BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit jantung yang disebabkan karena
kelainan pembuluh darah koroner. Salah satu penyebab utamanya adalah
aterosklerosis koroner yaitu proses penimbunan lemak dan jaringan fibrin, gangguan
fungsi dan struktur pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya aliran darah
ke miokard. Faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya aterosklerosis adalah
kolesterol darah yang meninggi,diet, hipertensi, merokok, diabetes melitus, obesitas,
jeniskelamin, umur, kurang latihan dan keturunan.
Di seluruh dunia, jumlah penderita penyakit ini terus bertambah. Ketiga kategori
penyakit ini tidak lepas dari gaya hidup yang kurang sehat, yang banyak dilakukan
seiring dengan berubahnya pola hidup. Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan
Organisasi Federasi Jantung Sedunia (World Heart Federation) memprediksi penyakit
jantung akan menjadi penyebab utama kematian di negara-negara Asia pada tahun
2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat penyakit jantung terjadi pada
kalangan masyarakat miskin dan menengah. Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan
ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan merupakan hal terpenting untuk
menurunkan penyakit kardiovaskuler pada 2010.
Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat
penyakit jantung koroner akan meningkat 137 % pada laki-laki dan 120% pada
wanita, sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-
laki dan 29% pada wanita. Di tahun 2020 diperkirakan penyakit kardiovaskuler
menjadi penyebab kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu, penyakit
jantung koroner menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomer satu di dunia.
Indonesia saat ini menghadapi masalah kesehatan yang kompleks dan beragam.
Tentu saja mulai dari infeksi klasik dan modern, penyakit degeneratif serta penyakit
psikososial yang menjadikan Indonesia saat ini yang menghadapi “ threeple burden
diseases”. Namun tetap saja penyebab angka kematian terbesar adalah akibat penyakit
1
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
jantung koroner – “the silence killer”. Tingginya angka kematian di Indonesia akibat
penyakit jantung koroner (PJK) mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan
Rumah Tangga Nasional (SKRTN), dalam 10 tahun terakhir angka tersebut
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 1991, angka kematian akibat PJK
adalah 16 %. Kemudian di tahun 2001 angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %.
Angka kematian akibat PJK diperkirakan mencapai 53,5 per 100.000 penduduk
Indonesia
2. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi penyakit jantung koroner
2. Jelaskan etiologi penyakit jantung koroner
3. Jelaskan patofisiologi penyakit jantung koroner
4. Jelaskan gejala klinis penyakit jantung koroner
5. Jelaskan pemeriksaan penunjang penyakit jantung koroner
6. Jelaskan pemeriksaan penunjang penyakit jantung koroner
7. Jelaskan mengenai aritmia
8. Jelaskan enzim jantung
3. Tujuan
1. Mengetahui definisi penyakit jantung koroner
2. Mengetahui etiologi penyakit jantung koroner
3. Mengetahui jenis-jenis kelainan patofisiologi penyakit jantung koroner
4. Mengetahui aritmia
5. Mengetahui enzim jantung
2
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
BAB II
PEMBAHASAN
SEMESTER II MODUL 5 (JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH)
SKENARIO II
NYERI KEPALA
Pasien pria 62 tahun, datang dengan keluhan nyeri dada dan sesak sejak 4 jam
sebelum masuk rumah sakit (SMRS). Nyeri dada sebelah kiri menjalar ke leher dan
punggung, terasa seperti ditimpa beban berat. Nyeri dada seperti ini sering hilang timbul
sejak 1 tahun SMRS dan mereda bila istirahat. Pada pemeriksaan fisik, dijumpai kesadaran
compos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg, HR 102x/menit irreguler, pols 102 x/menit
irreguler/halus, RR 40 x/menit, pasien tampak sesak, auskultasi paru vesikuler. Dokter
menganjurkan pemeriksaan enzim jantung dan EKG.
3
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
STEP 1
STEP 2
STEP 3
1. Tingkat kesadaran
Compos mentis = sadar sepenuhnya
Apatis = tidak mau berhubungan dengan orang lain / cuek
Gelisah
Som nolen = kesadaran menurun
Stuppor = keadaan tertidur lelap tetapi bisa merasakan nyeri
Coma = tidak sadar lagi
4
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Klinis :
Vasosupresor : meningkatkan resistensi pembuluh darah
Pemasangan ring pada pembuluh darah yang aterosklerosis
9. Gejala klinis angina pectoralis:
Stable
Unstable
10. Maksudnya dari irregular/halus adalah
Ireguler = tidak teratur
Halus = sering hilang timbul
STEP 4
PJK
STEP 5 etiologi
LEARNING OBJECTIVE
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
DISKUSI
6
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Definisi PJK
PJK adalah penyakit jantung yang disebabkan oleh penyempitan arteri koronaria
akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. Penyakit jantung koroner
dalam suatu keadaan akibat terjadinya penyempitan, penyumbatan atau kelainan pembuluh
nadi koroner. (Yenrina, Krisnatuti, 1999)
Penyakit jantung koroner adalah penyakit jantung akibat adanya kelainan pada
pembuluh koroner yakni pembuluh nadi yang mengantarkan darah ke aorta ke jaringan yang
melindungi rongga-rongga jantung (Kartohoesodo, 1982).
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah suatu penyakit jantung terutama disebabkan
karena kelainan pembuluh darah oleh proses terosklerosis yang merupakan suatu
kemungkinan degeneratif.
Satu penyebab utamanya adalah aterosklerosis koroner yaitu proses peimbunan lemak
dan jaringan fibrib, gangguan fungsi dan struktur darah yang mengakibatkan berkurangnya
aliran darah ke miokard.
Patofisiologi PJK
Ketika LDL menembus lapisan sel endotel dan masuk ke saluran darah membuat sel
inflamasi seperti monosit dan T limfosit masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari
endotelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan
mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik dibanding LDL. Makrofag ini
kemudian membentuk sel busa. LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan
7
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
menghasilkan respons inflamasi dan respons protektif dan terbentuklah lesi fibrofatty dan
fibrous, plak aterosklerosis.
Penyakit jantung koroner terjadi bila ada timbunan (PLAK) yang mengandung
lipoprotein, kolesterol, sisa-sisa jaringan dan terbentuknya kalsium pada intima, atau
permukana bagian dalam pembuluh darah. Plak ini membuat intima menjadi kasar, jaringan
akan berkurang oksigen dan zat gizi sehingga menimbulkan infark, penyakit jantung koroner
menunjukkan gejala gizi terjadi infark miokard atau bila terjadi iskemia miokard seperti
angina pectori. Kolesterol serum dibawa oleh beberapa lipoprotein yang diklasifikasikan
menurut densitasnya. Lipoprotein dalam urutan densitas yang meningkat adalah kilomikron.
VLDL (Very Low Density Lopoprotein). LDL (low Density Lipoprotein) dan HDL (High
Density Lipoprotein) membawa hampir seluruh kolesterol dan merupakan yang paling
aterogenik. HDL menurunkan resiko penyakit jantung ke hati, tempat kolesterol di
metabolisme dan di ekskresikan. Orang dewasa dapat diklasifikasikan sebagai beresiko
penyakit jantung koroner berdasarkan jumlah total dan kadar kolesterol LDL-nya (Moore,
1997).
Iskemia
Kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai oksigen oleh pembuluh darah yang
menyebabkan terjadinya iskemia miokardium lokal. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversibel pada tingkat sel dan jaringan dan menekan fungsi
miokard. Iskemia yan berat dan terjadi mendadak misalnya pada stenosis aa. Koronaria
epikardial 100 %, akan menyebabkan/menimbulkan nekrosis miokardium, yaitu infark
jantung akut ( IJA). Kelainan ini tidak dapat pulih (ireversibel), sekalipun peredaran darahnya
diperbaiki. Penyembuhannya menimbulkan fibrosis dan menimbulkan kontraktilitas. Iskemia
total yang tidak terlalu lama atau yang lebih ringan, menimbulkan kelainan yang lebih ringan
sampai dengan injury misalnya, yang masih dapat pulih bila peredaran darahnya diperbaiki
lagi secepatnya. Pada iskemia demikian yang tidak berlangsung lama, terjadi myocardial
stunning, suatu kelainan yang dapat pulih namun dalam waktu yang agak lama (1-2 jam
misalnya). Pada iskemia tidak total yang dibiarkn lebih lama lagi/ kronik maka terjadi
kelainan lebih lanjut yaitu hipernasi miokardium, yang masih dapat pulih juga, tapi perlahan-
lahan sekali, dalam hitungan mingguan/bulanan. Jelas bahwa kelainan miokardium yang
terjadi tergantung tidak hanya pada berat iskemia, tetapi juga pada lamanya iskemia
berlangsung.
8
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Komplikasi
Hal yang sangat penting dilakukan adalah deteksi dini dan mencegah komplikasi. Dua
kategori komplikasi yang perlu diwaspadai: ketidak stabilan aritmia dan gangguan
mekanisme jantung. Pemantauan EKG harus segera dilakukan.
Escape beats (akibat kegagalan nodus sinus). Untuk mengatasu escape rhythms,
diberikan obat-obat untuk mempercepat pulihnya pacu jantung normal, yaitu nodus sinus;
tidak boleh diberikan obat-obatan untuk menekan escape pacemaker karena akan terjadi henti
jantung.
