Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

Pengukuran Kadar Glukosa Darah Dengan Glukometer


Pada Tn.E usia 50 tahun

un untuk memenuhi salah satu Praktik Klinik Keperawatan PKK II dengan dosen pembimbing Ns. Florentina
Dian, M. Kep dan Ns. Febri Christian, S. Kep

Disusun Oleh :
Fransisca Aditia Putri
30120118014
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN SANTO BORROMEUS
2020/2021

. DEFINISI
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemi yang berhubungan
dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang di sebabkan oleh penurunan sekresi
insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis
mikrovaskular, makrovaskular, dan neuropati. (Nanda 2015. Yuliana Elin 2009)
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016, Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronis
dimana organ pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak efektif dalam
menggunakannya.

. ANATOMI & FISIOLOGI PANKREAS

Pankreas adalah organ pipih yang berada di belakang lambung dalam abbdomen, panjangnya kira-kira 20-
25 cm, tebal ± 2,5 cm dan beratnya 80 gram, terbentang dari atas sampai kelengkungan besar dari abdomen
dan di hubungkan oleh saluran ke duodenum. Struktur organ ini lunak dan berlobus, tersusun atas:
1) Kepala pankreas, merupakan bagian yang paling lebar, terletak di sebelah kanan
rongga abdomen dan didalam lekukan duodenum yang praktis melingkarinya.
2) Badan pankreas, merupakan bagian utama pada organ ini, letaknya di belakang
lambung dan di depan vertebratalumbalis pertama.
3) Ekor pankreas, bagian runcing disebelah kiri dan berdekatan /menyentuh limpa.
Kelenjar penkreas tersusun atas dua jaringan utama yaitu Asini yang merupakan penyusun terbanyak (80 %)
dari volume pankreas, jaringan ini menghasilkan getah pencernaan dan pulau-pulau langerhans (sekitar 1
juta pulau) yang menghasilkan hormon. Pulau langerhans merupakan kumpulan sel terbentuk ovoid dan
tersebar diseluruh penkreas tetapi lebih banyak pada ekor (kauda).
Pulau Langerhans tampak sebagai kelompok sel berbentuk bulat, pucat, dikelilingi serabut halus, tidak
memiliki saluran, dengan banyak pembuluh darah untuk penyaluran hormon kelenjar pankreas (Johnson,
1993; Subowo, 1992; Tambajong, 1995). . Pulau Langerhans kebanyakan berdiameter 100-200 µm. Pulau
Langerhans merupakan kumpulan sel berbentuk ovoid, berukuran 76 x 0,2 µm yang tersebar di seluruh
pankreas (Ganong, 1995). Semua sel dalam Pulau berbentuk poligonal tidak beraturan dengan inti bundar di
tengah, mitokondria kecil berbentuk batang dan aparatus golgi kecil (Leeson et al., 1996).

Kelenjar pankreas mempunyai hubungan ke depan dari kanan ke kiri : kolon transversum dan perlekatan
mesocolon transversum, bursa omentalis dan gaster sedangkan ke bagian belakang dari kanan ke kiri ductus
choleduchus, vena portae hepatis dan vena lienalis, vena cava inferior, aorta, pangkal arteri mesenterica
superior, muskulus spoas majir sinistra, glandula suprarenalis.
Pankreas mempunyai dua saluarn utama yang menyalurkan sekresi ke dalam duodenum yaitu:
1) Duktus wrisung atau duktus pankreatikus, duktus ini mulai dari ekor / cauda pankreas
dan berjalan sepanjang kelenjar, menerima banyak cabang dari perjalanannya.
2) Duktus sarotini atau penkreatikus asesori, duktus ini bermuara sedikit di atas duktus
pankreatikus pada duodenum.
Pankreas memiliki 2 fungsi utama yaitu :
1) Fungsi Eksokrin
Kelenjar pankreas hampir 99 persen terdiri dari sel asini yang merupakan penghasil kelenjar
penkreas yang menghasilkan 1200-1500 ml cairan. Cairan pankreas jernih dan tidak berwarna,
mengandung air, beberapa garam, sodium bikarbonat dan enzim-enzim. pH cairan pankreas alkali
(Ph: 7.1–8.2) karena mengandung sodium bikarbonat. Keadaan pH ini akan menghambat gerak
pepsin dari lambung dan menciptakan lingkungan yang sesuai dengan enzim-enzim dalam usus
halus.
2) Fungsi Endokrin
kelenjar endokrin dalam pankreas adalah pulau langerhans yang menghasilkan hormon. Hormon
merupakan zat organik yang mempunyai sifat khusus untuk pengaturan fisiologis terhadap
kelangsungan hidup suatu organ atau sistem. Sel-sel pulau langerhans tersususn atas sel Alfa yang
menghasilakn hormon glukagon, sel-sel beta yang menghasilkan insulin, sel delta yang
menghasilkan somastostatin atau growh hormon-inhibiting hormone (GH-IH) dan sel F yang
menghasilkan polipeptida pankreatik.
a) Hormon glukagon
b) Hormon Insulin
Glukosa merupakan unsur nutrien utama yang langsung dapat di gunakan untuk metabolisme sel. Ketika
Gula Ddarah menurun maka akan merangsang sel sel alfa untuk mensekresi glucakon juga disebabkan
karena hormone somatostatis. Secara umum fungsi glukagon adalah merombak glikogen menjadi glukosa,
mensitesis glukosa dari asam lemak dan asam basa amino serta pembebasan glukosa ke darah oleh sel sel
inti.
. ETIOLOGI

1. DM tipe 1
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel – sel beta pankreas yang di
sebabkan oleh :
- Faktor Genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik kearah terjadinya diabetes tipe 1.
- Faktor Imunologi (autoimun)
- Faktor Lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang
menimbulkan ekstrusi si beta
2. DM tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resisitensi insulin. Faktor resiko yang berhubungan
dengan proses terjadinya diabetes tipe 2 : usia,obesitas,riwayat dan keluarga.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi Klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin (price dan wilson)
1. Kadar glukosa puasa tidak normal

2. Hiperglikemi berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic yang
meningkatkan pengeluaran urine
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang

4. Lelah dan mengantuk

5. Gejala lain yang di keluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peuritas
vulva
KOMPLIKASI
Pasien dengan DM beresikoterjadi komplikasi baik bersifat akut maupun kronis diantaranya :
a) Komplikasi akut
1. Koma hiperglikemi disebabkan kadar gula darah sangat tinggi
2. Ketoasidosis dan keracunan zat keton sebagai metabolisme zat lemak dan protein
terutama pada diabetes melitus
3. Koma hipoglikemi akibat terapi insulin yang tidak terkontrol
b) Komplikasi Kronis
1. Mikroangiopati ( kerusakan pada saraf retina mata) pada organ – organ yang
mempunyai pembuluh darah kecil seperti pada :
a. Renopati ( keursakan saraf mata) sehingga menyebabkan kebutaan
b. Neuropati ( kerusakan saraf saraf perifer) mengakibatkan baal atau gangguan sensori
pada organ tubuh
c. Nefropati ( kelainan / kerusakan pada ginjal ) dapat menyebabkan gagal ginjal
2. Makroangiopati : Kelainan pada jantung dan pembuluh darah seperti miokard infark
maupun gangguan fungsi jantung karena arteri sclerosis, penyakit veskuler perifer, gangguan
sistem pembuluh darah atau stroke
3. Gangrene diabetika karena adanya neuropati dan terjadinya luka yang tidak sembuh
sembuh
4. Disfungsi erektil diabetika

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Gula Darah
Diabetes mellitus didiagnosa berdasarkan kadar gula darah sewaktu > 200 mg/dL atau kadar gula
darah puasa di atas 126 mg/dL. Jika kadar gula darah di bawah angka tersebut tapi pasien memiliki
gejala klasik diabetes (polidipsi, poliuria, polifagia), lakukan pemeriksaan ulang. Jika hasil tetap di
bawah batas di atas, lakukan pemeriksaan toleransi glukosa. Pada pasien yang tidak memiliki gejala
klasik diabetes, jika kadar gula darah puasa di antara 100-125 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu
antara 140-199 mg/dL, lakukan pemeriksaan toleransi glukosa. Pasien tanpa gejala klasik dengan
kadar gula darah puasa <100 mg/dL atau kadar gula darah sewaktu <140 mg/dL dapat langsung
didiagnosis sebagai tidak terkena diabetes mellitus.
2. Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
Tes toleransi glukosa oral dilakukan dengan mengukur kadar gula darah puasa. Pasien kemudian
diberikan larutan glukosa oral 75 gram dan kembali diukur kadar gula darahnya 2 jam setelah
meminum larutan glukosa tersebut. Pada diabetes gestasional, pengukuran juga dilakukan pada 1
jam pasca meminum larutan glukosa. Hasil tes toleransi glukosa oral sebesar >200 mg/dL
dikategorikan sebagai diabetes mellitus, 140-199 mg/dL toleransi glukosa terganggu, dan di bawah
angka tersebut dikategorikan sebagai normal.
3. Hemoglobin A1c (HbA1c)
HbA1C merupakan pengukuran gold standard terhadap kontrol diabetes dalam keberhasilan tata
laksana diabetes. Walau demikian, pemeriksaan ini juga sudah dianjurkan oleh sebagian literatur
sebagai alat diagnostik diabetes mellitus. Kadar HbA1C menggambarkan perkiraan kadar glukosa
selama tiga bulan yang lalu sehingga tepat digunakan untuk monitor keberhasilan terapi, dan
memprediksi progres komplikasi diabetes mikrovaskular. Hal inilah yang menjadikannya jauh lebih
unggul untuk kontrol diabetes dibandingkan dengan pemeriksaan kadar gula darah yang hanya dapat
melihat kadar gula darah pada satu waktu dan tidak dapat memprediksi komplikasi. Nilai rujukan
untuk pasien diabetik adalah HbA1c ≥ 6.5%
4. Tes Saring
Tes tes saring pada DM adalah :
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urine
Tes konvensional ( metode reduksi / benedict )
Tes carik celup ( metode glucose oxside / hexokinase )

G. SOP ( Standar Operasional Posedur)

Tujuan :
Untuk mengetahui kadar gula sewaktu sebagai indicator adanya metabolisme karbohidrat
ndikasi :
a. Klien yang tidak mengetahui penyakitnya
b. Penderita DM
Kontraindikasi : -
Persiapan Alat :
1. Glukometer
2. Pen
3. Jarum lancet & strip
4. Sarung tangan bersih
5. Nierbeken
6. Perlak
7. Alcohol swab
Persiapan klien :
a. Memberikan salam dan kontrak waktu
b. Identifikasi dan menjelaskan tujuan dan tindakan
c. Menyiapkan posisi klien
Pelaksanaan :
a. Cuci Tangan
b. Memakai handschoon
c. Atur posisi klien senyaman mungkin
d. Dekatkan alat disamping klien
e. Pastikan alat bisa di gunakan
f. Pasang strip pada glukometer dan jarum / lanset pada pen tersebut
g. Menguruk jari yang akan di tusuk ( darah diambil dari salah satu ujung jari
telunjuk, jari tengah atau jari manis tangan kiri atau kanan)
h. Desifenksi jari yang akan di tusuk dengan kapas alcohol
i. Menghidupkan alat glucometer yang sudah terpasang strip
j. Menusukan lanset di jari tangan pasien, dan biarkan darah mengalir secara spontan
k. Tempatkan ujung strip tes glukosa ( bukan diteteskan) secara otomatis terserap
kedalam strip
l. Menutup bekas tusukan jari klien dengan kapas alcohol
m. Alat glukometer akan berbunyi dan baca angka yang tertera pada monitor
n. Namun keluarkan strip test dari alat monitor atau glukometer
o. Matikan alat glukometer
p. Rapikan alat
q. Rapikan pasien
r. Mencuci tangan
Evaluasi :
a. Respon pasien
b. Melihat hasil dari alat glucomater
Dokumentasi :
a. Catat tanggal waktu dan prosedur tindakan
b. Catat hasil pemeriksaan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda & Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda NIC NOC. Yogyakarta : Medi Action (diakses pada tanggal 17
februari 2021)
Nesti, Ria Dela & Ahmad Baidlowi. 2017. Profil Glukosa Darah, Lipid Dan Visualisasi Pulau
Langerhans Sebagai Imunoreaktor Insulin Dan Glukagon Pada Pankreas Tikus (Rattus
Norvegicus) Obesitas Menggunakan Teknik Imunohistokimia . Jurnal Nasional Teknologi
Terapan. 1(1) : 24-32 (diakses pada tanggal 17 februari 2021)
Drs. Hn Kirnantoro SKM. 2020 Anatomi Fisiologi Keperawatan ., ed 2 (diakses pada 17 februari )

Anda mungkin juga menyukai