KOTATANGERANG
Oleh :
Herman Salbani
21220117
Kejang demam merupakan kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi
(kenaikkan suhu tubuh diatas 38⁰C) karena terjadi kelainan ektrakranial.
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikkan suhu tubuh yang disebabkan oleh proses ekstrakranium
(Lestari,2016).
Jadi dapat disimpulkan, kejang demam adalah gangguan yang terjadi akibat
dari peningkatan suhu tubuh anak yang dapat menyebabkan kejang yang
diakibatkan karena proses ekstrakranium.
2. Penyebab
Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kejang demam. Demam sering
disebabkan infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, pneumonia, dan
infeksi saluran kemih (Lestari, 2016).
Menurut Ridha (2018), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang
demam diantaranya:
a. Faktor-faktorprinatal
b. Malformasi otakcongenital
c. Faktorgenetika
d. Demam
e. Gangguanmetabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. GangguanSirkulasi
3. Klasifikasi
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone :
a. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4tahun
b. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tidak lebih dari 15menit
c. Kejang bersifatumum
d. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnyademam
e. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejangnormal
f. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal
tidak menunjukkankelainan
g. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4kali
Kejang demam yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari tujuh kriteria
tersebut (modifikasi livingstone) digolongkan pada kejang demam
kompleks.
(Ngastiyah, 2012).`
4. Patofisiologi
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari
permukaan dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam
keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium
(K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion Natriun (Na+) dan elektrolit lainnya,
kecuali ion klorida (CI-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi Na+ rendah, sedang diluar sel neuron terdapat
keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam
dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran yang disebut
potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial
membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat
diubah oleh:
a. Perubahan konsentrasi ion diruangekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau
aliran listrik darisekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan
metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada anak 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh
dibandingkan dengan orang dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan
suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dan
dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium
akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian
besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun ke membran sel
disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan terjadi kejang. Tiap
anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung tinggiu
rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang berlangsung
lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak
teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan makin meningkatnya
aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian
kejadian diatas adalah faktor penyebab hingga terjadinya kerusakan neuron
otak selama berlangsungnya kejang (Lestari, 2016 & Ngastiyah,2012).
Infeksi diantaranya
Kenaikan
: Proses Suhu tubuh ↑ Pireksia MK : metabolisme
Pneumonia inflamasi
Inflamasi
(demam) Hipertermia basal 10-15 %
Otitis Media
ISK
MK: ketidakefektifan
Kejang perfusi jaringan serebral
Demam
MK: Ketidakefektifan
MK: gangguan perfusi jaringan perifer
7
pertukaran gas
5. Manifestasi
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saatkejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jeniskejang)
d. Kulit pucat danmembiru
e. Akraldingin
7. Penatalaksanaan
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa
faktor yang perlu dikerjakan yaitu:
a. PenatalaksanaanMedis
1) Memberantas kejang secepatmungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat
pilihan utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara
intravena. Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan
dengan berat badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan
minimal dalam spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB.
Biasanya dosis rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan
maksimum 5 mg pada anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg
pada anak yang lebihbesar.
b. Penatalaksanaankeperawatan
1) Pengobatan faseakut
a) Airway
(1) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan
dan pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau
bila ada guedel lebihbaik.
(2) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien,
lepaskan pakaian yang mengganggupernapasan
(3) berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt.
b) Breathing
(1) Isap lendir sampaibersih
c) Circulation
(1) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secaraintensif.
(2) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat (
berbeda dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap
sadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi
dokter apakah perlu pemberian obatpenenang.
2) Pencegahan kejangberulang
a) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata
0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti
tunggu 15 menit dapat diulang dengan dengan dosis dan cara
yangsama.
b) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital
dengan dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan
pengobatanrumat.
B. Konsep Asuhan Keperawatan pada Kasus KejangDemam
1. Pengkajian
a. Anamnesis
1) Identitaspasien
Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir,
umur, tempat lahir, asal suku bangsa, agama, nama orang tua,
pekerjaan orang tua, penghasilan orang tua. Wong (2009),
mengatakan kebanyakan serangan kejang demam terjadi setelah usia 6
bulan dan biasanya sebelum 3 tahun dengan peningkatan frekuensi
serangan pada anak-anak yang berusia kurang dari 18bulan.
