Anda di halaman 1dari 42

Divisi Pembinaan Konsil Kedokteran Indonesia

DISEMINASI PERATURAN KONSIL


KEDOKTERAN INDONESIA DALAM RANGKA
PEMBINAAN
PROFESI DOKTER DAN DOKTER GIGI
KEPUTUSAN PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 55/M TAHUN 2020

Ditetapkan pada tanggal 11 Agustus 2020


Anggota Konsil Mengucapkan sumpah dihadapan Presiden
Kedokteran pada tanggal 19 Agustus 2020
Indonesia
Periode ke 4 Berjumlah 17 orang
PENDAHULUAN

Praktik kedokteran perlu diatur dg tujuan :


a. memberikan perlindungan kepada pasien;
b. mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang
UU no 29 diberikan oleh dokter dan dokter gigi; dan
Th 2004 c. memberikan kepastian hukum kepada masyarakat, dokter dan dokter
ttg Praktek gigi

Kedokteran

Untuk melindungi masyarakat penerima jasa pelayanan kesehatan


dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dari dokter dan dokter
gigi dibentuk KKI
KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA

Adalah Lembaga Negara dan merupakan badan otonom,


mandiri, nonstruktural serta bersifat independen terdiri atas
Konsil Kedokteran dan Konsil Kedokteran Gigi
FUNGSI DAN TUGAS KKI
Fungsi :
pengaturan, pengesahan, penetapan, serta pembinaan dokter dan
dokter gigi yang menjalankan praktik kedokteran, dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan medis

Tugas :
a. melakukan registrasi dokter dan dokter gigi
b. mengesahkan standar pendidikan profesi dokter dan dokter gigi
c. melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan praktik kedokteran
yang dilaksanakan bersama lembaga terkait sesuai dengan fungsi
masing-masing.
UU NO 29 TAHUN 2004 TTG PRAKTIK
KEDOKTERAN
 Dalam pasal 54 ayat (1) , dinyatakan bahwa dalam rangka
terselenggaranya praktik kedokteran yang bermutu dan melindungi
masyarakat sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud perlu
dilakukan pembinaan terhadap dokter atau dokter gigi yang melakukan
praktik kedokteran.

 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Konsil


Kedokteran Indonesia bersama-sama dengan organisasi profesi
PERAN KKI
HULU HILIR

Registrasi (SRIP)

Sertifikat
Kompetensi
STR SIP
(SERKOM) • Tiap 5 th membuat


5 th
Penjaminan
• Penjaminan mutu mutu/CQA

KOLEGIUM
KKI PEMDA
MKDKI
PENEGAKAN DISIPLIN
PEMBINAAN & PENGAWASAN DUGAAN
(Pedoman Praktik Dokter dan Dokter Gigi di Indonesia)
• Perkonsil No 4 Tahun 2011 (displin profesi)
PELANGGARAN DAN
• Perkonsil No 50 Tahun 2017 (pengaduan) SANKSI
• Perkonsil No 51 Tahun 2017 (pembinaan)

Sinkronisasi Implementasi Pembinaan Terpadu


NORMA KEPROFESIAN
KEDOKTERAN/KEDOKTERAN GIGI

Aturan penerapan keilmuan


DISIPLIN
ETIKA

Aturan penerapan etika/


Perilaku profesi
HUKUM
Aturan Hukum

Pengawal Privilege Dokter/Dokter Gigi


PERBEDAAN
ETIKA PROFESI - DISIPLIN PROFESI - HUKUM

ETIK DISIPLIN HUKUM


1. Dibuat dan disepakati oleh 1. Organisasi Profesi.- KKI- 1. Dibuat oleh Pemerintah dan Dewan
organisasi profesi (IDI & PDGI) MKDKI- Kepmenkes Perwakilan Rakyat
2. Kode Etik 2. Standar Profesi-SOP 2. UU, PP, Keppres, dsb
3. Diatur, norma prilaku profesi 3. Diatur, Norma Prilaku 3. Diatur, norma prilaku manusia pada
4. Sanksi, yaitu moral psikologis pelaksanaan pekerjaan umumnya
5. Yang mengadili :
profesi/keilmuan 4. Untuk pidana: mati/ kunjungan,
4. Sanksi moral psikologis & penjara, denda
• Ikatan / OP terkait;
teguran /pencabutan- Untuk Perdata: ganti rugi Adm,
• Majelis Kehormatan
Pelatihan teguran/ pencabutan
Etik Kedokteran/KG 5. Yang mengadili : 5. Pengadilan :
(MKEK/MKEKG), Badan yg dibentuk Majelis Perdata : gugatan ke pengadilan
• Panitia Pertimbangan Kehormatan Disiplin Pidana : laporan/ tuntutan
dan Pembinaan Etik Kedokteran-MPD
Adm : gugatan ke pengadilan
Kedokt /Kedokt Gigi
PERBEDAAN
ETIKA PROFESI - DISIPLIN PROFESI - HUKUM
Etika Disiplin Profesi Hukum Kesehatan
DISIPLIN PROFESI
 Disiplin Profesi
Hakekat : upaya melindungi masyarakat atas tindakan yang
dilakukan oleh dokter/dokter gigi
Kelompok pelanggaran disiplin professional dokter dan dokter gigi:
✓ Pelaksanaan Praktik kedokteran dengan tidak kompeten
(ketidakcakapan)
✓ Tugas dan tanggungjawab pada pasien tidak dilaksanakan
dengan baik (lalai) Yang berwenang dalam
Penegakan disiplin adalah
✓ Bertindak tercela terhadap wibawa profesi
MKDKI
Disiplin Profesi Kedokteran:
Bentuk Pelanggaran Disiplin
Kedokteran
(Perkonsil 4 Th 2011 tentang Disiplin Profesionalisme Dokter dan Dokter Gigi)

1. TIDAK KOMPETEN/ CAKAP


Penjelasan :
bekerja dalam batas-batas kompetensinya

2. TIDAK MERUJUK
Penjelasan:
a. Bila kondisi Pasien tidak memungkinkan untuk
dirujuk
a. Upaya rujukan dapat tidak dilakukan, antara lain sbb:
• Kondisi pasien tidak memungkinkan utk dirujuk
• Keberadaan Dokter dan Dokter Gigi lain atau
sarana kesehatan yang lebih tepat sulit
dijangkau atau sulit didatangkan
• Atas kehendak pasien
Bentuk Pelanggaran
Disiplin Kedokteran
3. PENDELEGASIAN KEPADA NAKES YANG
TIDAK KOMPETEN
Penjelasan:

a. Dokter dan Dokter Gigi mendelegasikan


tindakan atau prosedur kepada tenaga
kesehatan tertentu yang sesuai

a. Yakin bahwa tenaga kesehatan yang


memiliki kompetensi untuk itu

a. Dokter dan Dokter Gigi bertanggung jawab


atas penatalaksanaan Pasien yang
bersangkutan
Bentuk Pelanggaran
Disiplin Kedokteran
4. Dokter/Dokter Gigi Pengganti Tidak
memberitahu kepada Pasien
Penjelasan :
a. dr/drg pengganti hrs memiliki kompetensi yg
sama, memiliki SIP
b. SIP dr/drg pengganti tdk harus SIP di tempat
yang hrs digantikan
c. Harus diinformasikan kepada Pasien secara
lisan ataupun tertulis
d. Jangka waktu pengganti ditentukan

5. Tidak Laik Praktek (Kesehatan Fisik & Mental)


Penjelasan:
Dokter atau Dokter Gigi berada pada kondisi fisik dan
mental yang baik atau fit
a. KELALAIAN dalam PENATALAKSANAAN PASIEN
b. PEMERIKSAAN dan PENGOBATAN BERLEBIHAN
Bentuk Pelanggaran
Disiplin Kedokteran
6. Tindakan atau asuhan Medis tdk memadai
Penjelasan :
Dokter dan Dokter gigi wajib melakukan penatalaksanaan
pasien dengan teliti, tepat, hati-hati, etis, dan penuh dengan
kepedulian:
a. Anamnesis, pemeriksaan fisik & mental, bilamana perlu
pemeriksaan penunjang diagnostik
b. Penilaian riwayat penyakit, gejala dan tanda-tanda pada
kondisi pasien
c. Tindakan/asuhan dan pengobatan secara profesional
d. Tindakan/ asuhan yg cepat & tepat terhadap keadaan yg
memerlukan intervensi kedokteran
e. Kesiapan utk berkonsultasi pada sejawat yg sesuai
bilamana diperlukan

7. Pemeriksaan dan Pengobatan yg berlebihan


Bentuk Pelanggaran
Disiplin Kedokteran
8. Tidak memberikan Penjelasan yang JUJUR
Penjelasan :
a. Pasien mempunyai hak atas informasi tentang kesehatannya (the right of
information)
b. Informasi meliputi : diagnosis medis, tata cara penindakan atau asuhan
medis, tujuan tindakan atau asuhan medis, alternatif tindakan atau
asuhan medis lain, risiko, komplikasi yang mungkin terjadi serta prognosis
c. Informasi tentang biaya pelayanan

9. Tindakan medis tanpa persetujuan Pasien/Kelg pasien


Penjelasan:
a. Hak untuk didengar dan kewajiban untuk memberika informasi
b. Well informed, the right to self determination untuk menyetujui (consent) atau
menolak (refusing) tindakan atau asuhan medis
c. Keadaan fisik/mental tidak memungkinkan, diberikan oleh keluarga yang
berwenang
d. Persetujuan tindakan atau asuhan medis (informed consent) secara tertulis atau
lisan, termasuk dengan menggunakan bahasa tubuh. Setiap tindakan/asuhan
medis yang mempuyai resiko tinggi mensyaratkan persetujuan tertulis (document
legal)
e. Life saving dapat dilakukan tanpa persetujuan pasien
f. Menyangkut kesehatan reproduksi suami atau istri
Bentuk Pelanggaran
Disiplin Kedokteran
10. Tidak membuat / menyimpan REKAM MEDIK
11. Penghentian KEHAMILAN tanpa INDIKASI MEDIS
12. EUTHANASIA
13. Penerapan PELAYANAN yang BELUM DITERIMA
KEDOKTERAN
14. Penelitian Klinis TANPA PERSETUJUAN ETIK
15. TIDAK MEMBERI PERTOLONGAN DARURAT
16. MENOLAK/ MENGHENTIKAN Pengobatan TANPA
ALASAN YG SAH
17. Membuka RAHASIA MEDIS TANPA IZIN
18. Membuat Keterangan MEDIS Tidak BENAR
19. IKUT SERTA TINDAKAN PENYIKSAAN
Bentuk Pelanggaran
Disiplin Kedokteran
20. ]Meresepkan OBAT PSIKOTROPIK/NARKOTIK tanpa INDIKASI

21. Pelecehan SEKSUAL, INTIMIDASI, KEKERASAN

22. Penggunaan GELAR AKADEMIK/ SEBUTAN PROFESI, PALSU

23. Menerima KOMISI terhadap RUJUKAN/ PERESEPAN

Penjelasan:
Tidak dibenarkan meminta atau menerima imbalan diluar ketentuan etika
profesi yang dapat mempengaruhi independensi dokter atau dokter gigi

24. PENGIKLANAN DIRI yang MENYESATKAN

25. KETERGANTUNGAN NAPZA

26. STR, SIP, SERTIFIKAT KOMPETENSI TIDAK SAH

27. IMBAL JASA TIDAK SESUAI TINDAKAN

28. Tidak memberikan DATA/ INFORMASI atas PERMINTAAN MKDKI


BENTUK PELANGGARAN TERBANYAK :
Pelanggaran
Disiplin
KOMPETENSI
terbanyak ?
(bekerja diluar batas kompetensi nya)

PENELANTARAN
(tugas dan tg jawab dokter pd pasien tdk dilaksanakan
dgn baik)

PEMBIAYAAN
(penetapan jasa medis tdk sesuai tindakan yg dilakukan)

KOMUNIKASI
(dokter tdk cakap dlm berkomunikasi terjadi kesalah
pahaman dari pasien/kelg)
PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
SEBAGAI PAYUNG HUKUM
PENYELENGGARAAN PRAKTIK KEDOKTERAN
Regulasi Penegakkan Disiplin Kedokteran
dan Sistem Pembinaan Terpadu

01 UU 29 Tahun 2004
PRAKTIK KEDOKTERAN

02 Perkonsil 4 Tahun 2011


DISIPLIN PROFESIONAL DOKTER DAN DOKTER GIGI

03 Perkonsil 50 Tahun 2017


TATA CARA PENANGANAN PENGADUAN DISIPLIN DOKTER DAN
DOKTER GIGI

04 Perkonsil 51 Tahun 2017


PEDOMAN PEMBINAAN DOKTER DAN DOKTER GIGI TERPADU
Perkonsil 50 tahun 2017
TATA CARA PENANGANAN PENGADUAN DISIPLIN DOKTER DAN DOKTER GIGI
PENEGAKKAN DISIPLIN
PROFESI KEDOKTERAN
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
(Pasal 64 UU 29 tahun 2004)
Lembaga yang bertugas menerima pengaduan, memeriksa, dan memutuskan kasus
pelanggaran disiplin dokter dan dokter gigi yang diajukan

Penerimaan Pengaduan (Pasal 66 ayat 1 UU 29 tahun 2004)


Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas
tindakan dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik
kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada Ketua Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.

Pemeriksaan Pengaduan (Pasal 67 UU 29 tahun 2004)


Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia memeriksa dan
memberikan keputusan terhadap pengaduan yang berkaitan dengan
disiplin dokter dan dokter gigi

Keputusan MKDKI (Pasal 69 ayat 1 UU 29 tahun 2004)


Keputusan Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia
mengikat dokter, dokter gigi, dan Konsil Kedokteran Indonesia.
Perkonsil 50 tahun 2017
PENERIMAAN PENGADUAN
Pasal 24
Pihak yang dapat mengajukan Pengaduan:
a. orang yang langsung mengetahui;
b. orang yang kepentingannya dirugikan; atau
c. korporasi (badan) yang kepentingannya dirugikan, atas tindakan dokter atau dokter gigi yang menjalankan praktik
kedokteran.

Pasal 25
Batas usia Pengadu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf a dan huruf b paling rendah 18 (delapan belas)
tahun.

Pasal 26 Persyaratan Pengaduan


Ayat (1) Pengaduan harus memenuhi syarat yaitu:
a. hanya mengenai salah satu atau lebih dari Pelanggaran Disiplin Kedokteran yang diatur oleh KKI;
b. belum lewat waktu 5 (lima) tahun dari sejak kasus yang diadukan terjadi;
c. belum pernah dijatuhi Putusan Sela;
d. tidak pernah diadukan sebelumnya atas kasus yang sama, Teradu yang sama dan telah memperoleh Putusan
Akhir; dan
e. Teradu memiliki STR yang dibuktikan dengan surat keterangan dari KKI.
Perkonsil 50 tahun 2017
PEMERIKSAAN PENGADUAN

Majelis Pemeriksa Disiplin yang


selanjutnya disingkat MPD adalah
majelis yang dibentuk MKDKI dan
terdiri dari Anggota MKDKI
khusus untuk memeriksa dan
memutus satu kasus pelanggaran
disiplin Dokter dan Dokter Gigi.
Perkonsil 50 tahun 2017

KEPUTUSAN MKDKI
Pengertian
Pasal 1 Perkonsil 50 tahun 2017
Angka 32 Putusan MPD adalah Keputusan MKDKI sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 69 ayat (1) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Praktik Kedokteran.
Angka 33 Putusan Sela adalah Putusan MPD yang dijatuhkan sebelum
sidang Pemeriksaan Pengaduan dinyatakan selesai.
Angka 34 Putusan Akhir yang selanjutnya disebut pula Putusan adalah
Putusan MPD yang dijatuhkan setelah sidang Pemeriksaan Pokok
Pengaduan dinyatakan selesai.
KEPUTUSAN MKDKI

Putusan Putusan
Sela Akhir

Putusan MPD yang dijatuhkan


Putusan MPD yang dijatuhkan setelah sidang Pemeriksaan
sebelum sidang Pemeriksaan Pokok Pengaduan dinyatakan
Pengaduan dinyatakan selesai selesai

Pasal 22 Jo Pasal 1
Perkonsil No 50 tahun 2017
Perkonsil 50 tahun 2017
PUTUSAN SELA
Pasal 22
(1)MPD menjatuhkan Putusan Sela, berupa:
a. Pengaduan tidak dapat diterima; dan
b. pemeriksaan Pengaduan dihentikan.
(2) Putusan Sela sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a apabila:
a. persyaratan Pengadu dan/atau persyaratan Pengaduan tidak terpenuhi;
b. Pengadu tidat hadir setelah dipanggil secara patut dan sah atau berhalangan tetap karena
sakit berdasarkan surat keterangan dokter;
c. Teradu tidak memiliki STR yang dibuktikan dengan surat keterangan dari KKI; dan/atau
d. Pengaduan tidak didasarkan pada alasan yang layak dan kuat.
(3) Putusan Sela sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b apabila Pengadu mencabut
Pengaduannya atau Teradu meninggal dunia sebelum dijatuhkan Putusan Akhir.
(4) Putusan Sela sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, huruf c dan ayat (3)
tidak dapat diajukan kembali.
Perkonsil 50 tahun 2017
PUTUSAN AKHIR

Pasal 23
(1) Putusan akhir berupa
a. Teradu dinyatakan tidak melanggar disiplin profesi atas Pengaduan; atau
b. Teradu dinyatakan melanggar disiplin profesi atas Pengaduan.
(2) Dalam hal MPD menjatuhkan Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Teradu diberi
sanksi disiplin berupa:
a. pemberian peringatan tertulis;
b. rekomendasi pencabutan STR untuk sementara waktu paling lama 1 (satu) tahun atau untuk
selamanya; dan/ atau
c. kewajiban mengikuti pendidikan atau reschooling di institusi pendidikan kedokteran atau
kedokteran gigi, atau pelatihan di lingkungan rumah sakit pendidikan atau wahana pendidikan.
(3) Dalam hal Teradu dijatuhi sanksi sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf b dan huruf c,
pelaksanaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b tetap berlaku sampai pelaksanaan
sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c terlaksana dengan tuntas.
KEPUTUSAN
SANKSI DISIPLIN PROFESI KEDOKTERAN Surat Keputusan KKI
beserta Salinan Keputusan
MKDKI disampaikan
kepada:
1. Teradu,
2. Fasyankes, dan
KEPUTUSAN KKI 3. seluruh pihak-pihak
terkait yaitu Dinas
Kesehatan Provinsi,
KEPUTUSAN MKDKI Dinas Kesehatan
(Putusan MPD-MKDKI) Kabupaten/Kota, Dinas
yang menerbitkan SIP
Teradu, institusi
pendidikan kedokteran
atau kedokteran gigi
tempat pelaksanaan
sanksi
TATA LAKSANA PENYUSUNAN KEPUTUSAN KKI
TENTANG PELAKSANAAN PUTUSAN MKDKI
(SESUAI PERKONSIL 50 TAHUN 2017)
Setelah Putusan MKDKI dibacakan dalam sidang Pembacaan Putusan yg terbuka untuk umum,
KKI menerbitkan Keputusan ttg Pelaksanaan Putusan MKDKI.

Keputusan KKI ttg Pelaksanaan Putusan MKDKI disampaikan kepada dr.drg teradu
dan ditembuskan kepada:

1. Dinkes Provinsi terkait;


2. Dinkes Kab/Kota yang menerbitkan SIP;
3. OP tempat teradu terdaftar;
4. Instansi/ fasilitas Pelayanan Kesehatan tempat teradu bekerja.
Dokter Teradu
Dinkes Dinkes PM OP/ terbukti
Kab/Kota Kolegium
PTSP
melanggar
• Berkoordinasi • menyampaikan • melakukan
dislin profesi
dengan Dinas PM
PTSP dan
surat
pemberitahuan
pembinaan dgn
meminta Teradu utk kedokteran
memantau Pencabutan SIP tidak melakukan
pencabutan SIP kpd KKI, Dinkes, Prakdok.
Teradu sesuai OP, Fasyankes • Kolegium


Keputusan KKI
Memonitor dan
tempat praktik,
dan Teradu
berkoordinasi dgn
perhimpunan dlm
Sanksi :
evaluasi terhadap • Setelah Teradu pelaksanaan sanksi
kegiatan Teradu selesai menjalani pendidikan kembali cabut STR dan
selama masa sanksi, Dinas PM


pembinaan.
Berkoordinasi
PTSP mengaktifkan
kembali SIP yang
Pendidikan
dengan Dinas PM
PTSP untuk
bersangkutan Kembali
pengaktifan
kembali SIP setelah
Teradu selesai
menjalani sanksi
Perkonsil 51 tahun 2017
PEDOMAN PEMBINAAN DOKTER DAN DOKTER GIGI TERPADU
Pedoman pembinaan dokter dan dokter gigi terpadu
Pedoman pembinaan dokter dan dokter gigi
terpadu mengatur tata laksana penyelenggaraan
pengawasan dan pembinaan disiplin profesi dokter
dan dokter gigi.

koordinasi dengan para pemangku kepentingan


(stakeholder)

Penegakkan
Advokasi Sanksi Disiplin
Monev
.
Penyelenggaraan Pengembangan sistem Pelaksanaan sanksi
advokasi melalui monitoring dan evaluasi penegakan Disiplin Dokter
bimbingan teknis penyelenggaraan Sistem Dan Dokter Gigi yang efisien
dan/atau Pelatihan Pembinaan Praktik dan efektif, dalam rangka
bagi pemangku Kedokteran secara mempertahankan mutu dan
kepentingan terpadu di antara profesionalisme dokter/
pemangku kepentingan dokter gigi
(stakeholder)

BAB II LAMPIRAN I PERKONSIL 51 TAHUN 2017


TATA LAKSANA MONITORING DAN EVALUASI
PELAKSANAAN SANKSI DISIPLIN
Dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan peran masing-masing pemangku kepentingan
(stakeholders) (sesuai Perkonsil 51 Tahun 2017)

1. KKI melakukan visitasi paling lambat 1 (satu) bulan setelah keputusan


2. Monitoring dan evaluasi dilakukan melalui mekanisme diskusi;
3. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota memastikan dokter/dokter gigi yang
dicabut STR-nya, dibekukan SIP-nya dan tidak melakukan Praktik
Kedokteran;
4. Pimpinan unit kerja memastikan dokter/dokter gigi yang bersangkutan tidak
melakukan Praktik Kedokteran namun tetap dapat diberikan kegiatan non
klinis di unit kerja;
5. Kolegium/Organisasi Profesi melakukan monitoring kegiatan Pendidikan
Kembali atau Reschooling atau Pelatihan terhadap dokter/dokter gigi teradu.
6. Instansi tempat dokter yang bekerja memastikan bahwa pelayanan tidak
terganggu.
CONTOH SURAT KETERANGAN
DARI TERADU
(SESUAI PERKONSIL 51 TAHUN
2017)
CONTOH SURAT KETERANGAN
DARI DINAS KESEHATAN
KAB/KOTA
(SESUAI PERKONSIL 51 TAHUN
2017)
SURAT EDARAN
MENDAGRI TERKAIT
REKOMENDASI DINAS
KESEHATAN DALAM
RANGKA PENERBITAN
SIP OLEH PTSP
KESIMPULAN:
1. Tugas Utama KKI adalah menjamin perlindungan bagi dokter-dokter gigi,
Pasien dan masyarakat melalui:
 Mekanisme Registrasi untuk menapis kompetensi Dokter/Dokter Gigi
 Mekanisme Disiplin Profesi Dokter/Dokter Gigi
2. Praktik Kedokteran bukanlah hak tetapi Privilege
3. Untuk menjaga Profesionalitas Praktik Kedokteran diperlukan Pendidikan
Berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD);
4. Lakukan praktik kedokteran yg beretika, sesuai dg standar profesi dan
SOP untuk menghindari pelanggaran baik etika, disiplin dan hukum.
5. Dokter dan dokter gigi yang berpraktik harus mempunyai STR dan SIP
sesuai peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai