Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATANKEJANG DEMAM PADA AN.

DI RUMAH SAKIT EMC

KOTATANGERANG

Oleh :

Herman Salbani
21220117

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA
2021
TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Kasus KejangDemam


1. Pengertian
Kejang demam adalah perubahan aktivitas motorik atau behavior yang
bersifat paroksimal dan dalam waktu terbatas akibat dari adanya aktifitas
listrik abnormal di otak yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh (Widagno,
2012).

Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).

Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang
diakibatkan karena proses ekstrakranium.

2. Penyebab
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan
infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Menurut Ridha (2018), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang
demam diantaranya:
a. Faktor-faktorprinatal
b. Malformasi otakcongenital
c. Faktorgenetika
d. Demam
e. Gangguanmetabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. GangguanSirkulasi
3. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15menit
c. Kejang bersifatumum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnyademam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejangnormal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkankelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria
tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam
kompleks.
(Ngastiyah, 2012).`

Widagno (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi, kejang


demam dibagi 3 jenis, yaitu :
a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat
pada anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh
yang mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik,
umumnya berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit.
Pada akhir kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat
seperti mengantuk (drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya
sekali dalam 24 jam, anak tidak mempunyai kelainan neurologik pada
pemeriksaan fisis dan riwayat perkembangan normal, demam bukan
disebabkan karena meningitis atau penyakit lain dariotak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24
jam dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama
dengan kejang demamsederhana.
c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat
dan umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan
sebelumnya anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut.
Faktor resiko untuk timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks
waktu bangkitan. Kejang bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang
kompleks terutama bila kesadaran pasca iktal meragukan maka
pemeriksaan CSS sangat diperlukan untuk memastikan kemungkinan
adanyameningitis.

4. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh:
a. Perubahan konsentrasi ion diruangekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik darisekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel
disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung
lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah,2012).
Infeksi diantaranya
Kenaikan
: Proses Suhu tubuh ↑ Pireksia MK : metabolisme
 Pneumonia inflamasi
Inflamasi
(demam) Hipertermia basal 10-15 %
 Otitis Media
 ISK

Pelepasan muatan Difusi ion K+ ↑ sirkulasi Kebutuhan O2 ↑


Ketidakseimbangan
listrik meluas ke sel dan Na+ O2 di otak 20 %
membran sel neuron
oleh neurotrasmiter

MK: ketidakefektifan
Kejang perfusi jaringan serebral
Demam

Kejang demam Kejang demam  Kejang > 15


simpleks kompleks mnt Apnea, keb O2& energi u/
 Gejala sisa kontraksi otot skeletal ↑
(hemiparis
 EEG
- Kejang < 15mnt
abnormal
- Timbul dlm 16 jam pertama setelah munculdemam hipoksemia
- Umur anak 6 bln- 4thn Lidah jatuh Cairan/ sekret
- Kejang bersifatumum Epilepsi
kebelakang, dijalan napas
- Pemeriksan sarafnormal Hipotensi,
- EEGnormal denyut jantung
- Frekuensi bangkitan kejang dlm 1 thn tdk >4kali MK: resiko tdk teratur
MK : Resiko keterlambatan
- Tanpa gejalasisa Penyumbatan aspirasi perkembangan
jalan napas
Hiperkapnia
MK :
Ketidakefektifan sesak Sesak napas, Asidosis Metabolisme
pola napas akral dingin anaerob

MK: Ketidakefektifan
MK: gangguan perfusi jaringan perifer
7
pertukaran gas
5. Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saatkejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jeniskejang)
d. Kulit pucat danmembiru
e. Akraldingin