2) Riwayatkesehatan
a) Keluhanutama
Biasanya anak mengalami peningkatan suhu tubuh >38,0⁰C, pasien
mengalami kejang dan bahkan pada pasien dengan kejang demam
kompleks biasanya mengalami penurunan kesadaran.
b) Riwayat penyakitsekarang
Biasanya orang tua klien mengatakan badan anaknya terasa panas,
nafsu makan anaknya berkurang, lama terjadinya kejang biasanya
tergantung pada jenis kejang demam yang dialami anak.
c) Riwayatkesehatan
(1) Riwayat perkembangan anak : biasanya pada pasien dengan
kejang demam kompleks mengalami gangguan keterlambatan
perkembangan dan intelegensi pada anak serta mengalami
kelemahan pada anggota gerak(hemifarise).
(2) Riwayat imunisasi : Biasanya anak dengan riwayat imunisasi
tidak lengkap rentan tertular penyakit infeksi atau virus seperti
virusinfluenza.
(3) Riwayatnutrisi
Saat sakit, biasanya anak mengalami penurunan nafsu makan
karena mual dan muntahnya
b. Pemeriksaanfisik
1) Keadaan umum biasnaya anak rewel dan kesadaran composmentis
2) TTV:
Suhu : biasanya>38,0⁰C
Respirasi: pada usia 2- < 12 bulan : biasanya > 49 kali/menit
Pada usia 12 bulan - <5 tahun : biasanya >40kali/menit
Nadi : biasanya >100x/i
3) BB
Biasanya pada nak dengan kejang demam tidak terjadi penurunan
berar badan yang berarti
4) Kepala
Biasanya tampak simetris dan tidak ada kelainan yang tampak
5) Mata
Biasanya simetris kiri-kanan, skelera tidak ikhterik, konjungtiva
anemis.
6) Mulut danlidah
Biasanya mukosa bibir tampak kering, tonsil hiperemis, lidah
tampakkotor
7) Telinga
Biasanya bentuk simetris kiri-kanan, normalnya pili sejajar dengan
katus mata, keluar cairan, terjadi gangguan pendengaran yang
bersifat sementara, nyeri tekanmastoid.
8) Hidung
Biasanya penciuman baik, tidak ada pernafasan cuping hidung,
bentuk simetris, mukosa hidung berwarna merah muda.
9) Leher
Biasanya terjadi pembesaran KGB
10) Dada
a) Thoraks
(1) Inspeksi, biasanya gerakan dada simetris, tidak ada
penggunaan otot bantupernapasan
(2) Palpasi, biasanya vremitus kiri kanansama
(3) Auskultasi, biasanya ditemukan bunyi napas tambahan
sepertironchi.
b) Jantung
Biasanya terjadi penurunan atau peningkatan denyutjantung
I: Ictus cordis tidakterlihat
P: Ictus cordis di SIC V teraba
P: batas kiri jantung : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri
(pinggang jantung), SIC V kiri agak ke mideal linea
midclavicularis kiri.
Batas bawah kanan jantung disekitar ruang intercostals III-IV
kanan, dilinea parasternalis kanan, batas atasnya di ruang
intercosta II kanan linea parasternalis kanan.
A: BJ II lebih lemah dari BJ I
11) Abdomen
biasanya lemas dan datar, kembung
12) Anus
biasanya tidak terjadi kelainan pada genetalia anak
13) Ekstermitas:
a) Atas : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akraldingin.
b) Bawah : biasanya tonus otot mengalami kelemahan, CRT > 2
detik, akraldingin.
c. Penilaian tingkatkesadaran
1) Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan
sekelilingnya, nilai GCS:15-18.
2) Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh, nilai GCS: 13 -12.
3) Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal, nilai
GCS: 11 -10.
4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadarandapat
pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
5) Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada
respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 –4.
6) Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon
terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek
muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya), nilai
GCS: ≤3.
d. Penilaian kekuatanotot
Tabel 2.1
Penilaian Kekuatan Otot
Respon Skala
Kekuatan otot tidak ada 0
Tidak dapat digerakkan, tonus otot ada 1
Dapat digerakkan, mampu terangkat sedikit 2
Terangkat sedikit < 450, tidak mampu melawan gravitasi 3
Bisa terangkat, bisa melawan gravitasi, namun tidak mampu 4
melawan tahanan pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi
Kekuatan otot normal 5
(Sumber: Wijaya dan Yessi. 2013)
e. Pemeriksaanpenunjang
Menurut Dewi (2011):
a) EEG(Electroencephalogram)
Pemeriksaan EEG dibuat 10-18 hari setelah bebas panas tidak
menunjukan kelainan likuor. Gelombang EEG lambat didaerah
belakang dan unilateral menunjukan kejang demam kompleks.
b) LumbalPungsi
Fungsi lumbar merupakan pemeriksaan cairan yang ada di otak dan
kanal tulang belakang (cairan serebrospinal) untuk meneliti
kecurigaan meningitis. Pemeriksaan ini dilakukan setelah kejang
demam pertama pada bayi (usia<12 bulan) karena gejala dan tanda
meningitis pada bayi mungkin sangat minimal atau tidak tampak.
Pada anak dengan usia > 18 bulan, fungsi lumbal dilakukan jika
tampak tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang
menimbulkan kecurigaan infeksi sistem saraf pusat.
3. IntervensiKeperawatan
Tabel 2.2
Intervensi Keperawatan pada Kasus Kejang Demam
Pengaturan suhu
1. monitor suhu paling
tidak setiap 2 jam
sesuaikebutuhan
2. monitor dan laporkan
adanya tanda gejala
hipotermia dan
hipertermia
3. tingkatka intake cairan
dan nutrisiadekuat
4. berikan pengobatan
antipiretik sesuai
kebutuhan.
Manajemen pengobatan
1. Tentukan obat apa
yang di perlukan, dan
kelola menurut resep
dan/atauprotokol
2. Monitor efektivitas
cara pemberian obat
yangsesuai.
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satusisi
3. Longgarkanpakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lamakejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
dengan benar.
Monitoring peningkatan
intrakranial
1. Monitor tekanan
perfusiserebral
2. Monitor jumlah, nilai
dan karakteristik
pengeluaran cairan
serebrispinal(CSF)
3. Monitor intake dan
output
4. Monitor suhu dan
jumlah leukosit
5. Periksa pasien terkait
ada tidaknya gejala
kakukuduk
6. Berikanantibiotik
7. Letakkan kepala dan
leher pasien dalam
posisi netral, hindari
fleksi pinggang yang
berlebihan
8. Sesuaikan kepala
tempat tidur untuk
mengoptimalkan
perfusiserebral
9. Berikan agen
farmakologis untuk
mempertahankan TIK
dalam jangkauan
tertentu.
Monitor tanda-tanda
vital
1. Monitor tekanan
darah, nadi, suhu dan
status pernapasan
dengancepat
2. Monitor kualitas dari
nadi
3. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
4. Monitor pola
pernapasan abnormal
(misalnya, cheyne-
stokes,kussmaul,
biot,apneustic,ataksia
dan bernapas
berlebihan)
5. Monitor suhu, warna,
dan kelembabankulit
6. Monitor adanya
cushling triad (tekanan
nadi yang melebar,
bradikardi,
peningkatansistolik)
7. Identifikasi penyebab
dari perubahan vital
sign.
Tindakan keperawatan:
1) Memonitortingkat,
irama, kedalaman, dan
respirasi
2) Memonitor
gerakandada
3) Monitor bunyi
pernafasan
4) Auskultasi bunyiparu
5) Memonitordyspneadan
halyang meningkatkan
dan memperburuk
5. Ketidakefektifan a. Cardiopulmonaly terapi oksigen)
perfusi jaringan status (Status 1) Monitor kemampuan
perifer kardiopulmonal) pasien dalam
mentoleransi kebutuhan
Kriteria hasil : oksigen saatmakan
1) Tekanan darah 2) Observasi cara
sistolik masuknya oksigen yang
2) Tekanan darah menyebabkan
diastolik hipoventilalsi
3) Nadiperifer 3) Monitor perubahan
4) Saturasioksigen warna kulitpasien
5) Indekskardio 4) Monitor posisi pasien
6) Sianosis untuk membantu
7) Edema perifer masuknya oksigen
8) Kedalamanpernafasan 5) Monitor keefektifan
terapioksigen
6) Memonitor penggunaan
oksigen saat pasien
b. Status pernafasan beraktivitas
1) Menilaipernafasan
2) Irama pernafasan menajemen sensasi
3) Kedalamanpernafasan perifer
4) Volume tidal 1) Memonitor perbedaan
5) Saturasioksigen terhadap rasa
6) sianosis tajam,tumpul,panas
7) Clubbing offinger ataudingin
8) Gasping (terengah- 2) Monitor adanya mati
engah) rasa,rasa geli.
3) Diskusikan tentang
adanya kehilangan
c. Vital sign sensasi atau perubahan
1) Rentang nadiradial sensasi
2) Rentangpernafasan 4) Minta keluarga untuk
3) Tekanan darahsistolik memantau perubahan
4) Tekanan darahdiastol warna kulit setaphari
5) Tekanannadi
6) Kedalaman saat
inspirasi
manajemen nutrisi
1. Kaji adanya alergi
makanan
2. Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kaloridan
3. nutrisi yang
dibutuhkanpasien.
4. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake
Fe
5. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein
dan vitaminC
6. Berikan substansigula
7. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegahkonstipasi
8. Berikan makananyang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahligizi)
9. Monitor jumlah nutrisi
dan kandungankalori
10. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
11. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yangdibutuhkan
Manajemen kejang
1. Pertahankan jalan
nafas
2. Balikkan badan pasien
ke satusisi
3. Longgarkanpakaian
4. Tetap disisi pasien
selama kejang
5. Catat lamakejang
6. Monitor tingkat obat-
obatan anti epilepsi
denganbenar.
Pencegahan jatuh
1. Identifikasi perilaku
dan faktor yang
mempengaruhi resiko
jatuh
2. Sediakan pengawasan
ketat dan /atau alat
pengikatan
I. IDENTITAS DATA
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN (Riwayat Kehamilan dan Kelahiran dilakukan hanya
pada anak-anak dengan kasus kebutuhan khusus, pada neonatus dan bayi)
A. Penyakit yang pernah diderita waktu kecil : Pernah mengalami kejang pada usia 8 bulan
B. Pernah di rawat di Rumah sakit : ya tahun 2020 karena diare……………………….............................
C. Obat-obatan yang digunakan : Tidak ada ……………………………………………………….
D. Tindakan operasi : Tidak pernah……………………………………………………………………………
E. Alergi : Tidak ada ………………………………………………………………………………………..
F. Imunisasi : Lengkap (BCG,DPT,Polio, Campak dan Hepatitis B)
V. RIWAYAT KELUARGA (BUAT GENOGRAM 3 GENERASI KEATAS)
Genogram Ket :
:Laki-laki
O :Perempuan
©/ : Klien
/O : Meninggal
:Menikah
╫ :Cerai
: Tinggalserumah
Anak H merupakan anak tunggal berjenis kelamin laki-laki, an H tidak memiliki penyakit keturunan, kedua
orang tua an.H masih hidup, an H tinggal bersama kedua orang tuanya. Ayah an. H bernama Tn A usia 35
tahun dan Ibu An.H bernama Ny. M berusia 28 tahun, Ayah an H merupakan anak kedua dari dua bersaudara,
sedangkan Ny M anak pertama dari 3 bersaudara, ayah dan ibu dari Ny M dan Tn A masih hidup
A. Makan
1. Makanan yang disukai/tidak disukai : pasien mau makan apa saja yg diberikan oleh orang tuanya
2. Pola makan / jam makan : Pasien dirumah biasa diberikan makan 3 kali (pagi, siang dan sore)
B. Tidur
1. Lama tidur siang : 2-3 jam
2. Lama tidur malam : 9 jam
3. Kebiasaan sebelum tidur : Tidak ada, hanya harus ditemani oleh orang tua
C. Personal hygiene
1. Mandi : 2 kali
2. Mencuci rambut : Setiap 2 hari
3. Menggosok gigi : 2 kali sehari
D. Eliminasi
1. BAB – karakteristik feses : 1 kali sehari, konsistensi lembek
2. BAK – Karakteristik urine : Warna kuning jernih
E. Aktivitas bermain – jenis permainan : Anak biasa bermain robot-robotan dan mobil-mobilan
VIII. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI
I. Data tambahan
Ro Thorax 26 September 2021 Dalam batas normal
………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………….
A. Personalsosial : Anak sudah dapat berinteraksi dengan teman sebayanya jika dibawa bermain keluar
rumah
B. Motorik halus : Anak sudah mampu mengendalikan jari tangannya seperti memegang benda dengan
satu tangan, Menyusun mainan dll.
C. Motorik kasar : Di rumah anak sudah mampu berlari sendiri
D. Bahasa & kognitif : Anak sudah bisa mengenal banyak kosa kata dan merangkai beberapa kata
menjadi kalimat sederhana
XI. DAMPAK HOSPITALISASI
Aktivitas : Pasien lebih banyak digendong oleh orangtuanya, rewel dan sering menangis
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.12. Jakarta: EGC
Christian,W.,dkk. Pengalaman Perawat dalam Penanganan pada Anak dengan
Kejang Demam di Ruangan IGD RSUD Karangayar.2015. Stikes Kusuma
Husada. SurakartaDiaskes. http://download.portalgaruda.org. Diaskes
tanggal : 07 maret 2017
Christopher, F, L, et al, 2012. Seizures in Children. Emedicine health.
http://www.emedicinehealth.com/seizures_in_children/article_em.htm.
Diakses pada 10 januari 2017
Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit
Saraf. Jakarta: EGC. hlm 92-93.