Proposal Penelitian
Oleh :
Yurike Adehline Chandra Montolalu
C105217104
Pembimbing :
Dr. dr. Sharvianty Arifuddin, Sp.OG (K)
dr. Hj. Susiawaty, Sp.OG (K), M.Kes
Pembimbing Statistik :
Dr. dr. St. Nur Asni, Sp.OG
DAFTAR ISI
Halaman
Daftar Isi 2
Daftar Gambar/Tabel 4
Daftar Lampiran 5
BAB I 6
I. PENDAHULUAN 6
A. Latar Belakang 6
B. Rumusan Masalah 9
C. Hipotesis Penelitian 10
D. Tujuan Penelitian 10
E. Manfaat Penelitian 10
BAB II 11
II. TINJAUAN PUSTAKA 11
A. Virus Humanpapiloma Tipe Resiko Rendah 11
1. Etiologi 13
2. Epidemiologi 14
3. Faktor Risiko 15
4. Patogenesis 16
5. Manifestasi Klinis 20
6. Diagnosis 21
7. Komplikasi 23
8. Tatalaksana 25
9. Vaksinasi 26
B. Kerangka Teori 28
C. Kerangka Konsep 29
BAB III 30
III. METODELOGI PENELITIAN 30
A. Rancangan Penelitian 30
3
DAFTAR GAMBAR/TABEL
1. Infeksi HPV pada epitel skuamosa serviks
2. Siklus Hidup Virus Humanpapilloma
3. Diferensiasi sel epidermis pada infeksi HPV Kerangka teori
4. Kerangka Teori
5. Kerangka konsep
6. Alur penelitian
7. Dummy Tabel Penelitian
5
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Human Papilloma virus (HPV) adalah kelompok virus non-
enveloped dengan genom DNA double- stranded yang dilapisi oleh kapsid
icosahedral dan merupakan family Papillomaviridae (Adekunle S, et al
2014). Genotipe HPV dibagi menjadi HPV “risiko-tinggi” (high risk) dan
“risiko rendah” (low risk). Pada genotipe risiko rendah dimana terjadinya lesi
kanker juga rendah, yaitu HPV tipe 6, 11, 42, 43, 44, 52, 53,72,73 dan 81 .
Beberapa genotipe risiko tinggi telah dihubungkan dengan kanker pada
vulva, vagina, serviks, anus, dan orofaring dengan HPV 16 dan 18 yang
merupakan penyebab kanker serviks sekitar 70% (Adekunle S, 2014).
Selama beberapa dekade akumulasi bukti epidemiologis, klinis, dan
eksperimental menunjukkan peran penting HPV terhadap terjadinya kanker
serviks (Bharti et al, 2009). Penelitian Human Papillomavirus (HPV) telah
didominasi oleh studi tentang subset dari Alpha papillomaviruses yang
secara bersama-sama menyebabkan hampir 5% kanker manusia di seluruh
dunia, dengan fokus pada HPV 16 dan 18 (Egawa et al,2010).
Prevalensi HPV pada wilayah Tasikmalaya, Jakarta dan Bali yang
dilakukan oleh JN Ivet et al , 2008 secara keseluruhan adalah 11,4% atau
11,6% dari jumlah populasi dunia. Jenis yang paling umum ditemukan
adalah HPV 52, HPV 16, HPV 18, dan HPV 39, masing-masing, 23,2%,
18,0%, 16,1%, dan 11,8% dari tipe HPV risiko tinggi. Pada daerah
Sumatera barat dan Riau, infeksi HPV tipe 18 dan disusul HPV tipe 16 lebih
mendominasi dibandingkan dengan tipe lainnya yaitu dengan persentase
40,4% dan 28,5% sedangkan HPV tipe lowrisk yaitu HPV tipe 45 (7,1%),
HPV tipe 52 (2,3%), HPV 31 dan HPV tipe 33 tidak terdeteksi (Mariani et al,
2010).
