1. Definisi Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer, 2001).
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection(JIVC)
sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140/9w0 mmHg dan diklasifikasikan sesuai
derajat keparahannya, mempunyai rentang dari tekanan darah (TD) normal tinggi
sampai hipertensi maligna.
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan
hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995).
2. Anatomi fisiologi
1. Anatomi
Menurut Tarwoto (2009, hal. 183) Sistem kardiovaskuler terdiri dari jantung,
vaskuler (arteri, vena, kapiler) dan limfatik. Fungsi utama sisitem kardiovaskuler
adalah menghantarkan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh dan
memompakan darah dari seluruh tubuh (jaringan) ke sirkulasi paru untuk
dioksigenasi.
a. Jantung
Jantung merupakan organ utama system kardiovaskuler , berotot dan
berongga, terletak di rongga toraks bagian mediastinum, diantara dua paru-
paru. Bentuk jantung seperti kerucut tumpul, pada bagian bawah disebut
apeks, letaknya lebih ke kiri dari garis medial, bagian tepinya pada ruang
interkosta V kiri atau kira-kira 9 cm dari kiri linea medioclavikularis,
sedangkan bagian atasnya disebut basis terletak agak kekanan tepat nya
pada kosta ke lll,1 cm dari tepi lateral sternum. Ukuran jantung kira-kira
panjangnya 12 cm, lebar 8-9 cm tebalnya 6 cm. beratnya sekitar 200
sampai 425 gram, pada laki-laki sekitar 310 gram, pada perempuan sekitar
225 gram.
1
b. Lapisan otot jantung
Ada tiga lapisan jantung yaitu lapisan bagian luar disebut epikardium,
lapisan bagian tengah disebut miokardium, lapisan ini lebih tebal, tersusun
atas otot lurik dan mampu berkontraksi dengan kuat. Sedangkan lapisan
bagian dalam disebut endokardium, lapisan ini terdiri dari jaringan
endothelia yang juga melapisi ruang jantung katup-katup jantung.
c. Selaput jantung
Jantung dilapisi oleh dua membran untuk mencegah terjadinya trauma juga
infeksi yaitu pericardium parietal dengan pericardium visceral.
Pericardium parietal merupakan membran lapisan jantung paling luar
tersusun dari jaringan fibrosa. Membran ini sangat efektif dalam
melindungi jantung dari infeksi.
d. Ruang jantung
Jantung terbagi atas dua belahan yaitu belahan kanan dan belahan kiri,
kedua belahan tersebut dipisahkan oleh otot pemisah disebut
septum,dengan demikian jantung memiliki empat ruangan yaitu atrium
kanan, ventrikel kanan, atrium kiri ventrikel kiri.\
e. Katup jantung
Jantung memiliki dua tipe yaitu katup atrioventrikuler katup semilunar.
Katup jantung tersusun oleh endothelium yang dilapisi oleh jaringan
fibrosa, sehingga katup dapat menutup dan membuka karena sifatnya yang
fleksibel.
f. Suplay darah otot jantung
Otot jantung membutuhkan aliran darah untuk memenuhi kebutuhan
oksigen, nutrient yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme. Otot jantung
diperdarahi oleh arteri koronaria yang merupakan cabang dari aorta, arteri
koroner bercabang menjadi dua yaitu : arteri koronari kanan atau right
coronary artery (RCA) arteri koronari kiri atau left coronary
artery (LCA). Arteri koronari kanan memperdarahi bagian atrium kanan,
ventrikel kanan, inferior ventrikel kiri bagian posterior dinding septal,
sinoatrial Node (SA Node) Atrioventrikel Node (AV Node)
g. Siklus jantung
Siklus jantung merupakan periode dimana jantung berkontraksi relaksasi.
Satu kali siklus jantung sama dengan satu periode systole (saat ventrikel
2
berkontrasi) satu periode diastole (saat ventrikel relaksasi). Normalnya
siklus jantung dimulai dengan depolarisasi spontan dari sel pacemaker dari
SA Node berakhir dengan keadaan rekaksasi ventrikel
h. Bunyi jantung
Bunyi jantung terdiri dari bunyi jantung murni bunyi jantung tambahan.
