PENDAHULUAN
keparahannya dari ringan hingga dapat sembuh sendiri sampai berat hingga
mengancam jiwa. Charcot ditahun 1877 menjelaskan tentang keadaan klinis dari
kolangitis, sebagai trias, yaitu demam, ikterus dan nyeri abdomen kuadran kanan atas
kolangitis. Obstruksi juga dapat terjadi pada bagian manapun dari saluran empedu,
yang membawa empedu dari hepar ke kandung empedu dan usus. Bakteri yang sering
Penyakit ini perlu diwaspadai karena insidensi batu empedu di Asia Tenggara
cukup tinggi, serta kecenderungan penyakit ini untuk terjadi pada pasien berusia
lanjut yang biasanya memiliki penyakit penyerta yang lain yang dapat memperburuk
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Kandung empedu adalah sebuah kantung berbentuk seperti buah pir, yang
terletak pada permukaan inferior dari hati pada garis yang memisahkan lobus kanan
dan kiri, yang disebut dengan fossa kandung empedu. Ukuran kandung empedu pada
orang dewasa adalah 7cm hingga 10 cm dengan kapasitas lebih kurang 30mL.
Kandung empedu menempel pada hati oleh jaringan ikat longgar , yang mengandung
vena dan saluran limfatik yang menghubungkan kandung empedu dengan hati.
Kandung empedu dibagi menjadi empat area anatomi: fundus, korpus, infundibulum,
selanjutnya ditampung dalam suatu saluran kecil empedu yang terletak di dalam hati
yang secara perlahan akan membentuk saluran yang lebih besar lagi. Saluran kecil ini
memiliki epitel kubis yang bisa mengembang secara bertahap bila saluran empedu
membesar.
yang lebih besar yang dapat menyalurkan empedu ke delapan segmen hati. Di dalam
anterior dan posterior yang kemudian bergabung membentuk duktus hepatikus kanan.
Pada beberapa orang, duktus hepatikus kanan berada ± 1cm di luar hati. Duktus ini
kemudian bergabung dengan 3 segmen dari segmen hati kiri (duktus hepatikus kiri)
koledokus menjadi besar dan lumennya melebar sampai mencapai ampula. Biasnaya
panjang duktus koledokus sekitar 7 cm dengan diameter berkisar antara 4-12 mm.
kandung empedu menerima suplai darah terbesar dari jalinan pembuluh darah cabang
panjang 8-10 cm dan terdiri dari fundus, korpus dan kolum. Lapisan mukosanya
membentuk cekungan kecil dekat dengan kolum yang disebut dengan kantong
2.2 Fisiologi
metabolit hati dan produk sisa seperti kolesterol, bilirubin dan logam berat. Sekresi
yang terletak sepanjang duktulus empedu. Epitel bilier berperan dalam menghasilkan
pada struktur cncin hidroksilasi dan bersifat larut dalam air akibat konjugasi dengan
glisin, tarin dan sulfat. Asam empedu mempunyai kegunaan seperti deterjen dalam
aktif spesifik dalam ileum terminalis, walaupun sekitar 20% empedu intestinal di
konjugasi oleh bakteri ileum. Empedu yang tidak di reabsorbsi akan memetabolisme
yang tidak larut air berasal dari sel-sel darah yang telah hancur (75%), katabolisme
protein-protein hem lain (22%) dan inaktivasi eritropoiesis sumsum tulang (3%).
Bilirubin yang tidak terkonjugasi akan ditransport ke dalam sirkulasi sebagai sebuah
secara terpisah. Bilirubin larut lemak akan di ubah menjadi larut air oleh hati melalui
beberapa langkah yang terdiri atas fase pengambilan spesifik, konjugasi dan ekskresi.
usus melainkan pada kolon. Kolon dapan menkonjugasi bilirubin dan mengkonversi
menjadi tetrapirol larut air yang dikenal sebagai urobilinogen. Kira-kira setengah dari
urobilinogen akan di reabsorbsi dan di sekresi oleh ginjal dan dikeluarkan bersama
pemisahan glutation menjadi asam amino yang dapat di reabsorbsi kembali (seperti
glukosa dan beberapa asam organic), dan sekresi bikarbonat dan ion-ion klorida
secara aktif ke dalam empedu oleh mekanisme yang ebrgantung pada regulator
Kandung empedu menampung ±50ml empedu yang dapat dibuat kembali dalam
empedu secara terus-menerus dialirkan ke dalam kandung empedu, maka akan terjadi
natrium, kalsium, klorida dan bikarbonat, diikuti oleh difua air sehingga terjadi
empedu 80-90%.