Jenis HPV low risk merupakan jenis paling banyak dari jenis
Papillomatous Virus terdapat lebih dari 200 jenis papillomavirus manusia,
7
B. Rumusan Masalah
Apakah genotip DNA pada virus HPV lowrisk yang menginfeksi
wanita pekerja seks komersial di Makassar?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui hasil pemeriksaan genotip HPV pada wanita pekerja
seks komersial di Makassar, Sulawesi Selatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui tipe HPV resiko rendah yang menginfeksi wanita pekerja
seks komersial di Makassar melalui pemeriksaan DNA HPV (genotip)
10
D. Manfaat Penelitian
a. Mengetahui tipe HPV yang menginfeksi HPV pada wanita pekerja seks
komersial di Makassar
b. Mengetahui metode skrining dan pengobatan untuk infeksi HPV jenis
resiko rendah
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media edukasi dan
menambah wawasan serta pemahaman wanita pekerja seks komersial
di Makassar
d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pemahaman wanita pekerja seks komersial di Makassar yang lebih
baik mengenai pentingnya dilakukan vaksinasi HPV
e. Sebagai dasar data pertimbangan dinas kesehatan tentang skrining dan
edukasi untuk kanker serviks
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menyebabkan gejala, gejala klinis yang paling sering yaitu genital warts
atau "Papiloma," yang merupakan tumor non-kanker. Genital warts
seperti kutil berdaging, akan bertumbuh tanpa rasa sakit, yang mungkin
dapat berukuran kecil atau besar, dapat pula hanya satu (tunggal)
maupun banyak (ganda). Kutil sebenarnya tidak berbahaya tetapi dapat
menimbulkan rasa tidak nyaman pada penderita. (Jain S, 2015, et al;
CDC STD Prevention, 2013)
Genital warts dikaitkan dengan ketidaknyamanan, rasa sakit, stres
emosional dan secara kosmetik tidak dapat diterima. Stres psikologis
akibat kutil kelamin sering kali lebih besar daripada efek medis penyakit
seperti yang dilaporkan. Beberapa hasil psikologis pasien dengan
infeksi HPV genital adalah ketakutan akan kanker, gangguan pada
kehidupan seks mereka dan memburuknya hubungan emosional
dengan pasangan mereka. Dalam survei internasional pasien, telah
dilaporkan bahwa 61% wanita 'cukup' atau 'sangat' khawatir tentang
genital warts mereka, dengan khawatir akan kekambuhan dan
penularan menjadi perhatian terbesar. Sebanyak 95% wanita percaya
bahwa ada risiko yang terkait dengan kutil kelamin, risiko paling umum
terkait dengan kanker serviks atau kanker kanker yang tidak spesifik.
Sekitar 40% wanita percaya bahwa memiliki kutil kelamin telah
mengubah mereka gaya hidup; khususnya perilaku seksual telah
berubah, menghasilkan peningkatan penggunaan kondom selama
hubungan seksual, pantang melakukan hubungan seksual,
peningkatan kehati-hatian tentang pasangan baru dan penurunan
jumlah pasangan seksual. (Jain S, 2015, et al)
1. Etiologi
Virus HPV termasuk famili papovavirus yaitu suatu virus DNA yang
mempunyai 2 rantai DNA dan mengandung 8000 pasangan genom, serta
mengadaan replikasi di dalam inti sel yang terinfeksi. Virus ini menginfeksi
membrana basalis pada daerah metaplasia dan zona transformasi serviks.