Bunyi jantung murni terdiri atas bunyi jantung 1 (S1), terjadi akibat
penutupan katup atrioventrikular pada saat systole ventrikel bunyi jantung
ll (S2), terjadi akibat penutupan katup semilunar pada saat terjadi diastole
ventrikel. Sedangkan bunyi tambahan misalnya bunyi lll (S3) bunyi
jantung lV (S4) terjadi akibat vibrasi pada dinding jantung pada saat darah
mengalir dengan cepat dalam ventrikel.
i. Frekuensi jantung
Jantung berdeyut dalam satu menit sekitar 60-100 kali atau rata-rata 75
kali permenit. Jika jantung berdeyut lebih dari 100 kali disebut takhikardia
jika kurang dari 60 kali disebut bradikrdia. Frekuensi denyut jantung
dipengaruhi oleh keadaan aktivitas, umur, jenis kelamin, endokrin, suhu,
tekanan darah, kecemasan, stress dan nyeri.
2. Fisiologi
Menurut Mutaqqin, (2014, hal 2) Sistim kardiovaskuler berfungsi sebagai
sistim regulasi melakukan mekanisme yang bervariasi dalam merespon
seluruh aktivitas tubuh. Salah satu contoh adalah mekanisme
meningkatkan suplai darah agar aktivitas jaringan dapat terpenuhi, pada
keadaan tertentu darah akan lebih banyak dialirkan pada organ-organ vital
seperti jantung otak untuk memelihara sistim sirkulasi organ tersebut.
a. Darah
Komponen darah merupakan alat pembawa (carrier) pada sistim
kardiovaskular, secara normal volume darah yang berada dalam
sirkulasi pada seseorang laki-laki dengan berat badan 70 kg berkisar
8% dari berat badan atau sekitar 5600 ml. dari jumlah tersebut sekitar
55% merupakan plasma, volume komponen darah harus memiliki
jumlah yang sesuai dengan rentang yang normal agar system
kardiovaskuler dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
b. Curah jantung
3
Tubuh manusia memiliki berbagai mekanisme control regulasi yang
digunakan untuk menigkatkan suplai darah secara aktif ke jaringan
yaitu dengan meningkatkan jumlah cairan jantung (cardiac output)
pengaturan curah jantung bergantung pada hasil perkalian denyut
jantung (heart rate) dengan volume sekuncup (stroke volume). Curah
jantung orang dewasa adalah antara 4,5-8 liter permenit, peningkatan
curah jantung terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung atau
volume sekuncup.
c. Denyut jantung
Denyut jantung normalnya berkisar 70 kali permenit, denyut jantung
ini dikontrol sendiri oleh jantung melalui mekanise regulasi nodus SA
dan system purkinje.
Dalam keadaan normal, regulasi denyut jantung dipengaruhi oleh saraf
simpatis, saraf parasimpatis melalui sistim saraf otonom. Empat reflek
utama yang menjadi media system saraf otonom dalam meregulasi
denyut jantung adalah refleks baroreseptor, refleks kemoreseptor,
refleks Bainbrige, refleks pernapasan.
d. Tekanan vena
Kembalinya darah ke jantung disebabkan adanya tekanan gradient,
ketika darah dipompa oleh jantung, tekanan arteri berkisar 120 mmHg
pada saat sistolik dan 70 mmHg pada saat diastolic. Tekanan ini akan
menurun bersamaan dengan pergerakan darah keluar menuju arteri,
kapiler, venula. Sistem vena mempunyai daya kapasitasnsi yang sangat
besar dan berpengaruh terhadap perubahan tekanan yang kecil. Adanya
kapasitansi dan banyaknya system saraf simpatis akan mengubah
tekanan vena dalam mengatur aliran balik ke jantung, konstriksi vena
yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis akan mengurangi
kapasitani dan meningkatkan tekanan vena, sehingga meningkatkan
aliran balik ke jantung.
e. Ruang jantung
f. Atrium kanan
Atrium kanan memiliki lapisan dinding yang tipis berfungsi sebagai
tempat penyimpanan darah mengalirkan darah dari vena-vena sirkulasi
sistemis ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru . darah
4
yang berasal dari pembulu vena ini masuk ke dalam atrium kanan
melalui vena cava superior, inferior dan sinus koronarius.
g. Ventrikel kanan
Ventrikel kanan memiliki bentuk yang unik yaitu bulan sabit yang
berguna untuk menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup
untuk mengalirkan darah ke dalam arteri pulmonaris. Sirkulasi
pulmunar merupakan sistim aliran darah bertekanan rendah, dengan
resitensi yang jauh lebih kecil terhadap aliran darah yang berasal dari
ventrikel kanan. Oleh karena itu, beban kerja dari ventrikel kanan jauh
lebih ringan dari padaventrikel kiri.
h. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru
melalui vena pulmonaris. Tidak terdapat katup sejati antara vena
pulmonalis dan atrium kiri. Oleh karena itu, darah akan mengalir
kembali ke pembuluh paru-paru bila terdapat perubahan tekanan dalam
atrium kiri (retrograde).
i. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk
mengatasi tahanan sirkulasi sistemis dan mempertahankan aliran darah
ke jaringan-jaringan perifer.
j. Katup jantung
Katup atrioventrikuler
katup antrioventrikuler karena terletak antara atrium dan ventrikel.
Katup yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan ini
mempunyai tiga buah daun katup yang disebut katup trikuspidalis.
Sedangkan katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri
mempunyai dua buah daun katup yang disebut katup mitral.
Katup semilunar
Katup semilunar terdiri atas dua katup yaitu semilunar pulmonary
dan katup semilunar aorta. Katup semilunar pulmonary terletak
pada arteri pulmonaris, memisahkan arteri pulmonaris dengan
ventrikel kanan.katup semilunar aorta terletak antara ventrikel kiri
dan aorta.
5
3. Etiologi
6
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi Meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer.
4. Tanda dan gejala
7
sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya,
yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II,
suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh
darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang
pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup)
mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer,
2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila diteruskan
pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang berkaitan dengan
Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada angiotensinogen II berakibat pada
terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah, sehingga terjadi kenaikan tekanan
darah.Selain itu juga dapat meningkatkan hormone aldosteron yang menyebabkan
retensi natrium. Hal tersebut akan berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan
8
peningkatan tekanan darah maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti
jantung. (Suyono, Slamet. 1996).
6. Komplikasi
Efek pada organ, otak (pemekaran pembuluh darah, perdarahan, kematian sel
otak: stroke), ginjal (malam banyak kencing, kerusakan sel ginjal, gagal
ginjal), jantung (membesar, sesak nafas, cepat lelah, gagal jantung).
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi:
a. Terapi tanpa Obat è Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk
hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan
berat. Terapi tanpa obat ini meliputi: diet destriksi garam secara moderat dari
10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak
jenuh.
b. Penurunan berat badan
c. Penurunan asupan etanol
d. Menghentikan merokok
e. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu
f. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
9
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan).
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
g. Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli
Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And
Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat
diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat
digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan
penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
8. Data Fokus
Wawancara
a. Identitas pasien:
Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, jenis kelamin, status
perkawinan, dan hubungan suku/bangsa.
b. Riwayat sakit dan kesehatan:
Keluhan utama saat masuk rumah sakit: keluhan yang paling dirasakan dari
semua keluhan pasien sebagai alasan pasien dibawa ke rumah
sakit. Seperti: Mengeluh sakit kepala, pusing, Lemas, kelelahan, sesak
nafas, Gelisah, Mual, Muntah, Kesadaran menurun.
10
c. Keluahan utama saat pengkajian: keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
dari semua keluhan pasien yang timbul pada saat petugas melakukan
pengkajian bisa sama dengan keluhan lama atau keluhan baru.
d. Riwayat penyakit saat ini: proses perjalanan penyakit pasien, dari awal mula
kejadian, pemeriksaan yang lakukan, terapi yang didapatkan sampai
perjalanan penyakit saat dilakukan pengkajian
e. Riwayat alergi: merupakan pengalaman alergi baik terhadap obat maupun
makanan yang pernah dialami pasien.
f. Riwayat pengobatan: penglaman terapi yang pernah didapatkan pasien yang
memeberi informasi maupun pengeruh terhadap pemberian terapi saat ini pada
pasien.
g. Riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat penyakit keluarga:
Mengobservasi penyakit-penyakit yang pernah diderita oleh pasien yang
berhubungan penyakit saat ini seperti hipertensi.
Mengobsevasi apakah ada keluarga (seketurunan yang menderita penyakit
yang sama atau penyakit yang ada hubungannya dengan penyakit yang
diderita pasien saat ini)
Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas atau Istirahat
kelemahan, letih, nafas pendek, frekuensi jantung tinggi, takipne, perubahan
irama jantung,.
b. Sirkulasi.
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit serebrovaskular, kenaikan tekanan
darah, takikardia, distritmia, kulit pucat, cianosis, diaforesis.
c. Integritas ego
d. Perubahan kepribadian, ansietas, depresi, atau marak kronik, gelisah, tangisan
yang meledak, gerak tangan empati, otot muka tegang, pernafasan maligna,
peningkatan pola bicara.
e. Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau masa lalu seperti infeksi, obstruksi atau riwayat
penyakit ginjal.
f. Makanan/cairan
11
Makanan yang disukai tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol, mual dan
muntah, perubahan berat badan obesitas, adanya edema.
g. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, perubahan keterjagaan, orientasi
pola atau isi bicara efek proses pikir, atau memori (ingatan), Respon
motorik (penurunan kekuatan genggaman tangan), perubahan retina optic.
h. Nyeri atau kenyamanan
Angina, nyeri hilang atau timbul pada tungkai klaudikasi, sakit kepala, nyeri
abdomen
i. Pernapasan
Dispnea, takipnea, ortopnea, dispnea noctural paroksisimal, riwayat merokok
batuk dengan atau tanpa sputum, distress respirasi atau penggunaan otot
aksesori pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis.
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Hemoglobin/hematokrit: bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari
sel-sel terhadap volume caian-cairan (viskositas) dan dapat
mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
Glukosa: hiperglikemia.
Kalium serum: hipokalemia.
Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium .
Kolesterol dan trigeliselida serum mengalami peningkatan.
Kadar aldosteron urin/serum.
Urinalisa: darah, protein, glukosa.
Asam urat : hiperurisemia
b. EKG
o Kemungkinan ada pembesaran ventrikel kiri, pembesaran atrium kiri.
Adanya penyakit jantung koroner atau aritmia.
o Ekokardiogram:
o Tampak penebalan dinding ventrikel kiri, kemungkinan juga sudah terjadi
dilatasi dan gangguan fungsi sistolik dan diastolik.
o Kemungkinan ditemukan pembesaran jantung vaskularisasi atau corta yang
lebar.
12
9. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. Ds : px mengatakan Kelelahan umum Intoleransi aktivitas
mengalami kelemahan
anggota gerak
Do :px tampak lemah
Kesulitan menggerakan
bagian gerak
Kaji skala kekuatan otot
Skala aktivitas
Kesadaran
Pantau ttv
2. Ds : klien mengeluh Penurunan suplai Gangguan perfusi
nyeri kepala dan kadang- oksigen ke otak jaringan
kadang pusing
Do : klien tampak lemas
dan lunglai
Pantau ttv
10. Diagnosa keperawatan
1) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
2) Gangguan perfusi serebral berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke otak
3) Resiko jatuh
11. Ncp (nursing care planing)
No Dx Tujuan Intervensi
1. intoleransi aktivitas Setelah di lakukan 1. Obeservasi tanda-
berhubungan dengan tindakan keperawatan tanda vital.
kelemahan umum selama diharapkan 2. Bantu pasien untuk
dapat teratasi mengidentifikasi
Kriteria hasil : aktivitas yang
Indikator IR ER mampu dilakukan.
Frekuensi 4 5 3. Catat respon
jantung kardiopulmonal
13
Tanda vital terhadap aktivitas
4 5
dalam batas takikardi,disritmia,
normal dispnea,
selama berkeringat.
aktivitas 4. Anjurkan klien
Menurunny 4 5 untuk beristirahat
a dan bantu dalam
kelemahan aktivitas yang
dan ringan sesuai
keletihan kebutuhan.
Mampu 4 5
5. Sediakan
melakukak penguatan yang
n aktivitas positif.
sehari-hari
secara
mandiri
14
neurologi dengan
teratur dan
bandingkan dengan
keadaan normal
nya
5) Berikan obat-
obatan hipertensi
3. Resiko jatuh Setelah di lakukan 1. mengidentifikasi
tindakan keperawatan perilaku dan faktor
selama 3x24 jam dihapkan yang
klien terbebas dari resiko mempengaruhi
jatuh jatuh
Kriteria hasil : 2. mengidentifikasi
Indikator IR ER karakteristik
Gerakan 4 5 lingkungan yang
terkoodinasi menyebabkan
kemampuan pasien jatuh
otot 3. mendorong klien
untukbekerja menggunakan alat
sama secara bantu berjalan
volunter 4. gunakan teknik
untuk yang tepat untuk
melakukan mentransfer dari
gerakan bed ke kursi roda
Perilaku 4 5 5. gunakan rel sisi
pencegahan ranjang yang sesuai
jatuh dengan tinggi untuk
tindakan mencegah jatuh
individu dari bad
untuk 6. memberikan
meminimalk pengawasan
an faktor dengan kerja sama
resiko yang perawatan
15
dapat keluarga.
memicu
jatuh
Tidak ada
kejadian 4 5
jatuh
16
12. Daftar pustaka
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC,
Goonasekera CDA, Dillon MJ, 2003. The child with hypertension. In: Webb NJA,
Postlethwaite RJ, editors. Clinical Paediatric Nephrology. 3rd edition. Oxford: Oxford
University Press
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition. New
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second Edition.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
http://bangetaq.blogspot.co.id/2015/03/laporan-pendahuluan-pada-pasien.html
17