6. Respon Tubuh Terhadap PerubahanFisiologis


a. SistemPernapasan
Pada anak dengan kejang demam laju metabolisme akan meningkat.
Sebagai kompensasi tubuh, pernapasan akan mengalami peningkatan
pula sehingga anak tampak pucat sampai kebiruan terutama pada jaringan
perifer (Brunner & Suddart,2013).
b. SistemThermogulasi
Masuknya Exogenus dan virogenus ke selaput otak akan menstimulasi
sel host inflamasi.hipotalamus akan menghasilkan “set poin”. Demam
terjadi karena adanya gangguan pada “set poin”. Mekanismetubuh secara
fisiologis pada anak dengan kejang demam mengalami vasokontriksi
perifer sehingga suhu tubuh meningkat. (Suriadi & yuliani, 2010).
c. SistemNeurologis
Kurangnya suplai oksigen ke otak akan menyebabkam iskemik jaringan
otak, bila tidak diatasi segera akan menyebabkan hipertrofi pada jaringan
otak yang beresiko pada abses serebri. Keluhan yang muncul pada anak
kejang demam kompleks adalah penurunan kesadaran (Muttaqin, 2008).
d. SistemMuskulosketal
Peningkatan suhu tubuh pada anak dengan kejang demam menyebabkan
terjadinya gangguan pada metaboilsme otak. Konsekuensinya,
keseimbangan sel otak pun akan terganggu dan terjadi pelepasan muatan
listrik yang menyebar keseluruh jaringan, sehingga menyebabkan
kekakuan otot disekujur tubuh terutama di anggota gerak.

7. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa
faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
a. PenatalaksanaanMedis
1) Memberantas kejang secepatmungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebihbesar.

Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila


masih kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga
melalui intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih
kejang, diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan
tetapi pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan
berhenti. Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau
paraldehid 4 % secara intravena. Efek samping dari pemberian
diazepan adalah mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan.

Pemberian diazepan melalui intravena pada anak yang kejang


seringkali menyulitkan, cara pemberian yang mudah dan efektif
adalah melalui rektum. Dosis yang diberikan sesuai dengan berat
badan ialah berat badan dengan kurang dari 10 kg dosis yang
diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10 kg diberikan 10mg.
Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang atau status
konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion karena
tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan,
tetapi dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
2) Pengobatanpenunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala
sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan
agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi
vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi
jantung diawasi secara ketat. Untuk cairan intravena sebaiknya
diberikan dengan dipantau untuk kelainan metabolik dan elektrolit.
Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi 2-. Untuk mencegah
edema otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis 20-30
mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid
misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan
membaik.
3) Memberikan pengobatanrumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja
diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah
disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik
dengan daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat
tergantung daripada keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua
bagian, yaitu pengobatan profilaksis intermiten dan pengobatan
profilaksis jangka panjang.
4) Mencari dan mengobatipenyebab
Penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang
diprovokasi oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius
bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang
adekuat perlu untuk mengobati penyakit tersebut. Secara akademis
pasien kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaliknya
dilakukan pungsi lumbal untuk menyingkirkan kemungkinan
adanya faktor infeksi didalam otak misalnya meningitis.

b. Penatalaksanaankeperawatan
1) Pengobatan faseakut
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebihbaik.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggupernapasan
(3) berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt.
b) Breathing
(1) Isap lendir sampaibersih
c) Circulation
(1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secaraintensif.
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (
berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi
dokter apakah perlu pemberian obatpenenang.
2) Pencegahan kejangberulang
a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata
0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti
tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan dosis dan cara
yangsama.
b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital
dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan
pengobatanrumat.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus KejangDemam
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitaspasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Wong (2009),
mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6
bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18bulan.
2) Riwayatkesehatan
a) Keluhanutama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakitsekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,
nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayatkesehatan
(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan
kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan
perkembangan dan intelegensi pada anak serta mengalami
kelemahan pada anggota gerak(hemifarise).
(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi
tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti
virusinfluenza.
(3) Riwayatnutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan
karena mual dan muntahnya
b. Pemeriksaanfisik
1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran composmentis
2) TTV:
Suhu : biasanya>38,0⁰C
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40kali/menit
Nadi : biasanya >100x/i
3) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berar badan yang berarti
4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis.
6) Mulut danlidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampakkotor
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, nyeri tekanmastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung,
bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
10) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantupernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanansama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan
sepertironchi.
b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyutjantung
I: Ictus cordis tidakterlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV
kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
11) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas:
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akraldingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akraldingin.
c. Penilaian tingkatkesadaran
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS:15-18.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 -12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 -10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadarandapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 –4.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai
GCS: ≤3.
d. Penilaian kekuatanotot
Tabel 2.1
Penilaian Kekuatan Otot
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Terangkat sedikit < 450, tidak mampu melawan gravitasi 3
Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu 4
melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
Kekuatan otot normal 5
(Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)
e. Pemeriksaanpenunjang
Menurut Dewi (2011):
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-18 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah
belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) LumbalPungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.

Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang demam pertama pada bayi :


(1) Memiliki tanda peradangan selaput otak (contoh : kaku leher)
(2) Mengalami complex partialseizure
(3) Kunjungan kedokter dalam 48 jam sebelumnya (sudah sakit
dalam 48 jamsebelumnya)
(4) Kejang saat tiba diIGD
(5) Keadaan post-ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk
hingga 1 jam setelah kejang adalahnormal
(6) Kejang pertama setelah usia 3tahun
Pada kejang oleh infeksi pada otak ditemukan :
(1) warna cairan cerebrospinal : berwarna kuning, menunjukan
pigmen kuningsantokrom.
(2) Jumlah cairan dalam cerebrospinal menigkat lebih dari normal
(normal bayi 40-60ml, anak muda 60-100ml, anak lebih tua 80-
120ml dan dewasa130-150ml).
(3) Perubahan biokimia : kadar Kalium menigkat ( normal dewasa
3.5-5.0 mEq/L, bayi3.6-5.8mEq/L).
c) Neuroimaging
Yang termasuk pemeriksaan neuroimaging antara lain adalah CT-
Scan, dan MRI kepala. Pemeriksaan ini tidak dianjurkan pada kejang
demam yang baru terjadi untuk pertama kalinya. Pemeriksaan
tersebut dianjurkan bila anak menujukkan kelainan saraf yang jelas,
misalnya ada kelumpuhan, gangguan keseimbangan, sakit kepala
yang berlebihan, ukuran lingkar kepala yang tidak normal.
d) Pemeriksaanlaboratorium
Pemeriksaan laboratorium ini harus ditujukan untuk mencari sumber
demam, bukan sekedar pemeriksaan rutin. Pemeriksaannya meliputi
pemeriksaaan darah rutin, kadar elektrolit, kalsium, fosfor,
magnesium, atau gula darah.
2. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang akanmuncul
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan lajumetabolisme
b. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan sirkulasiotak
c. Resiko cidera berhubungan dengan gangguansensasi
d. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan
ketidakseimbangan ventilasiperfusi
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
hipoksemia
f. Resiko aspirasi berhubungan dengan penurunankesadaran
g. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan gangguan
neurologis ataukejang
h. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan
gangguankejang

3. IntervensiKeperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan pada Kasus Kejang Demam

NO NANDA NOC NIC


1 Hipertermia a.Termoregulasi Perawatan demam
Batasan Kriteria hasil : 1. Pantau suhu dan tanda-
tanda vital
karakteristik 1) Merasa merinding
lainya
saatdingin
a. Apnea 2. Monitor warna kulit
2) Berkeringat saat
b. Bayi tidak dapat dansuhu
panas
mempertahankan 3. Monitor asupan dan
3) Tingkatpernapasan
menyusu keluaran, sadari
4) Melaporkan
c. Gelisah perubahan kehilangan
kenyamanansuhu
d. Hipotensi cairan yang tak di
5) Perubahan warna
e. Kulit kemerahan rasakan
kulit
f. Kulit terasa 4. Beri obat atau cairan
6) Sakitkepala IV
hangat
g. Latergi 5. Tutup pasien dengan
h. Kejang selimut atau pakaian
ringan
i. Koma 6. Dorong konsumsi
j. Stupor cairan
k. Takikardia 7. Fasilitasi istirahat,
l. Takipnea terapkan pembatasan
m. Vasodilatasi aktivitas jika di
perlukan
Faktor yang 8. Berikan oksigen yang
berhubungan sesuai
a. Peningkatan 9. Tingkatkan sirkulasi
laju udara
metabolisme 10. Mandikan pasien
b. Penyakit dengan spon hangat
c. Sepsis dengan hati-hati.

Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuaikebutuhan
2. monitor dan laporkan
adanya tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan
dan nutrisiadekuat
4. berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.

Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa
yang di perlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atauprotokol
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yangsesuai.

Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satusisi
3. Longgarkanpakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lamakejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.

2 Ketidakefektifan a. Statussirkulasi Terapi oksigen


1) Tekanan darah 1. Periksa mulut, hidung,
perfusi jaringan
sistol dan sekrettrakea
serebral 2) Tekanan darah 2. Pertahankan jalan
diastol napas yangpaten
Faktor resiko
3) Tekanannadi 3. Atur peralatan
a. Gangguan
4) PaO2 (tekanan oksigenasi
serebrovaskuler
parsial oksigen 4. Monitor aliranoksigen
b. penyakit
dalam daraharteri) 5. Pertahankan posisi
neurologis
5) PaCO2 (tekanan pasien
parial 6. Observasi tanda-tanda
karbondioksida hipoventilasi
dalam daraharteri 7. Monitor adanya
6) Saturasioksigen kecemasan pasien
7) Urine output terhadapoksigenasi.
8) Capillaryrefill.
b. Statusneurologi Manajemen edema
1) Kesadaran serebral
2) Fungsi sensorik dan 1. Monitor adanya
motorikkranial kebingungan,
3) Tekanan perubahan pikiran,
intrakranial keluhan pusing,
4) Ukuranpupil pingsan
5) Polaistirahat-tidur 2. Monitor tanda-tanda
6) Orientasikognitif vital
7) Aktivitaskejang 3. Monitor karakteristik
8) Sakitkepala. cairan serebrospinal :
warna,
kejernihan,konsistensi
4. Monitor status
pernapasan: frekuensi,
irama, kedalaman
pernapasan,
PaO2,PaCO2, pH,
Bicarbonat
5. Catat perubahan
pasien dalam berespon
terhadap stimulus
6. Berikan anti kejang
sesuaikebutuhan
7. Batasicairan
8. Dorong
keluarga/orang yang
penting untuk bicara
pada pasien
9. Posisikan tinggi
kepala 30o atau lebih.

Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan
perfusiserebral
2. Monitor jumlah, nilai
dan karakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal(CSF)
3. Monitor intake dan
output
4. Monitor suhu dan
jumlah leukosit
5. Periksa pasien terkait
ada tidaknya gejala
kakukuduk
6. Berikanantibiotik
7. Letakkan kepala dan
leher pasien dalam
posisi netral, hindari
fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala
tempat tidur untuk
mengoptimalkan
perfusiserebral
9. Berikan agen
farmakologis untuk
mempertahankan TIK
dalam jangkauan
tertentu.

Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengancepat
2. Monitor kualitas dari
nadi
3. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya, cheyne-
stokes,kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu, warna,
dan kelembabankulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatansistolik)
7. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.

3 Ketidakefektifan a. Status pernapasan : Terapi oksigen


pola napas ventilasi 1. Bersihkan mulut,
Kriteria hasil hidung dan sekret
Batasan 1) Frekuensipernapasan trakea dengantepat
karakteristik 2) Iramapernapasan 2. Pertahankankepatenan
a. Bradipnea 3) Kedalaman jalannafas
b. Dispnea pernapasan 3. Berikan oksigen
c. Penggunaan 4) Penggunaan otot tambahan seperti yang
otot bantu bantunafas diperintahkan
penapasan 5) Suara nafastambahan 4. Monitor aliranoksigen
d. Penurunan 6) Retraksi dindingdada 5. Periksa perangkat
kapasitasvital 7) Dispnea saatistirahat pemberian oksigen
e. Penurunan 8) Atelektasis. secara berkala untuk
tekanan memastikan bahwa
ekspirasi b. Status pernapasan : kosentrasi yang telah
f. Penurunan kepatenan jalan nafas di tentukan sedang di
tekanan Kriteria Hasil : berikan
inpsirasi 1) frekuensipernapasan 6. Pastikan penggantian
g. Pernapasan 2) pernapasan cuping masker oksigen/kanul
bibir hidung nasal setiap kali
h. Pernapasan 3) mendesah perangkatdiganti
cupinghidung 7. Pantau adanya tanda-
i. Pola nafas tanda keracunan
abnormal oksigen dan kejadian
j. Takipnea. atelektasis.

