ASKEP ENDOMETRIOSIS
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan
jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii,
ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R
James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )
B. Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
3. Menstruasi yang lama (>7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran
sampah medis dan sampah-sampah perkotaan. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan
Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
a. Dismenore sekunder
b. Dismenore primer yang buruk
c. Dispareunia
Nyeri ovulasi
d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen
bawah selama siklus menstruasi.
e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
f. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
a. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
b. Darah pada feces
c. Diare, konstipasi dan kolik
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica : Jakarta)
D. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan
yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini
disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal
tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan progesteron yang
menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel
endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar
estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikroorganisme
masuk ke dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan
resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring
dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen
endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan
menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga
pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki
kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin
normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron
meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan
kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan endometrial ini akan menjadi
nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat
menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan
adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis
tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat
melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus
mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung
fimbriae untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan
terjadinya infertil pada endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta Spero f,
Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins :
Philadelphia. )
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
1. Uji serum
a. CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
b. Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak
diperlihatkan.
c. Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
a. Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
b. MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
c. Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )
F. Diagnosis
Diagnosis biasanya dibuat atas dasar anamnesis dan pemeriksaan fisik, dipastikan dengan
pemeriksaan laparoskopi. Kuldoskopi kurang bermanfaat terutama jika kavum douglasi ikut serta
dalam endometriosis. Pada endometriosis yang ditemukan pada lokasi seperti forniks vaginae
posterior, perineum, parut laparotomi dan sebagainya, biopsi dapat memberi kepastian mengenai
diagnosis. Pemeriksaan laboratorium pada endometriosis tidak memberi tanda yang khas, hanya
apabila ada darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi petunjuk tentang
adanya endometriosis pada rektosigmoid atau kandung kencing. Sigmoidoskopi dan sistoskopi dapat
memperlihatkan tempat perdarahan waktu haid. Pembuatan foto rontgen dengan memasukkan
barium dalam kolom dapat memberi gambaran dengan filling defect pada rektosigmoid dengan batas
– batas yang jelas dan mukosa yang utuh. Laparoskopi merupakan pemeriksaan yang sangat
berguna untuk membedakan endometriosis dari kelainan – kelainan di pelvis.
G. Terapi
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara
lain:
1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis
akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-
menopause, yang digunakan adalah :
Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
Progestrogen seperti provera, primolut
GnRH
Pil kontrasepsi kombinasi
Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping
2. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)
H. Pencegahan
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis.
Gejala – gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan
karena regresi endometrium dalam sarang – sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya
perkawinan diusahakan supaya mendapat anak – anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Sikap demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis,
melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis. Selain itu jangan melakukan
pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu haid, oleh karena hal itu dapat
menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga panggul.
BAB II
PROSES ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ENDOMETRITIS
A. Pengkajian
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi
kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
2. Riwayat kesehatan sekarang
Dysmenore primer ataupun sekunder
Nyeri saat latihan fisi
Dispareun
Nyeri ovulasi
Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah
selama siklus menstruasi.
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
Hipermenorea
Menoragia
Feces berdarah
Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
Konstipasi, diare, kolik
3. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita endometriosis.
4. Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang bewarna
gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul :
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
2. Resiko gangguan harga diri b.d infertilitas
3. Resiko tinggi koping individu / keluarga tidak efektif b.d efek fisiologis dan emosional gangguan,
kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit.
4. Resiko tinggi gangguan citra tubuh b.d gangguan menstruasi
(Bobak. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. EGC : Jakarta)
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d gangguan menstruasi, proses penjalaran penyakit.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak memegang punggung, kepala atau
daerah lainnya yang sakit, keringat berkurang.
Intervensi ;
a. Pantau/ catat karakteristik nyeri ( respon verbal, non verbal, dan respon hemodinamik) klien.
R/ untuk mendapatkan indicator nyeri.
b. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.
R/untuk mendapatkan sumber nyeri.
c. Kaji intensitas nyeri dengan menggunakan skala 0-10.
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metodeh yang mudah
serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
d. Tunjukan sikap penerimaan respon nyeri klien dan akui nyeri yang klien rasakan.
R/ ketidakpercayaan orang lain membuat klien tidak toleransi terhadap nyeri sehingga klien
merasakan nyeri semakin meningkat.
e. Jelaskan penyebab nyeri klien.
R/dengan mengetahui penyebab nyeri klien dapat bertoleransi terhadap nyeri.
f. Bantu untuk melakukan tindakan relaksasi, distraksi, massage.
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri.
g. Berikan pujian untuk kesabaran klien.
R/meningkatkan motivasi klien dalam mengatasi nyeri.
h. Kolaborasi pemberian analgetik ( ibuprofen, naproksen, ponstan) dan Midol.
R/ analgetik tersebut bekerja menghambat sintesa prostaglandin dan midol sebagai relaksan uterus.
2. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertile pada endometriosis
a) Berikan motivasi kepada pasien
R/; meningkatkan harga diri klien dan merasa di perhatikan.
b) Bina hubungan saling percaya
R /: hubungan saling percaya memungkinkan klien terbuka pada perawat dan sebagai dasar untuk
intervensi selanjutnya.
c) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki
R /: mengidentifikasi hal – hal positif yang masih di miliki klien.
3. Resiko gangguan citra tubuh berhubungan dengan gangguan menstruasi
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan meningkat.
Kriteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima apa
yang sedang terjadi.
a. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
R/klien dengan mudah mengungkapkan masalahnya hanya kepada orang yang dipercayainya.
b. Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan, pikiran, dan pandangan tentang dirinya.
R/meningkatkan kewaspadaan diri klien dan membantu perawat dalam membuat penyelesaian.
c. Diskusikan dengan system pendukung klien tentang perlunya menyampaikan nilai dan arti klien
bagi mereka.
R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat klien merasa diterima.
d. Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai
aspek positif.
R/ mengidentifikasi kekuatan klien dapat membantu klien berfokus pada karakteristik positif yang
mendukung keseluruhan konsep diri.
e. Libatkan klien pada setiap kegiatan di kelompok
R/ Memungkinkan menerima stimulus social dan intelektual yang dapat meningkatkan konsep diri
klien.
f. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan gangguan
menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
R/ Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan dapat membuat
klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/ulcus-endometriosis .html
KISTA ENDOMETRIUM
A. Pengertian
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga
seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda
seperti bubur (Dewa, 2000)
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau
bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat hanya
dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis (Mary Baradero dkk, 2005).
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan
pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di
ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon,
ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002).
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan sel-sel lapisan
uterus tumbuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus. (Brunner & Suddarth,
Keperawatan Medikal Bedah, 1556 : 2002)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma) diluar uterus
(Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
B. Etiologi
Etiologi endometriosis belum diketahui tetapi ada beberapa teori yang telah dikemukakan :
Secara kongenital sudah ada sel-sel endometrium di luar uterus.
Pindahnya sel-sel endometrium melalui sirkulasi darah atau sirkulasi limfe.
Refluks menstruasi yang mengandung sel-sel endometrium ke tuba fallopi, sampai ke rongga
pelvis.
Herediter karena insiden lebih tinggi pada wanita yang ibunya juga mengalami endometriosis
(Mary Baradero dkk, 2005).
D. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara
perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini
juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem
hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan sekresi estrogen dan
progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya
dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring
dengan peningkatan kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan
mikoroorganisme masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan
makrofag yang menyebabkan resepon imun menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan
sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium
yang akan menjadi tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama
dalam rongga pelvis yang dikenai endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel
endomatrial ini memiliki kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke
bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus
endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan
progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada
saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang, jaringan
endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan
menyebabkan nyeri saat menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah
di pelvis akan menyebabkan adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini
menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga nyeri pada daerah permukaan yang
terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks. Adhesi juga
dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii.
Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba
fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke uterus
menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada endometriosis.
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
a. Uji serum
CA-125: Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
Protein plasenta 14 : Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi
dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
Antibodi endometrial: Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
b. Teknik pencitraan
Ultrasound: Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan
sensitifitas 11%
MRI: 90% sensitif dan 98% spesifik
F. Penatalaksanaan
1) Kolaboratif
Kehamilan bisa memperlambat perkembangan endometriosis karena menstruasi
(ovulasi) berhenti selama kehamilan dan laktasi. Ada beberapa wanita yang menjadi
asimptomatis setelah melahirkan. Fertilitas wanita dengan endometriosis rendah maka bagi
pasangan yang menginginkan anak memerlukan bantuan medis.
Kontrasepsi oral yang mengandung estrogen yang minimal dan progestin yang tinggi
dapat menyebabkan atrofi endometrium. Obat-obat antigonadotropik seperti Danasol dapat
juga dipakai untuk menekan kegiatan ovarium. Danasol dapat menghentikan perkembangan
endometrium, mencegah ovulasi, dan menyebabkan atrofi jaringan endometrium yang ada di
luar uterus (jaringan endometrium ektopik). Kelemahan dari obat-obat ini adalah sangat
mahal, adanya efek samping seperti mual, cepat lelah, depresi, berat badan bertambah,
menyerupai gejala menopause, dan osteoporosis.
Apabila tidak ada respons terhadap terapi konservatif, intervensi bedah dapat
dilaksankan. Pembedahan laser laparoskopi adalah pembedahan yang bisa mempertahankan
fertilitas pasien karena pembedahan ini hanya melepas adhesi dan menghancurkan jaringan
endometrium yang ada dalam rongga pelvis. Bedah radikal meliputi pengangkatan uterus,
tuba fallopi, dan ovarium. Endometriosis bisa berhenti ketika menopause.
2) Mandiri
Pasien perlu merasa yakin bahwa endometriosis dapat diobati. Perlu diterapkan
kepada pasien efek samping dari obat-obat yang dipakainya, strategi untuk menangani nyeri
yang kronis juga perlu dijelaskan (Mary Baradero dkk, 2005).
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Riwayat Kesehatan Dahulu
a. Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katun dan
produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Dysmenore primer ataupun sekunder
Nyeri saat latihan fisik
Dispareunia
Nyeri ovulasi
Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen
bawah selama siklus menstruasi.
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
Hipermenorea
Menoragia
Feces berdarah
Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
konstipasi, diare, kolik.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Memiliki ibu atau saudara perempuan (terutama saudara kembar) yang menderita
endometriosis.
Riwayat obstetri dan menstruasi
Mengalami hipermenorea, menoragia, siklus menstruasi pendek, darah menstruasi yang
bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
d. Aktifitas dan istirahat
Gejala
Kelemahan atau keletihan akibat anaemia
Perubahan pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
Adanya foktor – factor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan keringat malam
Pekerjaan atau profesi dengan penajaman karsinogen lingungan dan tingkat sters tinggi
e. Integritas Ego
Gejala : factor stress, merokok, minum alcohol, menunda mencari pengobatan, keyakinan
religious atau spiritual, masalah tentang lesi cacat, pembedahan, menyngakal diagnosis dan
perasaan putus asa
f. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi urinalis, misalnya masalah nyeri
g. Makanan dan Minuman
Kebiasaan diet buruk ( misalnya : rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet rasa )
h. Neurosensori
Gejala : pusing, singkope
i. Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : adanya nyeri derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamana ringan sampai nyeri berat
j. Pernapasan
Gejala : merokok, pemajanan abses
k. Keamanan Gejala : pemajanan pada zat kimia toksik, karsinogen
Tanda : demam, ruam kulit, ulserasi
l. Seksualitas
Gejala : perubahan pola respon seksual
m. Interaksi social
Gejala : ketidaknyamanan atau kelemahan system pendukung.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan gangguan menstruasi, proses penjalaran
penyakit.
2. Resiko gangguan harga diri berhubungan dengan infertilitas
3. Ansietas berhubungan dengan diagnosis kanker, takut akan rasa nyeri, kehilangan feminitas
dan perubahan bentuk tubuh
C. Intervensi Keperawatan
DX 1
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi)
R/ untuk mendapatkan indikator nyeri
2. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
R/ memodifikasi reaksi fisik dan psikis terhadap nyeri
3. Kaji tipe dan sumber nyeri dengan menggunakan skala nyeri
R/ nyeri merupakan pengalaman subyektif klien dan metode skala merupakan metode yang
mudah serta terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri.
21
Des. ’12
LAPORAN
PENDAHULUAN
ENDOMETRIOSIS
Juniartha Semara Putra
LAPORAN PENDAHULUAN
ENDOMETRIOSIS
A. PENGERTIAN
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan
dan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu
bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk uterus, atau bisa juga
tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. ( Scott, R James, dkk. 2002. Buku
Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )
B. ETIOLOGI
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas,
pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan. (Scott, R James, dkk.
2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri :
a. Dismenore sekunder
d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di
akhir menstruasi
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica :
Jakarta)
D. PATOFISIOLOGI
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau
saudara perempuan yang menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar
terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen abnormal yang diturunkan
dalam tubuh wanita tersebut.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus
menyebabkan uterus mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii
menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae untuk membawa ovum ke
uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility.
Lippincot Williams & Wilkins : Philadelphia. )
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji serum
2. Teknik pencitraan
F. DIAGNOSIS
G. TERAPI
1. Pengobatan Hormonal
GnRH
Pil kontrasepsi kombinasi : Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek
samping
2. Pembedahan
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta)
H. PENCEGAHAN
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik
untuk endometriosis. Gejala – gejala endometriosis memang berkurang atau hilang
pada waktu dan sesudah kehamilan karena regresi endometrium dalam sarang –
sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan diusahakan supaya
mendapat anak – anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap
demikian itu tidak hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis,
melainkan menghindari terjadinya infertilitas sesudah endometriosis. Selain itu
jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada waktu
haid, oleh karena hal itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke
tuba dan ke rongga panggul.
A. PENGKAJIAN
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan
katu dan produksi kertas, serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan
sampah perkotaan.
Dispareun
Nyeri ovulasi
Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian
abdomen bawah selama siklus menstruasi.
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
Hipermenorea
Menoragia
Feces berdarah
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. Resiko tinggi koping individu / keluarga tidak efektif b.d efek fisiologis dan
emosional gangguan, kurang pengetahuan mengenai penyebab penyakit.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan selama …..x 24 jam nyeri klien akan
berkurang.
iteria evaluasi: klien mengatakan nyeri berkurang, klien tidak meringis kesakitan, keringat
berkurang.
