhari.
4. Olahraga Ny. Dewi berolahraga di pagi hari
dengan jalan pagi sebanyak 2 putaran
sembari membeli sayur
5. Pengelolaan Sampah Pengelolaan sampah keluarga Ny. Dewi

37
biasanya di bakar di sebelah rumahnya
Pola makan keluarga Ny. Dewi kurang bervariasi dengan protein hewani
selain itu keluarga Ny. Jasinah sering mengkonsumsi ikan asin yang beresiko
tinggi menyebabkan hipertensi. Olahraga yang dilakukan keluarga Ny. Dewi
masih kurang dalam segi waktu dan intensitasnya. Keluarga Ny. Dewi
memiliki kebiasaan mandi 3 kali sehari pada pagi, siang dan sore. Kegiatan
bersih-bersih rumah seperti menyapu dilakukan 2 kali sehari. Tempat
penyimpanan air rutin dibersikan 1 kali dalam seminggu.

Tabel 11. Faktor Ekternal Keluarga Ny. Dewi


No. Kriteria Permasalahan
1. Luas bangunan Luass tanah sekitar 120 m2 dan luas
bangunan 8m x 10 m dengan lantai
keramik, berdinding batu bata dengan
semen serta beratap genteng
2. Ruangan dalam Rumah bertingkat terdiri dari satu ruang
rumah keluarga, 5 kamar tidur, 1 kamar mandi
dan satu dapur
3. Ventilasi Rumah memiliki jendela pada masing
masing ruangan dan sering dibuka
4. Pencahayaan Terdapat 1 lampu berwarna putih pada
setiap ruangan
5. MCK Memiliki jamban serta bak mandi
6. Sumber air Menggunakan air tanah untuk kegiatan
sehari - hari dan air galon yang dibeli lalu
dimasak kembali
7. Saluran pembuangan Limbah rumah tangga dibuang ke selokan
belakang rumah
8. Tempat pembuangan Sampah rumah tangga dibuang di samping
sampah rumah yang akan ditumpuk terlebih dahulu
sebelum dibakar di saamping rumah.

38
Masalah Medis dan Non-Medis pada Keluarga Ny. Dewi :

A. Masalah Medis Saat Ini


● Hipertensi
● Kolesterol
B. Masalah Non-Medis
● Keluarga binaan membuang dan membakar sampah di samping halaman
rumah
● Keluarga binaan memiliki kebiasaan merokok
● Keluarga binaan memiliki pencahayaan rumah yang kurang
● Keluarga binaan mencuci tangan belum sesuai standar WHO
● Kelurga binaan jarang berolahraga

1.6.4 Profil Keluarga Ny. Nurhalimah


a) Data Dasar Keluarga Ny. Nurhalimah
Keluarga Ny. Nurhalimah bertempat tinggal di Kampung Kemuning No.
RT 12 / RW 05 Desa Kresek, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Ny. Nurhalimah tinggal di rumah tersebut bersama suami, 2
orang anak.
Tabel 12. Data Dasar Keluarga Ny. Nurhalimah
NO Nama Status Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan
Keluarga Kelamin Terakhir
1. Tn. Arja Kepala L 40 thn SMP Kuli
keluarga banguna
n
2. Ny. Istri P 33 thn SD IRT dan
Nurhalima pedagan
h g
3. An. Luki Anak L 12 thn SD -

4. An. Anak L 4 thn - -


Alkaisar

39
Ny. Nurhalimah berusia 33 tahun merupakan seorang Ibu Rumah
Tangga. Pendapatan keluarga Ny. Nurhalimah berasal dari hasil kerja suami
yang saat ini bekerja sebagai kuli bangunan dengan penghasilan Rp 900.000
per minggu dan memilki pemasukan tambahan dari hasil Ny. Nurhalimah
membuka warung dengan penghasilan sekitar Rp.200.000 per hari.

b) Bangunan Tempat Tinggal Ny. Nurhalimah


Keluarga Ny. Nurhalimah tinggal dirumah milik pribadi dengan luas tanah
sekitar 400 m2 dan luas bangunan 5 m x 7 m. Bangunan tempat tinggal terdiri
atas 1 lantai tidak bertingkat dan terdiri dari satu kamar tidur 2 m x 3 m dan
satu kamar mandi 1 m x 2 m. Ruangan di dalam rumah berlantaikan keramik
dengan sebagian dinding terbuat dari batu bata dan semen yang tidak di cat
serta sebagian nya lagi terbuat dari gribik beratapkan asbes. Rumah ini terletak
di dalam gang dan di samping rumah terdapat halaman kosong.
Rumah ini memiliki ventilasi dan 2 jendela. Rumah ini memiliki 1 pintu
utama di depan. Keluarga ini memiliki 1 kamar mandi tanpa jamban. Kamar
mandi memiliki pintu. Kamar mandi digunakkan hanya untuk mandi dan
untuk buang air kecil maupun besar, Ny. Nurhalimah dan kelurga pergi ke
kamar mandi umum,

c) Lingkungan Pemukiman Ny. Nurhalimah


Rumah keluarga Ny. Nurhalimah di pemukiman yang padat penduduk.
Bagian depan rumah terdapat teras dan halaman. Pengelolaan sampah
keluarga Ny. Nurhalimah biasanya sampah dibakar di tanah lapang di samping
rumah.

Gambar 5. Denah Rumah Ny. Nurhalimah

d) Pola Makan

40
Keluarga Ny. Nurhalimah rata-rata makan 3 x sehari, yaitu pagi, siang dan
malam. Makanan sehari-hari dimasak sendiri antara lain nasi, tahu, tempe,
sayur dan terkadang memasak ayam atau ikan satu kali dalam seminggu.
Keluarga Ny. Nurhalimah jarang mengkonsumsi buah karena keterbatasan
biaya, tetapi jika ada keluarga Ny. Nurhalimah suka mengonsumsi jeruk atau
salak. Keluarga Ny. Sapna biasanya menggunakan air sumur untuk mencuci
piring dan makanan serta menggunakan air galon untuk minum. Keluarga Ny.
Sapna selalu mencuci tangan menggunakan air mengalir sebelum dan sesudah
makan kadang memakai sabun.

e) Riwayat Obstetri dan Pola Asuh


Saat ini tidak ada yang sedang hamil di rumah Ny. Nurhalimah. Anak Ny.
Nurhalimah yang pertama lahir secara spontan dibantu bidan di rumah dan
anak yang kedua lahir juga secara spontan dibantuk bidan di puskesmas.. Pada
saat Ny. Nurhalimah mengandung, rutin kontrol kehamilannya. Ny.
Nurhalimah mengatakan anaknya diberikan imunisasi lengkap dan ASI
eksklusif hingga anaknya berusia 6 bulan.

f) Kebiasaan Berobat
Ketika ada anggota keluarga yang sakit, keluarga Ny. Jasinah biasanya
membeli obat di warung atau berobat ke klinik atau ke puskesmas.

g) Penyakit Saat Ini


Pada saat ini Ny. Nurhalimah dan keluarga dalam keadaan sehat.
h) Riwayat Penyakit
Suami Ny. Nurhalimah memiliki riwayat ISPA. Riwayat penyakit
hipertensi, diabetes melitus, jantung tidak ada pada keluarga Ny. Nurhalimah..
i) Perilaku dan Aktivitas Sehari-hari
Kegiatan sehari-hari Ny. Nurhalmiah adalah berjualan makanan di warung
yang terletak di depan rumahnya sembari mengurus anaknya yang masih kecil
dan membersihkan rumah setiap hari. Kelurga Ny. Nurhalimah memiliki

41
kebiasaan mandi 2 kali sehari pada pagi dan sore. Ny. Nurhalimah setiap hari
melakukan aktivitas ringan seperti membersihkan kamar mandi,
membersihkan kamar tidur dan jalan-jalan di sekitar rumah. Setiap pagi
setelah sholat subuh, Ny. Nurhalimah selalu pergi ke pasar untuk belanja
persiapan berjualan di warung depan rumahnya. Suami Ny. Nurhalimah
merokok sudah dari lama dan sehari dapat habis 2 bungkus rokok.