14
Dari hasil pemeriksaan sekuensi DNA yang berbeda dikenal lebih dari 200
tipe HPV. Tiga puluh diantaranya ditularkan melalui hubungan seksual
dengan masing-masing kemampuan mengubah sel epitel serviks. HPV
adalah virus DNA yang mukosotropik kutaneotropik yang umumnya
melibatkan kulit, traktus genital bagian bawah, larings, kavum oral, uretra
dan epitel perianal. Berdasarkan susunan gen, HPV dibagi menjadi
beberapa tipe dengan teknik hibridisasi DNA dan pemberian kode nomor
berdasarkan urutan penemuannya. Setiap tipe HPV menyebabkan
kerusakan epitel dan perubahan morfologi spesifik dari lesi yang
ditimbulkan. HPV mempunyai potensi onkogenik lebih besar jika
dibandingkan dengan virus papilloma spesies lainnya.
Tipe risiko rendah yaitu 6, 11, 40, 42, 43, 54, 61, 70, 72, dan 81;
kemungkinan risiko tinggi yaitu tipe 26, 53, 66, 68, 73, dan 82, serta risiko
sangat tinggi yaitu 16, 18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, dan 59.
Karsinoma serviks dihubungkan dengan infeksi HPV 16 dan HPV 18. Saat
ini penentuan genom DNA dapat dilakukan dengan teknik hibridisasi.
Rangkaian DNA yang terdapat pada virus papilloma termasuk HPV telah
diketahui dan secara umum gambaran genom virus papilloma adalah sama.
(Jain S et al, 2015; CDC STD Prevention, 2013)
2. Epidemiologi
Genital warts merupakan infeksi yang disebabkan oleh satu atau
lebih jenis 100 human papillomaviruses (HPVs) yang dikenal dan penyakit
ini adalah salah satu jenis penyakit infeksi menular seksual yang paling
sering ditemukan, dikenal juga sebagai kutil kelamin atau Condylomata
Acuminate.
Sebuah penelitian menemukan bahwa lebih dari 60% orang yang
melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang memiliki kutil
kelamin akan menjadi terinfeksi dan dapat menularkannya juga.
Diperkirakan 10% wanita muda di Inggris telah terinfeksi satu atau lebih
strain HPV pada usia 16 tahun. Studi lain menemukan bahwa 26% anak
15
3. Faktor resiko
3.1 Faktor resiko pada wanita
- Usia muda
- Perilaku seksual
Risiko meningkat dengan meningkatnya jumlah pasangan
seks baru dan pasangan seumur hidup
Usia awal hubungan seksual pertama
Perilaku seksual pasangan seks
16
4. Patogenesis
HPV merupakan virus berukuran kecil mengandung 8000 pasangan
basa pada strukur DNA nya yang dikelilingi oleh selubung protein terdiri
atas 2 kapsid protein (L1dan L2). Terdapat 6 protein (E1,E2,E4-7) yang
memiliki peran penting pada replikasi virus, amplifikasi genom, proliferasi,
dan onkogenesis. Transmisi HPV memerlukan kontak langsung antara kulit
dengan kulit dan atau mukosa, dan transmisi HPV sebagian besar melalui
hubungan seksual. Kerusakan mikro pada kulit akan menyebabkan HPV
masuk ke dalam epitel, selanjutnya akan berikatan dengan membran basal
(protein kapsid L1). Setelah berikatan dengan permukaan keratinosit,
kapsid virus akan mengalami modifikasi dan terjadi pemisahan L2 sehingga
materi virus akan bergabung dengan sel tubuh host. Akibat adanya materi
HPV, maka membran basal sel epitel akan mengekspresikan protein non
17
struktur dari virus. Selama proses regulasi dari protein ini terjadi maka
pembelahan sel akan berlangsung terus menerus, dan proses diferensiasi
sel akan terhambat dan tidak selesai. Protein virus diekspresikan secara
berurutan dengan urutan berdasarkan maturitas virion, yang paling matur
akan berada pada lapisan permukaan epitel. Infeksi presisten seiring waktu
akan menyebabkan kerusakan materi genetik sehingga akan menyebabkan
hilangnya kontrol pada siklus sel dan mutasi yang berakibat terjadinya
perkembangan keganasan. (Arbyn et al.,2010;Mosckiki et al., 2012).
sintesis protein kapsid dipicu. Protein kapsid berkumpul menjadi virion yang
merangkum DNA genom virus. Virien sebelumnya dilepaskan secara
eksternal dengan keratinosit yang dikupas.