Intervensi ;
a. Pantau/ catat karakteristik nyeri (respon verbal, non verbal, dan respon
hemodinamik) klien.
b. Kaji lokasi nyeri dengan memantau lokasi yang ditunjuk oleh klien.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan …..x 24 citra diri klien akan
meningkat.
iteria evaluasi: klien mengatakan tidak malu, merasa berguna, penampilan klien rapi, menerima
apa yang sedang terjadi.
R/ penyampaian arti dan nilai klien dari system pendukung membuat klien merasa
diterima.
d. Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada pada klien dan dukung kekuatan
tersebut sebagai aspek positif.
f. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan terbuka tentang pilihan penanganan
gangguan menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli kebidanan.
R/ Jujur dan terbuka dapat mengontrol perasaan klien dan informasi yang diberikan
dapat membuat klien mencari penanganan terhadap masalah yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. Lowdermik. Jensen. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:
Jakarta.
http://asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com/2008/12/ulcus-endometriosis .html
ENDOMETRIOSIS
Defenisi
Endometriosis merupakan suatu kondisi yang dicerminkan dengan keberadaan dan pertumbuhan jaringan
endometrium di luar uterus. Jaringan endometrium itu bisa tumbuh di ovarium, tuba falopii, ligamen pembentuk
uterus, atau bisa juga tumbuh di apendiks, colon, ureter dan pelvis. (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku
Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)
Endometriosis adalah lesi jinak atau lesi dengan sel-sel yang serupa dengan dengan sel-sel lapisan uterus
tumuh secara menyimpang dalam rongga pelvis diluar uterus. (Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal
Bedah, 1556 : 2002)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium (kelenjar dan stoma) diluar uterus (Arif Mansjoer,
Kapita Selekta, 381: 2001)
Endometriosis adalah terdapatnya jaringan endometrium diluar kavum uterus.Bila jaringan endometrium terdapat
didalam miometrium disebut adenomiosis (adenometriosis internal) sedangkan bila duluar uterus disebut
(endometriorisis ekterna).
Klasifikasi Endometriosis
Menurut topografinya endometriosis dapat digolongkan, yaitu sebagai berikut :
1. Pembagian Atas 2 Golongan
Endometriosis Interna
Endometriosis didalam miometrium, lazim disebut dengan adenomiosis.
Endometriosis Eksterna
Endometriosis di luar uterus, lazim disebut dengan “true endometriosis”
2. Pembagian Atas 3 Golongan
Endometriosis Genetalia Interna
Letaknya di dalam uterus dan disebut adenomiosis
Letaknya didalam tuba seperti adenomiosis ismika nodosa, hematosalping.
Endometriosis Eksterna
Letaknya di dinding belakang uterus, dibagian luar tuba dan di ovarium.
Endometriosis Eksterna Genitalis
Letaknya di pelvio-peritonium dan di cavum Douglasi, rekto-sigmoid, kandung kencing, umbilikus sampai pada
kulit dan paru paru-paru.
Kelainan endometriosis paling sering ditemukan atau di jumpai di ovarium, ligamenta uterus (rotundum,
sakrouterina, dan lantum), septum rekto-vaginal, peritoneum pelvis yang meliputi uterus, tuba, rektum, sigmoid,
dan kandung kencing, yang semuanya ini disebut endometriosis pelvis 8.
Sedangkan menurut Acosta klasifikasi endometriosis dapat dibagi-bagi menurut berat ringan endometriosis, yaitu
antara lain :
1. Ringan
Yaitu endometriosis yang menyebar tanpa perlekatan pada anterior atau posterium cavum douglasi, peritonium
pelvik, atau permukaan ovarium.
2. Sedang
Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan parut dan retraksi atau endometrium kecil.
Perlekatan minimal sekitar ovarium dengan ovarium yang mengalami endometriosis.
Endometriosis pada anterior atau posterior cavum Douglasi dengan parut dan retraksi tanpa menyerang
sigmoid.
3. Berat
Endometriosis pada satu atau dua ovarium dengan ukuran lebih dari 2 x 2 cm2.
Etiologi
Ada beberapa faktor resiko penyebab terjadinya endometriosis, antara lain:
1. Wanita usia produktif ( 15 – 44 tahun )
2. Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (7 hari)
4. Spotting sebelum menstruasi
5. Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
6. Keturunan : memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
7. Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
8. Terpapar Toksin dari lingkungan
Biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis
dan sampah-sampah perkotaan.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica:Jakarta.)
Sampai saat ini belum ada yang memastikan penyebab endometriosis. Ada beberapa teori yang menerangkan
endometriosis seperti:
1. Teori implantasi yaitu implantasi sel endometrium akibat regurgitan transtuba pada saat menstruasi
2. Teori metaplasia yaitu metaplasia sel multipotensial menjadi endometrium, namun teori ini tidak didukung bukti
klinis maupun eksperimen
3. Teori induksi yaitu kelanjutan teori metaplasia dimana faktor biokimia, endogen menginduksi perkembangan sel
peritoneal yang tidak berdiferensiasi menjadi jaringan endometrium (Arif Mansjoer, Kapita Selekta, 381: 2001)
Teori lain :
1. Teori transplantasi bahwa aliran darah haid (menstruasi retrogard) mengirimkan kembali jaringan endometrium
ke tempat ektopik melalui tuba fallopi
2. Teori metaplasi berhubungan dengan jaringan epitel embrionik yang tertahan yang selama pertumbuhannya
dapat berubah menjadi jaringan epitel oleh stimuli dari luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah,
1556: 2002)
Penyebab endometriosis masih belum diketahui. Beberapa teori muncul menyangkut faktor anatomis,
imunologis, hormonal, dan genetik.
1. Menstruasi retrogad.
Menurut Sampson, endometriosis terjadi karena darah haid mengalir kembali (regurgitasi) melalui tuba ke dalam
rongga pelvis. Sudah dibuktikan bahwa dalam darah haid didapati sel-sel endometrium yang masih hidup. Sel-
sel endometrium yang masih hidup ini kemudian dapat mengadakan implantasi di pelvis.
2. Faktor imunologis
Faktor imunologis spesifik yang berperan dalam implantasi endometriosis seperti VEGF (vascular endothelial
growth factor), MIF (migration inhibitory factor), dan mediator radang (interleukin, TNF) diduga mengalami
peningkatan pada situs endometriosis.
3. Faktor hormonal
Aromatase, enzim pencetus produksi estrogen, telah ditemukan pada implantasi endometriosis, walaupun
belum ditemukan data bahwa aromatase juga ditemukan pada endometrium normal. PGE2 (prostaglandin E2)
berperan sebagai induksi terkuat produksi aromatase pada implantasi endometriosis.
4. Metaplasia selomik
Teori mengemukakan sel potensial pada ovarium dan peritoneum bertransformasi menjadi lesi endometriosis
akibat stimulasi hormon dan paparan hormonal berulang. Robert Meyer mengemukakan bahwa endometriosis
terjadi karena ransangan pada sel-sel epitel berasal dari selom yang dapat mempertahankan hidupnya di daerah
pelvis. Ransangan ini menyebabkan metaplasi dari sel-sel epitel itu, sehingga terbentuk jaringan endometrium
5. Penyebaran limfatis
Sebuah studi menunjukkan dari otopsi bahwa sel endometriosis ditemukan dalam kelenjarr limfa pelvis pada
29% wanita. Hal ini dapat menjelaskan mengapa endometriosis pernah ditemukan di daerah paru-paru.
6. Faktor genetik
Wanita yang memiliki riwayat keluarga menderita endometriosis berisiko tujuh kali lipatt menderita endometriosis.
Belum ditemukan defek genetik pada endometriosis.
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala endometriosis antara lain :
1. Nyeri :
Dismenore sekunder
Dismenore primer yang buruk
Dispareunia
Nyeri ovulasi
Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama
siklus menstruasi.
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
Hipermenorea
Menoragia
Spotting sebelum menstruasi
Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir menstruasi
3. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
Darah pada feces
Diare, konstipasi dan kolik
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica : Jakarta)
IV. Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan yang
menderita endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit ini juga. Hal ini disebabkan adanya gen
abnormal yang diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.Gangguan menstruasi seperti hipermenorea
dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh akan memberikan respon berupa gangguan
sekresi estrogen dan progesteron yang menyebabkan gangguan pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya
dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan
kadar estrogen dan progesteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan mikoroorganisme
masuk ke dalam tubuh. Mkroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag yang menyebabkan resepon imun
menurun yang menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan
peningkatan perkembangbiakan sel abnormal.
Jaringan endometirum yang tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial. Fragmen
endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi tempat
tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium merupakan bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenai
endometriosis.
Sel endometrial ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endomatrial ini memiliki
kesempatan untuk mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya. Dimanapun lokasi
terdapatnya, endometrial ekstrauterine ini dapat dipengaruhi siklus endokrin normal. Karena dipengaruhi oleh
siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progesteron meningkat, jaringan endometrial ini juga mengalami
perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron lebih rendah atau berkurang,
jaringan endometrial ini akan menjadi nekrosis dan terjadi perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvis ini disebabkan karena iritasi peritonium dan menyebabkan nyeri saat
menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan
adhesi/perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal ini menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi juga
nyeri pada daerah permukaan yang terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan
seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba fallopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus
mengalami retroversi, sedangkan adhesi di tuba fallopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae
untuk membawa ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertil pada
endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta
Spero f, Leon. 2005) dan (Clinical Gynecologic Endocrinology and Infertility. Lippincot Williams & Wilkins :
Philadelphia. )
V. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan untuk membuktikan adanya endometirosis ini antara lain:
1. Uji serum
CA-125
Sensitifitas atau spesifisitas berkurang
Protein plasenta 14
Mungkin meningkat pada endometriosis yang mengalami infiltrasi dalam, namun nilai klinis tidak diperlihatkan.
Antibodi endometrial
Sensitifitas dan spesifisitas berkurang
2. Teknik pencitraan
Ultrasound
Dapat membantu dalam mengidentifikasi endometrioma dengan sensitifitas 11%
MRI
90% sensitif dan 98% spesifik
Pembedahan
Melalui laparoskopi dan eksisi.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta )
Terapi
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan endometriosis, antara lain:
1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan endometriosis akan
mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi atau pseudo-menopause, yang
digunakan adalah :
Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
Progestrogen, seperti provera, primolut
GnRH
Pil kontrasepsi kombinasi
Namun pengobatan ini juga mempunyai beberapa efek samping.
2. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.
(Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta)
Keuntungan Kerugian
Terapi Biaya lebih murah Sering ditemukan efek samping
non Efektif menghilangkan Tidak memperbaiki fertilitas
bedah nyeri Beberapa obat hanya dapat
digunakan dalam waktu singkat
Pencegahan
Meigs berpendapat bahwa kehamilan adalah cara pencegahan yang paling baik untuk endometriosis.
Gejala – gejala endometriosis memang berkurang atau hilang pada waktu dan sesudah kehamilan karena
regresi endometrium dalam sarang – sarang endometriosis. Oleh sebab itu hendaknya perkawinan diusahakan
supaya mendapat anak – anak yang diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama. Sikap demikian itu tidak
hanya merupakan profilaksis yang baik terhadap endometriosis, melainkan menghindari terjadinya infertilitas
sesudah endometriosis. Selain itu jangan melakukan pemeriksaan yang kasar atau melakukan kerokan pada
waktu haid, oleh karena hal itu dapat menyebabkan mengalirnya darah haid dari uterus ke tuba dan ke rongga
panggul.
Komplikasi
1. Obstruksi ginjal dan penurunan fungsi ginjal karena endometriosis dekat dengan kolon atau ureter
2. Torsi ovarium atau rupture ovarium sehingga terjadi peritonitis karena endometrioma
3. Calamenial seizure atau pnemotoraks karena eksisi endometriosis
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Identitas klien (nama, umur, pekerjaan, alamat, nama suami, dll)
Identitas penanggung jawab klien (nama, alamat, hubungan dengan klien)
Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah terpapar agen toksin berupa pestisida, atau pernah ke daaerah pengolahan katu dan produksi kertas,
serta terkena limbah pembakaran sampah medis dan sampah perkotaan.
Riwayat kesehatan sekarang
Dysmenore primer ataupun sekunder
Nyeri saat latihan fisik
Dispareunia
Nyeri ovulasi
Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen bawah selama
siklus menstruasi.
Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
Hipermenorea
Menoragia
Feces berdarah
Nyeri sebelum, sesudah dan saat defekasi.
Konstipasi, diare, kolik
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI
Endometrium adalah lapisan dalam dinding kavum uteri yang berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil
konsepsi. Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian
jika tidak ada pembuahan/ implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah/ jaringan haid.
Pada suatu fase dimana ovum tidak dibuahi oleh sperma, maka kurpus luteum akan berhenti memproduksi
hormon progesteron dan berubah menjadi korpus albikan yang menghasilkan sedikit hormon diikuti meluruhnya
lapisan endometrium yang telah menebal, karena hormon estrogen dan progesteron telah berhenti diproduksi.
Pada fase ini, biasa disebut menstruasi atau peluruhan dinding rahim.
Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan mirip dengan dinding rahim (endometrium) ditemukan di
tempat lain dalam tubuh (Smeltzer, 2001). Endometriosis adalah adanya kelenjar dan stroma endometrium di
luar uterus paling sering mengenai ovarium atau perlukaan peritoneum viseralis yang mengantung (Ralph C. &
Martin L., 2009).
Endometriosis merupakan lesi jinak dengan sel-sel yang mempunyai sel-sel yang melapisi uterus yang tumbuh
secara aberans pada rogga pelvis di luar uterus (Diane C. & JoAnn C., 2000). Meskipun jinak, endometriosis
bersifat progresif, cenderung kambuh dan dapat menginvasi secara lokal, dapat memiliki banyak fokus yang
tersebar luas dan dapat terjadi dalam nodus limfe pelvis (30%). Ovarium, ligamentum sakrouterina, septum
rektovaginal, dan peritoneum pelvis lebih sering terkena namun, endometriosis dapat juga mempengaruhi traktus
intestinalis (kolon rektosigmoid) dan traktus urinarius.
Berdasarkan data dari Ralph C. & Martin L. (2009), endometriosis menyerang 10-20% wanita yang masih
mengalami menstruasi dan ditemukan pada 30-45% wanita infertil yang menyebabkan 20% dari seluruh operasi
di bidang ginekologi serta merupakan satu-satunya penyebab perawatan inap non kebidanan (>5%) pada waita
berumur 15-44 tahun. Perbedaan utama endometriosis remaja dan dewasa adalah hubungannya dengan
kelainan kongenital pada saluran reproduksi pasien pubertas (William M., 2005).
2.3 Klasifikasi Endometriosis
Sistem klasifikasi untuk endometriosis pertama kali dibuat oleh American Fertility Society (AFS) pada tahun 1979
yang kemudian berubah nama menjadi ASRM pada tahun 1996. ASRM merevisi klasifikasi endometriosis pada
tahun 1996, yang dikenal dengan sistem skoring revisied AFS (r-ASF). Sistem ini membagi edometriosis
kedalam empat derajat keparahan, yaitu:
Menurut ARM, endometriosis dapat diklasifikasikan ke dalam 4 derajat keparahan tergantung pada lokasi, luas,
kedalaman implantasi dari sel endometriosis, adanya perlangketan dan ukuran dari endometrioma ovarium.
Sumber: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia dalam Panduan Nasional Pelayanan Kedokteran
(PNPK): Nyeri Endometriosis
2.4 Etiologi
Etiologinya tidak diketahui, tetapi ada beberapa mekanisme yang mungkin berperan penting dalam
pathogenesis. Mekanisme dari penyakit ini adalah menstruasi retrograde (sel-sel endometrium bergerak mundur
melalui tuba falopii memasuki rongga abdomen) atau penyebaran melalui sistem limfatik atau perdarahan.
Jaringan yang nyasar tersebut biasanya ditemukan menempel pada ovarium, permukaan posterior uterus,
ligamentum uterosakral, ligamentum latum, atau pada usus. Namun, banyak teori telah diusulkan untuk
menjelaskan presentasi klinis penyakit.
Studi terhadap kembar dan keluarga menunjukkan adanya keterlibatan komponen genetik. Konsumsi daging
merah dan trans fats berhubungan dengan peningkatan risiko endometriosis yang dikonfirmasi dengan
laparoskopi, dan makan buah-buahan, sayuran hijau, dan asam lemak n-3 rantai panjang dikaitkan dengan
penurunan risiko. Laktasi lama dan kehamilan multipel bersifat protektif. Endometriosis dikaitkan dengan
peningkatan risiko penyakit autoimun, endometrioid ovarium, clear-cell karsinoma, serta kanker lainnya,
termasuk limfoma non-Hodgkin dan melanoma.
2.5 Patofisiologi
Endometriosis dipengaruhi oleh faktor genetik. Wanita yang memiliki ibu atau saudara perempuan penderita
endometriosis memiliki resiko lebih besar terkena penyakit seperti ini, karena adanya gen abnormal yang
diturunkan dalam tubuh wanita tersebut.
Gangguan menstruasi seperti hipermenorea dan menoragia dapat mempengaruhi sistem hormonal tubuh. Tubuh
akan memberikan respon berupa gangguan seksresi estrogen dan progresteron menyebabkan gangguan
pertumbuhan sel endometrium. Sama halnya dengan pertumbuhan sel endometrium biasa, sel-sel endometriosis
seperti ini akan tumbuh seiring dengan peningkatan kadar estrogen dan progresteron dalam tubuh.
Faktor penyebab lain berupa toksik dari sampah-sampah perkotaan menyebabkan microorganism masuk ke
dalam tubuh. Mikroorganisme tersebut akan menghasilkan makrofag dan menyebabkan respon imun tubuh
menurun, dan menyebabkan faktor pertumbuhan sel-sel abnormal meningkat seiring dengan peningkatan
perkembangan sel abnormal. Jaringan endometrium tumbuh di luar uterus, terdiri dari fragmen endometrial.
Fragmen endometrial tersebut dilemparkan dari infundibulum tuba falopii menuju ke ovarium yang akan menjadi
tempat tumbuhnya. Oleh karena itu, ovarium adalah bagian pertama dalam rongga pelvis yang dikenal dalam
endometriosis.
Sel endometrial seperti ini dapat memasuki peredaran darah dan limpa, sehingga sel endometrial seperti ini
memiliki kesempatan buat mengikuti aliran regional tubuh dan menuju ke bagian tubuh lainnya.
Dimanapun lokasi terdapatnya, endometrial ekstra uterin seperti ini dapat dipengaruhi oleh siklus endokrin
normal. Karena dipengaruhi oleh siklus endokrin, maka pada saat estrogen dan progresteron meningkat,
jaringan endometrial seperti ini juga mengalami perkembangbiakan. Pada saat terjadi perubahan, kadar estrogen
dan progresteron lebih rendah atau berkurang. Jaringan endometrial seperti ini akan menjadi nekrosis dan terjadi
perdarahan di daerah pelvic.
Perdarahan di daerah pelvic seperti ini disebabkan karena iritasi peritoneum dan menyebabkan nyeri saat
menstruasi (dysmenorea). Setelah perdarahan, penggumpalan darah di pelvis akan menyebabkan adhesi atau
perlekatan di dinding dan permukaan pelvis. Hal seperti ini akan menyebabkan nyeri, tidak hanya di pelvis tapi
juga nyeri pada daerah permukaan terkait, nyeri saat latihan, defekasi, BAK dan saat melakukan hubungan seks.
Adhesi juga dapat terjadi di sekitar uterus dan tuba falopii. Adhesi di uterus menyebabkan uterus mengalami
retroversi, sedangkan adhesi di tuba falopii menyebabkan gerakan spontan ujung-ujung fimbriae buat membawa
ovum ke uterus menjadi terhambat. Hal-hal inilah yang menyebabkan terjadinya infertilisasi pada endometriosis.
Pada intinya, endometriosis berespon seperti endometrium normal, jadi ikut menebal, melepaskan diri, dan
sebagainya seperti selama siklus haid biasa, termasuk perdarahan. Pada ovarium, beruba endometrium (kista
yang dilapisi endometrium yang berfungsi). Bila berdarah ke dalam, isi kista tampak berwarna coklat disebut
kista coklat. Bila perdarahan ke luar akan timbul perlengketan-perlengketan dalam rongga peritoneum.
Penyebab kondisi ini belum jelas, namun ada 2 teori yaitu menstruasi retrograd dan metaplasia. Teori menstruasi
retrograd mengatakan bahwa selama menstruasi ada endometrium yang memasuki tuba uterine dan akhirnya
masuk ke rongga pelvis. Teori metaplasia mengatakan bahwa terdapat sisa epitel ambrional yang belum
berdiferensiasi sampai menarke. Jaringan inilah yang berespon terhadap estrogen dan progresteron
sebagaimana endometrium.
2.6 WOC
Tanda umum adanya endometriosis adalah nyeri pelvis yang parah. Dapat muncul sesekali atau konstan, dan
biasa berkaitan dengan siklus menstruasi si penderita. (Andi Priyatna, 2009)
Gejala paling umum yang menjadi ciri khas kasus endometriosis adalah : (VitaHealth, 2007)
a. Nyeri yang sangat hebat di bagian perut dan sekitar panggul yang terjadi sebelum atau awal dari
siklus haid (75% kasus), sehingga membuat pasien tidak berdaya (pingsan), tetapi tidak sampai
mengancam nyawa. Lokasi nyeri di daerah panggul sering berhubungan dengan lokasi dari lesi
endometriosis. Bila endometriosis telah menyerang indung telur, rasa nyeri tersebut mungkin
berlanjut hingga akhir siklus haid, dan semakin parah sakitnya berhubungan dengan perkembangan
penyakitnya.
b. Nyeri sendi kalau ditekan (fibromyalgia), yang disertai dengan kelelahan sehingga membuat tidak
nyaman.
c. Sakit sewaktu melakukan hubungan intim atau biasa disebut disperunia (32% kasus). Sangat umum
terjadi pada penderita dengan sebaran endometriosis berlokasi pada jaringan di belakang rahim dan
dinding panggul, serta permukaan dasar panggul dan ligamen pada daerah tersebut (ligamen
uterosakral). Semakin dalam penetrasi pada saat hubungan seksual, rasa sakit pun akan semakin
berat.
d. Perdarahan dari anus sewaktu buang air besar, yang mungkin terasa sangat sakit, disebabkan
tumbuhnya implan endometrium pada usus besar (colon), atau pada saluran kencing bila kasus
endometriosisnya sudah parah.
e. Gangguan pra-haid dan perdarahan pada rahim. Gangguan siklus haid berupa bercak-bercak
menjelang haid dan perdarahan rahim yang tidak seharusnya terjadi. Kurangnya frekuensi ovulasi,
tidak teratur, atau jumlahnya tidak cukup adalah gejala umum yang juga mungkin dialami penderita
endometriosis. Namun, gangguan-gangguan tersebut kurang spesifik, karena pada penderita yang
parah pun sering kali fungsi sel telurnya masih normal.
f. Terjadi rasa sakit pada waktu buang air kecil, yang kadang-kadang disertai darah di dalam urin. Hal
ini terjadi karena implan tersebut menekan organ tubuh yang membawa kotoran ke luar (kandung
kemih, usus, dan anus)
g. Masalah infertilitas (kemandulan) akibat penyempitan dan tersumbatnya saluran indung telur,
sehingga menghalangi sel telur sampai di rahim. Dalam hal ini terindikasi bahwa prevalensi
endometriosis 3x lebih tinggi pada wanita yang tidak subur dibandingkan dengan wanita yang subur
pada umumnya. Namun, berbagai pendapat menyatakan ada begitu banyak faktor penyebab
infertilitas, dan bahkan banyak pasien endometriosis yang kemudian masih tetap bisa mengalami
kehamilan.
h. Sebagai tambahan, wanita penderita endometriosis bisa mengalami gejala yang menyerupai
gangguan saluran pencernaan (gastrointestinal) dan kelelahan kronis (chronic fatigue syndrome)
yang dialami lebih dari 20% penderita endometriosis di Amerika Serikat.
i. Gangguan fase luteal (luteinized unruptured fillice syndrome), pasien mampu berovulasi, tetapi bisa
keluar dari ovarium. Hal ini pada beberapa kasus menjadi penyebab terjadinya kemandulan.
Gejala-gejela biasanya berupa nyeri pelvis, infertilitas, dan perdarahan abnormal : (Ralph Benson, 2008)
a. Nyeri Pelvis
Nyeri panggul merupakan tanda utama endometriosis, dengan ciri khas nyeri bersifat kronis dan berulang, timbul
sebagai dismenore didapat atau sekunder. Nyeri biasanya terjadi 24-48 jam sebelum menstruasi dan mereda
beberapa saat setelah timbul menstruasi. Namun rasa tidak nyaman dapat terjadi selama seluruh interval
menstruasi. Nyeri ditandai dengan nyeri konstan,, biasanya pada pelvis atau punggung bawah (sakrum). Namun
nyeri mungkin unilateral atau bilateral dan dapat menyebar ke tungkai bawah atau selangkang. Jika
dibandingkan dengan dismenore primer, nyeri pelvis lebih konstan dan jarang timbul di bagian garis tengah
tubuh. Gejala-gejala pelvis lainnya adalah kejang yang berat, rasa berat pada panggul dan tekanan pada pelvis.
Dapat terjadi gejala-gejala saluran cerna, tanpa diketahui apakah disertai keterlibatan usus besar atau tidak,
misalnya nyeri perut siklik, konstipasi intermiten, diare, nyeri saat defekasi, dan adanya darah dalam feses.
Gejala-gejala saluran kemih meliputi gangguan frekuensi miksi, disuri, hematuri perimenstruasi atau
hidronefrosis. Penetrasi dalam saat hubungan seks dapat menimbulkan nyeri hebat (dispareunia) yang dapat
berlangsung selama 1-2 jam. Gejala-gejala yang tidak lazim pada saat menstruasi pernah dilaporkan : kejang
(implantasi di sistem saraf pusat) dan hemotoraks atau hematemesis (implantasi di paru)
b. Infertilitas
Endometriosis didiagnosis hampir 2x lebih sering pada wanita infertil dibanding wanita ferrtil. Karena itu
endometriosis harus dicurigai pada setiap kasus infertilitas.
c. Perdarahan Abnormal
Perdarahan abnormal, tidak berhubungan dengan anovulasi, terjadi pada 15-20% wanita dengan endometriosis.
Gambaran yang khas adalah perdarahan berupa bercak pramenstruasi atau menoragi atau keduanya.
a. Dismenore
b. Dispareunia
c. Infertilitas
2.8 Pemeriksaan Diagnostik
1. Diagnosa klinis
Anamnesa
Keluhan utama dari endometriosis adalah nyeri. Nyeri pelvik kronis yang disertai dengan infertilitas juga
merupakan masalah klinis utama pada endometriosis. Emdometrium pada organ tertentu dapat menimbulkan
efek yang sesuai dengan fungsi organ tersebut, sehingga lokasi penyakit dapat diduga.
Riwayat pada keluarga sangat penting untuk diketahui karena penyakit endometriosis bersifat diwariskan.
Keturunan pertama memiliki resiko tujuh kali lebih besar untuk mengalami hal serupa. Endometriosis juga lebih
mungkin berkembang pada saudara perempuan monozigot daripada dizigot. Rambut dan nevus displastik telah
diperlihatkan berhubungan dengan endometriosis.
Jarang dilakukan kecuali penderita menunjukkan adanya gejala fokal siklik pada daerah organ non ginekologi.
Pemeriksaan dilakukan guna mencari penyebab nyeri yang letaknya kurang tegas dan dalam. Endometrioma
pada parut pembedahan bisa berupa pembengkakan yang nyeri dan lunak fokal dapat menyerupai lesi lain
seperti granuloma, abses dan hematom.
Pada genitalia eksterna dan permukaan vagina biasanya tidak didapatkan kelainan. Lesi pada endometriosis
terlihat hanya 14,4% pada pemeriksaan inspekulo, sementara pada pemeriksaan manual lesi ini teraba pada
43,1% penderita. Ada kaitan antara stenosis pelvik dan endometriosis pada penderita nyeri pelvik kronik. Paling
umum, tanda positif ditemukan pada pemeriksaan bimanual dan rektovaginal.
Hasil pemeriksaan fisik yang nnormal tidak menyingkirkan diagnosis endometriosis, pemeriksaan pelvik sebagai
pendekatan non bedah untuk diagnosis endometriosis dapat dipakai pada endometrioma ovarium.gejala, tanda
fisis dan pemeriksaan bimanual dapat digunakan.
Kemungkinan endometriosis
Kelompok Gabungan gejala
(%)
-nyeri haid
-Infertilitas
-nyeri haid
2 65,45
-tumor >2x2 atau nodul
-nyeri haid
3 60,00
-infertilitas
4. Dignosa pencitraan
Pencitraan berguna untuk memeriksa penderita endometriosis terutama jika dijumpai massa pelvis atau adxena
seperti endometrioma. Ultrasonografi pelvis secara transabdominal (USG-TA), transvaginal (USG –TV) atau
secara transrektal (TR), CT Scan dan pencitraan resonansi magnetik telah digunakan secara nir-infasif untuk
mengenali implan endometriosis yang besar dan endometrioma. Tetapi hal ini tak dapat menilai luasnya
endometriosis. Bagaimanapun, cara-cara tersebut masih penting untuk menetapkan sisi lesi atau menilai
dimensinya yang mungkin bermanfaat untuk menentukan pilihan teknik pembedahan yang akan dilakukan.
5. Diagnosa laparoskopi
Dengan pemeriksaan visualisasi langsung ke rongga abdomen, yang pada banyak kasus sering dijumpai
jaringan endometriosis tanpa adanya gejala klinis.
Penampakan klasik dapat berupa jelaga biru-hitam dengan keragaman derajat pigmentasi dan fibrosis di
sekelilingnya. Warna hitam disebabkan oleh timbunan hemosiderin dari serpih haid yang terperangkap,
kebanykan invasi ke peritoneum berupa lesi-lesi atpikal tak berpigmen berwarna merah atau putih.
Diagnosa endometriosis secara visual pada laparoskopi tak selalu sesuai dengan pemastian histopatologi meski
penderitanya mengalami nyeri pelvik kronik. Endometriosis yang didapat dari laparoskopi sebesar 36%, ternyata
secara histopatologi hanya terbukti 18% dari pemeriksaan histopatologi.
Dua hal yang harus diperhatikan pada saat dilakukan laparoskopi adalah:
a. Pemeriksaan USG terhadap ovarium pralaparoskopi, misal hanya bagian permukaan ovarium yang
terlihat dengan laparoskokpi, sehingga keberadaan endometrioma ovarium sering luput.
b. Seluruh permukaan ovarium harus terlihat dengan ara memutar ovarium, agar fossa ovarika dan
bagian yang tersembunyi dapat terlihat.
6. Biopsi
Pada pemeriksaan histopatologis dapat dijumpai endometriosis yang menyebuk dalam makrofag yang termuati
hemosiderin dapat dikenal pada 77% bahan biopsi endometriosis. Seara histopatologis, endometriosis ada
beberapa bentuk (distrofik, glanduler, stroma, ataupun diferensiasi progresif. Diagnosa pasti endometriosis dapat
dibuat hanya dengan laparoskopi dan pemeriksaan histopatologis, yang menampilkan nkelenjar-kelenjar
endometrium dan stroma.
7. Stadium endometriosis
Penentuan stadium endometriosis sangat penting dilakukan terutama untuk menerapkan cara pengobatan yang
tepat dan untuk evaluasi hasil pengobatan. Namun stadium ini tidak memiliki kolerasi dengan derajat nyeri,
keluhan pasien, maupun prediksi respon terapi terhadap nyeri atau infertilitas. Hal ini dapat dipahami karena
endometriosis dapat dijumpai pada pasien yang asimptomatik.
Klasifikasi endometriosis yang digunakan saat ini adalah menurut American Society For Reproductive Medicine
yang telah di revisi pada tahun 1996 yang berbasi pada tipe, lokasi, tampilan, kedalaman invasi lesi, penyebaran
penyakit dan perlengketan.
Penentuan stadium atau keterlibatan endometriosis didasarkan pada system nilai bobot (weighted point system).
Sebaran nilai-nilai tersebut telah ditetapkan secara sembarang. Untuk menjamin penilaian yang sempurna,
inspeksi pelvis hendaknya dilakukan searah jarum jam atau berlawanan. Catat jumlah, ukuran, dan letak
susunan endometriosis, bengkak (plak), endometrioma, dan atau perlekatan. Pada stadium 1 (minimal), bobot : 1
– 5 ; stadium 2 (ringan), bobot : 6-15 ; stadium 3 (Sedang), bobot 16-40 ; stadium 4 (berat), bobot > 40.
8. CA125
CA 125 merupakan suatu glycoprotein dengan berat molekul tinggi yaitu 200.000 Dalton yang biasa digunakan
untuk marker tumor pilihan pada tumor epithel ovarium. Antigen CA 125 dihasilkan oleh epitel yang berasal dari
epitel coelom (sel mesothelial pleura, pericardium dan peritoneum) dan epitel saluran muller (tuba, endometrium,
dan endoserviks). Permukaan epitel ovarium fetus dan dewasa tidak menghasilkan CA 125 kecuali kista inklusi,
permukaan epitel ovarium yang mengalami metaplasia dan yang mengalami pertumbuhan papiler.
Pada kelainan ginekologi yang jinak, peningkatan kadar CA 125 ditemukan pada endometriosis, penyakit radang
panggul, myoma uteri, abses tubo ovarial dan TB multiviseral. Pada awal kehamilan juga dapat dijumpai
peningkatan CA 125.
Hubungan antara endometriosis dengan peningkatan kadar CA 125 sudah dikemukakan sejak tahun 1980-an,
dimana peningkatan ini terjadi karena konsentrasi yang lebih tinggi dari ektopik endometrium. CA 125 dihasilkan
juga oleh ektopik endometrium dibanding eutopik endometrium. CA 125 dihasilkan juga oleh ektopik
endometrium. Selama siklus haid normal, ektopik endometrium adalah sumber utama dari produksi dan sekresi
CA 125 ke dalam rongga kelenjar dan pembuluh darah sehingga pada beberapa wanita dapat dijumpai
peningkatan CA 125 selama menstruasi berlangsung, baik yang mengalami endometriosis maupun yang tidak.
Hal ini mungkin disebabkan oleh refluks endometrium menstrual ke rongga peritoneum.
CA 125 meningkat pada endometriosis lanjut, sehingga lebih baik sebagai penapisan bagi diagnosis
endometriosis sedang hingga berat (stadium 3 san 4). Kegunaannya terbatas untuk menasah endometriosis
minimal ringan, karena kepekaan teranya rendah.
2. Penatalaksanaan
Penanganan endometriosis bersifat simtomatis yaitu tergantung pada keluhan dan gejala klinisnya. Tujuan
penanganan endometriosis adalah mengontrol nyeri, mengontrol perkembangan penyakit endometriosis dan
mempertahankan fertilitasnya. Terdapat tiga bentuk cara penanganan endometriosis, yaitu secara bedah,
medikamentosa dan kombinasi bedah dengan medikamentosa. Nyeri biasanya ditangani dengan terapi hormon
dan terapi bedah, sedangkan infertilitas ditangani dengan terapi bedah dan terapi spesifik untuk infertilitas,
misalnya inseminasi atau fertilisasi in vitro.
1. Terapi Bedah
Terapi bedah pada endometriosis bisa dilakukan dengan cara laparotomi dan laparoskopi, namun menurut Sinaii
sebagian besar (69,1%) dilakukan dengan laparoskopi. Hampir sebagian besar dimulai dengan tindakan
laparoskopi diagnostik, walaupun sebenarnya pengenalan dan konfirmasi terhadap lesi endometriosis tidaklah
mudah. Terdapat tiga tampilan lesi endometriosis, yaitu lesi peritoneum, lesi vagina dan lesi supra vagina. Lesi
peritonium bisa dalam bentuk lesi tipikal, misalnya : Pukerer black, powder burm dan lain-lain, bisa juga dalm
bentuk red flame- lik, white opacification, glandular excrescences. Saat laparoskopi diagnostik ditentukan
gradasi endometriosis dengan menggunakan sistem klasifikasi menurut ASRM. Berdasarkan panduan ESHRE
disebutkan bahwa inspeksi visual dengan laparoskopi merupakan standar emas untuk diagnosis definitif
endometriosis.