Terapi blok jantung ditujukan untuk memulihkan atau merangsang hantaran normal,
baik melalui peberian obat-obat yang mempercepat hantarn dan denyut jantung (seperti
atropin) atau dengan alat pacu eksternal sebagai jembatan untuk pacemaker permanen.
Gangguan mekanis menimbulkan gejala klinis yang bervariasi dari gagal jantung
kongestif hingga syok kardiogenik. Usaha-usaha segera untuk menolong gagal jantung
kongestif adalah: (1). Mengurangi volume intravaskular, kongesti dan transudasi cairan
kedalam paru. (2). Memperebaiki fungsi miokardium dengan mencegah perubahan ventrikel.
Etiologi PJK
Penyakit jantung koroner adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh penyempitan
atau penyumbatan arteri yang mengalirkan darah ke otot jantung.
Penyakit jantung koroner adalah ketidak seimbangan antara demand dan supplay atau
kebutuhan dan penyediaan oksigen otot jantung dimana terjadi kebutuhan yang meningkat
atau penyediaan yang menurun, atau bahkan gabungan diantara keduanya itu, penyebabnya
adalah berbagai faktor.
9
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Manifestasi klinis dan penyakit jantung koroner ada berbagai macam, yaitu iskemia
mycocard akut, gagal jantung disritmia atau gangguan irama jantung dan mati mendadak
(Margaton, 1996).
Adanya aterosklerosis koroner dimana terjadi kelainan pada intima bermula berbentuk
bercak fibrosa dan selanjutnya terjadi ulserasi, pendarahan, kalsifikasi dan trombosis.
Kejadian aterosklerosis tidak hanya disebabkan oleh faktor tunggal, akan tetapi diperberat
juga oleh banyak faktor lain seperti: hipertensi, kadar lipid, rokok, kadar gula darah yang
abnormal.
Gejala Klinis
Penyakit jantung koroner sering ditandai dengan rasa tidak nyaman atau sesak di
dada, gejala seperti ini hanya dirasakan oleh sepertiga penderita. Rasa nyeri terasa pada dada
bagian tengah, lalu menyebar keleher, dagu dan tangan. Rasa tersebut akan beberapa menit
kemudian. Rasa nyeri muncul karena jantung kekurangan darah dan supplay oksigen.
Gejala ini lain menyertai jantung koroner akibat penyempitan pembuluh nadi jantung
adalah rasa tercekik (angina pectoris). Kondisi ini timbul secara tidak terduga dan hanya
timbul jika jantung dipaksa bekerja keras. Misal fisik dipaksa bekerja keras atau mengalami
tekanan emosional. Pada usia lanjut gejala serangan jantung sering tidak disrtai keluhan
apapun, sebagian hanya merasa tidak enak badan. Gejala penyakit jantung koroner pada
umumnya tidak spesifik untuk didiagnosa angina pectoris (masa tercekik).
10
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Berbeda dengan kasus infak miokardia pada kelainan jantung yang satu ini dapat
diketahui melalui penyimpanan irama jantung saat pemeriksaan melalui elektro kardiografi
dan dikatikan dengan peningkatan kadar enzim jantung dalam darah, juga dalam
perkembangan penyakit jantung koroner biasanya disertai kelainan kadar lemak dan
trombosit darah penderita yang diikuti oleh kerusakan endoterium dinding pembuluh nadi
(Krisnatuti dan Yenria, 1999).
Sesak nafas mulai dengan nafas yang terasa pendek sewktu melakukan aktivitas yang
cukup berat, yang biasa tidak menimbulkan keluhan. Makin lama sesak makin bertambah,
sekalipun melakukan aktivitas ringan, sepertio naik tangga 1-2 lantai ataupun berjalan datar
agak jauh. Menyebabkan rasa nyeri yang sama dengan angina (rasa sakit iskemik sebagai
akibat dari iskemik miokard* yang terjadi semetara dan dirasakan penderita sebagai sakit
dada), namun tidak hilang bila beristirahat malah bertambah parah. Biasanya terasa ditengah-
tengah dada, bisa menyebar kesisi kiri, kekedua tangan atau keleher dan rahang. Dada terasa
seperti terbakar, tertusuk-tusuk atau tertekan. Mereka nyang pernah mengalami mengatakan
bahwa inilah rasa sakit paling buruk yang pernah mereka rasakan.