Tabel 13. Faktor Internal Ny. Nurhalimah

NO Kriteria Permasalahan

1. Pola Makan Keluarga Ny. Nurhalimah memasak sendiri


dengan komposisi makanan berupa nasi, tahu,
tempe, sayur dan kadang-kadang ayam atau ikan.
Mereka jarang mengkonsumsi daging atau buah.

2. Pola pencarian Apabila sakit biasanya membeli obat di warung.


pengobatan Apabila tidak sembuh akan berobat ke klinik atau
puskesmas terdekat.

3. Kebiasaan Ny. Nurhalimah tidak merokok. Suami Ny.


merokok Nurhalimah merokok namun Ny, Nurhalimah tidak
tahu sejak kapan.

4. Olahraga Keluarga Ny. Nurhalimah kadang melakukan


aktivitas ringan seperti berolahraga, olahraga yang
dilakukan yaitu jalan-jalan di sekitar rumah dan
membersihkan rumah,

5. Pengelolahan Pengelolaan sampah keluarga Ny. Nurhalimah


Sampah biasanya di bakar di halaman kosong samping
rumah.

Tabel 14. Faktor Eksternal Keluarga Ny. Nurhalimah

NO Kriteria Permasalahan

42
1. Luas bangunan Luas tanah sekitar 400 m2 dan luas bangunan 5 m
x 10 m. dengan lantai keramik, dengan dinding
Sebagian berdinding batu bata dengan semen dan
sebagiannya berdinding gribik serta beratap asbes.

2. Ruangan dalam Rumah tidak bertingkat terdiri dari satu kamar


rumah tidur 2 m x 3 m , satu kamar mandi 2 m x 3 m.

3. Ventilasi Rumah memiliki 2 jendela namun jarang dibuka,


sehingga hanya berasal dari pintu depan.

4. Pencayahan Terdapat 1 lampu berwarna putih pada setiap


ruangan

5. MCK Tidak memiliki jamban, hanya terdapat bak mandi


yang terletak dalam kamar mandi.

6. Sumber air Menggunakan air sumur untuk kegiataan sehari-


hari dan air galon utuk air minum

7. Saluran Limbah rumah tangga dibuang ke selokan


pembuangan belakang rumah

8. Tempat Sampah rumah tangga dibuang di depan rumah


pembuangan yang akan ditumpuk terlebih dahulu sebelum di
sampah bakar.

Masalah Medis dan Non-Medis pada Keluarga Ny. Nurhalimah :


A. Masalah Medis
● ISPA
B. Masalah Non-Medis

● Keluarga binaan membuang dan membakar sampah di samping halaman


rumah
● Keluarga binaan memiliki kebiasaan merokok

43
● Keluarga binaan memiliki pencahayaan rumah yang kurang
● Keluarga binaan memiliki ventilasi rumah yang kurang
● Keluarga binaan mencuci tangan belum sesuai standar WHO

1.7 Menetukan Area Masalah


Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, didapatkan area masalah antara lain
sebagai berikut:
Masalah Medis:
a) Satu dari tiga keluarga binaan mempunyai riwayat ISPA
b) Satu dari tiga keluarga binaan mempunyai riwayat Hipertensi
c) Satu dari tiga keluarga binaan mempunyai riwayat Kolesterol
Masalah Non - Medis:
a) Ketiga keluarga binaan belum bisa mengelola sampah dengan baik dan
membakar sampah di dekat rumah.
b) Ketiga keluarga binaan memiliki kebiasaan merokok
c) Ketiga keluarga binaan memiliki pencahayaan yang kurang
d) Ketiga keluarga binaan belum memenuhi standar cuci tangan WHO

1.8 Area Masalah Sebagai Diagnosis Komunitas


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan area
masalah diantaranya yaitu metode Delbeq dan metode delphi.
Metode Delbeq adalah suatu metode penetapan prioritas masalah yang dilakukan
dengan melalui kesepakatan sekelompok orang yang tidak sama keahliannya,
sehingga diperlukan penjelasan terlebih dahulu untuk meningkatkan pengertian
dan pemahaman peserta tanpa mempengaruhi peserta lainnya. Peserta lalu di
minta untuk mengemukakan beberapa masalah. Masalah yang paling banyak
dikemukakan adalah prioritas (Pujiati, 2018).
Sedangkan Metode Delphi adalah suatu metode penetapan prioritas
masalah yang dilakukan melalui kesepakatan sekelompok orang yang sama
keahliannya. Dengan setiap pesertanya diminta untuk mengemukakan beberapa

44
masalah pokok, masalah yang paling banyak dikemukakan adalah prioritas
(Sumarna, 2017).
Dari beberapa masalah yang ada pada keluarga binaan, penulis
memutuskan untuk mengangkat permasalahan mengenai pengelolaan sampah.
Karena setelah diteliti di keluarga binaan, masalah terbanyak dari non medis
adalah kurangnya pengetahuan keluarga binaan mengenai pengelolaan sampah.
Selanjutnya, dilakukan pre survey pada keluarga binaan untuk menilai aspek
pengetahuan, sikap dan perilaku dari keluarga binaan yang berhubungan dengan
masalah tersebut.

Tabel 21. Hasil Presurvey pengetahuan, sikap, dan perilaku

Pengetahuan Sikap Perilaku

Baik 33,3% (2 orang) 83,4% (5 orang) 66,7% (4 orang)

Buruk 66,7% (4 orang) 16,6% (1 orang) 33,3% (2 orang)

Total 100% (6 orang) 100% (6 orang) 100% (6 orang)

1.9 Alasan Pemilihan Area Masalah


Pemilihan area masalah kesehatan didasarkan atas berbagai pertimbangan, yaitu:
1) Data Primer
Dari hasil wawancara dan observasi pada ke-3 keluarga binaan didapatkan
bahwa ketiga keluarga memiliki pengetahuan yang kurang terkait dengan pola

45
hidup sehat dan perilaku hidup bersih khususnya pengetahuan mengenai
pengelolahan sampah. Dari hasil presurvey didapatkan pengetahuan dalam
keriteria buruk yaitu sebanyak 66,7%.
2) Data Sekunder
Jumlah PHBS Rumah Tangga yang dipantau dari 1.890 rumah, didapat 647
rumah yang berperilaku PHBS yaitu hanya sebesar 34.32%. Masih di bawah
standar pelayanan minimal yaitu sebesar 65% (Profil Puskesmas Kecamatan
Kresesek, 2020).
3) Data Tersier
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar mengetahui, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS tatanan rumah tangga meliputi
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memberikan bayi ASI eksklusif,
menimbang balita secara teratur, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk,
makan buah dan sayur setiap hari, olahraga secara teratur, tidak merokok di dalam
rumah, dan membuang sampah pada tempatnya. Pada penelitian ini diteliti
mengenai membuang sampah pada tempatnya serta cara pengelolaannya (Gani,
eat al., 2015).
Berdasarkan Riskesdas 2018, Proporsi pengumpulan/penampungan
sampah basah di dalam rumah Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten sebesar
84,88% tempat sampah terbuka dan sebanyak 14,31 % kotak sampah tertutup.
Proporsi pengelolaan sampah di rumah tangga Kota Tanggerang Provinsi Banten
didapatkan sebanyak 36,55 % sampah diangkut, 0,47% sampah di tanam, 0,07 %
dibuat kompos, 54,34% dibakar, 2,90% dibuang ke kali/selokan/laut, dan 5,67 %
% dibuang disembarang tempat. Proporsi kualitas pengelolaan sampah rumah
tangga Kota Tanggerang Provinsi Banten didapatkan hanya sebanyak 37,09 %
baik sedangakan 62,91% lainnya kurang baik (Riskesdas, 2018).
Dalam sumber ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah diterangkan
bagaimana ajaran Islam menyoroti masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan.

