Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

INTRANATAL CARE
Untuk Memenuhi Laporan Profesi Departemen Maternitas
Periode 09 November 05 Desember 2015
Di R.Kamar Bersalin Puskesmas Gondanglegi-Malang

di Susun Oleh
Nama

: Dwi Nila Anggraeni

Nim

: 105070207131006

PROGRAM PROFESI NERS


JURUSAN ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2015
INTRANATAL CARE

A.

Pengertian
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran
bayi yang cukup bulan, dapat hidup didunia luar, disusul dengan pengeluaran
placenta dan selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir atau jalan lain
(Sulaiman Sastrawinata, 1983; Rustam Mochtar, 1998)
Persalinan dan lahir normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
kepala berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik pada ibu ataupun
pada janin (Wiknjosastro, 2000)
Persalinan normal adalah pengeluaran hasil konsepsi (janin) yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar secara spontan tanpa
bantuan alat dan tidak melukai ibu dan janin yang berlangsung dalam 18-24 jam
dengan letak janin belakang kepala (Varney, 2003)

B.

Fungsi Pengawasan Persalinan


1.

Mengetahui

tahap

persalinan

sebagai

acuan

penilaian

kemajuan persalinan dan sebagai dasar untuk menentukan rencana perawatan


selanjutnya.
2.

Mengetahui

kelainan

kelainan

yang

mungkin

dapat

mengganggu kelancaran persalinan atau segera mengetahui persalinan


beresiko.
3.

Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam


upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi.

C.

Jenis Persalinan (A.B. Saifuddin, 1983)


1. Menurut cara persalinan

Persalinan spontan.
Proses lahir bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan dan alat, serta
tidak melukai ibu dan bayi yang berlangsung kurang dari 24 jam.

Persalinan buatan
Persalinan pervaginam dengan bantuan alat alat atau melalui dinding
perut dengan operasi secio caesaria.

Persalinan anjuran
Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan
jalan rangsangan seperti pemberian pitocin atau prostaglandin atau
pemecahan ketuban.

b.

Menurut usia (tua kehamilan)


1.

Abortus.
Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 mg atau bayi dengan
berat badan kurang dari 500 g.

2.

Partus imaturus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 22 mg dan 28 mg atau bayi dengan
berat badan antara 500 g dan 999 g.

3.

Partus prematurus.
Pengeluaran buah kehamilan antara 28 mg dan 37 mg atau dengan berat
badan 1000 g dan 2499 g.

4.

Partus matures / aterm


Pengeluaran buah kehamilan antara 37 mg dan 42 mg atau bayi dengan
BB 2500 g atau lebih.

5.

Partus post matures / serotinus


Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 mg.

D.

Sebab Sebab yang Menimbulkan Persalinan (Rustam Mochtar, 1998)


1.

Teori penurunan hormon progesterone.


Progesterone

menimbulkan

relaksasi

otot

rahim,

sebaliknya

estrogen

meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan


antara kadar progesterone dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga menimbulkan his.
2.

Teori oxytocin.
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul
kontraksi otot otot rahim.

3.

Teori plasenta menjadi tua.


Plasenta yang tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesterone yang akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah. Hal ini
akan menimbulkan his.

4.

Teori prostaglandin.
Prostaglandin

yang

dihasilkan

oleh

deciduas

menimbulkan

kontraksi

miometrium pada setiap umur kehamilan.


5.

Pengaruh janin.
Hipofise dan supra renal janin memegang peranan oleh karena pada
anencephalus, kehamilan sering lama dari biasanya.

6.

Teori distensi rahim.


Rahim yang menjadi besar dan teregang yang menyebabkan iskemia otot
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi uteroplasenta.

7.

Teori iritasi mekanik


Dibelakang serviks terletak ganglion servikalis, bila ganglion ini digeser dan
ditekan misalnya oleh kepala janin maka akan menimbulkan his.

E.

Gejala Persalinan
1. Rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur
2. Keluarnya lendir bercampur darah lebih banyak. Hal ini terjadi karena robekan
robekan kecil yang terjadi pada serviks
3.

Kadang kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4.

Pada pemeriksaan dalam serviks mendatar, lunak dan


terdapat pembukaan.

F.

Tanda Tanda Permulaan Persalinan

Kepala turun memasuki PAP terutama pada primigravida. Pada


primigravida kepala anak pada bulan terakhir berangsur angsur turun
kedalam rongga panggul. Pada multigravida, dinding rahim dan perut sudah
kendor kekenyalannya sudah berkurang sehingga kekuatan mendesak ke
bawah tidak seberapa, biasanya kepala baru turun pada permulaan persalinan.

Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

Perasaan sering atau susah BAB karena vesika urinaria tertekan oleh
bagian terbawah janin.

Perasaan sakit diperut dan pinggang oleh adanya his.

Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, sekresi bertambah, kadang


kadang bercampur darah.

G.

Penurunan Kepala Janin (Rustam Mochtar, 1998)


PERIKSA LUAR

PERIKSA DALAM

KETERANGAN
kepala
diatas

5/5

PAP

4/5

H I II

mudah

digerakkan
sakit digerakkan

bagian

terbesar

PAP

3/5

H II III

masuk panggul
bagian terbesar
kepala

2/5

belum

H III +

belum

masuk panggul
bagian terbesar
kepala

sudah

masuk panggul

1/5

H III - IV

0/5
Keterangan :
: kepala janin
: PAP
H I : sama dengan atas pintu panggul / PAP
H II: sejajar dengan H I melalui pinggir bawah simpisis
H III

: sejajar dengan H I melalui spina iskhiadika

HV

: sejajar dengan H I melalui ujung os coxigis

H.

Proses Persalinan (Rustam Mochtar, 1998)


1.

Kala I

didasar

panggul

HV

kepala

diperineum

Dimulai

dari

saat

persalinan

mulai

sampai

pembukaan lengkap (10 cm).


Terbagi menjadi 2 fase :

Fase laten : serviks berdilatasi kurang

dari 4 cm

Fase aktif : serviks berdilatasi 4 9 cm,

kecepatan pembukaan 1 cm atau lebih per jam, penurunan kepala


dimulai.
Pada kala pembukaan his belum begitu kuat,

datangnya 10 15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu hingga ia


sering masih dapat berjalan.
Lambat laun his bertambah kuat, interval menjadi

lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama, lendir darah bertambah
banyak.
Lamanya kala I untuk primipara 12 jam dan untuk

multipara 8 jam.

Kemajuan persalinan dalam kala I :

a.

Kemajuan yang cukup baik pada


persalinan kala I :
1. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan
durasi.
2. Kecepatan pembukaan serviks paling sedikit 1 cm perjam selama
persalinan faseaktif (dilatasi serviks berlangsung atau ada disebelah
kiri garis waspada).
3. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

b.

Kemajuan yang kurang baik pada


kala I :
1. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering setelah fase laten.
2. Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm perjam selama
persalinan fase aktif (dilatasi serviks berada disebelah kanan garis
waspada).
3. Serviks tidak dipenuhi oleh bagian bawah janin.

a.

Kemajuan pada kondisi ibu.


Jika denyut nadi ibu meningkat,
mungkin ia sedang dalam keadaan dehidrasi atau kesakitan. Pastikan

hidrasi yang cukup melalui oral atau IV dan berikan analgesik


secukupnya.
b.

Jika tekanan darah ibu menurun,


curigai adanya perdarahan

c.

Jika terdapat aceton didalam urine


ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang. Segera berikan dextrose IV.
Kemajuan pada kondisi janin.

a.

Jika didapati DJJ tidak normal


(kurang dari 100 atau lebih dari 180 x / menit) curigai adanya gawat janin.

b.

Posisi

atau

presentasi

selain

oksiput anterior dengan reflek fleksi sempurna digolongkan dalam


malposisi atau malpresentasi.
2.

Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi.

His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50 100 detik,


datngnya tiap 2 3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan
ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuningan secara sekonyong
konyong dan banyak.

Pasien mulai mengejan.

Pada akhir kala 2 sebagai tanda bhwa kepala sudah sampai


didasar panggul, perineum menonjol, vulva menganga dan rectum terbuka.

Dipuncak his, bagian terkecil dari kepala nampak dalam vulva,


tetapi hilang lagi waktu his berhenti. Pada his berikutnya bagian kepala yang
nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kalau his terhenti. Kejadian ini
disebut kepala membuka pintu.

Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran


terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tidak dapat mundur lagi.
Pada saat ini tonjolan tulang ubun ubun saat ini telah lahir dan sub oksiput
ada dibawah simpisis. Pada saat ini disebut kepala keluar pintu. Karena
pada his berikutnya dengan ekstensi lahirlah ubun-ubun besar, dahi dan
mulut pada komisura posterior.

Setelah kepala lahir ia jatuh kebawah dn kemudian terjadi


putaran paksi luar, sehingga kepala melintang. Sekarang vulva menekan pad

leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar
lendir dan cairan.
Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian

baru depan disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral sesuai
dengan paksi jalan lahir.
Lamanya kala 2 pada primi kurang lebih 50 menit dan pada

multi kurang lebih 20 menit.

3.

Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta.

Lamanya kala III kurang lebih 8,5 menit dan pelepasan plasenta hanya
memakan waktu 2 3 menit.

4.

Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum.

Pada saat Kala IV hal yang perlu diobservasi adalah


a.
b.

TTV setiap 15 menit


Kaji posisi uterus, kontraksi uterus,

c.

lokasi uterus, dan rangsangan fundal masase.


Evaluasi jumlah perdarahan, warna
lochea, dan clot.

d.

Evaluasi keadaan umum

ibu,

periksa prdarahan dari robekan perineum (Chapman & Durham, 2010).

I.

Pathways (Persis Mary Hamilton, 1995)

KALA I
LATEN

Estrogen
Progesteron

AKTIF

Rahim
Membesar
Meregang

TRANSISI

Metabolisme

Uterus
Membesar

Kepala bayi turun

Lipolisis

Menekan jaringan
Vena kava inferior tertekan
Asam laktat
Hipoksia jaringan
Aliran balik vena
Kesemutan

Oksitosin
Kontraksi rahim

Iskemik
Otot-otot
Rahim

Nyeri Akut

Sirkulasi
Uretro plasenta
Terganggu
Keletihan

Hipoksia
jaringan

Nyeri Akut
Resti Penurunan Curah Jantung

Resiko Cedera pada Janin

Pengeluaran pervaginam

Nafas mulut
Sirkulasi udara maternal
Sirkulasi udara desidual

Resti Infeksi

Hipoksia jaringan janin

Kontraksi
Dilatasi perut
Motilitas gastrik

Resti Cedera Maternal


Resti Kerusakan Pertukaran Gas pada Janin

KALA II

Pembukaan
serviks 10 cm
His dan
mengejan
Metabolisme

Kepala dan badan


janin turun

Lipolisis
Asam laktat

Peregangan
dan menekan
safaf

Keletihan
Nyeri Akut

Lahir
Trauma
jaringan

Pengeluaran
darah
berlebihan

Integritas
jaringan
terganggu

Resti Kekurangan
Volume Cairan
KALA III

Bayi Lahir
Kontraksi Uterus
Tidak Adekuat

KALA IV

Terjadi
Laserasi

Plasenta Lahir

Trauma
Jaringan

Kontraksi
Uterus

Nyeri Akut

Sirkulasi
Uteroplasenta
Berlanjut

Kehilangan
Darah
Gangguan
Volume
Cairan

Resti Infeksi

Pemulihan Sistem
Tubuh
Tremor Otot

Perdarahan

Kontraksi Uterus

Resti Defisit
Volume Cairan

Gangguan
Istirahat
Tidur

Bayi Lahir
Pertambahan
Anggota
Keluarga

Perubahan
Proses
Keluarga

J.

Diagnosa Keperawatan, Tujuan dan Intervensi. (Doengoes, 2001)


Kala I :
1.

Resti cedera / distress terhadap janin behubungan dengan


hipoksia jaringan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih selama 1 x 3 jam
tidak terjadi cedera pada janin dengan.
KH :

DJJ dalam batas normal

Intervensi :

Lakukan palpasi (leopold) untuk menentukan posisi janin, berbaring dan


presentasi.

Hitung DJJ dan perhatikan perubahan periodik pada respon terhadap


kontraksi uterus.

Catat kemajuan persalinan.

2.

Resti

cedera

terhadap

maternal

berhubungan

dengan

perlambatan mortilitas gastric, dorongan fisiologis.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kurang lebih 1 x 2 jam tidak
terjadi cedera pada maternal dengan KH :

Klien mengatakan resiko dan alasan dan intervensi khusus sudah


dimengerti.

Klien kooperatif untuk melindungi diri sendiri / janin dari cedera.

Klien bebas dari cedera / komplikasi.

Intervensi :

Pantau aktivitas uterus, catat frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi.

Lakukan tirah baring saat persalinan menjadi lebih intensif. Hindari


meninggalkan klien tanpa perhatian.

Tempatkan klien pada posisi agak tegak miring kiri.

Berikan perawatan perineal setiap 4 jam.

Pantau suhu dan nadi.

Berikan es batu atau cairan jernih pada klien bila memungkinkan,


hindari makanan padat.

Anjurkan klien untuk bernafas pendek dan cepat atau meniup bila ada
dorongan untuk mengejan.

4.

Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan (kontraksi


rahim)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam pasien
dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan

nyerinya.
Ekspresi wajah rileks

Intervensi :

Observasi karakteristik nyeri

Obsevasi ekspresi verbal dan nonverbal klien terkait nyeri

Observasi tanda-tanda vital setiap 30 menit.

Ajarkan teknik relakasasi nafas dalam.

Informasikan kepada keluarga untuk selalu memberikan motivasi


kepada klien.

5.

Gangguan perfusi fetal-maternal


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 2 jam tidak terjadi
gangguan perfusi fetal-maternal KH :

DJJ dalam batas normal (120 160 x / menit).

Bayi tidak mengalami hipoksia selama persalinan.

TTV ibu dalam batas normal (TD: 90-130mmhg, HR: 60-100x/menit,


RR: 16-24x/menit, Tax: 36,4-37,5C)

Intervensi :

Kaji faktor faktor maternal atau kondisi yang menurunkan sirkulasi


uteroplasental.

Pantau TTV ibu

Pantau DJJ setiap 15 30 menit.

Pantau DJJ dengan segera bila ketuban pecah.

Pantau besarnya janin pada jalan lahir melalui pemerikasaan vagina.

Kaji perubahan DJJ selama kontraksi.

6.

Resti terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan


penurunan aliran balik vena, hipovolemia, perubahan tahanan vaskuler
sistemik.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak terjadi
penurunan curah jantung dengan KH :

Tanda tanda vital sesuai terhadap tahap persalinan.

Tidak ada edema, DJJ dalam batas normal (120 160 x / menit).

Intervensi :

Kaji tekanan darah dan nadi diantara kontraksi, sesuai indikasi.

Perhatikan ada dan luasnya edema.

Pantau DJJ selama dan diantara kontraksi.

Infus balance cairan.

7.

Kurangnya

pengetahuan

tentang

proses

persalinan

berhubungan dengan kurangnya sumber sumber informasi.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam klien dan
keluarga mengetahui tentang proses persalinan dengan KH :

Klien memahami respon fisiologis setelah melahirkan.

Secara aktif klien ikut dalam upaya mendorong untuk meningkatkan


pengeluaran plasenta.

Intervensi :

Diskusikan proses normal persalinan kala III.

Jelaskan alasan untuk respon perilaku seperti menggigit, tremor.

Diskusikan rutinitas periode pemulihan selama 4 jam pertama setelah


melahirkan.

Kala II :
1.

Resti

kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

kehilangan aktif, penurunan masukan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak terjadi
kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan KH :

Tanda tanda vital dalam batas normal.

Keluaran urine adekuat.

Membran mukosa kental.

Bebas dari rasa haus.

Intervensi :

Ukur masukan dan keluaran.

Kaji turgor kulit, beri cairan peroral.

Pantau tanda tanda vital sesuai indikasi.

Kaji DJJ dan perhatikan perubahan periodek.

Atur posisi klien tegak atau lateral.

Kolaborasi pemberian cairan parenteral.

2.

Resti infeksi terhadap maternal berhubungan dengan prosedur


invasif berulang, trauma jaringan, persalinan lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak terjadi
infeksi dengan KH :
Bebas dari tanda tanda infeksi (rubor, tumor, dolor, kalor, dan

fungsiolaesa).
Intervensi :

Lakukan perawatan perineal setiap 4 jam menggunakan tehnik aseptik.

Catat tanggal dan waktu pecah ketuban.

Lakukan pemeriksaan vagina hanya bila sangat perlu dengan


menggunakan tehnik aseptik.

Pantau tanda tanda vital dan laborat leukosit.

Gunakan aseptik bedah pada persiapan peralatan.

Batasi jumlah orang yang ada pada saat persalinan.

Kala III :
1.

Resti

kekurangan

volume

cairan

berhubungan

dengan

pengeluaran darah per vaginam akibat atonia.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam tidak terjadi
kekurangan volume cairan akibat HPP dengan KH :

Kontraksi uterus adekuat.

Kehilangan darah dalam batas normal (<500 ml).

Tanda tanda vital dalam batas normal.

Intervensi :

Anjurkan klien untuk masase fundus.

Pantau tanda tanda vital dan pengeluaran pervaginam.

Palpasi uterus dan masase uterus perlahan setelah pengeluaran


plasenta.

Catat waktu dan mekanisme pelepasan plasenta.

Pantau tanda dan gejala kehilangan cairan yang berlebihan.

Inspeksi permukaan plasenta maternal dan janin, perhatikan ukuran,


insersi tali pusat dan ketuban.

Berikan cairan peroral.

Hindari menarik tali pusat secara berlebihan.

2.

Nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan, respon


fisiologis setelah melahirkan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
dapat beradaptasi terhadap rasa nyeri dengan KH :
Klien menyatakan nyeri berkurang atau klien beradaptasi dengan

nyerinya.

Ekspresi wajah rileks

Perut tidak mules, luka bersih dan tidak bengkak.

Intervensi :

Bantu dengan penggunaan tehnik pernapasan selama perbaikan luka.

Berikan kompres es pada perineum setelah melahirkan.

Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik aseptik dan oleskan


salep topikal.

Ganti pakaian dan klien yang basah, berikan selimut yang hangat.

Jelaskan pada klien perubahan fisiologis setelah melahirkan.

Kala IV :
1.

Perubahan ikatan proses keluarga berhubungan dengan transisi


atau pertambahan anggota keluarga.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam pasien
mampu beradaptasi dengan perubahan setelah melahirkan dengan KH :

Klien menggendong bayinya.

Klien mampu mendemonstrasikan perilaku kedekatan dan ikatan yang


tepat.

Intervensi :

Anjurkan klien untuk menggendong, menyentuh dan memeriksa bayi.

Anjurkan ayah untuk menyentuh dan menggendong bayi serta


membantu dalam perawatan bayi, sesuai kondisinya.

Observasi dan catat interaksi bayi keluarga, perhatikan perilaku untuk


menunjukkan ikatan dan kedekatan dalam budaya khusus.

Catat perilaku / pengungkapan yang menunjukkan kekecewaan / kurang


minat / kedekatan.

Terima keluarga dan sibling dengan senang hati selama periode


pemulihan.

Jamin privasi keluarga pada pemeriksaan selama interaksi awal dengan


bayi baru lahir sesuai kondisi ibu dan bayi.

Anjurkan dan bantu pemberian ASI.

2.

Resti kekurangan cairan berhubungan dengan kelelahan atau


kegagalan meometri dan mekanisme homeostatic.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam kekurangan
volume cairan akan teratasi, dengan KH :

Keseimbangan cairan.

Keseimbangan elektrolit dan asam basa.

Hidrasi yang adekuat.

Status nutrisi: asupan makanan dan cairan yang adekuat.

Intervensi :

Tingkatkan keseimbangan asam basa dan cegah dari terjadinya


komplikasi.

Monitor

elektrolit

dan

analisis

data

pasien

untuk

mengatur

keseimbangan elektrolit.

Tingkatkan keadekuatan perfusi jaringan.

Monitor perdarahan.

Monitor status hidrasi klien.

Timbang BB klien.

3.

Gangguan pola tidur berhubungan dengan kontraksi uterus.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 3 jam gangguan
istirahat tidur akan berkurang atau teratasi, dengan KH :

Pasien dapat mengidentifikasi dan melakukan tindakan yang dapat


meningkatkan tidur atau istirahat.

Pasien mengungkapkan perasaan yang segar setelah tidur.

Intervensi :

Ciptakan suasana nyaman.

Batasi pengunjung yang datang.

Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan relakasai otototot.

Jelaskan proses adaptasi ibu setelah melahirkan.

Kolaborasikan pemberian obat tidur yang tidak menekan tidur REM.

DAFTAR PUSTAKA
Bagian Obstetri Dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung.
1983. Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen.
Chapman, L& Durham, R. 2010.

Maternal-Newborn Nursing The Critical

Components of Nursing Care. Philadelpia: Davis Company


Doengoes M. E. 2001. Rencana Perawatan Maternal / Bayi Edisi 2. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran, EGC.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi
Jilid I, Edisi 2, Editor : Delfi Lutan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Mary Hamilton, Persis. 1995. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas Edisi 6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
Saifuddin, A.B dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
Edisi I, Catatan I. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sasworo Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai