TINJAUAN PUSTAKA
empedu
ekstrahepatik
terletak
di
dalam
ligamentum
Panjang duktus hepatikus kanan dan kiri masing-masing antara 1-4 cm.
Panjang duktus hepatikus komunis sangat bervariasi, bergantung pada letak muara
duktus sistikus. Duktus koledokus berjalan di belakang duodenum, menembus
jaringan pankreas dan dinding duodenum, membentuk papila Vater yang terletak
di sebelah medial dinding duodenum. Ujung distalnya dikelilingi oleh otot
sfingter Oddi, yang mengatur aliran empedu ke dalam duodenum. Duktus
pankreatikus umumnya bermuara di tempat yang sama dengan duktus koledokus
di dalam papila Vater, tetapi dapat juga terpisah (lihat Gambar 2.2). 2
Metabolisme Bilirubin
Pembagian terdahulu mengenai tahapan metabolisme bilirubin yang
dalam
sel
sisterm
retikuloendotelial
(mononuklir
fagositosis).
2.2.2
Fase Intrahepatik
Liver uptake. Proses pengambilan bilirubin tak terkonjugasi oleh hati
secara rinci dan pentingnya protein pengikat seperti ligandin atau protein Y, belum
jelas. Pengambilan bilirubin melalui transport yang aktif dan berjalan cepat,
namun tidak termasuk pengambilan albumin. 3
Konjugasi. Bilirubin bebas yang terkonsentrasi dalam sel hati mengalami
konjugasi dengan asam glukoronik membentuk bilirubin diglukuronida atau
bilirubin konjugasi atau bilirubin direk. Reaksi ini yang dikatalisasi oleh enzim
mikrosomal glukuronil-transferase menghasilkan bilirubin yang larut air. Dalam
beberapa keadaan reaksi ini hanya menghasilkan bilirubin monoglukuronida,
dengan bagian asam glukuronik kedua ditambahkan dalam saluran empedu
melalui sistem enzim yang berbeda, namun reaksi ini tidak dianggap fisiologik.
Bilirubin konjugasi lainnya selain diglukuronid juga terbentuk namun
kegunaannya tidak jelas. 3
2.2.3. Fase Pascahepatik
Ekskresi Bilirubin. Bilirubin konjugasi dikeluarkan ke dalam kanalikulus
bersama bahan lainnya. Anion organik lainnya atau obat dalam mempengaruhi
proses yang kompleks ini. Di dalam usus flora bakteri mendekonjugasi dan
7
dapat
dikategorikan
menjadi
prehepatik,
hepatic,
atau
terjadi akibat adanya sumbatan (obstruksi) pada saluran empedu ekstra hepatica.
Obstruksi jaundice disebut juga ikterus kolestasis dimana terjdai statsis sebagian
atau seluruh cairan empedu dan bolirubun ke dalam duodenum. Obstruksi
jaundice bukan merupakan suatu diagnosis definitif, melainkan evaluasi awal
untuk menentukan penyebab dari kolestasis untuk menghindari perubahan
patologi yang terjadi apabila obstruksi tidak segera ditangani. 4
2.3.2. Etiologi
Berbagai maca penyait dapat menyebabkan obstruksi jaundice, yang
paling sering terjadi yaitu 5:
- Koledokolitiasis
- Cholangiocarcinoma
- Ca ampullary
- Ca pancreas
- Striktur bilier
2.3.3. Patofisiologi
Kolestasis intrahepatik. Istilah kolestasis lebih disukai untuk pengertian
obstruktif jaundice sebab obstruksi yang bersifat mekanis tidak perlu selalu ada.
Aliran empedu dapat terganggu pada tingkat mana saja dari mulai sel hati
(kanalikulus), sampai ampula Vater. Untuk kepentingan klinis, membedakan
penyebab sumbatan intrahepatik atau ekstrahepatik sangat penting. Penyebab
paling sering kolestatik intrahepatik adalah hepatitis, keracunan obat, penyakit
hati karena alkohol dan penyakit hepatitis autoimun. Penyebab yang kurang sering
adalah sirosis hati bilier primer, kolestasis pada kehamilan, karsinoma metastatik
dan penyakit-penyakit lain yang jarang. 3
Virus hepatitis, alkohol, keracunan obat (drug induced hepatitis), dan
kelainan autoimun merupakan penyebab yang tersering. Peradangan intrahepatik
mengganggu transport bilirubin konjugasi dan menyebab jaundice. Hepatitis A
merupakan penyakit self limited dan dimanifestasikan dengan adanya jaundice
yang timbul secara akut. Hepatitis B dan C akut sering tidak menimbulkan
jaundice pada tahap awal (akut), tetapi bisa berjalan kronik dan menahun dan
mengakibatkan gejala hepatitis menahun atau bahkan sudah menjadi sirosis hati.
Tidak jarang penyakit hati menahun juga disertai gejala kuning, sehingga kadangkadang didiagnosis salah sebagai penyakit hepatitis akut. 3
sklerosis
primer
(Primary
sclerosing
cholangitis/PSG)
merupakan penyakit kolestatik lain, lebih sering dijumpai pada laki-laki, dan
sekitar 70% menderita penyakit peradangan usus. PSG bisa menjurus ke
kolangiokarsinoma. Banyak obat mempunyai efek dalam kejadian ikterus
kolestatik, seperti asetaminofen, penisilin, obat kontrasepsi oral, klorpromazin
(Torazin) dan steroid estrogenik atau anabolik. 3
10
ekskresi
garam
empedu
dapat
berakibat
steatorrhea
dan
11
biliary cirrhosis), gangguan penyerapan Ca dan vitamin D dan vitamin lain yang
larut lemak dapat terjadi dan dapat menyebabkan osteoporosis atau osteomalasia.
Retensi kolesterol dan fosfolipid mengakibatkan hiperlipidemia, walaupun sintesis
kolesterol di hati dan esterifikasi yang berkurang dalam darah turut berperan;
konsentrasi trigliserida tidak terpengaruh. Lemak beredar dalam darah sebagai
lipoprotein densitas rendah yang unik dan abnormal yang disebut sebagai
lipoprotein X. 3
2.3.4. Gambaran klinis
- Anamnesis
Mata, badan menjadi kuning, kencing berwarna pekat seperti air teh, badan
terasa gatal (pruritus), disertai atau tanpa kenaikan suhu badan, disertai atau tanpa
kolik di perut kanan atas. Feses berwarna keputih-putihan seperti dempul.
Tergantung kausa obstruksi jaundice yaitu :
a. Bila kausa oleh karena batu, penderita mengalami kolik hebat. Keluhan
nyeri perut di kanan atas dan menusuk ke belakang. Penderita tampak
gelisah dan kemudian ada jaundice disetai pruritus. Riwayat jaundice
biasanya berulang. Riwayat mual ada, perut kembung, gangguan nafsu
makan disertai diare. Warna feses seperi dempul dan urine pekat seperti air
teh.
b. Bila kausa oleh karena tumor, gejalanya antara lain: penderita mengalami
jaundice progresif, biasanya penderita berusia diatas 40 tahun. Terjadi
penurunan berat badan, kaheksia berat, anoreksia dan anemis, memberi
kesan adanya proses keganansan. 4
-
Pemeriksaan Fisik
Jaundice pada sklera atau kulit, terdapat bekas garukan di badan. Bila
obstruksi karena batu, penderita tampak gelisah, demam timbul bila terdapat
kolangitis, nyeri tekan perut kanan atas, kadang disertai defans muskular dan
murphy sign positif, hepatomegali disertai atau tanpa disertai terabanya kandung
empedu. 4
12
Bila obstruksi jaundice karena tumor, maka tidak ada rasa nyeri tekan. Ditemukan
courvoisier sign positif, occult blood (biasanya ditemukan pada karsinoma
ampula dan karsinoma pankeras). 4
-
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan biokimia dan darah terdapat kenaikan jumlah bilirubin
Pemeriksaan Penunjang
Tujuan dari pemeriksaan penunjang yaitu :
1. Untuk mengkonfirmasi adanya obstruksi ekstrahepatik dan membedakannya
dari penyebab jaundice hepatik.
2. Untuk mengetahui letak obstruksi.
3. Untuk menentukan penyebab definitif dari obstruksi .
4. Untuk menyediakan informasi tambahan terhadap diagnosis definitif (Sebagai
contoh, gamabaran x ray plain abdomen menunjukkan batu empedu kalsium,
porcelain kanting empedu, atuau udara). 5
Pemeriksaan penunjang yang bisa digunakan yaitu :
1. Pemeriksaan USG
13
ketebalan sekitar 3 mm .
Saluran empedu yang normal, mempunyai diameter 3 mm. bila diameter
saluran empedu lebih dari 5 mm berarti ada dilatasi. Bila ditemukan dilatasi
duktus koledokus dan saluran empedu intra hepatal disertai pembesaran
kandung empedu menunjukkan obstruksi jaundice ekstra hepatal bagian
distal. Sedangkan bila hanya ditemukan pelebaran saluran empedu intra
hepatal saja tanpa disertai pembesaran kantong empedu menunjukkan
obstruksi jaundice ekstra hepatal bagian proksimal, artinya kelainan tersebut
dibagain distal duktus sistikus.5
Gambar 2.4 USG dari duktus koledokus atau common bile duct (CBD) yang
mengalami dilatasi.
Ada tidaknya masa padat di dalam lumen yang mempunyai densitas tinggi
disertai bayangan akustik (accoustic shadow), dan ikut bergerak pada peruaan
posisi, hal ini menunjukkan batu empedu. Pada tumor akan terlihat masa
padat pada ujung saluran empedu dengan densitas rendah dan heterogen.
14
Gambar 2.5 USG batu empedu dalam kandung empedu, dengan gambaran accoustic
shadow
2. Pemeriksaan CTscan
billiary tree. ERCP dapat digunakan sekaligus sebagai alat diagnosis (mengambil
sampel jaringan) dan dekompresi (apabila terdapat obstruksi). 2
Pemeriksaan ERCP dilakukan untuk menentukan penyebab dan letak
sumbatan antara lain2 :
-
kompresi
duktus
koledokus
yang
berbentuk
simetris.
berbentuk ireguler.
Tumor ganas intra duktal akan terlihat penyumbatan lengkap berbentuk
ireguler dan dan menyebabkan pelebaran saluran empedu bagian proksimal.
Gambaran semacam ini akan tampak lebih jelas pada PTC, sedangkan pada
sebaiknya
dilakukan
16
hasil pemeriksaan ERCP tidak menunjang kelainan ekstra hepatal maka ini
merupakan obstruksi jaundice intra hepatal.
4. PTC (Percutaneus Transhepatic Cholangiography)
Pemeriksaan ini hampir sama dengan ERCP, PTC menyediakan gambaran
langsung tentang letak obstruksi. Namun, pemeriksaan ini bersifat invasif dan
dapat menyebabkan penyulit seperti cholangitis, biliary leakage, pankreatitis, dan
perdarahan. Pemeriksaan ini berguna untuk membedakan sumbatan intra atau
ekstrahepatal. 2
Tujuan pemeriksaan PTC ini untuk melihat saluran bilier serta untuk
menentukan letak penyebab sumbatan. Dengan pemeriksaan ini dapat diperoleh
gambaran saluran empedu di proksimal sumbatan. 2
Bila kolestasis karena batu akan memperlihatkan pelebaran pada duktus
koledokus dengan di dalamnya tampak batu radiolusen. Bila kolestasis karena
tumor akan tampak pelebaran saluran empedu utama (common bile duct) dan
saluran intra hepatal dan dibagian distal duktus koledokus terlihat ireguler oleh
tumor. 2
5. Duodenography Hipotonik (DH)
Pada pemeriksaan ini dapat terlihat pendesakan duodenum ke medial oleh
karena pembesaran duodenum. Atau bila terlihat pembesaran papilla Vater yang
ireguler atau dinding medial duodenum yang ireguler (gambaran gigi gergaji / duri
mawar) menunjukan keganasan pada ampula Vater atau kaput pancreas sebagai
penyebab obstruksi jaundice. 2
sebagai
modalitas
penting
untuk
mengevaluasi
sistem
pankreatobilier. EUS dapat mendeteksi dan menentukan staging dari tumor apula,
mikrolitiasis, koledokolitiasis, dan evaluasi dari striktur benigna maupun maligna
17
dari duktus biliaris. EUS memungkinkan aspirasi dari kista dan biopsi dari lesi
solid. 2
Gambar 2.7 radial EUS menunjukkan koledokolitiasis di bagian distal duktus koledokus
(Common Bile Duct (CBD)
2.3.5
Diagnosis
Diagnosis obstruksi jaundice beserta penyebabnya dapat ditegakan
Penatalaksanaan
18
Kolesistektomi
Adalah mengangkat kandung empedu beserta seluruh batu. Bila ditemukan
dilatasi duktus koledokus lebih dari 5 mm dilakukan eksplorasi duktus
koledokus. Eksplorasi ke saluran empedu dapat menggunakan probe,
forseps batu atau skoop, selain itu kalau memungkinkan dibantu dengan
alat endoskop saluran empedu yang rigid atau fleksibel. Semua batu
dibuang sebersih mungkin. Kalau ada rongga abses dibuka dan
dibersihkan. Usaha selanjutnya ialah mencegah batu rekuren dengan
menghilangkan sumber pembentuk batu antara lain dengan cara diet
rendah
kolesterol
menghindari
penggunaan
obat-obatan
yang
Sfingterotomi / papilotomi
Bila letak batu sudah pasti hanya dalam duktus koledokus, dapat dilakukan
sfingterotomi / papilotomi untuk mengeluarkan batunya. Cara ini dapat
digunakan setelah ERCP kemudian dilanjutkan dengan papilotomi.
Tindakan ini digolongkan sebagai Surgical Endoscopy Treatment
(SET).
Pembedahan Terhadap Striktur / Stenosis
19
Striktur atau stenosis dapat terjadi dimana saja dalam sistem saluran
empedu, apakah itu intra hepatik atau ekstra hepatik. Tindakan yang
dilakukan yaitu :
o Mengoreksi striktur atau stenosis dengan cara dilatasi atau
sfingterotomi.
o Dapat juga dilakukan tindakan dilatasi secara endoskopi
(Endoscopic Treatment) setelah dilakukan ERCP.
o Bila cara-cara di atas tidak dapat dilaksanakan maka dapat
dilakukan tindakan untuk memperbaiki drainase misalnya dengan
melakukan operasi rekonstruksi atau operasi bilio-digestif.6
-
20
21
22