Saat terapi bedah dilakukan dua hal, yaitu mempertahankan kesuburan dengan memperbaiki distorsi anatomi
adneksa dengan cara melakukan pembebasan perlekatan, mengambil jaringan/ implan endometriosis yang
dilakukan dengan cara ablasi atau eksisi. Beberapa hal penting yang harus diperhatikan saat melakukan
tindakan bedah adalah: usia penderita, gradasi penyakit endometriosis, berat ringannya keluhan dan kebutuhan
untuk fertilitasnya.
2. Terapi Obat
Danazole Penambahan berat badan, suara lebih berat, pertumbuhan rambut, hot
flashes, vagina kering, pembengkakan pergelangan kaki, kram otot,
perdarahan diantara 2 siklus, payudara mengecil, perubahan suasana
hati, kelainan fungsi hati, sindroma terowongan karpal.
Agonis GnRH Hot flashes, vagina kering, pengeroposan tulang, perubahan suasana hati
3. Radiasi
Pengobatan ini bertujuan untuk menghentikan fungsi ovarium, terapi cara ini tidak dilakukan lagi, kecuali jika ada
kontra indikasi terhadap pembedahan.
4. Radioterapi
Dilakukan pada penderita yang diagnosanya sudah jelas dan keadaan umumnya kurang baik.
2. Komplikasi
Komplikasi dari endometriosis meliputi:
Infertilitas dapat terkait dengan pembentukan parut dan distorsi anatomi karena endometriosis, namun
endometriosis juga dapat mengganggu dengan cara yang lebih halus: sitokin dan bahan kimia lain mungkin akan
dirilis yang mengganggu reproduksi. Komplikasi dari endometriosis termasuk usus dan obstruksi saluran kemih
akibat perlengketan pelvis. Juga, peritonitis dari perforasi usus dapat terjadi.
2. Prognosis
Endometriosis ditemukan dapat menghilang secara spontan pada 1/3 wanita yang tidak ditatalaksana secara
aktif. Manajemen medis (supresi ovulasi) untuk mengurangi nyeri pelvis tapi tidak untuk pengobatan
endometriosis yang berkaitan dengan infertilitas. Namun, tetap ada potensi untuk konsepsi. Kombinasi estrogen
progestin meredakan nyeri pelvis. Setelah 6 bulan terapi danazol, sebesar 90% pasien dengan endometiosis
sedang mengalami penurunan nyeri pelvis. Total abdominal hysterectomy and bilateral salpingo-
oophoretomy dilapokan hingga 90% dalam meredakan nyeri. Kehamilan masih mungkin begantung pada
keparahan penyakit. Tanda dan gejala secara umum menurun dengan adanya onset menopause dan selama
kehamilan.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 KASUS
Ny.T berusia 28 tahun dan sudah menikah. Ny T mengeluh mengalami periode menstruasi yang berat disertai
nyeri abdomen kuadran kiri dan nyeri pelvis berat. Nyeri yang dirasakan semakin bertahap dan memburuk. Nyeri
saat awal menstruasi dirasakan klien sejak berusia 18 tahun. Menstruasinya biasanya banyak dari hari pertama
sampai hari keempat dan menstruasi berlangsung hingga 8 hari, setiap hari klien ganti pembalut lebih dari lima
kali. Klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol. Ny T. Mengatakan merasa nyeri saat bersenggama
(dispareunia). Ia dan suaminya ingi memiliki anak, tetapi ia tidak pernah bisa mengandung walau ia telah
menikah selama tiga tahun. Ny. T mengatakan bahwa ia merasa lemah dan lelah. Suatu diagnosis sementara
endometriosis telah ditetapkan. Dan tindakan laparoskopi untuk mengkonfirmasi diagnosis tersebut dijadwalkan.
3.2 Pengkajian
a. Identitas
Nama: Ny. T
Umur: 28 tahun
Jenis kelamin: P
Alamat: Surabaya
Pekerjaan: Ibu rumah tangga
b. Keluhan Utama
Ny T mengeluh mengalami nyeri abdomen kuadran kiri dan nyeri pelvis berat dan nyeri saat bersenggama.
Klien mengatakan nyeri saat menstruasi dan bersenggama. Menstruasi biasanya banyak dari hari pertama
sampai hari keempat dan menstruasi berlangsung hingga 8 hari, setiap hari klien ganti pembalut lebih dari lima
kali.
f. Head To Toe
1. Kepala:
2. Mata:
3. Hidung:
6. Pernafasan
7. Sirkulasi jantung
8. Abdomen
Mengecil : -
Linea & Striae : -
Luka bekas operasi: -
Kontraksi : -
Lainnya sebutkan : Nyeri pada abdomen
9. Genitourinary
Perineum : Normal
Vesika urinaria : Oliguri
3.3 Analisa Data
1. Nyeri
DS: Endometriosis
↓
DS:
Endometriosis
DO:
Infertil
3.4 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat menstruasi.
2. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan massif pervaginam saat menstruasi.
3. Gangguan pola seksual berhubungan dengan rasa nyeri saat melakukan hubungan seksual
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan infertile
3.5 Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan dengan peluruhan endometrium dan endometriosis saat menstruasi.
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan nyeri klien akan berkurang.
Kriteria evaluasi:
a. Klien mengatakan nyeri berkurang
b. Klien tidak memegang punggung, kepala atau daerah lainnya yang sakit, keringat
berkurang.
Intervensi Rasional
7. Tunjukan sikap
Ketidakpercayaan orang lain
penerimaan respon nyeri klien dan akui
membuat klien tidak toleransi
nyeri yang klien rasakan.
terhadap nyeri sehingga klien
merasakan nyeri semakin meningkat.
2. Syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan massif per vaginam saat menstruasi
Intervensi Rasional
Tinggikan kaki pasien (posisi shyok) Agar aliran darah di daerah ekstremitas
bisa mengalir ke arah jantung
Kolaborasi:
Kolaborasi:
Intervensi Rasional
Tujuan: setelah diberikan asuhan keperawatan citra diri klien akan meningkat.
Kriteria evaluasi:
Intervensi Rasional
Diskusikan dengan system pendukung klien Penyampaian arti dan nilai klien dari
tentang perlunya menyampaikan nilai dan arti klien system pendukung membuat klien merasa
bagi mereka. diterima.
Gali kekuatan dan sumber-sumber yang ada mengidentifikasi kekuatan klien dapat
pada klien dan dukung kekuatan tersebut sebagai membantu klien berfokus pada karakteristik
aspek positif. positif yang mendukung keseluruhan konsep
diri.
5. Informasikan dan diskusikan dengan jujur dan Jujur dan terbuka dapat mengontrol
terbuka tentang pilihan penanganan gangguan perasaan klien dan informasi yang diberikan
menstruasi seperti ke klinik kewanitaan, dokter ahli dapat membuat klien mencari penanganan
kebidanan.
terhadap masalah yang dihadapinya.
DAFTAR PUSTAKA