Kadang penderita penyakit jantung koroner diketahui secara kebetulan misalnya saat
dilakukan check up kesehatan. Kelompok penderita ini tidak pernah mengeluh adanya nyeri
dada (angina) baik pada saat istirahat maupun saat aktifitas. Secara kebetulan penderita
menunjukkan iskemia saat dilakukan uji beban latihan. Ketika EKG menunjukkan depresi
segmen ST, penderita tidak mengeluh adanya nyeri dada. Pemeriksaan fisik, foto dada dan
11
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
lain-lan dalam batas-batas normal. Mekanisme silent iskemia diduga oleh karena ambang
nyeri yang meningkat, neuropati otonomik (pada penderita diabetes), meningkatnya produksi
endomorfin, derajat stenosis yang ringan.\
12
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Manifestasi klinis
Penderita dengan Prinzmetal’s angina biasanya terjadi pada penderita lebih muda
dibandingkan dengan angina stabil ataupun angina tdiak stabil. Seringkali juga tidak
didapatkan adanya faktor risiko yang klasik kecuali perokok berat. Serangan nyeri biasanya
terjadi antara tengah malam sampai jam 8 pagi dan rasa nyeri sangat hebat. Pmeriksaan fisik
jantung biasanya tidak menunjukkan kelainan. Pemeriksaan elektrokardiografi menunjukkan
adanya elevasi segmen ST (kunci diagnosis). Pada beberapa penderita bisa didahului depresi
segmen ST sebelum akhirnya terjadi elevasi. Kadang juga didapatkan perubahan gelombang
T yaitu gelombang T alternan, dan tidak jarang disertai dengan aritmia jantung.
13
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Manifestasi klinis
Gejala prodomal
Penderita infark miokard akut sering didahului oleh keluhan dada terasa tdiak enak
(chest discomfort). Keluhan ini menyerupai gambaran angina yang klasik pada saat istirahat
sehingga dianggap terjadi angina tidak stabil. Tiga puluh persen penderita mengeluh gejala
tersebut 1-4 minggu sebelum penderita mengeluh gejala tersebut dirasakan kurang dari 1
minggu. Selain itu penderita sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan.
Nyeri dada
Intentisitas nyeri biasanya bervariasi, seringkali sangat berat bahkan banyak penderita
tidak dapat menahan rasa nyeri tersebut. Nyeri dada berlangsung > 30 menit bahkan sampai
berjam-jam. Kualitas nyerinya sering dirasakan seperti menekan, (compressing), constricting,
crushing atau squeezing (diremas), choocking (tercekik), berat (heavy pain). Kadang juga
bisa tajam (knife like) atau pun seperti terbakar (burning). Lokasi nyeri biasanya retrosternal,
menjalar ke kedua dinding dada terutama dada kiri, ke bawah ke bagian medial lengan
menimbulkan rasa pegal pada pergelangan, tangan dan jari. Kadang-kadang nyeri dapat
dirasakan pada daerah epigastrium hingga merasa perut tidak enak (abdominal discomfort).
Gejala lain yang sering menyertai adalah mual, muntah, badan lemah, pusing, berdebar dan
keringat dingin.
Farmakologi & Non Farmakologi
1. Farmokologi
2. Non-farmakologi
Pemeriksaan Penunjang
Dokter akan bertanya tentang riwayat kesehatan pasien penyakit jantung koroner,
kemudian melakukan pemeriksaan fisik dan tes darah rutin. Beberapa pemeriksaan dapat
dilakukan untuk mendeteksi adanya penyakit jantung koroner, antara lain:
15
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
lemah mungkin telah rusak selama serangan jantung atau menerima terlalu sedikit
oksigen. Ini mungkin menandakan arteri koroner atau berbagai kondisi lain.
Kateterisasi Koroner, untuk melihat aliran darah melalui jantung, dokter mungkin
mnyuntikkan cairan khusus ke dalam pembuluh darah (intravena). Hal ini dikenal
sebagai angiogram. Cairan disuntikkan ke dalam arteri jantung melalui pipa panjang,
tipis, fleksibel (kateter) yang dilewati melalui arteri, biasanya di kaki, ke arteri jantung.
Pewarna menandai bintik-bintik penyempitan dan penyumbatan pada gambar sinar-X.
Jika pasien yang diperiksa memiliki penyumbatan yang membutuhkan perawatan, balon
dapat didorong melalui kateter dan ditiup untuk meningkatkan aliran darah dalam jantung.
Enzim Jantung untuk mengetahui apabil dijantung ada kerusakan. Contoh : CPKMB,
LDH, AST. Kimia : mungkin normal, tergantung abnormalitas fungsi/perfusi organ akut atau
kronis. Foto Thorax : mungkin normal/menunjukkan pembesaran jantung diduga
GJK/aneurisma ventrikuler.
16
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
EKG adalah suatu alat pencatat grafis aktivitas listrik jantung. EKG adalah grafik
yang menelusuri variasi potensial elektrik yang disebabkan oleh eksitasi otot jantung dan
dideteksi pada permukaan tubuh.
17
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
3) Baringkan pasien dengan tenang di tempat tidur yang luas. Tangan dan kaki tidak
saling bersentuhan
4) Bersihkan dada, kedua pergelangan kaki dan tangan dengan kapas alcohol (kalau perlu
dada dan pergelangan kaki dicukur)
5) Keempat electrode ektremitas diberi jelly.
6) Pasang keempat elektrode ektremitas tersebut pada kedua pergelangan tangan dan kaki.
Untuk tangan kanan biasanya berwarna merah, tangan kiri berwarna kuning, kaki kiri
berwarna hijau dan kaki kanan berwarna hitam.
7) Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi elektrode V1 s/d V6.
V1 di garis parasternal kanan sejajar dengan ICS 4 berwarna merah
V2 di garis parasternal kiri sejajar dengan ICS 4 berwarna kuning
V3 di antara V2 dan V4, berwarna hijau
V4 di garis mid klavikula kiri sejajar ICS 5, berwarna coklat
V5 di garis aksila anterior kiri sejajar ICS 5, berwarna hitam
V6 di garis mid aksila kiri sejajar ICS 5, berwarna ungu
8) Pasang elektrode dada dengan menekan karet penghisap.
9) Buat kalibrasi, saat ini sudah bersifat otomatis dengan pilihan auto dan manual
10) Rekam setiap lead 3-4 beat (gelombang), kalau perlu lead II panjang (minimal panjang
30 kotak besar) jika ada aritmia, pakai pilihan manual untuk alat baru.
11) Semua electrode dilepas
12) Jelly dibersihkan dari tubuh pasien
13) Beritahu pasien bahwa perekaman sudah selesai
14) Matikan mesin EKG
15) Tulis pada hasil perekaman : nama, umur, jenis kelamin, jam, tanggal, bulan dan tahun
pembuatan, nama masing-masing lead serta nama orang yang merekam
16) Bersihkan dan rapikan alat
Perhatian :
Sebelum bekerja periksa kecepatan mesin 25 mm/detik dan voltase 10 mm. Jika kertas
tidak cukup kaliberasi voltase diperkecil menjadi ½ kali atau 5 mm. Jika gambaran EKG
kecil, kaliberasi voltase diperbesar menjadi 2 kali atau 20 mm.
Hindari gangguan listrik dan mekanik saat perekaman
Saat merekam, operator harus menghadap pasien
18
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Lead EKG
Terdapat 2 jenis lead :
A. Lead bipolar : merekam perbedaan potensial dari 2 elektrode
Lead I : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri
(LA) yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+)
Lead II : merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF)
yang mana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+)
Lead aVR : merekam beda potensial pada tangan kanan (RA) dengan tangan kiri
dan kaki kiri yang mana tangan kanan bermuatan (+)
Lead aVL : merekam beda potensial pada tangan kiri (LA) dengan tangan kanan
dan kaki kiri yang mana tangan kiri bermuatan (+)
19
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Lead aVF : merekam beda potensial pada kaki kiri (LF) dengan tangan kanan dan
tangan kiri yang mana kaki kiri bermuatan (+)
Lead unipolar prekordial : merekam beda potensial lead di dada dengan ketiga lead
ekstremitas. Yaitu V1 s/d V6
20
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Kertas EKG
Kertas EKG merupakan kertas grafik yang terdiri dari garis horisontal dan vertikal
berbentuk bujur sangkar dengan jarak 1 mm. Garis yang lebih tebal (kotak besar) terdapat
pada setiap 5 mm. Garis horizontal menggambarkan waktu (detik) yang mana 1 mm (1 kotak
kecil) = 0,04 detik, 5 mm (1 kotak besar) = 0,20 detik. Garis vertical menggambarkan voltase
yang mana 1 mm (1 kotak kecil) = 0,1 mV.
Kurva EKG
Kurva EKG menggambarkan proses listrik yang terjadi di atrium dan ventrikel. Proses listrik
terdiri dari :
1) Depolarisasi atrium (tampak dari gelombang P)
2) Repolarisasi atrium (tidak tampak di EKG karena bersamaan dengan depolarisasi
ventrikel)
3) Depolarisasi ventrikel (tampak dari kompleks QRS)
4) Repolarisasi ventrikel (tampak dari segmen ST)
21
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Kurva EKG normal terdiri dari gelombang P,Q,R,S dan T kadang-kadang tampak gelombang
U.
EKG 12 Lead
Lead I, aVL, V5, V6 menunjukkan bagian lateral jantung. Lead II, III, aVF menunjukkan
bagian inferior jantung. Lead V1 s/d V4 menunjukkan bagian anterior jantung.