Faktor yang Monitor neurologi


berhubungan 1. Pantau ukuran pupil,
bentuk kesimetrisan
a. Cedera medula danreaktivitas
spinalis 2. Monitor tingkat
b. Gangguan kesadaran
neurologis 3. MonitorGCS
c. Nyeri 4. Monitor status
pernapasan.
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor TD, nadi,
suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi
tekanandarah
3. Monitor kualitasnadi
4. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
5. Monitor suaraparu
6. Monitor pola
pernapasanabnormal
7. Monitor suhu, warna,
dan kelembapankulit.
8. Identifikasi dari
penyebab perubahan
vital sign.

4. Gangguan a. status pernafasan : a. monitor vital sign


pertukaran gas pertukaran gas
berhubungan Tindakan keperawatan:
dengan Kriteria hasil:
ketidakseimbangan 1) Tekanan parsial 1) Memonitor tekanan
ventilasi oksigendalam darah, nadi, suhu, dan
daraharteri(po2) statuspernafasan,
2) Tekanan parsial 2) Memonitor Denyut
oksigendalam jantung
daraharteri(pco2) 3) Memonitor suara paru-
3) Saturasioksigen paru
4) Keseimbanganventila 4) Memonitor warna
siperfusi kulit
5) Dyspneapada saat 5) MeniaiCRT
istirahat
6) Sianosis b. monitor pernafasan

Tindakan keperawatan:

1) Memonitortingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi
2) Memonitor
gerakandada
3) Monitor bunyi
pernafasan
4) Auskultasi bunyiparu
5) Memonitordyspneadan
halyang meningkatkan
dan memperburuk
5. Ketidakefektifan a. Cardiopulmonaly terapi oksigen)
perfusi jaringan status (Status 1) Monitor kemampuan
perifer kardiopulmonal) pasien dalam
mentoleransi kebutuhan
Kriteria hasil : oksigen saatmakan
1) Tekanan darah 2) Observasi cara
sistolik masuknya oksigen yang
2) Tekanan darah menyebabkan
diastolik hipoventilalsi
3) Nadiperifer 3) Monitor perubahan
4) Saturasioksigen warna kulitpasien
5) Indekskardio 4) Monitor posisi pasien
6) Sianosis untuk membantu
7) Edema perifer masuknya oksigen
8) Kedalamanpernafasan 5) Monitor keefektifan
terapioksigen
6) Memonitor penggunaan
oksigen saat pasien
b. Status pernafasan beraktivitas
1) Menilaipernafasan
2) Irama pernafasan menajemen sensasi
3) Kedalamanpernafasan perifer
4) Volume tidal 1) Memonitor perbedaan
5) Saturasioksigen terhadap rasa
6) sianosis tajam,tumpul,panas
7) Clubbing offinger ataudingin
8) Gasping (terengah- 2) Monitor adanya mati
engah) rasa,rasa geli.
3) Diskusikan tentang
adanya kehilangan
c. Vital sign sensasi atau perubahan
1) Rentang nadiradial sensasi
2) Rentangpernafasan 4) Minta keluarga untuk
3) Tekanan darahsistolik memantau perubahan
4) Tekanan darahdiastol warna kulit setaphari
5) Tekanannadi
6) Kedalaman saat
inspirasi

7. Gangguan a.pertumbuhan Stimulasi Tumbuh


pertumbuhan Kembang
dan Kriteriahasil: 1. kaji tingkat
perkembangan 1) Persentil berat badan tumbuhkembanganak
untukusia 2. ajarkan untuk
2) Percentil berat untuk intervensi dengan
tinggi terapi rekreasi dan
3) Tingkatberatbadan aktivitas
4) Massa tubuh 3. berikan aktivitas yang
sesuai, menarik, dan
(a) Penggunaandisiplin dapat dilakukan oleh
yang sesuaiusia anak
(b) Merangsangperke 4. Rencanakan bersama
mbangankognitif anak aktivitas dan
(c) Merangsangpemba sasaran yang
ngunan memberikan
kesempatan untuk
keberhasilan
5. Berikan pendkes
stimulasi tumbuh
kembang anak pada
keluarga

manajemen nutrisi
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kaloridan
3. nutrisi yang
dibutuhkanpasien.
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe
5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitaminC
6. Berikan substansigula
7. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegahkonstipasi
8. Berikan makananyang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahligizi)
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungankalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yangdibutuhkan

8 Resiko cidera a. Kontrolresiko Manajemenlingkungan


Faktor resiko Kriteria hasil : 1. Sediakan lingkungan
1) Eksternal 1) Klien terbebas dari yang aman untuk
a) Gangguan cidera pasien
fungsi 2) Klien mampu2. Identifikasi kebutuhan
kognitif menjelaskan cara atau keamanan pasien
b) Agens metode untuk sesuai dengan kondisi
nosokomial mencegahcidera fisik
2) Internal 3) Klien mampu3. Dan fungsi kognitif
a) Hipoksia menjelaskan faktorpasien dan riwayat
jaringan resiko daripenyakir dahulu
b) Gangguan lingkungan pasien
sensasi 4) Menggunakan 4. Memasang side rail
(akibat dari fasilitas kesehatan tempattidur
cedera yangada 5. Menyediakan tempat
medula 5) Mampu mengenali tidur yang aman dan
spinalis,dll) perubahan statusbersih
c) Malnutrisi. kesehatan. 6. Membatasi
pengunjunng
b. Kejadian jatuh 7. Memberikan
1) Jatuh dari tempat penerangan yang
tidur cukup
2) Jatuh saat di 8. Berikan penjelasan
pindahkan. pada pasien dan
keluarga atau
pengunjung adanya
perubahan status
kesehatan dan
penyebabpenyakit.

Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satusisi
3. Longgarkanpakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lamakejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
denganbenar.
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
mempengaruhi resiko
jatuh
2. Sediakan pengawasan
ketat dan /atau alat
pengikatan

Sumber : Nanda Internasional (2015-2017) & NIC-NOC (2016)


Lampiran H

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No. 10 Tanah Kusir – Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. (021) 7234122, 7207184, Fax. (021) 7234126
Website: www.stikes-pertamedika.ac.id
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

PROGRAM PROFESI NERS KEPERAWATAN ANAK

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

Nama Mahasiswa : Herman Salbani


NIM : 21220117
Tempat praktek : RS EMC Tangerang
Tanggal praktek : 18 Oktober 2021

I. IDENTITAS DATA

Nama Anak : An. H Nama Ayah – Pendidikan: Tn. A/SLTA


Tempat – tanggal lahir : Tangerang,09-04-2018 Nama Ibu – Pendidikan : Ny. M/SLTA
Usia : 3 tahun 5 bulan Pekerjaan Ayah : Karyawan Swasta
Agama : Islam Pekerjaan Ibu : Karyawan Swasta
Suku – Bangsa : Indonesia
Alamat rumah – Nomor telpon : Poris Gaga RT.003/008 Batuceper Kota Tangerang,
………………………………………………………………………………
Telpon Rumah : Tidak Ada
HP :-

II. KELUHAN UTAMA DIRAWAT


Pada tanggal 18 Oktober 2021 Jam 10.00 wib An.H masuk melalui IGD rumah sakit Ibu pasien mengeluhkan
An.H demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan mengalami kejang, An.H pagi ini sebelum
dibawa ke RS mengalami kejang 1 kali yang berlangsung sekitar kurang dari 1 menit
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 18 Oktober 2021 pukul 18.00 WIB ibu mengatakan anak demam, tidak
mau makan, anak batuk sejak 2 hari yang lalu.
Ibu mengatakan cemas akan kondisi anaknya saat ini, tidak tahu berapa suhu anak saat kejang. pada saat kejang
badan anak kaku dan tidak sadar, lalu saat kejang berhenti anak sadar kembali, anak rewel dan gelisah

III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN (Riwayat Kehamilan dan Kelahiran dilakukan hanya
pada anak-anak dengan kasus kebutuhan khusus, pada neonatus dan bayi)

A. Prenatal : Tidak dikaji

B. Intranatal : Tidak dikaji

C. Postnatal : Tidak diKaji

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LAMPAU

A. Penyakit yang pernah diderita waktu kecil : Pernah mengalami kejang pada usia 8 bulan
B. Pernah di rawat di Rumah sakit : ya tahun 2020 karena diare……………………….............................
C. Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada ……………………………………………………….
D. Tindakan operasi : Tidak pernah……………………………………………………………………………
E. Alergi : Tidak ada ………………………………………………………………………………………..
F. Imunisasi : Lengkap (BCG,DPT,Polio, Campak dan Hepatitis B)
V. RIWAYAT KELUARGA (BUAT GENOGRAM 3 GENERASI KEATAS)

Genogram Ket :
฀ :Laki-laki
O :Perempuan
©/฀ : Klien
฀/O : Meninggal
:Menikah
╫ :Cerai
: Tinggalserumah

Anak H merupakan anak tunggal berjenis kelamin laki-laki, an H tidak memiliki penyakit keturunan, kedua
orang tua an.H masih hidup, an H tinggal bersama kedua orang tuanya. Ayah an. H bernama Tn A usia 35
tahun dan Ibu An.H bernama Ny. M berusia 28 tahun, Ayah an H merupakan anak kedua dari dua bersaudara,
sedangkan Ny M anak pertama dari 3 bersaudara, ayah dan ibu dari Ny M dan Tn A masih hidup

VI. RIWAYAT SOSIAL

A. Yang mengasuh : Orang tua dan Nenek


B. Hubungan dengan anggota keluarga : Pasien merupakan anak pertama dan hanya tinggal dengan
orangtuanya
C. Hubungan dengan teman sebaya : pasien bermain dg teman sebayanya jika sedang dibawa
keluar/tetangga
D. Pembawaan secara umum : Tidak ada kelainan
E. Lingkungan rumah : Keluarga pasien tinggal dilingkungan perumahan, sanitasi rumah
baik, orang tua pasien (ayah) terkadang merokok di dalam rumah

VII. KEBUTUHAN DASAR

A. Makan
1. Makanan yang disukai/tidak disukai : pasien mau makan apa saja yg diberikan oleh orang tuanya
2. Pola makan / jam makan : Pasien dirumah biasa diberikan makan 3 kali (pagi, siang dan sore)
B. Tidur
1. Lama tidur siang : 2-3 jam
2. Lama tidur malam : 9 jam
3. Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada, hanya harus ditemani oleh orang tua
C. Personal hygiene
1. Mandi : 2 kali
2. Mencuci rambut : Setiap 2 hari
3. Menggosok gigi : 2 kali sehari
D. Eliminasi
1. BAB – karakteristik feses : 1 kali sehari, konsistensi lembek
2. BAK – Karakteristik urine : Warna kuning jernih
E. Aktivitas bermain – jenis permainan : Anak biasa bermain robot-robotan dan mobil-mobilan
VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI

A. Diagnosis Medis : Kejang Demam


B. Tindakan operasi : Tidak
C. Status nutrisi : Normal
D. Status cairan : Infus Ka En 3B 10 tetes/menit
E. Obat-obatan : Paracetamol Drip 100 mg IV, Proris Supp 125 mg (IGD).,
Lacto B 2x1, Sanmol 15 cc/4 jam, Ceftriaxone 1x750 mg, Ikapen 200 mg,
Ikapen 2 x 25 mg, Dexamethasone 3 mg

F. Aktivitas : Pasien lebih banyak digendong oleh orangtuanya


G. Tindakan keperawatan :
Pasang infus Kaen 3 B 10 Tpm
………………………………………………………………………………………………………….
H. Hasil pemeriksaan penunjang – laboraturium (26 September 2021)
 HB 11,8 g/dl
 Leukosit 10,83
 Eritrosit 4,51
 Hematokrit L 33,2
 Trombosit 211

I. Data tambahan
Ro Thorax 26 September 2021 Dalam batas normal
………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………….

IX. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan umum : Sedang


B. TB/BB (persentile) : 90 cm/15 kg
C. Lingkar kepala : 48 cm
D. Mata : Bentuk simetris, bersih
E. Hidung : Bentuk simetris, bersih, pernafasan cuping hidung tidak ada
F. Mulut : warna lidah, bibir, palatum merah, rongga mulut bersih, mucosa bibir
agak Kering, tonsil hiperemis
G. Telinga : Bentuk simetris, bersih.
H. Tengkuk : Bersih, tidak ada kelainan
I. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada, suara nafas vesicular, v. Vremitus kiri
dan kanan sama, lingkar dada 56 cm
J. Jantung : Irama teratur, tidak ada bunyi jantung tambahan
K. Paru-Paru : suara nafas vesicular, irama teratur
L. Perut : Tidak tampak benjolan, bising usus normal
M. Punggung : bentuk normal, tidak ada kelainan
N. Genitelia : normal terlihat bersih
O. Ekstremitas : Akral hangat, Capillari refill kurang dari 3 dtk
P. Kulit : turgor kembali cepat, warna merah muda
Q. Tanda-tanda Vital : N 110 x/m, RR 31 x/m, S 37,9 oc, Saturasi O2 97 %
R. Lingkar Lengan Atas (LLA) : Tidak diukur
X. PEMERIKSAAN TINGKAT PERKEMBANGAN
(Gunakan Format DDST untuk anak usia ≤ 6 tahun)

A. Personalsosial : Anak sudah dapat berinteraksi dengan teman sebayanya jika dibawa bermain keluar
rumah
B. Motorik halus : Anak sudah mampu mengendalikan jari tangannya seperti memegang benda dengan
satu tangan, Menyusun mainan dll.
C. Motorik kasar : Di rumah anak sudah mampu berlari sendiri
D. Bahasa & kognitif : Anak sudah bisa mengenal banyak kosa kata dan merangkai beberapa kata
menjadi kalimat sederhana
XI. DAMPAK HOSPITALISASI

Anak tampak rewel dan sering menangis


………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………

XII. RESUME HASIL PENGKAJIAN (RIWAYAT MASUK HINGGA SAAT INI)

An H. masuk melalui IGD rumah sakit


Mengalami demam tinggi sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit dan mengalami kejang, pagi ini sebelum
dibawa ke RS mengalami kejang 1 kali yang berlangsung sekitar kurang dari 1 menit anak rewel dan gelisah
Status nutrisi : Normal ditandai dengan BB/TB pada rentang +2 SD s/d -2 SD
Status cairan : Infus Ka En 3B 10 tetes/menit
Obat-obatan : Paracetamol Drip 100 mg IV, Proris Supp 125 mg (IGD).,
Lacto B 2x1, Sanmol 15 cc/4 jam, Ceftriaxone 1x750 mg, Ikapen 200 mg,
Ikapen 2 x 25 mg, Dexamethasone 3 mg

Aktivitas : Pasien lebih banyak digendong oleh orangtuanya, rewel dan sering menangis

Laboratorium ( Tgl 18-10-2021)


 HB 11,8 g/dl
 Leukosit 10,83
 Eritrosit 4,51
 Hematokrit L 33,2
 Trombosit 211
Ro Thorax (18-10-2021) : Dalam Batas Normal
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan
Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma
Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes
tanggal : 07 maret 2017
Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health.
http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm.
Diakses pada 10 januari 2017
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93.

Dewi, R. 2011.Waspadai Penyakit pada Anak.Jakarta : Indeks Penerbit


Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan Defenisi & Klasifikasi 2012-2018. (Budi


Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta:
PPNI.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1 Cetakan III
Jakarta : DPP PPNI

PPNI.2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Edisi I cetakan II.Jakarta :


DPP PPNI

PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Edisi I cetakan II.Jakarta :


DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai