Anda di halaman 1dari 3

Gambaran klinis

Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu
badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi dari luar susunan saraf pusat,
misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis, dan lain-lain. serangan kejang
biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsungsingkat dengan sifat
bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal, atau akinetik. Umumnya kejang
berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi
setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf.
Pedoman mendiagnosis kejang demam menurut Livingstone (dimodifikasi oleh sub bagian
anak FKUI-RSCM Jakarta)
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan dan 4 tahun.
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tida lebih dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum.
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam.
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal.
6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu normal tidak
menunjukan kelainan.
7. Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebih 4 kali.
Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah risiko terjadi kerusakan sel
otak akibat kejang, suhu yang meningkat diatas suhu normal, risik terjadi bahaya/komplikas,
gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
Tindakan pada saat kejang :
 Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan pasangkan sudip lidah
yang telah dibungkus kasa atau bila ada guedel lebih baik.
 Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien;lepaskan pakaian yang mengganggu
pernafasan (mis, ikat pinggang, gurita, dan lain sebagainya.)
 Isap lendir sampai bersih, beikan O2 boleh sampai 4L/menit.jika pasien jatuh apnea
lakukan tindakan pertolongan .
 Bila suhu tinggi berikan kompres dingin secara intensif.
 Setelah pasien bangun bangun dan sadar berikan minum hangat.
 Jika dengantindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter apakah perlu
pemberian obat penenang.
Risiko Terjadi Kerusakan Sel Otak Akibat Kejang.
Setiap kejang menyebabkan kontriksi pembuluh darah sehingga aliran darah tidak lancar dan
mengakibatkan peredaran O2 juga terganggu. Kekurangan O2 (anoksia) pada otak akan
mengakibatkan kerusakan sel otak dan dapat terjadi kelumpuhan sampai retardasi mental bila
kerusakannya berat. Jika kejang hanya sebentar tidak banyak menimbulkan kerusakan, tetapi
jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit biasanya berakhir dengan apnea yang akan
menimbulkan kerusakan otak yang makin berat (pada keadaan demam, kenaikan suhu 1°C
akan mengakibatkan kenaikan metabolisme basal 10-15%, kebutuhan O2 akan meningkat
20%.
Suhu yang meningkat diatas normal.
Masing-masing pasien mempunyai ambang kenjang yang berbeda,tidak selalu dalam keadaan
hiperpieksia tetapi yang jelas bahwa pada kejang demam selalu didahului kenaikan suhu
sebelum bangkitan kejang terjadi. Pada anak dengan ambang kejang rendah, bila suhu naik
menjadi 38° C atau lebi sedikit saja sudah timbul kejang. Oleh karena itu, jika sudah diketahui
suhu naik diatas normal anak akan menderita kejang maka setelah diketahui suhu mulai naik
harus segera diberikan obat antipiretik ( pemberian antipiretik dan petunjuk bahwa anak
menderita kejang demam didapat setelah berobat ke dokter dan biasanya kejang sudah lebih
dari 1 kali) obat antipiretik untuk pasien kejang demam biasanya telah bersama-sama dengan
anti konvulsan. Perlu diingat bahwa pada pasien yang akan mengalami kenaikan suhu karena
adanya infksi apakah faringitis, OMA atau infeksi lainnya, maka disamping obat antipiretik
juga harus ada antibiotik. Jika belum ada antibiotik disebut pasien harus dibawa berobat karena
tanpa antibiotik demam akan turun hanya sebentar kemudian naik lagi. Disamping obat-obat
tersebut pasien perlu diberi banyak minum dan jika suhu tinggi sekali kompres dingin secara
intensif. Karena demam dapat menimbulkan kejang maka jika pasien akan mendapatkan
imunisasi tidak boleh diberikan pertusi pasien hanya diberi DT saja, dianjurkan agar setelah
suntik pasien segera diberi antipiretik tidak usah menunggu pasien mulai demam.
Resiko terjadi bahaya / komplikasi.
Seperti pasien lain yang kejang, akibatnya dapat terjadi perlukaan misalnya lidah tergigit atau
akibat gesekan dengan gigi, akibat terkena benda tajam atau keras yang ada di sekitar anak,
setelah dapat juga terjatuh. Oleh karena itu, tiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang
mendampinginya. Selain bahaya akibat kejang, resiko komplikasi dapat terjadi akibat
pemberian obat anti konvulsan ( dapat terjadi di rumah sakit), misalnya karena kejang tidak
segera berhenti padahal telah mendapat enobarbital kemudian diberikan diazepam maka dapat
berakibat apnea. Begitu pula jika memberikan diazepam secara intravena terlalu cepat juga
dapat menyebabkan depresi pusat pernafasan. Oleh karena itu, bila memberikan diazepam IV
harus pelan sekali 1 ml/menit. Jika keadaan memungkin dapat menggunakan mikrodrip untuk
pemberian diazepam.
Untuk mwnguragi risiko tesebut setiap pemberian diazepam atau obat antionvusan harus hati-
hati. Antikonvulsan apapun yang diberikan,pasien harus tetap diobservasi sejak pemberian
sampai beberapa jam kemudian. Catatlah dengan cermat jenis obat yang diberikan dan jam
berpa agar tidak terjadi pemberian antikonvulsan terlalu dekat waktunya dengan obat yang
sama atau yang seharusnya tidak diberikan. Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kejang
demam jika tidak dapat diobati secara benar dapat menjadi retadasi mental akibat kerusakan
otak yang parah. Dapat juga dapat menjadi epilepsi.
Ganguan rasa aman dan nyaman .
Gangguan ini juga terjadi seperti pasien sebagai akibat penyakitnya sendiri dan tindakan-
tindakan pertolongan selama kejang atau tindakan pengobatan jika dirumah sakit misalnya
pungsi lumbal, pemasangan infus, pengisapan lendir dan sebagainya.walapun pasien ketika
kejang tidak sadar perlakuan lemah-lembut dan kasih sayang perlu dilaksanakan (misalnya
pada waktu mengisap lendir harus dengan hati-hati sehingga tidak meluikai selaput tenggorok).
Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit.
pasien kejang demam tidak dirawat dirumah sakit:kecuali apabila ia menderita komplikasi atau
dalam keadaan status konvulsivus. Jika pasien telah didiagnosa kejang demam, orang tua perlu
dijelaskan mengapa anak dapat kejang terutama yang berhubungan dengan kenaikan suhu
tubuh. Kenaikan suhu tubuh tersebut disebabkan oleh infeksi. Orang tua perlu diajari
bagaimana cara menolong pada saat anak kejang (tidak boleh panik)dan yang penting adalah
jangan sampai timbul kejang. Yang perlu dijelaskan ialah:
a. Harus tersedia obat penurun panas yang didapatkan atas resep dokter yang telah
mengandung antikonvulsan. Jika obat hampir habis misalnya masih sisa 2 bungkus
supaya datang berobat untuk mendapatkan obat persediaan. Orang harus memehami hal
ini untuk keperluan anaknya.
b. Agar anak segera diberikan obat antipiretik bila orang tua mengenai anak mulai demam
(jangan menunggu suhu meningkat lagi) dan pemberian obat diteruskan sampai suhu
sudah turun selama 24 jam berikutnya. Jika demam masih naik turun agar berobat
kedokter/ pukesmas, untuk mendapatkan antibiotik.
c. Jika terjadi kejang, anak harus dibaringkan ditempat yang rata, kepalanya
dimiringkan.buka bajunya dan pasangkan gagang sendok yang telah dibungkus
kain/sapu tangan yang bersih dalam mulutnya (jelaskan apa tujuannya). Pada keluarga
yang mengerti dapat dapat diberikan resep untuk membeli sudip lidah karena dapat
dipakai bila perlu. Setelah kejang berhenti dan pasien bagun dan sadar kembalu suruh
minum obatnya dan tunggui pasien sampai keadaan betul-betul tenang. Jika suhu pada
waktu kejang tersebut tinggi sekali supaya dikompres dingin. Beberapa keluarga selalu
sedia alkohol untuk kompres menurunkan suhu. Agar lebih efektif anjurkan supaya
dicampur dengan es , pasien supaya diberikan banyak minum.
d. Apabila terjadi kejang berulang atau terlalu lama walaupun telah diberikan obat, segera
bawa pasien tersebut ke rumah sakit karena hanya rumah sakit yang dapat memberikan
pertolongan pada pasien yang menderita status konvulsivus.
e. Apabila orang tua telah diberikan obat pesediaan diazepam rektal berikan petunjuk cara
memeberikannya, yaitu ujung rektil yang akan dimasukkan ke dalam anus dioles pakai
minyak sayur atau vaselin kemudian dimasukkan kedalam anus sambil dipencet sampai
habis (tetapi dengan pelan-pelan mencetnya) setelah kosong dan masih dipencet rektiol
dicabut kemudian anus dirapatkan (jika tidak sambil masih dipencet rektiol dicabut
sebagian isnya dan ikut terisap kembali). Bila mungkin pasien dibaringkan miring.
f. Beritahukan orang tua jika anak akan mendapatkan imunisasi agar memberitahukan
kepda dokter/petugas imunisasi bahwa anaknya penderita kejang demam (agar tidak
diberikan pertusis).
g. Walaupun kejang sudah lama tidak terjadi orang tua supaya tidak menghentikan terapi
sendiri (pernah terjadi anak sudah lam tidak pernah datang meminta obat antikonvulsan
tetapi 2 tahun kemudian anak kejang lagi pada waktu demam ringan saja). Jelaskan
bahwa pengobatan profilaksis ini berlangsung sampai 3 tahun kemudian secara
bertahap dosis dikurangi dalam waktu 3 sampai 6 bulan.

Anda mungkin juga menyukai