Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Masalah kesehatan terus berkembang mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masyarakat yang dinamis, semakin memacu tenaga kesehatan untuk terus
meningkatkan kuantitatif dan pelayanan dalam upaya mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Walaupun pengetahuan semakin berkembang tapi bisa saja dalam menangani suatu penyakit tidak
begitu efisien, apalagi dengan pasien post operasi harus memerlukan penanganan yang
berkompeten. Pada pasien post sc seorang pasien memerlukan perawatan yang maksimal demi
mempercepat proses kesembuhan luka pasca bedah bahkan penyembuhan fisik pasien itu sendiri.
Pengembalian fungsi fisik pasien post sc dilakukan segera setelah operasi dengan latihan
mobilisasi dini.

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus. (Sarwono , 2005)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus
melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim. (Mochtar, 1998)

Dengan melihat kondisi pasien post sc yang memerlukan perawatan maka perlu dilakukannya
intervensi dengan maksud untuk mengurangi tegangan melalui latihan pernapasan dan mobilisasi
dini untuk mempercepat proses kesembuhan dan kepulangan pasien serta dapat memberikan
kepuasan atas perawatan yang diberikan.

B. TUJUAN
1. Agar mengetahui pengertian mobilisasi post sc
2. Agar mengetahui tujuan mobilisasi
3. Agar mengetahui manfaat mobilisasi bagi ibu post sc
4. Agar mengetahui kerugian jika tidak melakukan mobilisasi
5. Agar mengetahu rentang gerak dalam mobilisasi
6. Agar mengetahui pelaksanaan latihan mobilisasi

C. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari mobilisasi post sc ?
2. Apa tujuan mobilisasi ?
3. Bagaimana manfaat mobilisasi bagi ibu post sc ?
4. Apa saja kerugian jika tidak melakukan mobilisasi ?
5. Bagaimana rentang gerak dalam mobilisasi ?
6. Bagaimana pelaksanaan latihan mobilisasi ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MOBILISASI POST SC


Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur,
mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara
Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan
fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah
satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk
atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).

Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi
secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan
tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif
yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari
orang lain (Priharjo, 1997).

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut
dan dinding uterus. (Sarwono , 2005)
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui depan perut atau vagina. Atau disebut juga histerotomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim. (Mochtar, 1998).
Mobilisasi post sectio caesarea adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang
dilakukan ibu setelah beberapa jam melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah
komplikasi post operasi secsio caesarea ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan
tahapannya. Oleh karena setelah mengalami secsio caesarea, seorang ibu disarankan tidak malas
untuk bergerak pasca operasi seksio sesarea, ibu harus mobilisasi cepat. Semakin cepat bergerak
itu semakin baik, namun mobilisasi harus tetap dilakukan secara hati-hati.
Mobilisasi dini dapat dilakukan pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi
secsio caesarea 6 jam pertama dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak
tubuh yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja
organ pencernaan segera kembali normal.

B. TUJUAN MOBILISASI

Tujuan daripada mobilisasi adalah untuk:


a. Mempertahankan fungsi tubuh
b. Memperlancar peredaran darah
c. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
d. Mempertahankan tonus otot
e. Memperlancar eliminasi alvi dan urine
f. Mengembalikan aktivitas tertentu, sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat
memenuhi kebutuhan gerak harian.
g. Memberikan kesempatan perawat dan pasien berinteraksi atau berkomunikasi.
Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup
sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal.

C. MANFAAT MOBILISASI BAGI IBU POST SC


1. Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation.
a. Dengan bergerak, otot otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya
menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian ibu merasa sehat dan
membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.
b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.
c. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal.
d. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.
2. Mobilisasi dini memungkinkan kita mengajarkan segera untuk ibu merawat anaknya.
Perubahan yang terjadi pada ibu pasca operasi akan cepat pulih misalnya kontraksi uterus, dengan
demikian ibu akan cepat merasa sehat dan bisa merawat anaknya dengan cepat
3. Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli
Dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan
tromboemboli dapat dihindarkan.

D. KERUGIAN BILA TIDAK MELAKUKAN MOBILISASI.

1. Peningkatan suhu tubuh


Karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan
menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.
2. Perdarahan yang abnormal
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan
pembuluh darah yang terbuka
3. Involusi uterus yang tidak baik
Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta
sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus.

E. RENTANG GERAK DALAM MOBILISASI


Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :
1. Rentang gerak pasif
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki
pasien
2. Rentang gerak aktif
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.
3. Rentang gerak fungsional
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan

F. LATIHAN MOBILISASI
Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai
dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan
tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan
ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 1996 ).

Mobilisasi dini dilakukan secara bertahap (Kasdu,2003)


Tahap- tahap mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio cesarea :
1. 6 jam pertama ibu post SC
Istirahat tirah baring, mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan,
menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan
otot betis serta menekuk dan menggeser kaki
2. 6-10 jam,
ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah trombosis dan trombo emboli
3. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk
4. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan.

Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi
nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh,
mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat
penyembuhan luka. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan sendi pasca operasi
di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi dampak negatif dari beban psikologis yang
tentu saja berpengaruh baik juga terhadap pemulihan fisik. Pengaruh latihan pasca pembedahan
terhadap masa pulih ini, juga telah dibuktikan melalui penelitian penelitian ilmiah. Mobilisasi
sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan, tentu setelah pasien sadar atau anggota
gerak tubuh dapat digerakkan kembali setelah dilakukan pembiusan regional.

Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan
tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan
statis maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan.
Pada 12 sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah bisa diposisikan
duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk di atas tempat tidur dengan kaki
yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakan. Di hari kedua pasca operasi,
rata-rata untuk pasien yang dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk
berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar,
misalnya berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang tetap terjaga.

Bergerak pasca operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di sekitar luka operasi, bisa
juga oleh beberapa selang yang berhubungan dengan tubuh, seperti; infus, cateter, pipa
nasogastrik (NGT=nasogastric tube), drainage tube, kabel monitor dan lain-lain. Perangkat ini
pastilah berhubungan dengan jenis operasi yang dijalani. Namun paling tidak dokter bedah akan
mengintruksikan susternya untuk membuka atau melepas perangkat itu tahap demi tahap seiring
dengan perhitungan masa mobilisasi ini. Untuk operasi di daerah kepala, seperti trepanasi, operasi
terhadap tulang wajah, kasus THT, mata dan lain-lain, setelah sadar baik, sudah harus bisa
menggerakkan bagian badan lainnya.

Pelaksanaan mobilisasi dini :


1. Hari ke 1 :
a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita/ibu
sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
2. Hari ke 2 :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya
disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus
menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan
dianjurkanbelajar duduk selama sehari,
3. Hari ke 3 sampai 5
1) belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
2) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu
penyembuhan ibu.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas penulis menyimpulkan bahwa Mobilisasi post sectio caesarea
adalah suatu pergerakan, posisi atau adanya kegiatan yang dilakukan ibu setelah beberapa jam
melahirkan dengan persalinan caesarea. Untuk mencegah komplikasi post operasi secsio caesarea
ibu harus segera dilakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya. Mobilisasi dini dapat dilakukan
pada kondisi pasien yang membaik. Pada pasien post operasi secsio caesarea 6 jam pertama
dianjurkan untuk segera menggerakkan anggota tubuhnya. Gerak tubuh yang bisa dilakukan
adalah menggerakkan lengan, tangan, kaki dan jari-jarinya agar kerja organ pencernaan segera
kembali normal.
Adapun pelaksanaan mobilisasi dini :
1. Hari ke 1 :
a. Berbaring miring ke kanan dan ke kiri yang dapat dimulai sejak 6-10 jam setelah penderita/ibu
sadar
b. Latihan pernafasan dapat dilakukan ibu sambil tidur terlentang sedini mungkin setelah sadar.
2. Hari ke 2 :
a. Ibu dapat duduk 5 menit dan minta untuk bernafas dalam-dalam lalu menghembuskannya
disertai batuk- batuk kecil yang gunanya untuk melonggarkan pernafasan dan sekaligus
menumbuhkan kepercayaan pada diri ibu/penderita bahwa ia mulai pulih.
b. Kemudian posisi tidur terlentang dirubah menjadi setengah duduk
c. Selanjutnya secara berturut-turut, hari demi hari penderita/ibu yang sudah melahirkan
dianjurkanbelajar duduk selama sehari,
3. Hari ke 3 sampai 5
1) belajar berjalan kemudian berjalan sendiri pada hari setelah operasi.
2) Mobilisasi secara teratur dan bertahap serta diikuti dengan istirahat dapat membantu
penyembuhan ibu.

B. SARAN
Semoga dari uraian diatas mampu menambah ilmu bagi semua pembaca untuk bisa melakukan
mobilisasi pada ibu post sc dengan baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Corwin Elizabeth, 2001, Patofisiologi, EGC, Jakarta.


Doegoes, Moorhouse, & Geissler 2000, Rencana asuhan keperawatan edisi 3, EGC, Jakarta.
Ignativicus, Donna D ; Workman, 2006, Medical Surgical Nursing Critical Thinking for
Collaborative Care, Elsevier Saunders, USA.
Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2, EGC, Jakarta.
Sjamsurihidayat dan Jong, 1997, Buku Ajar Ilmu Bedah, EGC, Jakarta.
Smetzer S C, Bare B G, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2, EGC,
Jakarta.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.
Yenichrist, 2008, Askep Post-Operatif: Peran Perawat Pasca Operatif, diakses pada 10 April
2010.
Sarwono, Prawiroharjo,. 2005. Ilmu Kandungan, Cetakan ke-4. Jakarta : PT Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai