Anda di halaman 1dari 23

TINJAUAN PUSTAKA

TUBERKULOSIS

1.1 DEFINISI
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis.1

1.2 EPIDEMIOLOGI
TB sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian
dengan strategi DOTS telah banyak diterapkan di banyak Negara
sejak tahun 1995.2Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia
yang paling produktif (15-50 tahun).2
Dalam laporan WHO tahun 2013:2
Diperkirakan terdapat 8,6 juta kasus TB pada tahun 2012
dimana 1,1 juta orang (13%) diantaranya adalah pasien TB
dengan HIV positif. Sekitar 75% dari pasien tersebut berada di
wilayah afrika.
Pada tahun 2012, diperkirakan terdapat 450.000 orang
menderita MDR-TB dan 170.000 orang diantaranya meninggal
dunia.
Sebagian besar kasus kematian TB terjadi pada pria, tetapi
angka kesakitan dan kematian TB pada wanita juga sangat
tinggi. Diperkirakan terdapat 2,9 juta kasus TB pada tahun 2012
dengan jumlah kematian karena TB mencapai 410.000 kasus
termasuk diantaranya adalah 160.000 orang wanita dengan
HIV positif. Separuh dari orang dengan HIV positif yang
meninggal karena TB pada tahun 2012 adalah wanita.
Pada tahun 2014, 1,5 juta orang meninggal karena TB (1,1 juta
HIV negatif dan 0,4 juta HIV-positif), dengan perbandingan 890.000
2
laki-laki, 480.000 wanita dan 140.000 anak-anak. Pada tahun
2015, 10,4 juta orang menderita TB, 1,8 juta orang diantaranya
meninggal. Diketahui terdapat 87% kasus TB baru di 30 negara. 6
negara terhitung 60% kasus TB baru di : India, Indonesia, China,
Nigeria, Pakistan, dan Afrika selatan. 3
Orang yang terinfeksi TB hanya 10% yang menderita TB. Tetapi
pada orang dengan imunocomprised seperti HIV, malnutrisi atau
diabetes, atau pengguna tobacco lebih tinggi kemungkinan
menderita TB. 3

1.3 ETIOLOGI
Disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang
tersebar dari orang ke orang lain melalui udara. Apabila seseorang
menghirup kuman TB, maka dapat terinfeksi.2

1.4 KARAKTERISTIK KUMAN TB


Secara umum sifat kuman TB:2
Berbentuk batang dengan panjang 1-10 mikron, lebar 0,2-
0,6 mikron.
Bersifat tahan asam dalam pewarnaan metode Ziehl
Neelsen.
Kuman tampak berbentuk batang warna merah pada
pemeriksaan mikroskop.
Dapat hidup dalam jangka waktu lama pada suhu -4 c
sampai -70c.
Kuman sangat peka terhadap panas, sinar matahari, dan
ultraviolet.
Dalam dahak pada suhu 30-37C akan mati dalam waktu
1 minggu.
Kuman dapat bersifat dormant.

1.5 PATOGENESIS TB PARU


Droplet nuclei masuk ke
paru melalui alveoli

Bermultiplikasi di alveoli

Beberapa kuman
masuk ke pembuluh
darah dan menyebar ke
seluruh tubuh. Dapat
tersebar di otak, laring,
limfe, paru, spine,
tulang, ginjal.
Dalam 2-8 minggu, sel
imun khusus
memanggil makrofag
untuk mengelilingi
kuman. Sel tersebut
membentuk kapsul
barrier (granuloma),
yang terdapat bacilli
dan masih terkontrol
Sistem imun tidak dapat
mengontrol kuman,
kuman bermultiplikasi
dengan cepat.
Proses ini dapat terjadi
dimana saja.

Tabel 2 Patogenesis TB Paru5

1.6 PENULARAN TB
Sumber penularan adalah pasien TB BTA (+) melalui dahak
yang dikeluarkan. Namun, bukan berarti bahwa pasien TB dengan
hasil pemeriksaan BTA (-) tidak mengandung kuman dalam
dahaknya. Hal tersebut bisa terjadi oleh karena kuman yang
terkandung dalam contoh uji 5000 kuman/cc dahak sehingga
sulit di deteksi dengan pemeriksaan mikroskopis langsung. 2
Infeksi dapat terjadi apabila orang lain menghirup udara yang
mengandung percik renik dahak yang infeksius. Pada waktu batuk/
bersin, dapat mengeluarkan sekitar 3000 percikan dahak. 2
1.7 DEFINISI PASIEN TB

Pasien TB berdasarkan hasil konfirmasi pemeriksaan
Bakteriologis: adalah seorang pasien TB yang dikelompokkan
berdasar hasil pemeriksaan contoh uji biologinya dengan
pemeriksaan mikroskopis langsung, biakan atau tes diagnostik
cepat yang direkomendasi oleh Kemenkes RI (misalnya:Gene
Xpert). 2
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah: 2
a. Pasien TB paru BTA positif
b. Pasien TB paru hasil biakan M.TB positif
c. Pasien TB paru hasil tes cepat M.TB positif
d. Pasien TB ekstraparu terkonfirmasi secara bakteriologis, baik
dengan BTA, biakan maupun tes cepat dari contoh uji jaringan
yang terkena.
e. TB anak yang terdiagnosis dengan pemeriksaan bakteriologis.
Catatan: Semua pasien yang memenuhi definisi tersebut
diatas harus dicatat tanpa memandang apakah pengobatan
TB sudah dimulai ataukah belum.

Pasien TB terdiagnosis secara Klinis: Adalah pasien yang tidak
memenuhi kriteria terdiagnosis secara bakteriologis tetapi
didiagnosis sebagai pasien TB aktif oleh dokter, dan diputuskan
untuk diberikan pengobatan TB. 2
Termasuk dalam kelompok pasien ini adalah: 2
a. Pasien TB paru BTA negatif dengan hasil pemeriksaan foto
toraks mendukung TB.
b. Pasien TB ekstraparu yang terdiagnosis secara klinis
maupun laboratoris dan histopatologis tanpa konfirmasi
bakteriologis
c. TB anak yang terdiagnosis dengan sistim skoring.
Catatan: Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan
kemudian terkonfirmasi bakteriologis positif (baik sebelum
maupun setelah memulai pengobatan) harus diklasifikasi
ulang sebagai pasien TB terkonfirmasi bakteriologis. 2
1.8 KLASIFIKASI PASIEN TB

1.8.1 BERDASARKAN LOKASI ANATOMI


a. Tuberkulosis paru: adalah TB yang terjadi pada parenkim
(jaringan) paru. Milier TB dianggap sebagai TB paru karena
adanya lesi pada jaringan paru. Limfadenitis TB dirongga dada
(hilus dan atau mediastinum) atau efusi pleura tanpa terdapat
gambaran radiologis yang mendukung TB pada paru,
dinyatakan sebagai TB ekstra paru. Pasien yang menderita TB
paru dan sekaligus juga menderita TB ekstra paru,
diklasifikasikan sebagai pasien TB paru.
b. Tuberkulosis ekstra paru: adalah TB yang terjadi pada organ
selain paru, misalnya: pleura, kelenjar limfe, abdomen, saluran
kencing, kulit, sendi, selaput otak dan tulang. Diagnosis TB
ekstra paru dapat ditetapkan berdasarkan hasil pemeriksaan
bakteriologis atau klinis. Diagnosis TB ekstra paru harus
diupayakan berdasarkan penemuan Mycobacterium
tuberculosis. Pasien TB ekstra paru yang menderita TB pada
beberapa organ, diklasifikasikan sebagai pasien TB ekstra paru
pada organ menunjukkan gambaran TB yang terberat. 2

1.8.2 BERDASARKAN RIWAYAT PENGOBATAN SEBELUMNYA


a. Pasien baru TB: adalah pasien yang belum pernah mendapatkan
pengobatan TB sebelumnya atau sudah pernah menelan OAT
namun kurang dari 1 bulan ( dari 28 dosis). 2
b. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya
pernah menelan OAT selama 1 bulan atau lebih ( dari 28 dosis).
Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil
pengobatan TB terakhir, yaitu: 2
Pasien kambuh: adalah pasien TB yang pernah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap dan saat ini didiagnosis TB
berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik
karena benar-benar kambuh atau karena reinfeksi.
Pasien yang diobati kembali setelah gagal: adalah pasien
TB yang pernah diobati dan dinyatakan gagal pada
pengobatan terakhir.
Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost
to follow-up): adalah pasien yang pernah diobati dan
dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal
sebagai pengobatan pasien setelah putus berobat /default).
Lain-lain: adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil
akhir pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
c. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui. 2