Komposisi Empedu
Konstituen Keterangan
enterohepatik
Asam kenodeoksilat
Asam ursodeoksilat
struktur yang berperan penting pada pergerakan dan pengaliran empedu. Hormon
kolesistikin (CCK) merupakan stimulus fisiolois yang paling potensial bagi kontraksi
kandung empedu disamping adanya komponen saraf otonom dan saraf parasimpatis
lainnya yang dapat menyebabkan relaksasi kandung empedu. Kadar CCK dapat
meningkat sebagai tanggapan terhadap diet asam amino rantai panjang dan
obstruksi saluran bilier, terutama yang ditimbulkan oleh batu empedu namun dapat
2.4 Epidemiologi
Kolangitis ini dapat ditemukan pada semua ras. Berdasarkan jenis kelamin,
dilaporkan perbandingan antara laki-laki dan perempuan tidak ada yang dominan
diantara keduanya. Berdasarkan usia dilaporkan terjadi pada usia pertengahan sekitar
50-60 tahun.
2.5 Etiologi
penyebab obstruksi, kolangitis tidak akan terjadi tanpa cairan empedu yang terinfeksi.
Kasus obstruksi akibat keganasan hanya 25-40% yang hasil kultur empedunya
manipulasi saluran biliaris invasif seperti kolangiografi, stent biliaris, untuk terapi
penyakit saluran biliaris telah menyebabkan pergeseran penyebab kolangitis. Selain
itu pemakaian jangka panjang stent biliaris seringkali disertai obstruksi stent oleh
cairan biliaris yang kental dan debris biliaris yang menyebabkan kolangitis.
Walaupun gambaran klasik kolangitis terdiri dari trias, demam, ikterus, dan
nyeri abdomen kuadran kanan atas yang dikenal dengan trias Charcot, namun semua
elemen tersebut hanya ditemukan pada sekitar 50 persen kasus. Pasien dengan
kolangitis supuratif tampak bukan saja dengan adanya trias charcot tapi juga
oleh Cameron, demam di temukan pada lebih dari 90 persen kasus, ikterus pada 67
Dua hal yang diperlukan untuk terjadinya kolangitis yaitu adanya obstruksi
aliran empedu dan adanya bakteri pada duktus koledokus. Pada sebagian besar kasus,
Biakan darah yang diambil saat masuk ke rumah sakit untuk kolangitis akut adalah
positif pada 40 sampai 50 persen pasien. Pada hampir semua serial Escherichia
coli dan Klebsiella pneumoniae adalah organisme tersering yang didapatkan pada
ditemukan, demikian juga isolat gram negatif dan spesies jamur dapat dibiak dari
empedu yang terinfeksi. Adapun organisme anaerobik yang paling sering diisolasi
adalah Bacteroides fragilis. Tetapi, anaerobik lebih jarang ditemukan pada serial
tersering.
A. Anamnesis
ikterus, dan sakit pada perut kanan atas. Beberapa penderita hanya mengalami dingin
dan demam dengan gejala perut yang minimal. Ikterus atau perubahan warna kuning
B. Pemeriksaan Fisis
C. Pemeriksaan Penunjang
besar pasien. Hitung sel darah putih biasanya melebihi 13.000. Leukopeni atau
bilirubin yang tertinggi terjadi pada obstruksi maligna. Tes fungsi hati termasuk alkali
kolestatik.
Beberapa pemeriksaan radiologis pasien dengan kolangitis adalah:
Meskipun sering dilakukan pada evaluasi awal nyeri abdomen , foto polos
abdomen jarang memberikan diagnosis yang signifikan. Hanya sekitar 15% batu
saluran empedu yang terdiri dari kalsium tinggi dengan gambaran radioopak yang
dapat dilihat. Pada peradangan akut dengan kandung empedu yang membesar
hidrops, kandung empedu kadang juga dapat terlihat sebagai massa jaringan lunak di
kuadran kanan atas yang menekan gambaran udara dalam usus besar, di fleksura
hepatika.
2. Ultrasonografi
untuk mendeteksi batu kandung empedu dan pelebaran saluran empedu intrahepatik
maupun ekstrahepatik. Juga dapat dilihat kandung empedu yang menebal karena
fibrosis atau edema karena peradangan maupun sebab lain. Batu yang terdapat pada
duktus koledokus distal kadang sulit dideteksi, karena terhalang udara di dalam usus.
Dengan ultrasonografi lumpur empedu dapat diketahui karena bergerak sesuai dengan
gaya gravitasi.
Gambar. 2 Menunjukkan ultrasonografi dari duktus
intrahepatik yang mengalami dilatasi
3. CT-Scan
kandung empedu. Cara ini berguna untuk diagnosis keganasan pada kandung empedu
Gambar 3. CT scan yang menunjukkan dilatasi duktus biliaris (panah hitam) dan
dilatasi duktus pankreatikus (panah putih), dimana keduanya terisi oleh musin
4. ERCP
menggunakan lensa atau kaca untuk melihat bagaian dari traktus gastro intestinal.
menentukan penyebab dan letak sumbatan serta keuntungannya juga dapat mengobati
Gambar. 4 Menunjukkan
endoscope
Cholangiopancreotography
(ERCP) dimana menunjukkan
duktus biliaris yang berdilatasi
pada bagian tengah dan distal
(dengan gambaran feeling defect).
5. Skintigrafi
Skintigrafi bilier digunakan untuk melihat sistem bilier termasuk fungsi hati
dan kandung empedu serta diagnosa beberapa penyakit dengan sensitifitas dan
spesifitas sekita 90% sampai 97%. Meskipun test ini paling bagus untuk melihat
duktus empedu dan duktus sistikus, namun skintigrafi bilier tidak dapat
mengidentifikasi batu saluran empedu atau hanya dapat memberikan informasi sesuai
dengan letak anatominya. Agent yang digunakan untuk melakukan test skintigrafi
99m
adalah derivat asam iminodiasetik dengan label Tc.
6. Kolesistografi oral
Metode ini dapat digunakan untuk melihat kerja dari sistem bilier melalui
prinsip kerja yang sama dengan skintigrafi tapi dapat memberikan informasi yang
lebih jelas. Pasien diberi pil kontras oral selama 12-16 jam sebelum dilakukan tes.
Kemudian kontras tadi diabsorbsi oleh usus kecil, lalu dibersihkan oleh hepar dan di
7. Kolangiografi
patologi biliaris dan penyebab obstruksi saluran empedu sebelum terapi definitif.
Jadi, kolangiografi jarang diperlukan pada awal perjalanan kolangitis dan dengan
pasien yang datang dengan kolangitis supuratif, yang tidak berespon terhadap
antibiotik saja. Pada kasus tersebut, kolangiografi segera mungkin diperlukan untuk
patologi billiaris. Tetapi, kedua teknik tersebut dapat menyebabkan kolangitis pada
sekitar 5 persen pasien. Dengan demikian perlindungan antibiotik yang tepat harus
1. Kolesistitis akut
Hampir semua kolesistitis akut terjadi akibat sumbatan duktus sistikus oleh
batu yang terjebak di dalam kantong Hartmann. Pada keluhan utama dari kolesistikus
akut adalah nyeri perut di kuadran kanan atas, yang kadang-kadang menjalar ke
belakang di daerah skapula. Biasanya ditemukan riwayat kolik dimasa lalu, yang pada
mulanya sulit dibedakan dengan nyeri kolik yang sekarang. Pada kolesistitis, nyeri
menetap dan disertai tanda rangsang peritoneal berupa nyeri tekan dan defans
muskuler otot dinding perut. Kadang-kadang empedu yang membesar dapat diraba.
2. Pankreatitis
infeksi bakteri atau virus, akan tetapi akibat autodigesti oleh enzim pankreas yang
keluar dari saluran pankreas. Biasanya serangan pankreatitis timbul setelah makan
kenyang atau setelah minum alkohol. Rasa nyeri perut timbul tiba-tiba atau mulai
membungkuk dan bertambah bila terlentang. Muntah tanpa mual dulu sering
dikeluhkan dan muntah tersebut sering terjadi sewaktu lambung sudah kosong.
Gambaran klinik tergantung pada berat dan tingkat radang. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan perut tegang dan sakit terutama bila ditekan. Kira-kira 90% disertai
3. Hepatitis
Hepatitis merupakan salah satu infeksi virus pada hepar yang terdiri dari
merupakan hepatitis yang paling sering terjadi. Keluhan utamanya yaitu nyeri perut
pada kuadran kanan atas sampai di ulu hati. Kadang disertai mual, muntah dan
demam. Sekitar 90% kasus hepatitis merupakan infeksi akut. Sebagian menjadi
2.9 Penatalaksanaan
antiobiok dimulai. Pasien yang sakit ringan dapat diterapi sebagai pasien rawat
dengan antibiotik oral. Dengan kolangitis supuratif dan syok septik mungkin
dukungan vasopresor.
telah dianjurkan. Kombinasi ini adalah pilihan yang sangat baik untuk melawan basil
gram negatif yang sering ditemukan dan memberikan antivitas sinergistik melawan
terapi kolangitis adalah konsentrasi obat yang terdapat dalam empedu. Secara teoritis
antibiotik saluran biliaris yang ideal harus merupakan antibiotik yang bukan saja
mencakup organisme yang ditemukan dengan infeksi saluran biliaris, tetapi juga
berespon terhadap terapi antibiotik saja. Pada kasus tersebut demam menghilang dan
tes fungsi hati kembali ke normal seringkali dalam 24 sampai 48 jam. Jika pasien
kasus, dekompresi biliaris segera paling baik dilakukan secara non operatif baik
Apabila setelah tindakan di atas keadaan umum tidak membaik atau malah
dan nanah serta membersihkan duktus koledokus dari batu. Kadang dipasang pipa
nasobilier. Apabila batu duktus koledokus besar, yaitu berdiameter lebih dari 2 cm,
sfingterotomi endoskopik mungkin tidak dapat mengeluarkan batu ini. Pada penderita
b. Lisis batu
pada batu kolesterol. Terapi berhasil pada separuh penderita dengan pengobatan
selama satu sampai dua tahun. Lisis kontak melalui kateter perkutan kedalam
kandung empedu dengan metil eter berhasil setelah beberapa jam. Terapi ini
Terapi dilanjutkan sampai terjadi penghancuran yang adekuat atau telah diberikan
salah satu alternatif untuk mengatasi sepsis pada kolangitis berat, atau mengurangi
ikterus berat pada obstruksi saluran empedu distal karena keganasan. Pada pasien
dengan pipa T pada saluran empedu dapat juga dimasukkan koledokoskop dari luar
pertama pada tahun 1882. Lebih dari satu abad kolesistektomi terbuka dijadikan
Tidak ada aturan yang kaku tentang jenis insisi yang terbaik. Insisi digaris
tergantung pada pilihan ahli bedah. Kriteria penting adalah pemaparan yang adekuat
untuk diseksi serta eksplorasi. Pilihannya adalah insisi subkostal kanan (Kocher)
sebagai salah satu insisi yang paling serba guna dalam diseksi kandung empedu dan
saluran empedu.
secara antegrad (diseksi dimulai di fundus) atau retrograd (diseksi dimulai di porta).
Jika anatomi porta tidak dikaburkan oleh peradangan yang parah, maka pilihannya
adalah memulai diseksi pada porta. Dengan traksi pada kandung empedu
menggunakan klem yang dipasang di fundus dan kantung Hartman, peritoneum yang
menutupi segitiga Calot diinsisi dan disisihkan dengan diseksi tumpul. Arteri sistikus
diidentifikasi, diligasi ganda atau diklem ganda, dan lalu dipotong, meninggalkan
Memperhatikan anomali yang sering terjadi adalah penting pada tahapan ini.
Anomali yang cukup sering adalah masuknya saluran sistikus ke saluran hepatik
kanan, anomali lain adalah masuknya saluran hepatik asesorius kanan yang cukup
besar ke saluran sistikus. Sangat penting bahwa struktur saluran yang dipotong
sampai anatomi sistem saluran yang tepat telah diketahui. Persambungan saluran
sistikus dengan saluran empedu harus ditunjukkan secara jelas. Jika kandung empedu
mengandung batu kecil atau lumpur, saluran sistikus diikat dengan jahitan atau klem
tunggal pada tempat keluarnya dari kandung empedu, untuk mencegah batu atau
lumpur masuk ke dalam saluran empedu selama diseksi. Menegakkan anatomi pada
* Kolangiografi operatif
Kolangiografi operatif dilakukan secara rutin karena dua alasan. Pertama,
untuk mendapatkan peta anatomik di daerah yang sering mengalami anomali. Kedua
yang sama pentingnya adalah untuk menyingkirkan batu saluran empedu yang tidak
mempermudah insersi dan fiksasi. Insisi dibuat disaluran sistikus pada titik yang
aman setelah persambungan sistikus dan saluran empedu (biasanya sekurangnya 2,0
cm). Insisi harus cukup besar untuk memasukkan kanula atau kateter, yang dapat
diinsersikan jika empedu terlihat mengalir dari lumen. Kanula lalu dipertahankan di
tempatnya dengan hemoklip medium atau klem khusus. Material kontras untuk
kolangiografi adalah hypaque 25 persen. Sistem operasi yang paling disukai untuk
secara lambat dan pemaparan multiple sistem saluran saat sedang diisi.
* Laparoskopi Kolesistektomi
tahun 1988 dan telah berkembang dengan cepat. Indikasi untuk operasi adalah batu
empedu, polip simtomatik dan penyulit akibat batu. Kontraindikasinya adalah sepsis
Keterangan gambar :
A. Tempat trokar
C. Segi tiga Calot dibuka dan leher kandungan empedu dan bagian duktus
insersi
kandungan empedu, nampak segitiga Calot yang sudah didiseksi begitu juga
dengan batu duktus empedu dideteksi sebelum operasi, biasanya dengan klirens
endoskopik. Namun, kurang berhasil sehingga batu di duktus harus dilakukan dengan
kolesistektomi.
Jika batu pada duktus empedu kecil, mungkin dapat dibilas ke dalam
Oddi direlaksasikan dengan glukagon. Jika irigasi (pengaliran) tidak berhasil, dapat
dilakukan pemasangan kateter balon melalui duktus sistikus dan turun ke duktus
empedu.
Gambar 8 laparoskopi eksplorasi duktus empedu. Laparoskopi eksplorasi koledokus.
Keterangan Gambar :
sistikus
C. Keranjang dilewati oleh beberapa saluran pada skopik dan batu dapat dilihat
dibawahnya
D. Batu entrapped
2.12 Komplikasi
Abses hati piogenik merupakan 75% dari semua abses hati. Abses ini
pada anak dan dewasa muda terjadi akibat komplikasi apendisitis, dan pada
kolesistektomi atau pada eksplorasi duktus empedu yang tidak sesuai dengan
E. Perdarahan
antara duktus empedu dan usus besar bagian asendens. Refluks pada bagian
intestinal dapat berlanjut menjadi infeksi aktif sehingga terjadi stagnan
bilier adalah abses subprenikus. Hal ini harus dijaga pada pasien yang
ii. Sepsis
2.13 Prognosis