Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

NEUROGENIK

Dosen : Dono Wibowo, Ns., M.Kep

Disusun Oleh:

Ayu Lestari 14. 20.2419

Anita 14. 20.2414

Nurlita Ariani 14. 20. 2457

Nur Aida F. 14.20. 24

M. Saprudin 14. 20. 2422

Eka Sulistiaty 14. 20. 24

Haris Sunandar 14. 20. 24

Innayaturrahman 14.20.24

Raihan Fauzi 14.20.24

Gerry F.A 14.20.24

S1 KEPERAWATAN 2017/2018

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CAHAYA BANGSA

BANJARMASIN

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karuniaNya kami dapat mengerjakan tugas kelompok. Tanpa pertolonganNya mungkin kami
tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik,meskipun kami juga menyadari segala
kekurangan yang ada didalam makalah ini.

Makalah ini kami susun berdasarkan beberapa sumber buku yang telah kami peroleh.
Kami berusaha menyajikan makalah ini dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dimengerti. Selain kami memperoleh sumber dari beberapa buku pilihan, kami juga
memperoleh informasi tambahan dari internet.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan semuanya yang telah
memberikan sumbang sarannya untuk penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang positif
dan membangun dari rekan - rekan pembaca untuk penyempurnaan. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat kepada kita semua.

Banjarmasin, april 2017

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar .......................................................................................................... 2

Daftar isi .................................................................................................................... 3

Bab I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ............................................................................................... 4


B. Rumusan masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan ........................................................................................................... 4

Bab II PEMBAHASAN

A. Definisi ........................................................................................................... 5
B. Etiologi .......................................................................................................... 5
C. Manifestasi klinis ........................................................................................... 5
D. Diagnosis Banding ......................................................................................... 6
E. Penatalaksanaan ............................................................................................ 6
Asuhan Keperawatan .................................................................................... 9

Bab III penutup

A. Kesimpulan ................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................. 15

Daftar Pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Syok adalah suatu keadaan/syndrome gangguan perfusi jaringan yang
menyeluruh sehingga tidak terpenuhinya kebutuhan metabolism jaringan
(Rupii,2005). Syok merupakan keadaan kritis akibat kegagalan system sirkulai dalam
mencukupi nutrient dan oksigen baik dari segi pasokan & pemakaian untuk
metabolism selular jaringan tubuh sehingga terjadi definisi akut oksigen akut di
tingkat sekuler (Tash Ervien S, 2005).
Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributive, syok neurogenic terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak diseluruh tubuh. Sehingga terjadi
hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil
dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada
system saraf (Seperti : trauma kepala, cidera spinal atau anastesi umum yang dalam).
Syok neurogenic, merupakan tipe lain dari syk distributive, yaitu akibat
kehilangan atau supresi dari tonus simpatik. Kekurangan hantaran toinus simpatik
menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari respon syok umum (Linda,
2008).

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana definisi syok neurogenik
2. Bagaimana etiologi syok neurogenik
3. Bagaimana manifestasi klinis syok
4. Bagaimana diagnosis banding
5. Bagaimana penatalaksanaan penyakit retinopati diabetic

C. Tujuan
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi syok neurogenik,
2. mahasiswa dapat mengetahui etiologi syok
3. mahasiswa tahu bagaimana manifestasi klinis syok
4. mahasiswa tahu apa saja diagnosis banding
5. mahasiswa tahu bagaimana penatalaksanaan syok

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Syok Neurogenik


Syok neurogenik disebut juga syok spinal merupakan bentuk dari syok
distributif, Syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena
hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh.sehingga terjadi
hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil
dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada
sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam).
Syok neurogenik juga disebut sinkop. Syok neurogenik terjadi karena reaksi
vasovagal berlebihan yang mengakibatkan terjadinya vasodilatasi menyeluruh di
daerah splangnikus sehingga aliran darah ke otak berkurang. Reaksi vasovagal
umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut, atau nyeri
hebat. Pasien merasa pusing dan biasanya jatuh pingsan. Setelah pasien dibaringkan,
umumnya keadaan berubah menjadi baik kembali secara spontan.Trauma kepala yang
terisolasi tidak akan menyebabkan syok. Adanya syok pada trauma kepala harus
dicari penyebab yang lain. Trauma pada medula spinalis akan menyebabkan hipotensi
akibat hilangnya tonus simpatis. Gambaran klasik dari syok neurogenik adalah
hipotensi tanpa takikardi atau vasokonstriksi perifer.

B. Etiologi Syok Neurogenik


1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal).
2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada
fraktur tulang.
3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi
spinal/lumbal.
4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom).
5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut.

C. Manifestasi Klinis Syok Neurogenik


Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik
terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih
lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa

5
quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi
tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di
dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna
kemerahan.

D. Diagnosis Banding
Diagnosis banding syok neurogenik adalah sinkop vasovagal. Keduanya sama-
sama menyebabkan hipotensi karena kegagalan pusat pengaturan vasomotor tetapi
pada sinkop vasovagal hal ini tidak sampai menyebabkan iskemia jaringan
menyeluruh dan menimbulkan gejala syok.1,9 Diagnosis banding yang lain adalah
syok distributif yang lain seperti syok septik, syok anafilaksi. Untuk syok yang lain
biasanya sulit dibedakan tetapi anamnesis yang cermat dapat membantu menegakkan
diagnosis.
E. Penatalaksanaan Syok Neurogenik
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti
fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan
sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul
ditempat tersebut.
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg).

2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan


menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi
yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat
dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal yang
darurat jika terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga
dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan
oksigen dari otot-otot respirasi.

6
3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi
cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya
diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang
cermat terhadap tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk
menilai respon terhadap terapi.

4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan
seperti ruptur lien)
 Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit,
berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.

 Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah.
Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika
norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat.
Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya
diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena
pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap
jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila tekanan darah
sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil,
karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.

 Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan
dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama
kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat
ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok
hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi
perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok neurogenik

 Dobutamin

7
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya
cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui
vasodilatasi perifer.

8
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN SYOK NEUROGENIK

1. Pengkajian
A. Pengkajian Primer
Data Subyektif :
1. Riwayat Penyakit Sekarang
 Mekanisme Cedera
 Kemampuan Neurologi
 Status Neurologi
 Kestabilan Bergerak
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
 Keadaan Jantung dan pernapasan
 Penyakit Kronis

Data Obyektif :

1. Airway

 Adanya desakan otot diafragma dan interkosta akibat cedera spinal


sehingga mengganggu jalan napas

1. Breathing
 Pernapasa dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan, pergerakan
dinding dada

2. Circulation
 Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg), Bradikardi, Kulit
teraba hangat dan kering, Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur
suhu tubuh, yang mana suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan)

3. Disability
 Kaji Kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak,
kehilangan sensasi, kelemahan otot

B. Pengkajian Sekunder

9
1. Exposure
 Adanya deformitas tulang belakang

2. Five Intervensi
 Hasil AGD menunjukkan keefektifan pertukaran gas dan upaya
 ventilasi
 CT Scan untuk menentukan tempat luka atau jejas
 MRI untuk mengidentifikasi kerusakan saraf spinal
 Foto Rongen Thorak untuk mengetahui keadaan paru
 Sinar – X Spinal untuk menentukan lokasi dan jenis cedera tulang
 (Fraktur/Dislokasi)
3. Give Comfort
 Kaji adanya nyeri ketika tulang belakang bergerak

4. Head to Toe
 Leher : Terjadinya perubahan bentuk tulang servikal akibat cedera
 Dada : Pernapasa dangkal, penggunaan otot-otot pernapasan,
pergerakan dinding dada, bradikardi, adanya desakan otot
diafragma dan interkosta akibat cedera spinal
Pelvis dan Perineum : Kehilangan control dalam eliminasi urin
dan feses, terjadinya gangguan pada ereksi penis (priapism)
 Ekstrimitas : terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau
quadriparesis/quadriplegia

5. Inspeksi Back / Posterior Surface


 Kaji adanya spasme otot, kekakuan, dan deformitas pada tulang
Belakang
SECONDARY SURVEY
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past
illness, last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala
hingga kaki dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang
lebih spesifik seperti foto thoraks,dll.

10
2. Diagnosa Keperawatan
a) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipetventilasi ditandai
dengan dispnea,terdapat otot bantu napas
b) Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penyumbatan
aliran darah ditandai dengan bradikardi, nadi teraba lemah, terdapat
sianosis, akral teraba dingin, CRT > 2 detik, turgor tidak elastis,
kelemahan, AGD abnormal
c) Nyeri akut berhubungan dengan gangguan neurologis

3. Rencana tindakan

No. Diagnossa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keperawatan


keperawatan
1. Pola nafas tidak setelah diberikan tindakan Mandiri :
efektif berhubungan keperawatan selama 1. Pantau ketat tanda-
dengan hipetventilasi 2x15 menit, diharapkan pola napas tanda vital dan
Tanda dan Gejala ; pasien efektif dengan kriteria hasil: pertahankan ABC
 Dyspnea R/ : Perubahan pola
 terdapat otot Indicator IR ER nafas dapat
bantu napas  Klien tidak mempengaruhi
tanda-tanda vital
sesak nafas 2. Monitor usaha
 Frekuensi pernapasan
pengembangan
pernapasan dada, keteraturan
pernapasan nafas
normal
bibir dan
 Tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan.
batuk-batuk
R/ : Pengembangan
 Klien tidak dada dan
nyeri penggunaan otot
 Cardiac out bantu pernapasan
put normal mengindikasikan
 Tidak gangguan pola
terdapat nafas
3. Berikan posisi
sianosis
semifowler jika
 Tidak ada
tidak ada kontra
edema (vena) indiksi
R/ : Mempermudah
 Tidak ada ekspansi paru
nyeri 4. Gunakan servikal
 Tidak ada collar, imobilisasi
dispnea lateral kepala,

11
 Klien tidak meletakkan papan
gelisah di bawah tulang
 Klien tidak belakang.
R/ : Stabilisasi
meringis tulang servikal
 Klien tidak
mudah lelah Kolaborasi :
1. Berikan oksigen
 Klien tidak
sesuai indikasi
lemas
R/ : Oksigen yang
 Pasien tidak adekuat dapat
pucat menghindari resiko
 Klien merasa kerusakan jaringan
bergairah 2. Berikan obat sesuai
indikasi
R/ : Medikasi yang
tepat dapat
mempengaruhi
ventilasi
pernapasan

2.Perfusi jaringan Setelah dilakukan tindakan 1. Atur posisi kepala


perifer tidak efektif keperawatan selama dan leher untuk
berhubungan dengan 3x5 menit diharapkan perfusi mendukung airway
penyumbatan jaringan adekuat dengan kriteria (jaw thrust).
aliran darah hasil : Jangan memutar
atau menarik leher
Tanda dan gejala Indicator IR ER ke belakang
 Bradikardi  Nadi teraba (hiperekstensi),
 nadi teraba mempertimbangkan
lemah, kuat pemasangan
 akral teraba  Tingkat intubasi nasofaring.
dingin, R/ : Untuk
 CRT > 2 detik, kesadaran mempertahankan
 turgor tidak composmen ABC dan mencegah
elastis, terjadi obstruksi
 kelemahan, tis jalan napas
 AGD 2. Atur suhu ruangan
 Sianosis R/ : Untuk
abnormal
atau pucat menurunkan
keparahan dari
tidak ada poikilothermy.
 Nadi Teraba 3. Tinggikan
ekstremitas bawah
lemah, R/ : Meningkatkan
terdapat aliran balik vena ke
jantung.
Sianosis 4. Gunakan servikal
collar, imobilisasi

12
 Akral teraba lateral kepala,
meletakkan papan
hangat di bawah tulang
 CRT belakang.
R/ : Stabilisasi
 GCS tulang servikal
5. Sediakan oksigen
 AGD
dengan nasal canul
normal untuk mengatasi
hipoksia
R/: Mencukupi
kebutuhan oksigen
tubuh dan oksigen
juga dapat
menurunkan
terjadinya sickling.
6. Ukur tanda-tanda
vital
R/: Perubahan
tanda-tanda vital
seperti bradikardi
akibat dari
kompensasi jantung
terhadap
penurunan fungsi
hemoglobin
7. Pantau adanya
ketidak adekuatan
perfusi :
Peningkatan rasa
nyeri Kapilari refill .
2 detik
Kulit : dingin dan
pucat
Penurunanan
output urine
R/: Menunjukkan
adanya
ketidakadekuatan
perfusi jaringan
8. Pantau GCS
R/: Penurunan
perfusi terutama di
otak dapat
mengakibatkan
penurunan tingkat
kesadaran
9. Awasi pemeriksaan
AGD
R/: Penurunan
perfusi jaringan

13
dapat menimbulkan
infark terhadap
organ jaringan

3.Nyeri akut setelah dilakukan tindakan a. Kaji PQRST pasien :


berhubungan dengan keperawatan selama 3 x15 menit R/: pengkajian yang
gangguan neurologis diharapkan nyeri pasien dapat tepat dapat membantu
berkurang dengan kriteria hasil : dalam memberikan
Tanda dan gejala intervensi yang tepat.
 Wajah pasien Indikator IR ER b. Pantau tanda-tanda
tampak tidak  Tanda-tanda vital
meringis vital dalam R/: nyeri bersifat
batas normal proinflamasi sehingga
 Penurunan dapat mempengaruhi
skala nyeri tanda-tanda vital.
 Wajah pasien c. Berikan analgesic untuk
tampak tidak menurunkan nyeri
meringis. R/ : Analgetik dapat
mengurangi nyeri yang
berat (memberikan
kenyamanan pada
pasien)
d. Gunakan servikal collar,
imobilisasi lateral
kepala, meletakkan
papan di bawah tulang
belakang.
R/ : Stabilisasi tulang
belakang untuk
mengurangi nyeri yang
timbul jika tulang
belakang digerakkan.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok bukanlah merupakan suatu diagnosis, syok merupakan sindrom klinis yang
kompleks yang mencakup sekelompok keadaan dengan manifestasi hemodinamik yang
bervariasi tetapi petunjuk yyang umum adalah tidak memadai perpusi jaringan.
Syok neurogenic merupakan kegegalan pusat pasomotor sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembulih tampung.

B. Saran
Penting bagi kita mempelajari syok, agar dalam penatalaksanaan konsep asuhan
keperawatan gawat darurat dapat kita lakukan dengan cepat dan tepat sesuai dengan
metode yang dipelajari diatas.

15
DAFTAR PUSTAKA

http;//nursingbegin.com/penatalaksanaan-syok-neurogenik/.20.10.2005
http;//ml.scribd.com/doc/92985428/SYOK-NEUROGENIK.20.10.2005

16

Anda mungkin juga menyukai