Sel lapisan basal yang awalnya terinfeksi menggandakan dan
menyebar secara lateral. Selain itu, sel-sel anak mulai bermigrasi ke arah
surface, tetapi terus berkembang biak di lapisan sel prickle di bawah
pengaruh protein virus awal. Keratin yang berlebih disintesis dan seiring
dengan proliferasi sel yang berlanjut, pada akhirnya membentuk menjadi
lapisan sel mati terkonsentrasi yang menebal mengandung progeni infeksi.
Siklus replikasi dimulai dengan ekspresi gen awal ciral, diikuti oleh
penggandaan genom virus dan akhirnya perakitan virus progeni di lapisan
yang paling dangkal dari kutil.
7. Komplikasi
Resiko kanker
Infeksi HPV terkait erat dengan kanker serviks, kanker vulva,
anus, dan penis. Sebagian besar kanker serviks disebabkan oleh
infeksi HPV secara global. Semua infeksi HPV tidak mengarah ke
kanker serviks tetapi sangat penting bagi kesehatan jangka panjang
seorang wanita bahwa ia harus melakukan tes Papsmear secara
teratur. Beberapa infeksi HPV juga terkait erat dengan kanker mulut,
kepala dan leher seperti yang dilaporkan.
Masalah kehamilan
Wanita hamil dengan genital warts / kutil kelamin mungkin
memiliki masalah buang air kecil. Jaringan vaginanya mungkin akan
teregang lebih sedikit saat melahirkan jika ada kutil di dinding vagina.
Ada risiko yang sangat kecil pada seorang ibu dengan genital warts
saat melahirkan yakni dapat menyebabkan bayi memiliki kutil di
tenggorokannya (papilomatosis laring), jika demikian mungkin
diperlukan pembedahan untuk mencegah jalan nafas bayi akan
terhambat. Perubahan hormon selama kehamilan dapat
menyebabkan kutil kelamin tumbuh, berdarah, atau bertambah
jumlahnya. (Jain S et al, 2015; CDC STD Prevention, 2013)
24
Terapi :
Obat topikal - krim atau cairan dioleskan langsung ke kutil
selama beberapa hari setiap minggu. Perawatan mungkin
dilanjutkan selama beberapa minggu. Ini dapat diberikan oleh
pasien di rumah atau di klinik tergantung pada jenis
perawatan.
Nitrogen cair cryotherapy - sering digunakan untuk
membekukan kutil, yang menyebabkan lepuh terbentuk di
sekitar kutil. Setelah kulit sembuh, lesi akan terlepas, dan
memungkinkan kulit baru muncul. Terkadang diperlukan
perawatan berulang.
Electrocautery - pasien umumnya diberi bius lokal dan arus
listrik digunakan untuk menghancurkan kutil.
Pembedahan - pasien diberikan bius lokal dan kutil akan
dipotong
Perawatan laser - sinar cahaya intensif digunakan untuk
menghancurkan kutil.
Dokter dapat menggunakan lebih dari satu perawatan pada
saat bersamaan. Meskipun perawatannya tidak menyakitkan, tetapi
mungkin terkadang merasa tidak nyaman, dengan beberapa rasa
sakit dan iritasi selama satu atau dua hari. Obat penghilang rasa
sakit dapat dikonsumsi oleh pasien setelah perawatan. Mandi air
hangat dapat membantu beberapa pasien yang merasa sakit tetapi
pastikan untuk mengeringkan daerah yang terkena sepenuhnya
setelah mandi dan penggunaan sabun, krim, dll. harus dihindari
sampai perawatan selesai. Obat-obatan tanpa resep untuk kutil
26
biasa (kutil non genital) tidak cocok untuk pengobatan kutil genital.
(Stanley M, 2012; Jain S et al, 2015)
9. Vaksinasi
Terdapat dua macam vaksin HPV yang selalu digunakan yaitu:
Vaksin bivalen (HPV2), melindungi terhadap dua tipe HPV (16 dan
18) yang bertanggung jawab atas 70% kanker serviks
Vaksin kuadrivalen (HPV4), melindungi terhadap empat jenis HPV
(6, 11, 16, 18), yang bertanggung jawab atas 70% kanker serviks
(16 dan 18) dan 90% kutil kelamin (6 dan 11).
Vaksin Nanovalent, melindungi terhadap HPV tipe 6, 11, 16, 18,
31, 33, 45, 52, dan 58. Penilaian memperkirakan bahwa
penggunaan vaksin 9-valen akan meningkatkan persentase
kanker terkait HPV yang dapat dicegah dari 63,4% menjadi
73,5%. (David Yi,et all 2015). Vaksin HPV 9-valensi ditemukan
menghasilkan GMT (Geometric Mean Titre) non-inferior pada
anak perempuan dan anak laki-laki berusia 9 hingga 15 tahun
(tingkat I). 19–21 Studi lain menemukan bahwa vaksin 9-valen
juga efektif pada pria muda berusia 16 hingga 26 tahun (level I).
GMT untuk vaksin 9-valent tidak terpengaruh oleh infeksi
meningokokal (kelompok A, C, Y, dan W-135),polisakarida
diphtheria toxoid vaksin konjugat dan tetanus toksoid, toksoid
difteri berkurang, toksoid difteri berkurang, dan pertusis aseluler
vaksin (level I)
satu atau semua dosis pada usia yang lebih muda. Lelaki penyuka
sesama jenis harus divaksinasi hingga usia 26 tahun. Orang yang
tidak dapat dikompromikan (termasuk orang dengan infeksi HIV)
seharusnya divaksinasi hingga usia 26 tahun. Idealnya, vaksin harus
diberikan sebelum aktivitas seksual dimulai. Namun, orang yang aktif
secara seksual juga dapat mengambil manfaat dari vaksinasi. Saat
ini, tidak ada tes yang tersedia untuk penggunaan klinis untuk
menentukan apakah seseorang telah memiliki salah satu atau
semua jenis vaksin HPV. (Stanley M, 2012; Jain S et al, 2015; CDC
STD prevention, 2013)
Dosis
Tiga seri suntikan dosis intramuskular selama periode enam
bulan:
- Dosis kedua 1-2 bulan setelah dosis pertama (minimal empat
minggu setelah dosis pertama)
- Dosis ketiga enam bulan setelah dosis pertama (minimal dua belas
minggu setelah dosis kedua, dan minimum 24 minggu setelah dosis
pertama)
Produk vaksin yang sama harus digunakan untuk seluruh seri
tiga dosis.
Tersedia untuk anak-anak dan remaja yang memenuhi
syarat 19 dan lebih muda melalui Vaccine For Kids (VFC)
B. KERANGKA TEORI
C. KERANGKA KONSEP
Keterangan :
: variabel bebas
: variabel antara
: variabel terikat
: variabel perancu
30
D. Identifikasi Variabel
Variabel bebas : Genotipe HPV
Variabel perancu : coitarche, penyakit menular seksual (PMS),
gangguan sistem imun, umur, paritas, aktifitas seksual, merokok,
alkohol, penggunaan kontrasepsi
Variabel terikat : Wanita Pekerja Seks Komersial
Variabel antara : Infeksi HPV
E. Hipotesis Penelitian
Apakah jenis HPV yang menginfeksi pekerja seks komersial (PSK)
di kota Makassar adalah tipe resiko rendah?
F. Defenisi Operasional
1. Coitarche adalah kontak seksual pertama
2. Human papillomavirus (HPV) adalah virus genus famili Papilomaviridae
yang diidentifikasi melalui pemeriksaan PCR
3. Sekret servikal adalah sekret yang diambil dengan mengapus seluruh
permukaan porsio serviks sekitar orificium uteri eksternum dan juga
dengan mengapus permukaan mukosa endoserviks dan daerah
sambungan skuamokolumnar
4. Umur ditentukan dari hasil perhitungan tanggal lahir dengan tanggal
pengambilan data yang diperoleh dari wawancara langsung dengan
responden atau kartu identitas responden.
5. Paritas adalah jumlah persalinan dengan usia kehamilan >20 minggu
yang pernah dialami oleh wanita
6. Seksual aktif adalah orang yang aktif berhubungan seksual dengan satu
atau lebih pasangan tanpa menggunakan kontrasepsi kondom.
7. Kontrasepsi adalah metode atau alat yang digunakan untuk mencegah
terjadinya kehamilan
8. Penyakit menular seksual adalah penyakit yang muncul akibat infeksi
dari satu orang ke orang lain dengan cara kontak seks
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional.
Keterangan:
Zα = deviat baku dari tingkat kesalahan I (1,96)
Zβ = deviat baku dari tingkat kesalahan II (0,84)
P = prevalensi kanker serviks di Sulawesi Selatan berdasarkan Data
Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI tahun 2013 (0,8‰)
32
D. Kriteria Penelitian
1. Kriteria inklusi
a. Subyek wanita yang bekerja sebagai pekerja seks komersial
b. Berusia 15 – 45 tahun
c. Aktif melakukan hubungan seksual dengan lebih dari 1 pasangan
seksual dalam 1 bulan terakhir
d. Pasien tidak dalam keadaan menstruasi
33
2. Kriteria eksklusi
a. Sampel mengalami lisis
2. Cara kerja
a. Data kuesioner
Subyek diminta untuk mengisi kuesioner (Lampiran 3)
didampingi oleh asisten peneliti. Selanjutnya subyek diberikan
penjelasan secara lisan tentang pemeriksaan dan pengambilan
swab di endoserviks. Setelah subyek mengerti dapat ditanyakan
untuk kesediaannya berpartisipasi dalam penelitian. Jika subyek
bersedia ikut dalam penelitian ini, subyek diminta untuk
menandatangani lembar informed consent.
H. Alur Penelitian
Ethical clearance
Kriteria eksklusi
Kriteria inklusi
Polymerase chain
reaction (PCR)
Tipe HPV
Analisa data
HASIL
L. Personalia Penelitian
Pelaksana : dr. Yurike Adehline Chandra Montolalu
Pembantu pelaksana : Analis Laboratorium Prodia
Pembimbing pertama : Dr. dr. Sharvianty Arifuddin, SpOG(K)
Pembimbing kedua : dr. Hj. Susiawaty, SpOG (K)
Pembimbing statistik : Dr. dr. St. Nur Asni, SpOG
M. Anggaran Penelitian
Semua biaya yang diperlukan dalam penelitian ini ditanggung oleh peneliti
37
DAFTAR PUSTAKA
Adjorlolo-Johnson G, Unger ER, Boni-Ouattara E, et al. Assessing the
relationship between HIV infection and cervical cancer in Côte d’Ivoire:
A case-control study. BMC Infectious Diseases 2010;10:242.
Bosch FX, Lorincz A, Munoz N, Meijer CJ, Shah KV. The causal relation
between human papillomavirus and cervical cancer. J Clin
Pathol2002;55:244–65.
Couture MC, Page K, Stein ES, Sansothy N, Sichan K, et al. Cervical human
papillomavirus infection among young women engaged in sex work in
Phnom Penh, Cambodia: prevalence, genotypes, risk factors and
association with HIV infection. BMC Infect Dis. 2012;12:166.
Cuzick J, Clavel C, Petry KU, Meijer CJ, Hoyer H, et al. Overview of the
European and North American studies on HPV testing in primary
cervical cancer screening. Int J Cancer 2006;119(5):1095-101.
Elson DA, Riley RR, Lacey A, et al. Sensitivity of the cervical transformation
zone to estrogen induced squamous carcinogenesis. Cancer
Research 2000;60:1267-75.
Ferlay J, Shin HR, Bray F, et al. GLOBOCAN 2008: Cancer incidence and
mortality worldwide: IARC Cancer Base No. 10. Lyon, France:
International Agency for Research on Cancer; 2010.
Goldhaber-Fiebert JD, Stout NK, Salomon JA, Kuntz KM, Goldie SJ.Cost-
effectiveness of cervical cancer screening with human papillomavirus
DNA testing and HPV-16,18 vaccination. J Natl Cancer Inst.
2008;100(5):308-20.
Gravitt PE, Peyton CL, Alessi TQ, Wheeler CM, Coutlée F, et al. Improved
amplification of genital human papilloma viruses.J Clin Microbiol.
2000;38(1):357-61.
Jain Saroj, Diwan Anupama, Sardana Satish. 2015. Genital warts and
human papillomavirus: An update. Pelagia Research Library Der
Pharmacia Sinica, 2015, 6(6):16-26
Kumar V.The Female Genital System and Breast. In: Kumar, Abbas,
Fausto, Mitchell; Robbins Basic Pathology. 8th edition. 2007:p.716- 21.
Meijer CJ, Berkhof J, Castle PE, Hesselink AT, Franco EL, et al. Guidelines
for human papillomavirus DNA test requirements for primary cervical
cancer screening in women 30 years and older. Int J Cancer.
2009;124(3):516-20.
43
Ogilvie GS, Patrick DM, Schulzer M, Sellors JW, Petric M, et al. Diagnostic
accuracy of self collected vaginal specimen for human papilloma virus
compared to clinician collected human papillomavirus specimen: a
meta analysis. Sex Transm Infect. 2005;81(3):207-12.
Othman NH, Mohamad Zaki FH.Self collection tools for routine cervical
cancer screening: a review. Asian Pac J Cancer Prev.
2014;15(20):8563-9.
Peng RR, Li HM, Chang H, Li JH, Wang AL, Chen XS. Prevalence and
genotype distribution of cervical human papillomavirus infection
among female sex workers in Asia: a systematic literature review and
meta-analysis. Sex Health. 2012;9(2):113-9.
Petignat P, Faltin DL, Bruchim I, Tramèr MR, Franco EL, Coutlée F. Are
self-collected samples comparable to physician-collected cervical
44
Qiao YL, Sellors JW, Eder PS, Bao YP, Lim JM, et al. A new HPV-DNA test
for cervical-cancer screening in developing regions: a cross-sectional
study of clinical accuracy in rural China. Lancet Oncol.
2008;9(10):929-36.
Tao L, Han L, Li X, Gao Q, Pan L, et al. Prevalence and risk factors for
cervical neoplasia:a cervical cancer screening program in Beijing.
BMC Public Health 2014;14:1185.
Tiggelaar SM, Lin MJ, Viscidi RP, et al. Age-specific human papillomavirus
antibody and DNA prevalence : a global review. J Adolesc Health.
2012;50(2):110–31.
Urban M, Banks E, Egger S, et al. Injectable and oral contraceptive use and
cancers of the breast, cervix, ovary, and endometrium in Black South
African women: case–control study. PLoS Med 2012;9(3):e1001182.
Wang Z, Wang J, Fan J, Zhao W, Yang X, et al. Risk factors for cervical
intraepithelial neoplasia and cervical cancer in Chinese women: large
study in Jiexiu, Shanxi Province, China. J Cancer. 2017;8(6):924-32.
Warren JB, Gullett H, King VJ.Cervical cancer screening and updated Pap
guidelines. Prim Care. 2009;36(1):131-49.
Wright TC Jr, Massad LS, Dunton CJ, Spitzer M, Wilkinson EJ, et al. 2006
Consensus guidelines for the management of women with abnormal
cervical screening tests. J Low Genit Tract Dis. 2007;11(4):201-22.
Zhao FH, Lewkowitz AK, Chen F, Lin MJ, Hu SY, et al. Pooled analysis of
a self-sampling HPV DNA Test as a cervical cancer primary screening
method. J Natl Cancer Inst. 2012;104(3):178-88.
UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
Lampiran 1
NASKAH PENJELASAN UNTUK RESPONDEN (SUBYEK)
Selamat pagi ibu, saya dr. Yurike Adehline , saat ini saya sedang menjalani
Program Pendidikan Dokter Spesialis di bidang Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan (OBGIN) Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin yang akan melakukan penelitian tentangyang akan melakukan
penelitian tentang genotip virus human papilloma tipe resiko rendah
(low risk) pada wanita pekerja seks komersial di Makassar.
Perlu ibu ketahui bahwa ibu menderita Infeksi daerah genital yang
kita curigai akibat virus jenis Humanpapiloma. Virus ini memiliki 2 tipe yaitu
resiko tinggi dan resiko rendah dimana yang resiko tinggi dapat
menyebabkan kanker serviks, dimana kanker serviks merupakan salah satu
jenis kanker yang memiliki perjalanan penyakit yang cukup lama. Pada
tahap awal, penyakit ini belum bergejala, sedangkan gejala nanti muncul
jika penyakit ini telah menjalar ke alat/organ tubuh yang lain (metastasis).
Pengobatan kanker serviks sampai saat ini belum memberikan hasil yang
memuaskan. Meskipun beberapa penderita dapat sembuh dari kanker
serviks; akan tetapi, beberapa di antaranya mengalami resistensi. Ada juga
yang resiko rendah yang bisa menyebabkan kutil kelamin dan keputihan
berbau. Walaupun jarang menyebabkan suatu penyakit keganasan tapi tipe
ini juga menyebabkan tumor jinak pada daerah genital. Oleh karena itu,
saya akan melakukan pengambilan cairan mulut rahim (serviks) ibu untuk
48
Bila ibu merasa masih ada hal yang belum jelas atau belum
dimengerti dengan baik, maka ibu dapat menanyakan atau minta
penjelasan pada saya : dr. Yurike Adehline (telepon 0822 6660 9875).
Jika ibu setuju untuk berpartisipasi, diharapkan menandatangani surat
persetujuan mengikuti penelitian. Atas kesediaan dan kerjasamanya kami
ucapkan banyak terimakasih.
Identitas Peneliti :
Nama : dr. Yurike Adehline Chandra Montolalu
Alamat : Jl. Hertasning Utara 3A no.9
Telepon : 0822 6660 9875
DISETUJUI OLEH
KOMISI ETIK PENELITIAN KESEHATAN
FAK.KEDOKTERAN UNHAS
Tgl. ………………………..
51
Lampiran 2
FORMULIR PERSETUJUAN MENGIKUTI PENELITIAN
SETELAH MENDAPAT PENJELASAN
Nama : …………………………………………………………….
Umur : …………………………………………………………….
Alamat : ……………………………………………………………..
Pekerjaan : ……………………………………………………………..
No Telepon : ……………………………………………………………..
DISETUJUI OLEH
KOMISI ETIK PENELITIANKESEHATAN
FAK.KEDOKTERAN UNHAS
Tgl. ………………………..
53
Lampiran 3
FORMULIR PENELITIAN PEMERIKSAAN GENOTIP VIRUS
HUMAN PAPILLOMA PADA WANITA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI
MAKASAR
Low-risk
High-risk