46
Banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan, menganjurkan
bahkanmewajibkan setiap manusia untuk menjaga lingkungan dan kelangsungan
kehidupan makhluk lain di bumi.
Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah


SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang menyukai
kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah yang
menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.” (HR. Tirmizi).

47
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Pengetahuan
2.1.1 Definisi
Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia
atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang
dimilikinya. Panca indra manusia guna penginderaan terhadap objek yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa dan perabaan. Pada waktu
penginderaan untuk menghasilkan pengetahuan tersebut dipengaruhi oleh
intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang
sebagian besar diperoleh melalui indra pendengaran dan indera
penglihatan (Notoatmodjo, 2014).

Pengetahuan dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal dan sangat


erat hubungannya. Diharapkan dengan pendidikan yang tinggi maka akan
semakin luas pengetahuannya. Tetapi orang yang berpendidikan rendah
tidak mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak
mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh
dari pendidikan non formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung
dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan
menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek positif dan objek
yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap
objek tertentu. Secara garis besar terdapat 6 tingkatan pengetahuan
(Notoatmodjo, 2014), yaitu:

A. Tahu (know)
Pengetahuan yang dimiliki baru sebatas berupa mengingat kembali
apa yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga tingkatan pengetahuan
pada tahap ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kemampuan
pengetahuan pada tingkatan ini adalah seperti menguraikan, menyebutkan,
mendefinisikan, menyatakan. Contoh tahapan ini antara lain: menyebutkan

48
definisi pengetahuan, menyebutkan definisi rekam medis, atau
menguraikan tanda dan gejala suatu penyakit.
B. Memahami (comprehension)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan menjelaskan tentang objek atau sesuatu dengan benar.
Seseorang yang telah faham tentang pelajaran atau materi yang telah
diberikan dapat menjelaskan, menyimpulkan, dan menginterpretasikan
objek atau sesuatu yang telah dipelajarinya tersebut. Contohnya dapat
menjelaskan tentang pentingnya dokumen rekam medis.
C. Aplikasi (application)
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini yaitu dapat
mengaplikasikan atau menerapkan materi yang telah dipelajarinya pada
situasi kondisi nyata atau sebenarnya. Misalnya melakukan assembling
(merakit) dokumen rekam medis atau melakukan kegiatan pelayanan
pendaftaran.
D. Analisis (analysis)
Kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen yang ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis yang dimiliki seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
memisahkan dan mengelompokkan, membedakan atau membandingkan.
Contoh tahap ini adalah menganalisis dan membandingkan kelengkapan
dokumen rekam medis menurut metode Huffman dan metode Hatta.
E. Sintesis (synthesis)
Pengetahuan yang dimiliki adalah kemampuan seseorang dalam
mengaitkan berbagai elemen atau unsur pengetahuan yang ada menjadi
suatu pola baru yang lebih menyeluruh. Kemampuan sintesis ini seperti
menyusun, merencanakan, mengkategorikan, mendesain, dan
menciptakan. Contohnya membuat desain form rekam medis dan
menyusun alur rawat jalan atau rawat inap.
F. Evaluasi (evaluation)

49
Pengetahuan yang dimiliki pada tahap ini berupa kemampuan
untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau
objek. Evaluasi dapat digambarkan sebagai proses merencanakan,
memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk
membuat alternatif keputusan. Tahapan pengetahuan tersebut
menggambarkan tingkatan pengetahuan yang dimiliki seseorang setelah
melalui berbagai proses seperti mencari, bertanya, mempelajari atau
berdasarkan pengalaman.

2.1.2 Faktor-Faktor Yang Dapat Mempengaruhi Pengetahuan


Terdapat 8 hal yang mempengaruhi pengetahuan menurut
Notoatmodjo, yaitu (Notoatmodjo, 2010) :

A. Pendidikan
Tingkat pengetahuan seseorang akan membantu orang tersebut
untuk lebih mudah menangkap dan memahami suatu informasi. Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka tingkat pemahaman juga meningkat
serta tepat dalam pengambilan sikap.
B. Pekerjaan
Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
C. Pengalaman
Pengalaman merupakan sebuah kejadian atau peristiwa yang
pernah dialami oleh seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya.
D. Usia
Umur seseorang yang bertambah dapat membuat perubahan pada
aspek fisik psikologis, dan kejiwaan. Dalam aspek psikologis taraf berfikir
seseorang semakin matang dan dewasa. Semakin bertambah umur
seseorang, semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

50
sehingga akan lebih mampu untuk menerima pengetahuan atau informasi
yang baik.
E. Kebudayaan
Kebudayaan tempat dimana kita dilahirkan dan dibesarkan
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap terbentuknya cara
berfikir dan perilaku kita.
F. Minat
Minat merupakan suatu bentuk keinginan dan ketertarikan terhadap
sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu
hal dan pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
G. Sumber informasi
Pengetahuan juga dipengaruhi oleh sumber informasi atau bacaan
yang berguna bagi perluasan cakrawala pandang atau wawasan sehingga
dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat dijadikan tempat bertanya
tentang berbagai pengetahuan untuk memenuhi apa yang ingin dicapai.
H. Media
Contoh media yang didesain secara khusus untuk mencapai
masyarakat luas seperti televisi, radio, koran, majalah, dan internet.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

menurut Budiman dan Riyanto dibagi menjadi faktor internal dan

eksternal (Budiman, et al., 2013) :

1. Faktor Internal:
A. Usia
Semakin bertambah usia semakin berkembang daya tangkap dan
pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin
membaik.
B. Pengalaman
Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan akan
memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional, serta dapat

51
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan
manifestasi keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari
masalah nyata.
2. Faktor Eksternal:
A. Pendidikan
Makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut
menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan
cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun
dari media massa.
B. Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun
nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sebagai sarana
komunikasi berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini orang dan kepercayaan orang.
C. Sosial, budaya, dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang tanpa melalui
penelaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,
seseorang akan bertambah pengetahuan walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga menentukan fasilitas yang diperlukan,
sehingga status sosial ekonomi ini memperngaruhi pengetahuan
seseorang.
D. Lingkungan
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan
kedalam individu yang berada dalam lingkungan. Hal ini karena adanya
ineteraksi timbal balik yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh
individu.

52
2.2 Sampah
2.2.1 Pengertian Sampah
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
menyebutkan bahwa sampah merupakan permasalahan nasional sehingga
pengelolaannya perlu di lakukan secara komprehensif dan terpadu dari
hulu ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi
masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku
masyarakat (Dobiki, 2018).
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah
adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak diapakai, tidak disenangi atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya (Dobiki, 2018).
Berdasarkan SK SNI tahun 1990, sampah adalah limbah yang
bersifat padat yang terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang
dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan
dan melindungi infestasi pembangunan (Dobiki, 2018).

2.2.2 Sumber Sampah


1. Sampah Rumah Tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan
sehari- hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan
dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan (Dobiki, 2018).
2. Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga
dan lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti
pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan,
hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya (Dobiki,
2018).
3. Sampah Spesifik

53
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga
yang karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan
khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan
beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang
mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing
bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah
yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti) (Dobiki, 2018).

2.2.3 Jenis-jenis Sampah


1. Sampah organik, adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan hayati
yang dapat didegradasi oleh mikroba atau bersifat biodegradable. Sampah
ini dengan mudah dapat diuraikan melalui proses alami. Sampah rumah
tangga sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah
organik, misalnya sampah dari dapur, sisa-sisa makanan, pembungkus
(selain kertas, karet dan plastik), tepung, sayuran, kulit buah, daun dan
ranting. Selain itu, pasar tradisional juga banyak menyumbangkan sampah
organik seperti sampah sayuran, buah-buahan dan lain-lain (Sahih, et al.,
2016).
2. Sampah non norganik atau anorganik adalah sampah yang dihasilkan
dari bahan- bahan non hayati, baik berupa produk sintetik maupun hasil
proses teknologi pengolahan bahan tambang. Sampah anorganik dibedakan
menjadi sampah logam dan produk-produk olahannya, sampah plastik,
sampah kertas, sampah kaca dan keramik, sampah detergen. Sebagian
besar anorganik tidak dapat diurai oleh alam/ mikroorganisme secara
keseluruhan (unbiodegradable). Sementara, sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang lama. Sampah jenis ini pada tingkat rumah
tangga misalnya botol plastik, botol gelas, tas plastik, dan kaleng (Sahih,
et al., 2016).

2.2.4 Bentuk Sampah


1. Sampah padat

54
Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran
manusia, urin dan sampah cair. Dapat berupa sampah rumah tangga :
sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain. Menurut
bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari barang
yang mengandung bahan-bahan organic, seperti sisa-sisa sayuran, hewan,
kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah tangga, potongan-
potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya
(Bambang, 2012).
Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability), maka
dapat dibagi lagi menjadi (Bambang, 2012) :
a) Biodegradable Biodegradable adalah sampah yang dapat diuraikan
secara sempurna oleh proses biologi baik aerob atau anaerob, seperti :
sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah pertanian dan perkebunan.
b) Non-biodegradable Non-biodegradable adalah sampah yang tidak bisa
diuraikan oleh proses biologi. Dapat dibagi menjadi :
(1) Recyclable Sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali
karena memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas,
pakaian dan lain-lain.
(2) Non-recyclable Sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan
tidak dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs, carbon
paper, thermo coal dan lainlain.
2. Sampah cair Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan
tidak diperlukan kembali dan dibuang ke tempat pembuangan sampah
(Bambang, 2012).
a) Limbah hitam
Sampah cair yang dihasilkan dari toilet. Sampah ini mengandung
patogen yang berbahaya.
b) Limbah rumah tangga
Sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar mandi dan tempat
cucian. Sampah ini mungkin mengandung patogen. Sampah dapat

55
berada pada setiap fase materi : padat, cair, atau gas. Ketika
dilepaskan dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas,
sampah dapat dikatakan sebagai emisi. Emisi biasa dikaitkan dengan
polusi.
Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang
dari aktivitas industri (dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya
pertambangan, manufaktur, dan konsumsi. Hampir semua produk industri
akan menjadi sampah pada suatu waktu, dengan jumlah sampah yang
kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Pembuangan sampah cair atau
limbah cair secara sembarangan, misalnya membuang ke selokan atau ke
sungai-sungai akan menimbulkan bau tidak sedap, juga mengganggu
habitat hidup lingkungan sungai bahkan bisa mengakibatkan berbagai
jenis penyakit bagi masyarakat yang tinggal di sekitar tempat
pembuangan limbah industry (Bambang, 2012).

2.2.5 Pengelolaan Sampah


Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah,
dijelaskan bahwa sampah merupakan permasalahan nasional sehingga
pengolahannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu
ke hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat,
dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
Kegiatan penanganan sampah seperti yang dimaksud dalam Pasal 22
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah, meliputi :
1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah
Pengumpulan sampah adalah menjadi tanggung jawab masing-masing
rumah tangga atau instansi yang menghasilkan sampah, maka dari itu
harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan
sampah. Kemudian masing-masing tempat pengumpulan sampah tersebut
harus diangkut ke Tempat pembuangan sementara (TPS) sampah dan
selanjutnya ke tempat penampungan akhir (TPA).

56
2. Pemusnahan dan pengelolaan sampah
Pemusnahan dan pengelolaan sampah ini dapat dilakukan melalui berbagai
cara, antara lain sebagai berikut (UU NO 18, 2008) :
a. Ditanam (landfill) yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang
di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah.
b. Dibakar (inceneration) yaitu memusnahkan sampah dengan jalan
membakar didalam tungku pembakaran (incinerator).
c. Dijadikan pupuk (Composting) yaitu pengelolaan sampah menjadi
pupuk (Kompos), khususnya untuk sampah organic seperti : daun-
daunan, sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk
(Notoatmodjo,2003).
Dalam pasal 12 (1) UUPPS, setiap orang diwajibkan melakukan
pengelolaan atau memilah sampah dengan cara atau metode yang
berwawasan lingkungan metode tersebut adalah 3R (Reduce, Reuse,
Recycle). Namun, terdapat prinsip lain dalam pengelolaan sampah yang
dikenal dengan “5 M”, yaitu (UU NO 18, 2008):
1. Mengurangi (Reduce)
Mengurangi penggunaan barang- barang pakai yang dapat
menimbulkan sampah, karena semakin banyak barang terbuang maka
akan semakin banyak sampah.
2. Menggunakan kembali (Reuse)
Mengusahakan untuk mencari barang-barang yang bisa dipakai
kembali, dan menghindari pemakaian barang-barang yang sekali pakai
guna memaksimalkan umur suatu barang.
3. Mendaur ulang (Recycle)
Selain mencari barang yang dapat dipakai kembali, dapat pula mencari
barang yang dapat didaur ulang. Sehingga barang tersebut dapat
dimanfaatkan bukan menjadi sampah.
4. Mengganti (Replace)

57
Metode ini dapat dilakukan dengan melakukan pengamatan di sekitar.
Diantaranya mengganti barang sekali pakai dengan barang yang lebih
tahan lama, serta menggunakan barang yang ramah lingkungan.
5. Menghargai (Respect)
Metode ini menggunakan rasa kecintaan pada alam, sehingga akan
menimbulkan sikap bijaksana sebelum memilih.
2.2.6 Dampak Negatif Pengelolaan Sampah yang Tidak Sesuai
Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan dampak
negatif bagi kesehatan dan lingkungan seperti berikut (Chandra, 2006) :
1. Dampak terhadap kesehatan
a. Menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor
penyakit seperti lalat, kecoa atau tikus
b. Jumlah penyakit ISPA meningkat karena polutan udara yang
disebabkan oleh pembakaran sampah.
c. Jumlah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) akan
meningkat karena vektor penyakit hidup dan berkembang biak
dalam sampah kaleng ataupun ban bekas yang berisi air hujan
d. Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah sembarangan
seperti luka akibat benda tajam seperti besi, kaca, dan
sebagainya
e. Gangguan psikosomatis atau penyakit yang melibatkan pikiran
dan tubuh, di mana pikiran mempengaruhi tubuh hingga
penyakit muncul atau menjadi bertambah parah misalnya sesak
napas, insomnia, stress, dan lain-lain.
2) Dampak terhadap lingkungan
a. Estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata
b. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan
menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk
c. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan
bahaya kebakaran yang lebih luas

58
d. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan
menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi
dangkal.
e. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat
menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada
sumber air permukaan atau sumur dangkal.
f. Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas
masyarakat seperti jalan, jembatan, dan saluran air.

2.3 Kebersihan Lingkungan Menurut Pandangan Islam


Kebersihan menurut ajaran Islam dinamakan Thaharah (suci). Thaharah
sendiri bermakna kesucian dan kebersihan dari segala kotoran yang nyata, seperti
suci dari hadas (hal-hal yang membatalkan wudhu), najis , dan juga kotoran yang
tidak nyata, seperti suci dari penyakit-penyakit hati. Jadi dapat dikatakan bahwa
thaharah merupakan membersihkan badan, pakaian, dan tempat ibadah dari hadas
dan najis serta pikiran-pikiran yang kotor seperti iri, dengki, maksiat, serta dari
segala perbuatan dosa (Al-Fanjari, 2015).
Rasulullah SAW bersabda:

Artinya: “Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya


Allah SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang
menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha
Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.” (HR.
Tirmizi).

Artinya : Artinya: "Bersuci (thaharah) itu setengah daripada iman." (HR.


Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi)

59
Lingkungan yang sehat dapat memberikan efek terhadap kualitas
kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di
sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi
buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup
bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat.
Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan
sekitar rumah yang sehat. Salah satu kebutuhan penting akan kesehatan lingkungan
adalah masalah air bersih, persampahan dan sanitasi, yaitu kebutuhan akan air
bersih, pengelolaan sampah yang setiap hari diproduksi oleh masyarakat serta
pembuangan air limbah yang langsung dialirkan pada saluran/sungai (Al-Fanjari,
2015).
Hal tersebut menyebabkan tersumbatnya saluran/sungai karena sampah.
Pada saat musim penghujan selalu terjadi banjir dan menimbulkan penyakit.
Perilaku manusia yang kurang atau tidak bertanggung jawab terhadap lingkungan
telah mengakibatkan terjadinya berbagai macam kerusakan lingkungan.
Kebanyakan dari mereka berfikir secara parsial dan hanya ingin menguntungkan
diri sendiri seperti masalah pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, polusi
udara, pencemaran air, dan lainnya. Islam juga mengajarkan bahwa manusia harus
bertanggung jawab terhadap alam semesta yang dihadiahkan kepadanya untuk
menjamin kelangsungan hidupnya (Farkhani, 2016).
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa manusia diciptakan sebagai
khalifah di bumi, maka sudah sepatutnya manusia bertindak secara arif dan
bijaksana untuk menjaga dan mengatur lingkungan yang baik dan tertata. Islam
merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan di muka bumi, termasuk
mengenai bagaimana manusia menjaga kebersihan lingkungan. Dalam sumber
ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah diterangkan bagaimana ajaran Islam
menyoroti masalah kebersihan dan kesehatan lingkungan (Gunawan, 2014).
Islam sebagai agama yang menjadi rahmat bagi sekalian alam, Islam tidak
akan membiarkan manusia merusak atau mengotori lingkungan sekitarnya.
Kebersihan lingkungan itu sendiri akan sangat berpengaruh terhadap keselamatan

60
manusia yang ada di sekitarnya, oleh sebab itu menjaga kebersihan lingkungan
sama pentingnya dengan menjaga kebersihan diri (Al-Fanjari, 2015).

Artinya: “Bersihkanlah halaman rumah kalian karena orang-orang Yahudi


tidak suka membersihkan halaman rumah mereka” (HR. Ath-Thabarani).
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologis yang harus ada
antara manusia dengan lingkungannya agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia. Ruang lingkup:
1. Penyediaan air minum
2. Pengolahan air buangan dan pengendalian pencemaran
3. Pengelolaan sampah padat
4. Pengendalian vector
5. Pencegahan dan pengendalian pencemaran tanah dan ekskreta manusia
Kesehatan lingkungan merupakan bagian dari dasar-dasar kesehatan
masyarakat modern yang meliputi semua aspek manusia dalam hubungannya
dengan lingkungan, dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan
nilai-nilai kesehatan manusia pada tingkat setinggi-tingginya dengan jalan
memodifisir tidak hanya faktor sosial dan lingkungan fisik semata mata, tetapi juga
terhadap semua sifat-sifat dan kelakuan-kelakuan lingkungan yang dapat
membawa pengaruh terhadap ketenangan, kesehatan dan keselamatan organisme
umat manusia (Farkhani, 2016)
Menurut UU No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan
Lingkungan Hidup, lingkungan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ruang dengan
benda, daya, keadaan dan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lainnya. Secara sederhana, lingkungan manusia
didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berada di sekitar manusia yang
berpengaruh pada kehidupan manusia itu sendiri (Al-Fanjari, 2015).

61
Sedangkan yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan yaitu kajian yang
mempelajari hubungan interaktif antara sekelompok manusia dan berbagai
perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Kesehatan lingkungan juga dapat disebut dengan suatu
kondisi atau keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif
terhadap terwujudnya status kesehatan yang optimal pula (Al-Fanjari, 2015).
Banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan, menganjurkan bahkan
mewajibkan setiap manusia untuk menjaga lingkungan dan kelangsungan
kehidupan makhluk lain di bumi. Konsep yang berkaitan dengan penyelamatan dan
konservasi lingkungan menyatu dengan konsep keesaan Tuhan (tauhid), syariah,
dan akhlak. Setiap tindakan atau perilaku manusia yang berhubungan dengan orang
lain atau makhluk lain atau lingkungan hidupnya harus dilandasi keyakinan tentang
keesaan dan kekuasaan Allah swt yang mutlak. Manusia juga harus bertanggung
jawab kepada-Nya untuk semua tindakan yang dilakukannya. Hal ini juga
menyiratkan bahwa pengesaan Tuhan merupakan satu-satunya sumber nilai dalam
etika (Al- Fanjari, 2015).
Islam mengajarkan umatnya untuk melindungi dan menjaga alam dan
lingkungan. Pada masa kekhalifahan, peradaban Islam di Semenanjung Arab
memiliki dan menjaga kawasan konservasi yang disebut Hima. Hima merupakan
zona yang tak boleh disentuh atau digunakan untuk apapun bagi kepentingan
manusia. Tempat tersebut digunakan sebagai konservasi alam, baik untuk
kehidupan binatang liar maupun tumbuh-tumbuhan. Islam mempunyai konsep
yang sangat jelas tentang pentingnya konservasi, penyelamatan, dan pelestarian
lingkungan. Konsep Islam ini kemudian bisa digunakan sebagai dasar pijakan
(moral dan spiritual) dalam upaya penyelamatan lingkungan. Permasalahan
lingkungan bukan hanya masalah ekologi semata, tetapi menyangkut teologi.
Pengertian teologi dalam konteks ini adalah cara menghadirkan dalam setiap aspek
kegiatan manusia. Dalam bahasa lain, teologi dapat dimaknai sebagai konsep
berpikir dan bertindak yang dihubungkan dengan yang ghaib yang menciptakan
sekaligus mengatur manusia dan alam. Jadi, terdapat tiga pusat perhatian

62
(komponen) bahasan yakni Tuhan, manusia, dan alam, yang ketiganya mempunyai
kesatuan hubungan fungsi dan (Farkhani, 2016).
Agama Islam memiliki perhatian khusus terhadap masalah lingkungan.
Sebab, lingkungan memiliki pengaruh besar bagi fisik dan mental manusia. Terkait
hal ini, Rasulullah bersabda, "Alam dan seluruh tanah di muka bumi adalah masjid
dan tempat ibadah". Orang yang bertauhid meyakini bahwa seluruh alam semesta
sebagai tempat ibadah yang tidak boleh dikotori dan dirusak serta harus terus
dirawat kelestariannya. Dalam hukum Islam ada sebuah prinsip umum bahwa
siapapun tidak boleh merugikan atau merusak yang lain baik terhadap manusia lain
maupun alam semesta.
Allah SWT tidak menyukai kerusakan yang terjadi dimuka bumi
sebagaimana firmannya :

Artinya : “Telah terjadi (tampak) kerusakan di darat dan di laut karena


perbuatan tangan manusia, supaya Allah akan merasakan kepada mereka sebagian
(akibat tindakan mereka) agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” (Q.S. Ar-
Rum ayat 41).
Dengan demikian fiqh Islam mencegah secara langsung maupun tidak
langsung atas terjadinya kerusakan lingkungan. Merusak dan mencemari
lingkungan menyebabkan terjadinya berbagai masalah seperti problem kesehatan
yang berdampak buruk bagi penghuni bumi. Untuk itu, Islam mengharamkan
setiap tindakan yang merusak alam. Dalam Islam, kerusakan lingkungan juga
mengakibatkan kerusakan sosial yang menyebabkan terjadinya perampasan
terhadap hak jutaan orang bahkan seluruh penduduk bumi (Farkhani, 2016).

2.4 Kerangka Teori


Kerangka teori yang digunakan merujuk pada teori mengenai faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah:

63
Bagan 1. Kerangka Teori

2.5 Kerangka Konsep


Berdasarkan teori pada kerangka teori dapat dibuat suatu kerangka konsep
yang berhubungan dengan area permasalahan yang terjadi pada keluarga binaan di
Kampung Sondol RT 011/ RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Provinsi Banten. Kerangka konsep ini
terdiri dari variabel independen dari kerangka teori yang dihubungkan dengan
area permasalahan.

Bagan 2. Kerangka Konsep

64
2.6 Definisi Operasional
Tabel 22. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


Pengukuran

1 Pengetahuan Pengetahuan Kuisioner Wawancara 1. Baik >5 Ordinal


mengenai :
2. Buruk
1. ≤5
Jenis
Sampah
2.
Pengelolaan
sampah
dengan
sampah

2. Usia Usia anggota Kuesioner Wawancara Rentang Interval


keluarga Usia:
binaan
a. ≥17 – 25
tahun
b. 26-45
tahun
c. ≥45
tahun

3. Pendidikan Pendidikan Kuesioner Wawanacara 1. Rendah Ordinal


terkahir ≤ SD
anggota
2. Menengah
keluarga
= SMP
binaan
3. Tinggi
≥SMA

65
4. Sumber Informasi Kuesioner Wawancara 1. Pernah Nominal
Informasi mengenai
2. Tidak
dan Media pengelolaan
Pernah
Massa sampah yang
diperoleh dari:
1. TV
2. Handphone
3. Penyuluhan

5. Kebudayaan Kebiasaan Kuesioner Wawancara 1. Buruk Ordinal


masyarakat
2. Baik
anggota
keluarga
binaan

6. Ekonomi Jumlah Kuesioner Wawancara 1. Diatas Ordinal


pendapatan
UMR
keluarga per
bulan Rp.4.262.2
dibandingkan 68
dengan UMR
Kabupaten 2. Dibawah

Tangerang UMR

Rp. 4.262.268 Rp.4.262.2


68

7. Pekerjaan Kegiatan yang Kuesioner Wawancara 1. Tidak Nominal


dilakukan oleh bekerja
keluarga
2. Bekerja
binaan untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya

66
8. Pengalaman Pengalaman Kuesioner Wawancara 1. Pernah Nominal
Individu
2. Tidak
Pernah

67
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif (descriptive cross
sectional study) yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan mengenai
pengelolaan sampah di Kampung Sondol RT 011/RW 003, Desa Kemuning,
Kecamatan Kresek dengan teknik survey menggunakan pengisian kuesioner oleh
responden.

3.2 Populasi
Populasi penelitian ini adalah keluarga binaan di Kampung Sondol. RT
011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang,
Provinsi Banten. Sampel pada penelitian ini adalah 3 keluarga binaan yang terdiri
dari 6 orang dalam keluarga binaan di Kampung Sondol. RT 011/RW 003, Desa
Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

3.3 Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan metode total sampling dalam
pengambilan sampel. Sampel yaitu keluarga binaan yang masuk pada kriteria
inklusi.
Kriteria inklusi:
1. Bersedia untuk menjadi responden
2. Merupakan anggota keluarga binaan yang tinggal satu rumah
3. Dapat berkomunikasi dengan baik
4. Anggota keluarga yang berusia ≥ 17 tahun
Kriteria eksklusi:
1. Anggota keluarga yang sedang tidak berada dirumah
2. Anggota keluarga yang mengalami gangguan mental atau sakit berat
Pada penelitian ini sampel terdiri dari 3 keluarga dengan jumlah anggota
sebanyak 14 orang.

68
3.4 Jenis dan Sumber Data
3.4.1 Jenis Data
1. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data dalam bentuk kata-kata. Data kualitatif
diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data dalam bentuk
wawancara kepada sampel yang sesuai kriteria inklusi di desa binaan.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif pada penelitian ini adalah hasil pre survey dan survey.
Sumber data merupakan data primer hasil survey yang diperoleh dari
kuesioner survey yang ditentukan berdasarkan definisi operasional melalui
karakteristik responden seperti usia, ekonomi, pendidikan, informasi dalam
pengetahuan kebiasaan membakar sampah pada keluarga binaan.

3.4.2 Sumber Data


Pemilihan area masalah kesehatan didasarkan atas berbagai pertimbangan,
yaitu:
a. Data Primer
Dari hasil wawancara dan observasi pada ke-3 keluarga binaan didapatkan
bahwa ketiga keluarga memiliki pengetahuan yang kurang terkait dengan pola
hidup sehat dan perilaku hidup bersih khususnya pengetahuan mengenai
pengelolahan sampah. Dari hasil presurvey didapatkan pengetahuan dalam
kriiteria buruk sebanyak 66,7%.
b. Data Sekunder
Jumlah PHBS Rumah Tangga yang dipantau dari 1.890 rumah, didapat
647 rumah yang berperilaku PHBS yaitu hanya sebesar 34.32%. Masih di
bawah standar pelayanan minimal yaitu sebesar 65% (Profil Puskesma
Kecamatan Kresek, 2020).
c. Data Tersier
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar mengetahui, mau dan mampu
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam

69
gerakan kesehatan di masyarakat. PHBS tatanan rumah tangga meliputi
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, memberikan bayi ASI eksklusif,
menimbang balita secara teratur, menggunakan air bersih, mencuci tangan
dengan air bersih dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik
nyamuk, makan buah dan sayur setiap hari, olahraga secara teratur, tidak
merokok di dalam rumah, dan membuang sampah pada tempatnya. Pada
penelitian ini hanya tiga indikator yang di teliti meliputi: BAB di jamban,
menggunakan air bersih, dan membuang sampah pada tempatnya (Gani, et al.,
2015).
Berdasarkan Riskesdas 2018, Proporsi pengumpulan/penampungan
sampah basah di dalam rumah Kabupaten Tanggerang Provinsi Banten sebesar
84,88% tempat sampah terbuka dan sebanyak 14,31 % kotak sampah tertutup.
Proporsi pengelolaan sampah di rumah tangga Kota Tanggerang Provinsi
Banten didapatkan sebanyak 36,55 % sampah diangkut, 0,47% sampah di
tanam, 0,07 % dibuat kompos, 54,34% dibakar, 2,90% dibuang ke
kali/selokan/laut, dan 5,67 %% dibuang disembarang tempat. Proporsi kualitas
pengelolaan sampah rumah tangga Kota Tanggerang Provinsi Banten
didapatkan hanya sebanyak 37,09 % baik sedangakan 62,91% lainnya kurang
baik (Riskesdas, 2018) .
Dalam sumber ajaran islam yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah diterangkan
bagaimana ajaran Islam menyoroti masalah kebersihan dan kesehatan
lingkungan. Banyak ayat al-Qur’an dan hadis yang menjelaskan,
menganjurkan bahkanmewajibkan setiap manusia untuk menjaga lingkungan
dan kelangsungan kehidupan makhluk lain di bumi.

Rasulullah SAW bersabda:

70
Artinya: “Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah
SWT itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang
menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha
Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah tempat-tempatmu.”
(HR. Tirmizi).

3.5 Penentuan Instrumen dan Pengumpulan Data


Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatan mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis dan mudah. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara, dengan
kuesioner sebagai instrumen untuk mengumpulkan data.

3.6 Pengumpulan Data


Pengumpulan data dilakukan di Kampung Sondol. RT 011/RW 003, Desa
Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.
Pengumpulan data ini dilakukan selama 3 hari, mulai dari tanggal 8 Maret, 11
Maret, 15 Maret 2022. Pengumpulan data merupakan bagian terpenting dalam
suatu langkah diagnosis komunitas. Untuk mendapatkan data yang diperlukan,
maka digunakan beberapa metode dalam proses pengumpulan data. Metode yang
digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara terpimpin dengan
menggunakan instrumen kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data serta
untuk mengetahui pengetahuan keluarga binaan terhadap pengelolaan sampah.
Dipilihnya kuesioner ini dikarenakan kuesioner bersifat objektif dan jujur
karena berasal dari sumber data (responden) secara langsung, diharapkan dapat
lebih mendengar tujuan-tujuan, perasaan, pendapat dari responden secara
langsung sehingga tercipta hubungan yang baik antara pewawancara dan
responden, selain itu dapat diterapkan untuk pengumpulan data dalam lingkup
yang luas, serta cukup efisien dalam penggunaan waktu untuk mengumpulkan
data.
Tabel 23. Kegiatan Pengumpulan Data

No. Tanggal Kegiatan

71
1. Selasa, 8 Maret 2022 ● Menemukan data sekunder dari
Puskesmas Kresek dilanjutkan dengan
perkenalan dan sambung rasa dengan
seluruh anggota keluarga binaan. ·
● Mengumpulkan data primer dari
masing-masing keluarga binaan
dilanjutkan dengan penentuan area
masalah

2. Jumat, 11 Maret 2022 ● Pembagian dan pengambilan serta


pengelolaan hasil data dari masing-
masing keluarga binaan. (Pre survey).
Kemudian membuat rancangan
kuesioner.

3. Senin, 15 Maret 2022 ● Pembagian dan pengambilan serta


pengelolaan hasil data dari masing-
masing keluarga binaan. (Survey)

3.7 Pengolahan dan Analisis Data


Data diolah mengunakan bantuan software Microsoft Word dan Microsoft
Excel. Analisa data-data yang sudah didapatkan untuk mengetahui gambaran
distribusi dan frekuensi pada variable dependen dan independen.
Kuesioner pada penelitian ini mengukur variabel dependen dan
independen. Variabel dependen terdiri dari Pengetahuan mengenai pengelolaan
sampah pada keluarga binaan di Kampung Sondol. RT 011/RW 003, Desa
Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Variabel
independen yang terdiri dari usia, pengalaman, pendidikan, sumber informasi dan
media, kebudayaan, ekonomi, dan pekerjaan. Variabel pertama yaitu pengetahuan
yang terdiri dari 15 pertanyaan, variabel kedua yaitu usia yang terdiri dari 1
pertanyaan, variabel ketiga adalah pengalaman yang terdiri 5 pertanyaan, variabel
keempat adalah pendidikan yang terdiri dari 1 pertanyaan, variabel kelima adalah
sumber informasi dan media yang terdiri dari 5 pertanyaan, variabel keenam
adalah kebudayaan yang terdiri dari 5 pertanyaan, variabel ketujuh adalah

72
ekonomi yang terdiri dari 1 pertanyaan dan variabel kedelapan adalah pekerjaan
yang terdiri dari 1 pertanyaan . Data diolah secara komputerisasi menggunakan
program Microsoft Word dan Microsoft Excel serta program aplikasi SPSS Versi
24.

73
BAB IV
HASIL
4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang terdiri dari 11 orang dalam 5 keluarga
binaan di Kampung Sondol. RT 011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, yaitu Ny. Linda, Ny. Dewi, Ny.
Nurhalimah yang disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 24. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Keluarga Binaan di Kampung


Sondol. RT 011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten
Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Kelamin

Laki-laki 3 50

Perempuan 3 50

Total 6 100

Usia

≥ 17 - 25 tahun 2 33,3

26 - 45 tahun 4 66,7

≥ 45tahun 0 0

Total 6 100

Tabel diatas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden sama antara


perempuan dan laki-laki yaitu sebanyak (50%). Berdasarkan usia didapatkan
bahwa usia terbanyak pada kelompok usia dewasa (26 - 45 tahun) sebanyak 4
responden (66,7%).
betulin lagi si tabel jenis kelamin nya rata kiri

4.2 Analisis Univariat


Hasil analisis data ditampilkan dalam bentuk tabel berdasarkan variabel-
variabel dalam kuesioner yang dijawab oleh responden pada 15 Maret 2022.

74
4.2.1 Pengetahuan
Variabel ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan responden
mengenai jenis sampah, pengelolaan sampah dengan 5M (mengurangi,
menggunakan kembali, mendaur ulang, mengganti, menghargai).
Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner didapatkan distribusi
frekuensi pengetahuan mengenai pengelolaan sampah sebagai berikut.

Tabel 25. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Mengenai Pengelolaan Sampah Pada


Keluarga Binaan di Kampung Sondol. RT 011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Pengetahuan tentang Frekuensi (n) Persentase (%)
pengelolaan sampah

Baik 2 33,3

Buruk 4 66,7

Total 6 100

Berdasarkan tabel diatas sebanyak 4 orang (66,7 %) memiliki


pengetahuan tentang pengelolaan sampah yang buruk.

4.2.2 Pengalaman
Variabel ini bertujuan untuk mengetahui pengalaman anggota
keluarga binaan mengenai pengelolaan sampah. Berdasarkan data yang
diperoleh dari kuesioner didapatkan distribusi frekuensi pengalaman pada
keluarga binaan sebagai berikut.

Tabel 26. Distribusi Frekuensi Pengalaman Mengenai Pengelolaan Sampah Pada


Keluarga Binaan di Kampung Sondol. RT 011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan
Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Pengalaman Frekuensi (n) Persentase (%)

Pernah 1 16,7

Tidak Pernah 5 83,3

Total 6 100

75
Berdasarkan Tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 5 responden
(83,3%) tidak pernah mendapatkan pengalaman tentang pengelolaan
sampah.

4.2.3 Pendidikan
Variabel ini bertujuan untuk mengetahui keadaan tingkat
pendidikan anggota keluarga binaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari
kuesioner didapatkan distribusi frekuensi tingkat pendidikan pada keluarga
binaan sebagai berikut.

Tabel 27. Distribusi Frekuensi Pendidikan Pada Keluarga Binaan di Kampung Sondol.
RT 011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten
Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

Pendidikan Rendah 1 16,7

Pendidikan Menengah 4 66,6

Pendidikan Tinggi 1 16,7

Total 6 100

Berdasarkan Tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 4 responden


(66,7%) berada pada tingkat pendidikan menengah.

4.2.4 Informasi dan Media Massa


Variabel ini bertujuan untuk mengetahui sumber informasi atau
media massa yang digunakan oleh anggota keluarga binaan. Berdasarkan
data yang diperoleh dari kuesioner didapatkan distribusi frekuensi
mengenai sumber informasi atau media massa tentang pengelolaan sampah
pada keluarga binaan sebagai berikut.

76
Tabel 28. Distribusi Frekuensi Informasi dan Media Massa Dalam Pengelolaan Sampah
Pada Keluarga Binaan di Kampung Sondol. RT 011/RW 003, Desa Kemuning,
Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Sumber informasi dalam Frekuensi (n) Persentase (%)
pengelolaan sampah

Pernah 1 16,7

Tidak Pernah 5 83,3

Total 6 100

Berdasarkan Tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 5 responden


(83,3%) tidak memiliki sumber informasi yang memadai dalam
pengelolaan sampah.

4.2.5 Kebudayaan
Variabel ini bertujuan untuk mengetahui peran kebudayaan dalam
pengelolaan sampah oleh anggota keluarga binaan. Berdasarkan data yang
diperoleh dari kuesioner didapatkan distribusi frekuensi mengenai budaya
tentang pengelolaan sampah pada keluarga binaan sebagai berikut.

Tabel 29. Distribusi Frekuensi Kebudayaan Dalam Pengelolaan Sampah Pada Keluarga
Binaan di Kampung Sondol. RT 011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek,
Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten
Kebudayaan terkait Frekuensi (n) Persentase (%)
pengelolaan sampah

Buruk 6 100

Baik 0 0

Total 6 100

Berdasarkan Tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 6 responden


(100%) tidak memiliki budaya yang baik dalam pengelolaan sampah.

77
4.2.6 Ekonomi
Variabel ini bertujuan untuk mengetahui keadaan ekonomi anggota
keluarga binaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner
didapatkan distribusi frekuensi tingkat ekonomi pada keluarga binaan
sebagai berikut.
Tabel 30. Distribusi Frekuensi Ekonomi Pada Keluarga Binaan di Kampung Sondol. RT
011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten
Ekonomi (Penghasilan) Frekuensi (n) Persentase (%)

Diatas UMR 6 100

Dibawah UMR 0 0

Total 6 100

Berdasarkan Tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 6 responden


(100%) memiliki pendapatan dibawah UMR.

4.2.7 Pekerjaan
Variabel ini bertujuan untuk mengetahui status pekerjaan anggota
keluarga binaan. Berdasarkan data yang diperoleh dari kuesioner
didapatkan distribusi frekuensi status pekerjaan pada keluarga binaan
sebagai berikut.

Tabel 31. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Pada Keluarga Binaan di Kampung Sondol. RT
011/RW 003, Desa Kemuning, Kecamatan Kresek, Kabupaten Tangerang, Provinsi
Banten
Status Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)

Bekerja 2 33,3

Tidak Bekerja 4 66,7

Total 6 100

Berdasarkan Tabel diatas didapatkan bahwa sebanyak 4 responden


(63.6%) memiliki status perkerjaan bekerja..

78
4.3 Rencana Intervensi
Setelah dilakukan analisis data hasil penelitian, untuk menentukan rencana
intervensi pemecahan masalah digunakan diagram fishbone. Tujuan pembuatan
diagram fishbone yaitu, untuk mengetahui penyebab masalah sampai dengan akar-
akar penyebab masalah, sehingga dapat ditentukan rencana intervensi pemecahan
masalah dari setiap akar penyebab masalah yang dihadapi oleh responden
keluarga binaan. Adapun diagram arah panah fishbone dapat dilihat pada skema
berikut :

Gambar 8. Diagram Arah Panah Fishbone Mengenai Pengetahuan Pengelolaan


Sampah di Kampung Sondol
Intervensi dapat diartikan sebagai cara atau strategi memberi bantuan
kepada individu, masyarakat dan komunitas. Dalam hal ini menunjukkan kondisi
saat seseorang dapat berperan sebagaimana seharusnya. Tujuan intervensi adalah
membawa perubahan ke arah yang lebih baik sehingga tindakan sesuai dengan
peran yang dimilikinya. Berdasarkan hasil analisis fishbone, dilakukan rencana
intervensi pada masing-masing akar penyebab permasalahan. Hal ini bertujuan
untuk mendapatkan intervensi yang paling sesuai dan dapat dilakukan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi oleh keluarga binaan di Kampul Sondol.

79
Oleh karena itu didapatkan beberapa akar masalah untuk dilakukan
intervensi yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat, kurangnya kesadaran
masyarat untuk mencari informasi, kurangnya keterampilan yang dimiliki oleh
masyarakat, kurangnya kebudayaan dan pengalaman dalam pengelolaan sampah.
Berdasarkan hal tersebut kurangnya kesadaran masyarakat untuk mencari
informasi menjadi skala prioritas untuk dilakukannya intervensi. Hal tersebut
dipilih karena pengetahuan keluarga binaan tentang pengelolaan sampah masih
minim. Pertimbangan dilakukannya intervensi adalah proses intervensi yang
mudah dilakukan dan bersifat jangka pendek yang dapat dilakukan dengan
memberikan penyuluhan mengenai pengelolaan sampah.

Tabel 32. Alternatif Pemecahan Masalah Dan Rencana Intervensi

Akar Alternatif
No Rencana Lama
Penyebab Pemecahan
. Intervensi Kegiatan
Masalah Masalah

1. Kurangnya Meningkatkan • Memberi • Jangka


kesadaran kesadaran informasi Pendek
Individu Individu mengenai peduli
terhadap terhadap lingkungan
pengalamanny pengalamanny • Berkoordinasi
a a dengan kader
setempat untuk
mengedukasi
masyarakat
tentang program
5M

2 Kurangnya Meningkatkan • Melakukan


kesadaran kesadaran koordinasi dan • Jangka
untuk masyarakat kerja sama
Panjang
mengelola tentang cara dengan petugas
pengelolaan kebersihan dan
sampah dengan
sampah aparat desa, dinas
baik
kebersihan untuk
memfasilitasi

80
pengelolaan
sampah yang
baik.

3 Keterbatasan Meningkatkan • Melakukan • Jangka


keterampilan keterampila n kordinasi dengan
Panjang
untuk masyarakat pemerintah
mendapat untuk setempat dan
pekerjaan dan mendapatka n kader desa untuk
pendapatan pekerjaan memberikan
yang cukup pelatihan dan
edukasi
keterampilan
guna
meningkatkan
keterampilan
masyarakat
setempat

4. Kurangnya Meningkatkan • Melakukan • Jangka


pengetahuan pengetahuan penyuluhan
Pendek
masyarakat tentang menggunakan
mengenai cara pengelolaan media poster
pengelolaan sampah yang berisikan
sampah yang informasi
baik mengenai
pengertian, cara
mengelola
sampah, dampak
yang terjadi bila
melakukan
pengelolaan
sampah yang
tidak benar.

4.4 Intervensi Pemecahan Masalah Yang Terpilih

81
82

Anda mungkin juga menyukai