Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PENATALAKSANAAN

5.1. Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Natrium


5.1.1. Penatalaksanaan Hiponatremia
Prinsip penatalaksanan hiponatremia adalah dengan mengatasi penyakit dasar dan
menghentikan setiap obat yang ikut menyebabkan hiponatremia. Sebelum memberikan terapi
sebaiknya ditentukan apakah hiponatremia merupakan hiponatremia hipoosmolalitas. Untuk
hiponatremia hiperosmolalitas, koreksi yang diberikan hanya berupa air saja. 18,21
Larutan pengganti yang diberikan adalah natrium hipertonik, bisa berupa NaCl 3% atau 5%
NaCl. Pada sediaan NaCl 3% yang biasa dipakai, terdapat 513 mmol dalam 1 liter larutan.
Koreksi pada hiponatremia kronik yang tanpa gejala, dapat diberikan sediaan oral, yaitu
berupa tablet garam.18,21

Tabel. 1. Estimasi efek pemberian cairan infus untuk menaikkan kadar natrium plasma18

Koreksi natrium secara intravena harus diberikan secara lambat, untuk mencegah central
pontin myelinolysis (CPM). Kadar Na plasma tidak boleh dinaikkan lebih dari 10-12 mmol/L
dalam 24 jam pertama. Terapi inisial diberikan untuk mencegah udem serebri. Untuk
hiponatremia akut dengan gejala serius, koreksi dilakukan agak cepat. Kadar natrium plasma
harus dinaikkan sebanyak 1,5-2 mmol/L dalam waktu 3-4 jam pertama, sampai gejala
menghilang. Kecepatan cairan infus diberikan 2-3 ml/kg/jam, setelah itu dilanjutkan dengan 1
ml/kg/jam, sampai kadar Na 130 mmol/L. Untuk koreksi hiponatremia kronik, diberikan
dengan target kenaikan sebesar 0,5 mmol/L setiap 1 jam, maksimal 10 mmol/L dalam 24 jam.
Kecepatan infus dapat diberikan 0,5 – 1 ml/kg/jam. Pemantauan kadar Na serum harus
dilakukan setiap 2-4 jam. Untuk menetukan estimasi efek pemberian cairan infus dalam
menaikkan kadar natrium plasma, digunakan rumus:18,25

Perubahan Na serum= (Na dalam cairan infus-Na serum)/(TBW+1)

Saat ini sedang mulai dipakai sediaan vasopressin receptor antagonis untuk meningkatkan
kadar natrium. Sediaan ini akan menghambat reseptor V2 di tubulus yang akan meningkatkan
ekskresi air, kemudian akan memperbaiki keadaan hiponatremia. Demeclocycline dan litium
juga dapat dipakai dimana sedian ini akan mengahambat respon ginjal terhadap vasopressin.
Selain itu, sediaan ini dapat juga diberikan sebagai pencegahan overkoreksi. Dosis
democlocycline dapat diberikan 300-600 mg perhari. 24,25
5.1.2 Penatalaksanaan Hipernatremia
Langkah pertama yang dilakukan adalah menetapkan etiologi hipernatremia. Sebagian besar
penyebab hipernatremia adalah defisit cairan tanpa elektrolit. Penatalaksanaan hipernatremia
dengan deplesi volume harus diatasi dengan pemberian cairan isotonik sampai hemodinamik
stabil. Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa 5% atau NaCl hipotonik.
Hipernatremi dengan kelebihan volume diatasi dengan diuresis. Kemudian diberikan
Dekstrosa 5% untuk mengganti defisit air.

Tabel 2. Estimasi efek pemberian cairan infus untuk menurunkan kadar natrium plasma19

Untuk menghitung perubahan kadar Na serum, dapat ditentukan dengan mengetahui kadar Na
infus yang digunakan, dengan menggunakan rumus yang sama pada koreksi hiponatremia.
Perbedaannya hanya terletak pada cairan infus yang digunakan. Dengan begitu, kita dapat
melakukan estimasi jumlah cairan yang akan digunakan dalam menurunkan kadar Na
plasma.19

5.2 Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Kalium


5.2.1. Penatalaksanaan Hipokalemi
Dalam melakukan koreksi kalium, perlu diperhatikan indikasinya, yaitu 2,14 :
Indikasi mutlak, yaitu pada pasien dalam keadaan pengobatan digitalis, KAD, pasien dengan
kelemahan otot nafas dan hipokalemia berat.
Indikasi kuat, yaitu diberikan dalam waktu yang tidak terlalu lama yaitu pada keadaan
insufisiensi koroner, ensefalopati hepatik dan penggunaan obat-obat tertentu.
Indikasi sedang, dimana pemberian Kalium tidak perlu segera seperti pada hipokalemia
ringan dengan nilai K antara 3-3,5 mmol/L.
Pemberian Kalium dapat melalui oral. Pemberian 40-60 mmol/L dapat meningkatkan kadar
Kalium sebesar 1-1,5 mmol/L. Pemberian Kalium intravena diberikan dalam larutan KCl
dengan kecepatan 10-20 mmol/jam. Pada keadaan dengan EKG yang abnormal, KCl
diberikan dengan kecepatan 40-100 mmol/jam. KCl dilarutkan dalam NaCl isotonik dengan
perbandingan 20 mmol KCl dalam 100 ml NaCl isotonik melalui vena besar. Jika melalui
vena perifer, KCl maksimal 60 mmol dilarutkan dalam NaCl isotonik 1000 ml. Bila melebihi
kadar ini, dapat menimbulkan rasa nyeri dan sklerosis vena. Kebutuhan Kalium dapat
dihitung dengan rumus :7,21
(K yang diinginkan-K serum )/3 x BB
5.2.2. Penatalaksanaan Hiperkalemia
Penatalaksaan meliputi pemantauan EKG yang kontinu jika ada kelainan EKG atau jika
kalium serum lebih dari 7 mEq/L. Untuk mengatasi hiperkalemia dalam membran sel,
diberikan kalsium intravena, yang diberikan dalam bentuk kalsium glukonat melalui
intravena dengan sediaan 10 ml larutan 10% selama 10 menit. Hal ini berguna untuk
menstabilkan miokard dan sistem konduksi jantung. Ini bisa diulang dengan interval 5 menit
jika tidak ada respon. 1,2
Memacu kalium kembali dari ekstrasel ke intrasel dengan cara pemberian 10 unit insulin
dalam 50 ml glukosa 40% secara bolus intravena. Pemberian natrium bikarbonat yang dapat
meningkatkan pH sistemik yang akan merangsang ion H keluar dari dalam sel dan
menyebabkan ion K masuk ke dalam sel. Bikarbonat diberikan sebanyak 50 mEq intravena
selama 10 menit. Hal ini dalam keadaan tanpa asidosis. Kemudian pemberian Beta 2 agonis
baik secara inhalasi maupun drip intravena. Obat ini akan merangsang pompa NaK-ATPas
dan Kalium masuk ke dalam sel. Mengeluarkan kelebihan Kalium dari dalam tubuh dengan
cara pemberian diuretik, resin penukar, atau dialisis.14,22
Tabel 2. Opsi Penatalaksanaan hiperkalemia9

5.3 Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Kalsium


5.3.1. Penatalaksanaan Hipokalsemia
Untuk menatalaksana hipokalsemia, sangat penting diperhatikan gejala klinis yang muncul.
Jika muncul tetani, berikan 10 ml Ca glukonat 10% selama 15-30 menit. Kemudian dapat
dilanjutkan dengan infus 60 ml Ca Glukonat dalam 500 ml Dekstrosa 5% dengan kecepatan
0,5-2 mg/Kg/jam dengan pemantauan Kalsium setiap beberapa jam. Perlu diperiksa kadar
Magnesium serum dan koreksi jika ada kelainan. Pemantauan aritmia dengan EKG harus
dilakukan pada pasien yang mendapat digitalis. Koreksi dapat dilanjutkan dengan pemberian
Kalsium oral 1-7 gram/hari. Jika penyebabnya adalah sekunder terhadap defisiensi vitamin D,
maka perlu diberikan terapi pengganti vitamin D.2,17
5.3.2. Penatalaksanaan Hiperkalsemia
Jika gejala berat atau Ca lebih dari 15 mg/dl, maka Ca serum harus diturunkan secepat
mungkin dengan cara diuresis paksa dan penggantian volume intravaskular dengan normal
saline. Dengan dosis 80-100 mg intravena per 12 jam dan normal saline diberikan 1-2 liter
selama 24 jam pertama. Kemudian awasi adanya hipokalemia, atau dengan memperbanyak
minum air sampai 3 liter perhari. 1,17,21
Pemberian Kalsitonin 4-8 unit SC setiap 6-12 jam akan dapat menurunkan Kalsium serum 1-
3 mg/dl. Bifosfonat membantu untuk menghambat aktifitas osteoklast, membantu pada
hiperparatiroid dan keganasan. Penatalaksanaan kronik diberikan dengan pengikat Kalsium
oral, yaitu Etidronat oral 1200-1600 mg/hari.2,21,22

5.4 Penatalaksanaan Gangguan Keseimbangan Magnesium


5.4.1 Penatalaksanaan Hipomagnesemia
Dalam mengatasi hipomagnesemia, penyakit dasar harus segera diatasi. Pada keadaan
hipomagnesemia berat ( < 1 mmol/L dalam serum ), atau hipomagnesemia simtomatik
dengan kelainan neuromuskular, atau manifestasi neurologis, atau aritmia jantung, maka
penatalaksanaan diberikan dengan pemberian 2 gram Magnesium sulfat (MgSO4) dalam 100
ml Dekstrosa 5% dalam waktu 5-10 menit. Bisa diulangi sampai total 10 gram dalam 6 jam
berikutnya. Teruskan penggantian dengan infus lanjutan sebanyak 4 g/hari selama 3 sampai 5
hari. Untuk mencegah rekurensi, maka dapat diberikan pemberian Mg oksida secara oral
dengan dosis 2 x 400 mg perhari, atau dengan Mg glukonat 2 – 3 x 500 mg perhari. Jika tidak
terlalu berat, dosis Magnesium sulfat diberikan 0,03-0,06 gram/Kg/hari dalam 4-6 dosis
hingga Magnesium serum normal. Teruskan terapi dengan sediaan oral selama ada faktor
pencetus. 8,21,24
5.4.2 Penatalaksanaan Hipermagnesemia
Penatalaksanaan dilakukan dengan cara pemberian Kalsium glukonat 10% sebanyak 10-20
ml selama 10 menit atau CaCl2 10%s ebanyak 5-10 mg/Kg secara IV. Kemudian pemberian
diuretik diberikan untuk memacu ekskresi. Pada pasien tanpa gangguan ginjal berat, dapat
diberikan Ca glukonas 10 % sebanyak 20 ml dalam 1 liter NaCl 0,9 %, dengan kecepatan 100
– 200 ml perjam.2

Anda mungkin juga menyukai