Lead aVR hanya sebagai petunjuk apakah pemasangan EKG sudah benar
Aksis jantung
Sumbu listrik jantung atau aksis jantung dapat diketahui dari bidang frontal dan
horisontal. Bidang frontal diketahui dengan melihat lead I dan aVF sedangkan bidang
horisontal dengan melihat lead-lead prekordial terutama V3 dan V4. Normal aksis jantung
frontal berkisar -30 s/d +110 derajat.Deviasi aksis ke kiri antara -30 s/d -90 derajat, deviasi ke
kanan antara +110 s/d -180 derajat.
Sekilas mengenai EKG Normal
22
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Gelombang P
Nilai normal :
Lebar ≤ 0,12 detik
Tinggi ≤ 0,3 mV
Selalu (+) di lead II
Selau (-) di lead aVR
Interval PR
Diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai normal
berkisar 0,12-0,20 detik.
Gelombang QRS (kompleks QRS)
Nilai normal : lebar 0,04 - 0,12 detik, tinggi tergantung lead.
Gelombang Q : defleksi negatif pertama gelombang QRS
Nilai normal : lebar < 0,04 detik, dalam < 1/3 gelombang R. Jika dalamnya > 1/3 tinggi
gelombang R berarti Q patologis.
Gelombang R adalah defleksi positif pertama pada gelombang QRS. Umumnya di Lead aVR,
V1 dan V2, gelombang S terlihat lebih dalam, dilead V4, V5 dan V6 makin menghilang atau
berkurang dalamnya.
Gelombang T
Merupakan gambaran proses repolirisasi Ventrikel. Umumnya gelombang T positif, di
hampir semua lead kecuali di aVR
23
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Gelombang U
Adalah defleksi positif setelah gelombang T dan sebelum gelombang P berikutnya.
Penyebabnya timbulnya gelombang U masih belum diketahui, namun diduga timbul akibat
repolarisasi lambat sistem konduksi Interventrikuler.
Interval PR
Interval PR diukur dari permulaan gelombang P sampai permulaan gelombang QRS. Nilai
normal berkisar antara 0,12 – 0,20 detik ini merupakan waktu yang dibutuhkan untuk
depolarisasi Atrium dan jalannya implus melalui berkas His sampai permulaan depolarisasi
Ventrikuler
Segmen ST
Segmen ST diukur dari akhir gelombang QRS sampai permulaan gelombang T. segmen ini
normalnya isoelektris, tetapi pada lead prekkordial dapat berpariasi dari – 0,5 sampai +2mm.
segmen ST yang naik diatas garis isoelektris disebut ST eleveasi dan yang turun dibawah
garis isoelektris disebut ST depresi
Cara menilai EKG
Tentukan apakah gambaran EKG layak dibaca atau tidak
Tentukan irama jantung ( “Rhytm”)
Tentukan frekwensi (“Heart rate”)
Tentukan sumbu jantung (“Axis”)
Tentukan ada tidaknya tanda tanda hipertrofi (atrium / ventrikel)
Tentukan ada tidaknya tanda tanda kelainan miokard (iskemia/injuri/infark)
Tentukan ada tidaknya tanda tanda gangguan lain (efek obat obatan, gangguan
keseimbangan elektrolit, gangguan fungsi pacu jantung pada pasien yang terpasang
pacu jantung)
24
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Irama EKG yang normal implus (sumber listrik) berasal dari Nodus SA, maka irmanya
disebut dengan Irama Sinus (“Sinus Rhytem”)
Kriteria Irama Sinus adalah :
Iramanya teratur
frekwensi jantung (HR) 60 – 100 x/menit
Gelombang P normal, setiap gelombang P selalu diikuti gel QRS, T
Gelombang QRS normal (0,06 – <0,12 detik)
PR interval normal (0,12-0,20 detik)
Irama yang tidak mempunyai criteria tersebut di atas kemungkinan suatu kelainan
Aritmia
Frekuensi denyut jantung normal berkisar antara 60-100 denyut per menit (dpm)
kecepatan denyut jantung dibawah 60 dpm disebut bradikardi. Bradikardi mengurangi curah
jantung dengan mengurangi frekuensi ejeksi ventrikel. Sedangkan denyut jantung diatas 100
dpm disebut takikardi. Takikardi mengurangi curah jantung dengan memperpendek waktu
pengisian ventrikel dan volume sekuncup
Atrial Fibrillation
Gangguan Irama pada serambi jantung ini membahayakan karena sebagai akibat
aliran darah yang tidak lancar dalam serambi jantung dapat terbentuk bekuan darah yang
semakin besar dimana kemudian bekuan ini dapat lepas dan menyangkut di otak serta
25
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
menimbulkan stroke. Bekuan darah ini dapat juga lepas dan meyangkut di ginjal serta
menimbulkan gagal ginjal.
Ventrikular Fibrillation
Kejadian fibrilasi tidak kuncup yang terjadi pada bilik jantung maka akan
mengakibatkan kefatalan karena tidak adanya darah yang dipompakan keluar jantung, dan
dengan sekejap saja orang dapat meninggal
Aritmia yang pada umumnya dikenal sebagai desiran jantung, adalah kondisi di mana
laju detak jantung terlalu cepat, terlalu lambat atau tidak teratur. Takikardia adalah kondisi di
mana jantung berdetak terlalu cepat. Bradikardia terjadi ketika detak jantung terlalu lambat.
Aritmia tidak berbahaya, yang lainnya dapat mengancam nyawa. Beberapa aritmia dapat
menyebabkan jantung tidak memompakan cukup darah ke tubuh, sehingga menyebabkan
kemungkinan kerusakan pada otak, jantung dan organ vital lainnya.
Aritmia dapat disebabkan oleh serangan jantung sebelumnya. Kondisi lain yang juga
merusak sistem listrik jantung mencakup tekanan darah tinggi, penyakit jantung koroner dan
26
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
gagal jantung. Kebiasaan gaya hidup tidak sehat seperti merokok, peminum berat, terlalu
banyak kafein dan penyalahgunaan obat-obatan juga dapat menyebabkan aritmia.
Obat-obatan
Obat-obatan biasanya digunakan untuk memperlambat detak jantung cepat yang tidak
normal. Antiaritmia adalah obat-obatan yang digunakan untuk memperlambat detak jantung
yang terlalu cepat dan juga dapat mengubah irama jantung tidak normal menjadi normal dan
teratur. Obat-obatan yang memperlambat laju detak jantung cepat mencakup penghambat
beta, penghambat saluran kalsium, dan digoxin. Obat-obatan pengencer darah bekerja sebagai
antikoagulan, sehingga membantu mengurangi risiko pembekuan darah pada pasien.
Prosedur medis
Alat pacu jantung digunakan pada pasien yang detak jantungnya terlalu lambat serta
mereka yang memiliki detak jantung tidak teratur. Alat pacu jantung adalah perangkat kecil
yang diletakkan di bawah kulit di dada atau perut yang membantu mendeteksi kepekaan
listrik jantung. Ketika alat ini merasakan irama jantung yang tidak normal, maka akan
mengirimkan impuls listrik pada irama jantung yang tepat. Perangkat serupa bernama
Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) mengendalikan aritmia yang mengancam nyawa
dengan memantau detak jantung secara terus menerus dan mengirimkan kejutan listrik untuk
memulihkan detak jantung normal.
27
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
proses di mana sentakan listrik dikirim ke jantung untuk memperbaiki irama jantung. Namun
demikian, proses ini hanya cocok untuk jenis aritmia tertentu yang mengancam nyawa.
Klasifikasi Aritmia
Gangguan impuls
Gangguan system konduksi ( penghantaran arus listrik)
Gangguan Pembentukan Impuls :
SA-Node
Sinus takikardi
Sinus bradikardi
Sinus aritmia
Gangguan Pembentukan sinus di Atrial
Atrial extra systole & para systole
Atrial takikardi
Atrial gelepar (flutter)
Atrial fibrilasi
Atrial wondering pace maker/kelana
AV junction
Nodal extra systole dan para systole
Nodal takikardi
Nodal escape
Ventrikel
Ventrikular ekstra systole dan parasystole
Ventrikular takikardi
Ventrikular fibrilasi
Ventrikular escape
KLASIFIKASI ARITMIA
1. Gangguan pembentukan impul :
a. Ekstrasistole
b. Takikardi
c. Flutter
28
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
d. Fibrilasi
e. Escappe Beat
f. Arrest
g . Wandering Pace-maker
Kegawatan aritmia
Derajat kegawatan aritmia tergantung:
Jenis aritmia yang gawat
takiaritmia = > 100 x/menit
bradiaritmia = < 60 x/menit
Kelainan dasar jantung
keadaan miocard yang jelek - memperburuk prognosa aritmia, mis:
IMA, miocarditis, kardiomiopati.
Adanya kelainan di luar jantung
a. gangguan elektrolit
b. gangguan asam basa
c. infeksi berat.
Gangguan Hemodinamik
1) Merupakan manifestasi kegawatan aritmia
2) Secara klinis berupa:
TD menurun shock cardiogenic
Curah jantung ( CO) menurun -> gagal jantung -> oedema paru akut.
Curah Jantung (-) -> henti jantung
Sindr. Adam – stokes yaitu: CO menurun cepat sementara -> pingsan
29
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Sel otot jantung (miokardium) yang rusak akan melepaskan beberapa enzim yang
merupakan penanda bahwa infark sudah terjadi. Semakin tinggi level enzim jantung yang
terdeteksi dalam aliran darah, artinya semakin besar area yang terkena. Creatinine kinase
(CK), Creatinine kinase muscle brain (CKMB), dan troponin adalah beberapa biomarker
yang sering dipakai.
Pria Wanita
Enzim berkonsentrasi tinggi dalam jantung dan otot rangka, konsentrasi rendah pada
jaringan otak, berupa senyawa nitrogen yang terfosforisasi dan menjadi katalisastor dalam
transfer posfat ke ADP (energy). Kadarnya meningkat dalam serum 6 jam setelah infark dan
mencapai puncak dalam 16-24 jam, kembali normal setelah 72 jam. Peningkatan CPK
merupakan indicator penting adanya kerusakan miokardium.
Nilai normal :
30
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Peningkatan 5 kali atau lebih atau lebih dari nilai normal Infark jantung
Polimiositis
Distropia muskularis duchene
Peningkatan ringan/sedang (2-4 kali nilai normal) Kerja berat
Trauma
Tindakan bedah
Injeksi I.M
Miopati alkoholika
Infark miokard/iskemik berat
Infark paru/edema paru
Dengan hipitiroidisme Psikosis akut
Peningkatan kadar enzim dalam serum menjadi indicator terpercaya adanya kerusakan
jaringan pada jantung.
Nilai > 10-13 U/L atau > 5% total CK menunjukkan adanya peningkatan aktivitas
produksi enzim.
31
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Klinis:
Peningkatan kadar CPK dapat terjadi pada penderita AMI, penyakit otot rangka,
cedera cerebrovaskuler. Peningkatan iso enzim CPK-MM, terdapat pada penderita distrofi
otot, trauma hebat, paska operasi, latihan berlebihan, injeksi I.M, hipokalemia dan
hipotiroidisme. Peningkatan CPK-MB : pada AMI, angina pectoris, operasi jantung,
iskemik jantung, miokarditis, hipokalemia, dan defibrilasi jantun. Peningkatan CPK-BB :
terdapat pada cedera cerebrovaskuler, pendarahan sub arachnoid, kanker otak, cedera otak
akut,syndrome reye, embolisme pulmonal dan kejang.
32
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
33
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Merupakan enzim non sfesifik. Untuk diagnostic miokard infark. Pemeriksaaan ini
bertujuan untuk membedakan LDH 1,2 dan LDH 3,4. Penigkatan HBDH biasanya juga
menandai adanya miokard infark dan juga diikuti peningkatan LDH.
34
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Penyakit jantung koroner merupakan kelainan miokardium akibat insufisiensi aliran darah
koroner oleh arteriosclerosis yang merupakan proses degeneratif meskipun dipengaruhi
oleh banyak factor.
2. Penyebab penyakit jantung koroner adalah terjadinya penyempitan aliran darah ke otot
jantung yang terjadi akibat penebalan lapisan tunika intima dan rupture plak yang diikuti
oleh pembentukan thrombus.
3. Pada penyakit arteriosclerosis di kenal dua keadaan ketidakseimbangan masukan
kebutuhan oksigen yaitu terjadi hipoksia karena kelainan vascular dan hipoksia karena
kekurangan oksigen dalam darah
4. Nyeri dada hampir sama tempat dan kualitasnya, yang membedakan adalah lama
terjadinya. Pada angina pectoris biasanya 1-5 menit sedangkan pada infark miokardium
lebih dari 20 menit.
Saran
Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui tentang
hipertensi, system RAA, dan penanganan hipertensi.
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami
masih dalam proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah
ini,dapat menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang
sifatnya tersirat maupun tersurat.
35
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
DAFTAR PUSTAKA
A.Muin Rahman. “Penyakit Jantung Koroner Kronik. Manifestasi Klinis dan Prinsip
Penatalaksanaan”. Hal. 1091
Dede Kusmana. 1996. “Pencagahan dan Rehabilitas Penyakit Jantung Koroner” Jurnal
Kardiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.106
Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Rahadja Kirana. 2007. “Obat-obat Penting” Edisi VI. Jakarta,
Elex Media Komputindo. Hal.528
Mansjoer Arif dkk.2001. “Kapita Selekta Kedokteran”. Edisi III, Jakarta, Media Aesculapius,
Hal. 437
Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson. 2005. “Patofisiologi Konsep Klinis, Proses-proses,
dan Penyakit” Edisi 6. Jakarta. EGC. Hal. 576
Freek W.A.V.: optimal thrombolytic therapy for acute myocardinal infarction and its
management thereafter. Clinical meeting Medan,1989.
36
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
Penyakit Jantung Koroner, EKG, Aritmia, Enzim Jantung
Kasiman,s: Faktor Resiko utama Penyakit Jantung Koroner. Kumpulan makalah Rehabilitasi
Dan Kualitas Hidup. Simposium rehabilitasi Jantung Indonesia 11 Perki, Jakarta 1988.
37
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA