Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit inflamasi pada system pencernaan sngat banyak, diantaranya

apendisitis dan divertikular disease. Apendisitis adalah suatu penyakit inflamasi pada

apendiks diakibatnya terbuntunya lumen apendiks. Divertikular disease merupakan

penyakit inflamasi tetapi penyebabnya berbeda. Apendisitis disebabkan tertumbuhnya

lumen apendiks. Dengan fecalit, benda asing atau karena terjepinya apendiks, sedang

diverticular disebabkan karena massa feces yang terlalu keras dan membuat tekanan

dalam lumen usus besar sehingga membentuk tonjolan – tonjolan divertikula dan

divertikula ini yang kemudian bila smpai terjepit atau terbuntu akan mengakibatkan

diverticulitis

Insiden apendisitis akut lebih tingi pada negara maju dari pada negara

berkembang, namun dalam tiga sampai empat dasawarsa terakhir menurun secara

bermakna, yaitu 100 kasus tiap 100.000 populasi menjadi 52 tiap 100.000 populasi.

Kejadian ini mungkin disebabkan perubahan pola makan, yaitu negara berkembang

berubah menjadi makanan kurang serat. Menurut data epidemiologi apendisitis akut

jarang terjadi pada balita, meningkat pada pubertas, dan mencapai puncaknya pada

saat remaja dan awal 20-an, sedangkan angka ini menurun pada menjelang dewasa.

Sedangkan insien diverticulitis lebih umum terjadi pada sebagian besar negara barat

dengan diet renda serat. Apendisitis dan divertikulitis termasuk penyakit yang dpat di

cegah apabila kita mengetahui dan mengerti ilmu tentang penyakit ini. Appendiks

adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat

dibawah katup ileocecal.

B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari apendisitis?

2. Menjelaskan etologi apendisitis?

3. Menjelaskan patofisiologi apendisitis?

4. Apakah manifestasi klinis dari apendisitis?

5. Menjelaskan pemeriksaan penunjang apendisitis?

6. Apa penetalksanaan pemeriksaan apendisitis?

7. Apakah komplikasi yang terjadi pada penyakit apendisitis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa defenisi dari apendisitis

2. Untuk mengetahui etologi apendisitis

3. Untuk mengetahui patofisiologi apendisitis

4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari apendisitis

5. Untuk menjelaskan pemeriksaan penunjang apendisitis

6. Untuk mengetahui penetalaksanaan pemeriksaan apendisitis

7. Untuk mengetahui komplikasi yang terjadi pada penyakit apendisitis


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP MEDIS

a. Defenisi Apendisitis

Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada

kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah

abdomen darurat. Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai

cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus

memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila

tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, di karenakan oleh peritonitis dan

shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur.( craig, S.2011)

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai

cacing ( apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi

bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus

yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum

(cecum). Usus buntu besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut

kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainya. Namun, lendirnya banyak

mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir dan apendisitis ini

merupakan peradangan pada usus buntu. Apendiks merupakan organ yang

berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kira – kira 10 cm (kisaran 3 –

15 cm ) dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari.

Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya dialirkan ke

sekum. Adanya hambatan dalam pengaliran tersebut, tampaknya merupakan salah

satu penyebab timbulnya apendisits. Di dalam apendiks juga terdapat


immunoglobulin sekretoal yang merupakan zat pelindung efektif terhadap infeksi

(berperan dalam sistem imun ). .( craig, S.2011)

b. Etiologi

Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetus apendisitis. Sumbatan pada

lumen apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping

hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid. Timbuan tinja / feses yang keras

(fekalit), tumor apendiks, cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji cabai,biji

jambu, dll) juga dapat menyebabkan sumbatan. Diantara beberapa faktor ini maka

yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyebab apendisitis

adalah faktor penyumbatan oleh tinja / feses dan hyperplasia jaringan limfoid.

Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk

berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja / feses manusia sangat

mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri / kuman Escherichia Coli, inilah yang

sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.

(Anonim,2007)

Adapun klasifikasi dan penyebab pada apendiks yaitu:

1. Apendisitis akut

Apendisitis akut adalah : radang pada jarngan apendiks. Apendisitis

akut pada dasarnya adalah obstruksi lumen yang selanjutnya akan

diikuti oleh proses infeksi dari apendiks. Penyebab obstruksi dapat

berupa yaitu:

 Hiperplasi limfonodi sub mukos dinding apendiks

 Fekalit

 Benda asing

 Tumor
Adanya obstruksi mengakibatkan mucin / cairan mukosa yang

diproduksi tidak dapat keluar dari apendiks, hal ini semakin

meningkatkan tekanan intra luminer sehingga menyebabkan

tekanan intra mukosa juga semakin tinggi. Dan tekanan yang

tinggi akan menyebabkan infiltrasi kuman ke dinding apendiks

sehingga terjadi peradangan supuratif yang menghasilkan pus /

nanah pada dinding apendiks. Selain obstruksi, apendiks juga

dapat di sebabkan oleh penyebaran infeksi dari organ lain yang

kemudian menyebar secara hematogen ke apendiks.

2. Apendicitis purulenta (supurative appendicitis)

Tekanan dalam lumen yang terus bertambah di sertai edema

menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan

menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema

pada appendiks.

3. Apendisitis kronik

Diagnosis apendisitis kronik baru dapat ditegakkan jka dipenuhi semua

syarat : riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 mingggu, radang

kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik, dan keluhan

menghilang setelah apendektomi.

4. Apendisitis rekurens

Diagnosis rekuren baru dapat diperkirakan jika ada riwayat serangan

nyeri berulang di perut kanan bawah yang mendorong dilakukan apeomi

dan hasil patologi menunjukkan peradangan akut.

5. Karsinoid apendiks
Ini merupakan tumor sel argentafin apendiks. Kelainan ini jarang

didiagnosis prabedah, tetapi ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksan patologi atas spesimen apendiks dengan diagnosis prabedah

apendisitis akut.

c. Patofisiologi

Patologi apendisitis dapat dimulai dimukosa dan kemudian melibatkan

seluruh lapisan dinding apendiks dalam waktu 24 – 48 jam pertama. Usaha

pertahanan tubuh adalah membatasi proses radang dengan menutup apendiks

dengan omentum, usus halus atau adneksa sehingga terbentuk masa

periapendikuler yang secara salah di kenal dengan istilah infiltrate apendiks.

Didalamnya dapat terjadi proses nekrosis jaringan berupa abses yang dapat

mengalami perforasi. Jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan

massa periapendikuler akan menjadi tenang untuk selanjutnya akan mengurai diri

secara lambat.apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh sempurnah,

tetapi akan membentuk jaringan perut yang akan menyebabkan perlengketan

dengan jaringan sekitarnya. Perlengketan ini dapat menimbulkan keluhan

berulang diperut kanan bawah. Pada suatu ketika organ ini dapat meradang akut

lagi dan dinyatakan sebagai mengalami eksaserbasi akut. Dan pada umumnya

obstruksi pada apendiks ini terjadi karena: (docstoc . 2010)

1. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak

2. Adanya faekolit dalam lumen appendiks

3. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji lombok, biji jeruk

dll.

4. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya


5. Infeksi kuman dari calon yang paling sering adalah E. Coli dan

streptococcus

6. Laki laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30

thn (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan

limpoid pada masa tersebut.

Akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feces)

atau benda asing, apendiks terinflamasi dan mengalami edema. Proses inflamasi

tersebut menyebabkan aliran cairan limfe dan darah tidak sempurnah,

meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau

menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran

kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.

Appendiks mengalami kerusakan dan terjadi pembusukan (gangran) karena sudah

tak mendapat makanan lagi. Pembusukan usus buntu akan pecah (perforasi

/robek) dan nanah tersebut yang berisi bakteri menyebar ke rongga perut.

Dampaknya adanya infeksi yang semakin meluas, yaitu infeksi dinding rongga

perut (peritonitis). : (docstoc . 2010)

d. Manifestasi klinis

Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis atas anamnese di tambah

dengan pemeriksaan laboraturium serta pemeriksaan penunjang lainnya. Ada tiga

anamnesa yaitu: ( indonesia children, 2009)

1. Anoreksia biasanya tanda pertama

2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu

kemudian menjalar ke tempat appendics yang meradang (parietal).

Retrosekal / nyeri punggung/ pinggang. Postekal / nyeriterbuka.

3. Diare, muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.


Gejalah usus buntu bervariasi tergantung stadiumnya yaitu :

1. Penyakit radang usus buntu akut (mendadak)

Pada kondisi ini gejalah yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi

demam bisa mencapai 37,8 – 38,8ºC, mual – muntah, nyeri perut kanan

bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak

semua orang akan menunjukkan gajalah seperti ini, bisa juga hanya

bersifat meriang, atau mual – muntah saja

2. Penyakit radang usus buntu kronik

Pada stadium ini gejalah yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag

dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan

terkadang demam yang hilang timbul. Resing kali disertai dengan rasa

mual, bahkan kadang muntah, kemudian nyeri itu akan berpindah ke

perut kanan bawah dengan tanda – tanda yang khas pada apendisitis akut

yaitu nyeri pada titik McBurney (titik tengah antara umbilicus dan krista

iliaka kanan).

Pemeriksaan Diagnostik apendisitis

1. Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat

sampai 75%

2. Urinalisis : normal, tetapi eritrosit / leukosit mungkin ada

3. Foto abdomen : adanya pergeseran materi pada appendiks (fekalis) ileus

terlokalisir

4. Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri

yang secara pradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran

kanan bawah
5. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita

merasa nyeri pada daerah prolitotomi

6. Pemeriksaan laboraturium leukosit meningkat sebagai respon fisiologis

untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang

7. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih

tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah

(LED)meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting

untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi pada

foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut,

kecuali bila terjadi peritonitis, tetapi kadang kala dapat di temukan

gambaran sebagai berikut : adanya sedikit fluid level disebabkan karna

adanya udarah dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). Pada

keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.

Pemeriksaan laboraturium

Pada pemeriksan laboraturium darah, yang dapat di temukan adalah

kenaikan dari sel darah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000 – 18.000

/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka kemungkinan

apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).

Pemeriksaan radiologi

Poto polos perut dapt memperlihatkan adanya fekalit. Namun

pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis

apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalampenegakkan

diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak – anak

e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis

apendisitis akut. Pada kebanyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus

dengan komplikasi. Radiologi : terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi di temukan

bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi pada apendiks. Sedangkan

pada pemeriksaan CT-scan ditemukan bagian yang menyilang dengan apendikalit

serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran

sekum.

f. Penatalaksanaan

Tidak ada penatalaksanaan appendicitis, sampai pembedahan dpat

dilakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi

pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi.

Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/ laparoskop. Bila operasi

dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5 %. Penundaan selalu

menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda

namun karena di anggap sulit dibuat dan klien sering mancari bantuan medis tapi

lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.

g. Komplikasi

Adapun komplikasi yang dapat terjadi akibat apendisitis yang tak tertangani

yaitu;

1. Perforasi dengan pembentukan abses

2. Peritonitis generalisata

3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.


BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data penelitian melalui pengamatn terhadap

suatu objek atau proses, baik secara visual maupun alat. Yang menyangkut

tentang aspek fisik, mental, sosial, dan spritual psien.

 Data spiritual (mengidentifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan

kesesuaiannya), iptimesme terhadap kesembuhan penyakit

 Data sosial (berisi dukungan keluarga dan pola interaksi klien dan

masyarakat)

2. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada pasien dan keluarga. Wwancra dilakukan untuk

mendapatkan data tentang identitas pasien, riwayat kesehatan pasien dan riwayat

kesehatan keluarga serta aktivitas sehari – hari pasien.

 Identitas klien (kaji nama, jenis kelamin, agama , alamat , suku bangsa ,

pekerjaan dan lain – lain).

 Identitas penanggung jawab (kaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan

dengan klien).

3. Pemeriksaan fisik

Mengadakan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan dan mengumpulkan data

objektif serta melakukan inspeksi maupun palpasi.

4. Pemeriksaan penunjang

Berisi tentang diagnostik yang dilakukan dilaboratorium yang dijalani oleh pasien.
B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah merupakan keputusan klien tentang respon

individu status kesehatan pasien., keluarga dan masyarakat tentang masalah kesehatan

aktual atau potensial, berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, perawat secara

akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan menberikan intervensi yang secara pasti

untuk menjaga, menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah

C. Intervensi keperawatan

Intervensi (perencanaan) keperawatan adalah kegiatan dalam keperawatan

yang meliputi: meletakkan pusat tujuan pada klien, menetapkan hasil yang ingin di

capai, dan memilih intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan, tahap perencanaan

ini memberi kesempatan kepada perawat, klien, keluarga dan orang terdekat klien

untuk merumuskan rencana tindakan keperawatan guna mengatasi masalah yang

dialami klien. Perencanaan ini merupakan suatu petunjuk tertulis yang

menggambarkan secara tepat rencana tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap

klien sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan diagnosis keperawatan.

D. Evaluasi

tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan

terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara bersinambung dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.

penilaian dalam keperawatan meruakan kegiatan dalam melaksanakan rencana

tindakan yang telah ditentukan.

E. Discharge planning

Discharge planning adalah suatu proses yang digunakan untuk memutuskan

apa tang perlu pasien lakukan untuk dapat meningkatkan kesehatannya. Dahulu,

disharge planning sebagai suatu layanan untuk membantu pasien dalam mengatur
perawatan yang diperlukan setelah tinggal di rumah sakit. Ini termasuk layanan untuk

perawatan di rumah, perawat rehabilitatif, perawatan medis rawat jalan, dan bantuan

lainnya. (Ali Birjandi, 2008)


BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

KASUS

Seorang laki –laki berusia 22 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri abdomen,

anoreksia, mual, dan demam. Pasien mengatakan nyeri ng lalu dan mulai dirasakan pada

daerah pertengahan abdomen 6 jam yang lalu dan saat ini dirasakan dikuadran kanan bawah

abdomen. Nyeri dirasakan menetap dan diperberat oleh batuk. Hasil pemeriksaan suhu 38C.

Hasil pemeriksaan fisik : nyeri saat palpasi didaerah kuadran kanan bawah abdomen

(McBurney’s sign). Hasil pemeriksaan Leukosit : 12.000/mm

 Pengkajian

Identitas klien

Nama : Mr. P

Umur :22 th

Jenis kelamin :laki – laki

Status :-

Agama :islam

Analisa data

1. Data subjektif

DS:

- pasien mengatakan nyeri mulai dirasakan pada daerah pertengahan

abdomen 6 jam yang lalu dan saat ini dirasakan di kuadran kanan

bawah abdomen

2. data objektif
DO:

- hasil pemeriksaan Leukosit :12.000/mm

- 7hasil pemeriksaan fisik: nyeri saat palpasi di daerah kuadran kanan

bawah abdomen dan pemeriksaan suhu 38ºC

Anamnesa

Riwayat penyakit dahulu

perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami

hal yang demikian dan perlu di tanyakan juga apakah pasien pernah menderita

penyakit infeksi. Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada riwayat penyakit

akut, kronis, maupun menular.

Riwayat penyakit sekarang

pasien datang dengan keluhan nyeri abdomen, anoreksia, mual, dan

demam.perlu di tanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan yang

dilakukan untuk mengurangi gejalah dan hal yang dapat memperberat,

misalnya keterlambatan keluarga untuk memberi parawatan atau membawah

ke rumah sakit dengan segarah.

Riwayat penyakit keluarga

perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti

pada pasien. Dan keluarga mengatakan tidak ada yang menderita penyakit

Apendicitis

pemeriksaan fisik

Leukosit :12.000/mm
TD :-

N :-

S :38ºC

P :-

 pembahasan kasus

Analisa manifestasi klinis dan hasil pemeriksaan diagnostok

Manifestsi klinis

1. Anoreksia biasanya tanda pertama

2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu

kemudian menjalar ke tempat appendics yang meradang (parietal).

Retrosekal / nyeri punggung/ pinggang. Postekal / nyeriterbuka.

3. Diare, muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.

Pemeriksaan diagnostik

1. Sel darah putih : lekositosis diatas 12000/mm3, netrofil meningkat sampai

75%

2. Urinalisis : normal, tetapi eritrosit / leukosit mungkin ada

3. Foto abdomen : adanya pergeseran materi pada appendiks (fekalis) ileus

terlokalisir

4. Tanda rovsing (+) : dengan melakukan palpasi kuadran bawah kiri yang

secara pradoksial menyebabkan nyeri yang terasa di kuadran kanan bawah

5. Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan penderita merasa

nyeri pada daerah prolitotomi


6. Pemeriksaan laboraturium leukosit meningkat sebagai respon fisiologis

untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang

7. Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi

lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED)meningkat

pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada

infeksi pada ginjal. Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong

untuk menegakkan diagnosa apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis,

tetapi kadang kala dapat di temukan gambaran sebagai berikut : adanya

sedikit fluid level disebabkan karna adanya udarah dan cairan. Kadang ada

fecolit (sumbatan). Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas

dalam diafragma.

 Masalah Keperawatan

1. Nyeri akut

2. ketidak seimbangan nutrisi

 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit ditandai oleh perubahan

posisi untuk menghindari nyeri (12, 1, 00132)

2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual, muntah , anoreksia (2, 1, 00002)

 Intervensi

1. Nyeri akut

 Minta klien untuk menilai nyeri atau ketidak nyamanan pada skala 1-

10
 Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peradaan nyeri oleh

analgesic dan kemungkinan efek sampingnya

 Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkunganterhadap

nyeri dan responklien

 Dalam mengkaji nyeri klien, gunakan kata – kata yang sesuai dengan

usia dan tingkat perkembangan pasien

 Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkn

nyeri dan tawarkan strategi koping yng disarankan

 Pemberian analgesic : menggunakan agen – agen farmakologi untuk

mengurangi atau menghilangkan nyeri

2. Ketidak seimbangan nutrisi

 Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi

 Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan

 Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana

memenuhinya

 Minimalkan faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah

 Pertahankan higiene mulut sebelum dan sesudah makan

 Evaluasi

 Objektif : informasi yang di dapat dari penglihatan dan penilaian

 Subjektive : informasi dari klien setelah dilakukan tindakan

 Planning : suatu rencana keperawatan lanjutan pada pasien setelah keluar

dari rumah sakit

 Discharge planning

1. Mobilisasi bertahap sesuai kemampuan

2. Pentingnya menghindari agens hepatotoksik, termasuk obatyang di jual bebas


3. Perhatikan pola makan sehari – hari makan makanan tinggi serat sngat baik

dikomsumsi, kurangi makan pedas

4. Minum obat sesuat instruksi dokter

5. Ajari keluarga dan pasien untuk merawat pasien secara efektif

6. Konsul ke dokter sesuai anjuran


BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Apendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai

cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah

parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya

buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu

besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya

seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjer yang

senantiasa mengeluarkan lendir.

B. SARAN

Dengan disusunya makalah ini kami mengharapkan kepada pembaca agar dapat

menelah dan memahami apa yang telah tertulis dalam makalah ini, sehingga sedikait

banyak bisa menambah pemngetahuan pembaca. Disamping kami juga mengharapkan

sarn dan kritikan dari para pembaca sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada

makalah ini selanjutnya.


Daftar pustaka

Anonim, 2007. http:// www.medindin.net/patients/patientinfo/Apendicitis rick.

Craig, S. 2011. Appendisitis treatment dan management.

Docstoc. 2010. Askep apendisitis

indonesia children, 2009. Apendisitis akut atau usus buntu.

Anda mungkin juga menyukai