1.8.3 BERDASARKAN HASIL PEMERIKSAAN UJI KEPEKAAN OBAT


a. Mono resistan (TB MR): resistan terhadap salah satu jenis OAT
lini pertama saja
b. Poli resistan (TB PR): resistan terhadap lebih dari satu jenis OAT
lini pertama selain Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) secara
bersamaan
c. Multi drug resistan (TB MDR): resistan terhadap Isoniazid (H)
dan Rifampisin (R) secara bersamaan
d. Extensive drug resistan (TB XDR): adalah TB MDR yang
sekaligus juga resistan terhadap salah satu OAT golongan
fluorokuinolon dan minimal salah satu dari OAT lini kedua jenis
suntikan (Kanamisin, Kapreomisin dan Amikasin).
e. Resistan Rifampisin (TB RR): resistan terhadap Rifampisin
dengan atau tanpa resistensi terhadap OAT lain yang terdeteksi
menggunakan metode genotip (tes cepat) atau metode fenotip
(konvensional). 2

1.8.4 BERDASARKAN STATUS HIV


a. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV): adalah
pasien TB dengan:
Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang
mendapatkan ART, atau
Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB
a. Pasien TB dengan HIV negative: adalah pasien TB dengan:
Hasil tes HIV negative sebelumnya, atau
Hasil tes HIV negative pada saat diagnosis TB
b. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: adalah pasien TB
tanpa ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB
ditetapkan. 2

1.9 PENEMUAN PASIEN TUBERKULOSIS



Penemuan pasien TB dilakukan secara intensif pada kelompok
populasi terdampak TB dan populasi rentan.

Penemuan secara aktif dapat dilakukan terhadap: 2
1. Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB
seperti pada pasien dengan HIV, Diabetes Melitus, dan
malnutrisi.
2. Kelompok yang rentan karena berada di lingkungan yang
beresiko tinggi terjadinya penularan TB seperti
Lapas/Rutan, penampungan pengungsi, asrama, daerah
kumuh, panti jompo.
3. Anak dibawah umur lima tahun yang kontak dengan pasien
TB.
4. Kontak erat dengan pasien TB dan pasien TB resisten obat.

Tahap awal penemuan dilakukan dengan menjaring mereka yang
memiliki gejala: 2
Gejala utama pasien TB paru: batuk berdahak selama 2
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala
tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat
badan menurun, malaise, berkeringat malam hari tanpa
kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan.
Gejala-gejala tersebut dijumpai pula pada penyakit paru
selain TB, seperti bronkiektasis, bronchitis kronis, asma,
kanker paru, dll. Mengingat prevalensi TB di Indonesia
saat ini masih tinggi, maka setiap orang yang datang ke
fasyankes dengan gejala tersebut, dianggap sebagai
seorang terduga pasien TB dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
1.10 DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
a. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan,
yaitu gejala lokal dan gejala sistemik, bila organ yang terkait adalah
paru maka gejala lokal adalah gejala respiratori (gejala lokal sesuai
organ yang terlibat).1
1. Gejala respiratorik
Batuk > 2 minggu
Batuk darah
Sesak napas
Nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi.
Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check up. Bila
bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien
mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi
karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar.1

2. Gejala sistemik
Demam
Malaise
Keringat malam
Anoreksia dan berat badan menurun

Pemeriksaan Fisik
Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung
luas kelainan struktur paru. Pada permulaan (awal) perkembangan
penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan.
Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apeks dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta
daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan fisik dapat
ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas
melemah, ronki basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan
mediastinum.1
Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisik
tergantung dari banyaknya cairan di rongga pleura. Pada perkusi
ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar
getah bening, tersering di daerah leher (pikirkan kemungkinan
metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak. Pembesaran
kelenjar tersebut dapat menjadi cold abscess.1

Pemeriksaan Bakteriologik
1. Bahan pemeriksaan
Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman
tuberkulosis mempunyai arti yang sangat penting dalam
menegakkan diagnosis. Bahan untuk pemeriksaan bakteriologi
ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal,
bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar
(bronchoalveolar lavage/BAL), urin, faeces dan jaringan biopsi
(termasuk biopsi jarum halus/BJH).1
2. Pemeriksaan dahak
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis,
menilai keberhasilan pengobatan dan mennetukan potensi
penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis
dilakukan dengan mengumpulkan 3 contoh uji dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa
dahak Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):1
S (sewaktu): dahak ditampung pada saat terduga
pasien TB datang berkunjung pertama kali ke fasyankes.
Pada saat pulang, terduga pasien membawa sebuah pot
dahak untuk menampung dahak pagi pada hari kedua.
P (pagi): dahak ditampung di rumah pada pagi hari
kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan
diserahkan sendiri kepada petugas di fasyankes.
S (sewaktu): dahak ditampung di fasyankes pada hari
kedua, saat meyerahkan dahak pagi.

3. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain


Pemeriksaan bakteriologik dari spesimen dahak dan bahan lain
(cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan
lambung, kurasan bronkoalveolar (BAL), urin, faeces dan
jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara: 1
Mikroskopik
lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali
pemeriksaan ialah bila :
2 kali positif, 1 kali negatif Mikroskopik positif
1 kali positif, 2 kali negatif ulang BTA 3 kali ,
kemudian, Bila 1 kali positif, 2 kali negatif
Mikroskopik positif
Bila 3 kali negatf Mikroskopik negatif
Pemeriksaan dahak dilakukan dengan menggunakan
metode pengecatan Ziehl Nellson.
Interpretasi pemeriksaan sputum BTA (skala IUATLD):
100 lap pandang Tak ada kuman Negatif
100 lap pandang 1-9 kuman BTA Catat hasil
100 lap pandang 10-99 kuman BTA +
1 lap pandang 1-10 kuman BTA ++
1 lap pandang >10 kuman BTA +++
Tabel 3 Skala IUATLD

Catatan : Bila terdapat fasilitas radiologik dan gambaran


radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif, maka hasil
pemeriksaan dahak 1 kali positif, 2 kali negatif tidak perlu
diulang.

Biakan
Pemeriksaan biakan untuk identifikasi Mycobacterium
tuberculosis (M.tb) dimaksudkan untuk menegakkan diagnosis
pasti TB pada pasien tertentu, misal:
Pasien TB ekstra paru
Pasien TB anak
Pasien TB dengan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis
langsung BTA negative.
Pemeriksaan tersebut dilakukan di sarana laboratorium yang
terpantau mutunya. Apabila dimungkinkan pemeriksaan dengan
menggunakan tes cepat yang direkomendasikan WHO. 1

Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa
foto lateral. Pemeriksaan lain atas indikasi : foto apiko-lordotik,
oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat
memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif : 1

Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan
posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus
bawah

Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan
opak berawan atau nodular

Bayangan bercak milier

Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif: 1

Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior lobus
atas

Kalsifikasi atau fibrotik

Kompleks ranke

Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru dan atau penebalan
pleura

Pemeriksaan uji kepekaan obat


Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada tidaknya
resistensi M.tb terhadap OAT. Untuk menjamin kualitas hasil
pemeriksaan, uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan oleh
laboratorium yang telah tersetifikasi atau lulus uji pemantapan
mutu/Quality Assurance (QA). Untuk memperluas akses terhadap
penemuan pasien TB dengan resistensi OAT, Kemenkes RI telah
menyediakan tes cepat yaitu GeneXpert ke fasilitas kesehatan
(laboratorium dan RS) di seluruh provinsi. 2
b. Diagnosis TB paru3
Dalam upaya pengendalian TB secara Nasional, maka
diagnosis TB paru pada orang dewasa harus ditegakkan
terlebih dahulu dengan pemeriksaan bakteriologis.
Pemeriksaan bakteriologis yang dimaksud adalah pemeriksaan
mikroskopis langsung, biakan dan tes cepat.
Apabila pemeriksaan secara bakteriologis hasilnya negative,
maka penegakan diagnose TB dapat dilakukan secara klinis
menggunakan hasil pemeriksaan klinis dan penunjang (setidak-
tidaknya pemeriksaan foto thoraks) yang sesuai dan ditetapkan
oleh dokter yang telah terlatih TB.
Pada sarana terbatas penegakan diagnosis secara klinis
dilakukan setelah pemberian terapi antibiotika spectrum luas
(Non OAT dan kuinolon) yang tidak memberikan perbaikan
klinis.
Tidak dibenarkan mendiagnosisn TB dengan pemeriksaan
serologis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto thoraks saja. Foto thoraks tidak selalu
memberikan gambaran yang spesifik pada TB paru, sehingga
dapat menyebabkan terjadi overdiagnosis atau underdiagnosis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya dengan
pemeriksaan uji tuberculin.

c. Diagnosis TB ekstra paru 2


Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,
misalnya kaku kuduk pada Meningitis TB, nyeri dada pada TB
pleura (pleuritis), pembesaran kelenjar limfe superficialis pada
limfadenitis TB serta deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain-lain.
Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan
dengan pemeriksaan klinis,bakteriologis dan atau
histopatologis dan contoh uji yang diambil dar organ tubuh
yang terkena.
Dilakukan pemeriksaan bakteriologis apabila juga ditemukan
keluhan dan gejala yang sesuai untuk menemukan
kemungkinan adanya TB paru.
Tabel 4 Alur diagnosis TB paru1

5.11.2 TB PADA ANAK 5, 6


Faktor resiko anak menderita TB paru, yaitu:
Anak terpajan TB aktif dewasa
Daerah endemis
Kemiskinan
Lingkungan tidak higienis
Tempat penampungan (panti asuhan)
Gejala umum:
a) Kontak erat dengan pasien TB
b) Demam lama (2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab
yang jelas (bukan demam tifoid, infeksi saluran kemih,
malaria, dan lain-lain). Demam umumnya tidak tinggi.
Keringat malam saja bukan merupakan gejala spesifik TB
pada anak apabila tidak disertai dengan gejala-gejala
sistemik/umum lain.
c) Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau berat badan
tidak naik dengan adekuat atau tidak naik dalam 1 bulan
setelah diberikan upaya perbaikan gizi yang baik.
d) Batuk lama 3 minggu, batuk bersifat non-remitting (tidak
pernah reda atau intensitas semakin lama semakin parah)
dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan.
e) Malaesa (anak tidak mau makan)
f) Ada benjolan di leher/ketiak/lipat paha
g) Diare persisten/menetap (>2 minggu) yang tidak sembuh
dengan pengobatan baku diare.

Diagnosa pasti menggunakan pemeriksaan mikrokopis apusan


langsung atau biopsy jaringan untuk menemukan BTA dan pemeriksaan
biakan kuman TB. Pada anak dianjurkan melakukan pemeriksaan
mikrobiologi.

b. Diagnosis TB pada anak dengan Sistem Skoring 6


Tabel 4Tabel Skoring TB anak5

Gambar 2 Alur diagnosis dan tatalaksana TB


Anak5
Gambar 3 Algoritma Tatalaksana TB
Anak5
1.11 TERAPI
A. Tahap pengobatan TB

Tahap awal : pengobatan setiap hari. Pengobatan tahap awal
pada semua pasien baru yang diberikan selama 2 bulan. Pada
umumnya, dengan pengobatan yang teratur dan tanpa adanya
penyulit, daya penularan sangat menurun setelah pengobatan
selama 2 minggu.2

Tahap lanjutan : merupakan tahap penting untuk membunuh
sisa kuman yang masih ada dalam tubuh sehingga pasien
dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan. 2

B. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)


Tabel 5 OAT1

Tabel 6 Dosis OAT1


C. Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
Sesuai rekomendasi WHO dan ISTC Panduan OAT yang
digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia:1
Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
Kategori 2 : 2 (HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3
Kategori anak : 2 (HRZ)/ 4(HR) atau 2HRZA(S)/4-
10HR
Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resisten
obat di Indonesia terdiri dari OAT lini kedua yaitu Kanamisin,
Kapreomisin, Levofloksasin, Ethionamide, Sikloserin,
Moksifloksasin, dan PAS, serta OAT lini pertama yaitu
Pirazinamid dan Ethambutol.

Paduan OAT kategori 1 dan 2 tersedia dalam bentuk paket


kombinasi dosis tetap (OAT KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari
kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam 1 tablet. Dosisnya sesuai
berat badan pasien. Dikemas dalam satu paket untuk satu pasien.
Paket kombipak adalah paket obat lepas dari Isoniazid,
Rifampisin, Pirazinamid, dan Ethambutol yang dikemas dalam
bentuk blister. Paduan OAT disediakan program untuk pasien
yang terbukti mengalami efek samping pada pengobatan OAT
KDT sebelumnya.1

D. Paduan OAT KDT lini pertama1


a. Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
Diberikan pada pasien baru dengan:
Konfirmasi bakteriologis
Terdiagnosis klinis
TB ekstra paru

OAT KDT kategori 11

Tabel 7 OAT KDT kategori 11

OAT Kombipak kategori 11


Tabel 8 OAT kombipak kategori 11
b. Kategori 2: 2 (HRZE)S/ (HRZE)/ 5(HR)3E3
Diberikan pada pasien BTA (+) yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan ulang)1
Kambuh
Gagal pengobatan OAT lini 1
Putus berobat

OAT KDT kategori 21

Tabel 9 OAT KDT kategori 21


OAT Kombipak kategori 21

Tabel 10 OAT kombipak kategori 21

E. TB anak
a. Pengobatan TB anak
Tabel 11 Dosis OAT anak5

1.12 KRITERIA SEMBUH



BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan
akhir pengobatan) dan telah mendapatkan pengobatan yang
adekuat

Pada foto toraks, gambaran radiologik serial tetap sama/
perbaikan
1
Bila ada fasiliti biakan, maka kriteria ditambah biakan negatif

1.13 EVALUASI PASIEN YANG TELAH SEMBUH


Pasien TB yang telah dinyatakan sembuh sebaiknya tetap
dievaluasi minimal dalam 2 tahun pertama setelah sembuh, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui kekambuhan. Hal yang dievaluasi
adalah mikroskopis BTA dahak dan foto toraks. Mikroskopis BTA
dahak 3,6,12 dan 24 bulan (sesuai indikasi/bila ada gejala) setelah
dinyatakan sembuh. Evaluasi foto thoraks 6, 12, 24 bulan setelah
dinyatakan sembuh (bila ada kecurigaan TB kambuh). 1

1.14 KOMPLIKASI

Batuk darah

Pneumotoraks

Destroyed lung

Gagal napas

Gagal jantung

Efusi pleura 1

1.15 PREVENTIF
Vaksin BCG (bacilli Calmette-Guerin) adalah vaksin hidup yang
dilemahkan yang berasal dari Mycobacterium bovis. 4
Vaksin BCG biasanya diberikan pada anak-anak dengan tes
mantoux (-) dan berada didekat pasien yang menderita TB tidak
diobati dan menderita Tb dengan resisten terhadap isoniazid dan
rifampisin. Serta, vaksin BCG ini merupakan kontraindikasi untuk
anak dengan HIV. 4

1.16 PROGNOSIS
Prognosis TB paru tergantung dari derajat berat, kepatuhan
pasien, sensitivitas bakteri, gizi, status imun, dan komorbiditas. TB
merupakan penyakit yang dapat disembuhkan. Kebanyakan kasus
TB sembuh apabila OAT diminum dengan teratur. Dari tahun 2000-
2015 sekitar 49 juta orang sembuh dari TB. 4

DAFTAR PUSTAKA
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2006, Pedoman Diagnosis
dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia. Available from:
http://klikpdpi.com/konsensus/Xsip/tb.pdf.
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2014,
Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, Katalog dalam
terbitan, Jakarta.
3. World Health Organization 2015, Global Tuberculosis Report, WHO
press, Geneva. WHO media centre 2016, Tuberculosis. Available
from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs104/en/
4. CDC 2013, Core Curriculum on Tuberculosis: What The Clinician
Should Know. Available from: www.cdc.gov/tb
5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan 2013. Petunjuk
Teknis Manajemen TB Anak. Katalog dalam terbitan, Jakarta
6. Menzies, Dick. 2014. Canadian Tuberculosis Standart 7 th Edition.
Canada : Minister of Health Canada.

Anda mungkin juga menyukai