Kelainan Pengosongan Lambung pada Penderita Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus merupakan penyakit sistemik yang dapat menyebabkan
disfungsi berbagai organ tubuh. Diabetes mellitus juga dikaitkan dengan kelainan pengosongan lambung, termasuk keterlambatan pengosongan lambung secara sementara, pengosongan lambung yang cepat sementara, keterlambatan pengosongan lambung secara terus menerus (gastroparesis), dan pengosongan lambung yang cepat secara terus-menerus. Perubahan sementara dalam pengosongan lambung merupakan respon kontraregulasi dan tidak memerlukan pengobatan. Keterlambatan pengosongan lambung dikaitkan dengan abdominal symptoms dan dianggap sebagai penyebab penyakit parah. Namun, pengosongan lambung yang cepat juga dikaitkan dengan gejala yang sama. Sedangkan keterlambatan dalam pengosongan lambung dapat menyebabkan kesulitan dalam mengontrol glukosa pada pasien yang menerima terapi insulin, sedangkan pengosongan lambung yang cepat memainkan peranan penting dalam genesis dan perkembangan dari diabetes mellitus tipe 2. Pengobatan terhadap pengosongan lambung yang cepat muncul sebagai target penting untuk manajemen hiperglikemia postprandial.
Laju pengosongan lambung menunjukkan pengeluaran nutrisi ke dalam
usus. Saluran pencernaan mengeluarkan 1 sampai 4 kkal makanan homogen per menit,terlepas dari komposisi karbohidrat, protein, dan lemak, ke dalam duodenum melalui aktivitas motoric dari lambung, diatur oleh mekanisme neurohumoral akibat stimulasi reseptor-reseptor di duodenum.
Diabetes menyebabkan pola pengosongan lambung yang abnormal dengan
melibatkan perubahan pada aktivitas motorik. Perubahan ini disebabkan oleh disfungsi saraf vagovagal, melalui sel interstisial Cajal (sel intermediet antara sistem saraf otonom saluran cerna dan sel otot polos, yang mencetuskan kontraksi dan mengontrol motilitas saluran cerna) dan otot polos. Perubahan mendadak kadar gula darah mempengaruhi aktivitas neuron vagus (merangsang lambung untuk mengeluarkan hormone gastrin, hormone gastrin akan merangsang pengeluaran insulin, pengeluaran insulin mempermudah metabolism glukosa) merangsang glukosa atau menghambatbat glukosa di lambung dan menyebabkan perubahan pengosongan lambung. Hiperglikemia persisten mempengaruhi elemen molekuler neuron, sel otot polos, dan sel interstisial Cajal melalui stres oksidatif dan bagian dari makrofag M1 (proinflamasi) dan M2 (prohealing, atau perbaikan) yang terpolarisasi. Metabolit ini mungkin memiliki efek kompleks pada fungsi seluler. Mereka dapat menginduksi perubahan transkripsi protein dan microRNA (miRNA),dengan perubahan konsekuen dari fenotip seluler menjadi hiperkontraktil atau hipokontraktil sel otot polos.
Gejala perut bagian atas menyerupai dispepsia fungsional karena
keterlambatan pengosongan lambung. Namun, gejala serupa juga dikaitkan dengan pengosongan lambung yang cepat, menunjukkan bahwa gastroparesis mungkin bukan penyebab gejala. Gejalanya mungkin karena aktivasi paralel reseptor sensorik yang disebabkan oleh perubahan inflamasi di dinding lambung. Oleh karena itu, tindakan untuk mempercepat pengosongan lambung mungkin tidak meredakan gejala dan dapat memperburuk hiperglikemia.
Review artikel ini merangkum patofisiologi kelainan pengosongan
lambung pada diabetes mellitus dan alasan terapi. Manajemen gastroparesis simtomatik saat ini dibahas secara luas.
Perubahan Metabolik yang Mempengaruhi Pengosongan Lambung
Glukosa memasuki sel terutama melalui transporter glukosa (GLUT) dan protein transpor natrium-glukosa (SGLT). Glukokinase mengubah glukosa intraseluler menjadi glukosa-6-fosfat, yang mengalami glikolisis, suatu proses yang mengarah pada produksi ATP dan spesies oksigen reaktif (radikal bebas) di mitokondria. Stres oksidatif (jumlah radikal bebas terlalu banyak) ringan menyebabkan peningkatan regulasi enzim NADPH oksidase 4 (NOX4), yang menyebabkan stres oksidatif sedang. Selain itu, stres oksidatif sedang, bersama dengan produk oksidasi lipid, produk akhir glikasi lanjutan, dan karbonil reaktif, mengubah protein matriks ekstraseluler dan meningkatkan adhesi dan aktivasi makrofag. Tergantung pada sinyal lokal tertentu, makrofag mac10 mengalami polarisasi ke M1 atau makrofag M2, menghasilkan sejumlah sitokin. Stres oksidatif dan sitokin dapat bertindak melalui faktor transkripsi untuk memodifikasi protein pensinyalan secara langsung atau melalui regulasi miRNA. RNA noncoding ini adalah regulator pasca-transkripsi penting dari ekspresi gen. Mereka dapat mengikat target messenger RNA untuk menekan translasi menjadi protein seluler dan menyebabkan perubahan yang nyata pada fenotipe seluler. Akibatnya, miRNA muncul sebagai target terapi yang penting. Perubahan metabolik yang berbeda masing-masing menghasilkan perubahan seluler spesifik yang menghasilkan kelainan pengosongan lambung yang berbeda. Perubahan segera pada tingkat glukosa plasma mengaktifkan sirkuit motorik vagal (vagus), yang mengakibatkan kelainan pengosongan lambung sementara. Hiperglikemia kronis dalam hubungannya dengan stres oksidatif dan polarisasi makrofag memiliki efek khas pada transmisi neuromuskular, sel interstisial Cajal, dan otot polos, tergantung pada jenis polarisasi makrofag dan tingkat stres oksidatif dan inflamasi. Stres oksidatif sedang mengganggu transmisi neuromuskular, menyebabkan peningkatan jumlah sel interstisial Cajal, dan mengubah otot polos menjadi fenotipe hiperkontraktil. Selain itu, stres oksidatif sedang meningkatkan polarisasi makrofag ke tipe M2 atau M1. Polarisasi ke makrofag M2 menekan makrofag M1 dan respon inflamasinya dan mengakibatkan hilangnya neurotransmisi yang parah, hilangnya sel interstisial Cajal, dan konversi otot polos menjadi fenotipe hipokontraktil (lihat Lampiran Tambahan). Keterlambatan Pengosongan Lambung Sementara Hiperglikemia postprandial merupakan karakteristik intoleransi glukosa pada diabetes mellitus. Hiperglikemia akut memperlambat pengosongan lambung dari makanan yang dapat dicerna selama proses pencernaan dan residu (sisa) makanan yang tidak dicerna selama periode puasa. Perlambatan pengosongan lambung menekan hiperglikemia postprandial dan berfungsi sebagai umpan balik negatif. Perlambatan pengosongan lambung disebabkan oleh penurunan tonus lambung proksimal dan penekanan kontraksi bagian antral lambung. Hiperglikemia juga menekan kontraksi kuat dari kompleks motorik yang migrasi interdigestif (diantara waktu makan), mengakibatkan pengosongan lambung yang lambat selama proses pencernaan dan periode interdigestif (puasa).
Gambar 1. Hiperglikemi akut penyebab keterlambatan pengosongan
lambung
Hiperglikemia akut memicu neuron yang menstimulasi glukosa dari aferen
vagus di nodose ganglion (NG) dan nukleus traktus solitarius, yang merupakan bagian dari sirkuit motorik vagus yang menghambat kerja lambung (GIVMC/Gastric Inhibitor Vagal Motor Cicuit). Mereka megandung transporter glukosa (GLUT, tipe tidak terdefinisi) dan transporter natrium- glukosa (SGLT). Hiperglikemia menyebabkan peningkatan cepat kadar glukosa intraseluler. Glukokinase mengubah glukosa menjadi glukosa-6- fosfat, yang mengalami glikolisis untuk menghasilkan asam piruvat, yang mengarah pada produksi ATP di mitokondria. ATP menghambat Kanal kalium (KATP) yang sensitif terhadap ATP, menyebabkan depolarisasi, dan memicu neuron aferen untuk merangsang GIVMC. Namun, efek stimulasi hiperglikemia dihentikan karena hiperglikemia juga menyebabkan penurunan regulasi glukokinase. Aktivasi GIVMC melepaskan inhibitory transmitter (nitrit oksida [NO], ATP, dan vasoactive intestinal polypeptide [VIP]), yang menurunkan kontraktilitas otot polos dan menyebabkan disfungsi sel interstisial Cajal, dengan kelainan gelombang lambat yang dihasilkan. Ach menunjukkan asetilkolin, neuron katekolaminergik CCe dari jalur eksitatori, neuron katekolaminergik CCi dari jalur inhibitor, neuron kolinergik Ce dari jalur eksitatori, neuron kolinergik Ci dari jalur inhibitor, nukleus motorik dorsal dari vagus, neuron yang memproduksi asam gamma-aminobutirat (GABAergic/neurotransmitter yang menghambat sinyal otak tertentu), GEVMC (Gastric Excitatory Vagal Motor Circuit), neuron non-adrenergik non-kolinergik NANC, neuron proopiomelanocortin POMC, dan neuron preproglukagon PPG. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1, hiperglikemia merangsang neuron yang sensitif terhadap konsentrasi glukosa di aferen vagus dengan menekan saluran kalium sensitif terhadap ATP (KATP/ATP sensitive Potassium Channels). Stimulasi sirkuit motorik vagus menghambat kerja lambung yang dapat mempengaruhi gelombang lambat dari gelombang listrik, serta otot polos. Hiperglikemia akut dapat mengganggu gelombang lambat dengan mempengaruhi sel interstisial mienterik Cajal, menyebabkan takigastria terisolasi (peningkatan siklus aktivitas listrik di lambung, dengan frekuensi >3,6 siklus per menit [cpm]), meskipun kadar glukosa yang tinggi tidak secara langsung mempengaruhi sel interstisial Cajal. Takigastria dan kelainan gelombang lambat lainnya diduga menyebabkan berkurangnya kontraksi antrum, namun, gelombang lambat tidak berkorelasi dengan kontraksi mekanis. Kadar glukosa yang tinggi merangsang sirkuit motorik vagus menghambat lambung, Stimulasi yang menghambat kontraksi dan mengatasi kontraksi yang dimediasi oleh hiperglikemia dari otot polos yang terisolasi. Keterlambatan pengosongan lambung sementara akibat hiperglikemia akut merupakan fenomena kontraregulasi dan tidak memerlukan pengobatan. Sifat sementara dari efek hiperglikemia dikaitkan dengan penurunan regulasi glukokinase. Pengosongan Lambung secara Cepat Sementara Hipoglikemia akut menyebabkan pengosongan lambung secara cepat. Hipoglikemi iatrogenic adalah komplikasi umum dan serius dari pemberian (pengobatan) insulin. Hipoglikemi akut menyebabkan aktivasi dari GEVMC (Gastric Excitatory Vagal Motor Circuit), yang menginervasi eksitatori kolinergik ke otot polos lambung, meningkatkan aktivitas kontraktil dan dengan demikian menyebabkan pengosongan lambung secara cepat. GEVMC juga berhubungan dengan sel alfa yang menghasilkan glukagon, neuron orexigenic (merangsang nafsu makan), jalur simpatoadrenal, dan dengan neuron hipotalamus yang terlibat dalam respons kontraregulasi terhadap hipoglikemi. Kadar glukosa darah dibawah normal memicu aktivitas parasimpatis dan sekresi glukagon. Penurunan kadar glukosa lebih rendah memicu aktivitas simpatik. Aktivasi GEVMC disebabkan oleh stimulasi neuron yang memproduksi asam gamma-aminobutirat (GABAergic) yang mengeskspresikan GLUT2 di dalam nucleus traktus solitarius. Hipoglikemi menyebabkan penurunan kadar glukosa intraseluler dan menurunkan kadar ATP intraseluler, menyebabkan penurunan aktivitas Na+/K+ ATPase dan depolarisasi membrane (Gambar 2). Respon terhadap hipoglikemi akut adalah sementara karena peningkatan regulasi glukokinase yang cepat dan penggunaan sumber energi lainnya selain glukosa. Pengosongan lambung yang cepat sementara adalah bagian dari respon kontraregulasi dan tidak harus diobati. Pada hipoglikemi berulang, perubahan ini dapat berfungsi sebagai mekanisme perlindungan terhadap hipoglikemi terkait kegagalan otonom dan gangguan kesaradan terhadap hipoglikemi, yang berpotensi mengancam jiwa. Pengosongan Lambung secara Cepat Persisten Sebelumnya, pengosongan lambung yang cepat dan persisten tidak dianggap serius sebagai komplikasi dari diabetes mellitus. Hampir 20% pasien dengan diabetes mellitus tipe 1 atau tipe 2 yang tidak terkontrol dengan baik, berlangsung lama, terlepas dari ada atau tidak adanya gejala perut bagian atas, memiliki pengosongan lambung yang cepat bahkan pada tahap akhir penyakit. Sindrom Dumping, dengan gejala mual postprandial, kembung, pusing, kemerahan, palpitasi, sakit perut, kram, borborygmi (bising usus), dan diare, terjadi setelah operasi bypass lambung. Namun, gejala seperti itu tidak terjadi pada pasien dengan gangguan lambung secara keseluruhan. Gejala abdomen bagian atas tidak dapat dibedakan dengan dispepsia fungsional atau gastroparesis. Sekitar 20 hingga 37% pasien dengan diabetes dan gejala abdominal bagian atas mengalami pengosongan lambung yang cepat. Angka ini serupa dengan pasien dengan diabetes lama, baik mereka memiliki gejala abdominal bagian atas atau tidak (Tabel 1), yang menunjukkan bahwa gejala abdominal bagian atas tidak secara spesifik berhubungan dengan pengosongan lambung yang cepat. Gangguan ini dapat merespon terapi insulin intensif pada pasien diabetes tipe 1. Pengosongan lambung yang cepat memiliki efek intoleransi glukosa, dan berkaitan dengan genesis dan penyebaran diabetes mellitus tipe 2. Koreksi dari pengosongan lambung yang cepat dengan cara manipulasi diet dan terapi farmakologis yang merupakan pusat manajemen dari hiperglikemia postprandial. Kekurangan amylin atau leptin dikaitkan dengan hiperglikemia kronis dan pengosongan lambung yang cepat. Terapi seperti metformin, amylin analogues treatment, dan Glukagon Like Peptide-1 (GLP-1) agonis dapat mengurangi kecepatan pengosongan lambung.
Comparison of The Effects of Target Controlled Propofol Infusion and General Anesthesia With Desflurane On Postoperative Cognitive Functions in Controlled Hypotensive Anesthesia - 020227