Anda di halaman 1dari 86

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TN. F


DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN HALUSINASI PENDENGARAN
DI UNITRAWAT INAP MERPATI

Disusun oleh:

1. Nursyamsi Oktariani

2. Nurul Hidayah

3. Nurul Maesya

4. Pariska Rahma Dia

5. Ranti Agustini (22221090)

6. Putri Ayu Wisdaryanti

7. Rahma Arifah Putri

Pembimbing Klinik : Ns. Wahyu Widayati, S. Kep

Pembimbing Akademik : Apriyani, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERSINSTITUT ILMU KESEHATAN DAN


TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
berkat rahmatnya penulis dapat menyelesaikan Asuhan keperawatan pada Tn.F
dengan diagnosa keperawatan Halusinasi di unit rawat inap Merpati. Asuhan
keperawatan berdasarkan data yang telah didapatkan dari hasil pengkajian pada
pasien yang berada di RS. Ernaldi Bahar Palembang. Dalam kesepakatan ini kami
berterima kasih kepada, Bapak/Ibu/Saudara/I :

1. Kepada Rumah Sakit Ernaldi Bahar


2. Heri Shatriadi, CP., M.Kes Selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan Dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang
3. Maya Fadhillah, S.Kep.,Ns.,M.Kep Selaku dekan Institut Ilmu Kesehatan
Dan Teknologi Muhammadiyah Palembang
4. Ns. Wahyu Widayati, S.Kep Selaku pembimbing lapangan atau CI
5. Apriyani, S.Kep., Ns., M.Kep Selaku Pembimbing Mata Kuliah
Keperawatan jiwa.
6. Kepada anggota kelompok yang telah bekerja sama dalam proses
pembuatan proposal dan juga kegiatan yang akan berlangsung.

Penulis Menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kata
sempurna, banyak kekurangan baik segi materi ataupun penulisan, Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun guna diperbaiki dimasa yang akan
datang.

Palembang, 06 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman
COVER..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1

A. Tujuan.............................................................................................................. 2
B. Manfaat............................................................................................................ 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 4

A. Konsep Medis.................................................................................................. 4
1. Pengertian................................................................................................... 4
2. Faktor Predisposisi..................................................................................... 4
3. Faktor Presipitasi........................................................................................ 5
4. Tanda dan Gejala........................................................................................ 6
5. Jenis-jenis Halusinasi................................................................................. 5
6. Akibat......................................................................................................... 6
7. Rentang Respon.......................................................................................... 7
8. Pohon Masalah........................................................................................... 7
9. Masalah Keperawatan dan Data Perlu Dikaji............................................. 8
10. Rencana Keperawatan.............................................................................. 9
B. Penelitian Terkait............................................................................................. 17

BAB III PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA....................


BAB IV PEMBAHASAN.........................................................................................
A. PENGKAJIAN................................................................................................
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.....................................................................
C. INTERVENSI KEPERAWATAN..................................................................

iii
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN............................................................
E. EVALUASI KEPERAWATAN......................................................................

DAFTAR PUSTAK

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah kondisi seseorang yang sejahtera baik fisik, mental,


sosial dan spritual tidak hanya sekedar terbebas dari penyakit maupun
kecacatan. Menurut Undang-Undang RI Nomor. 18 tahun 2014 tentang
kesehatan jiwa yang dimaksud adalah kondisi dimana seseorang individu
dapat berkembang secara fisik, mental, spritual dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,dapat
bekerja produktif,dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya
( Wuryaningsi et al., 2018,p.7 ). Menurut Scuart ( 2013 ) didalam buku
Wuryaningsih ( 2018 ) menyatakan individu yang memiliki kesehatan jiwa
yaitu individu yang mampu mencapai kebahagian, ketenangan, kepuasan,
aktuallisasi diri dan mampu optimis atau berpikir positif disegala situasi
baik terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Masalah kesehatn jiwa dimasyarakat sangatlah kompleks.Kondisi


rumah sakit jiwa di indonesia terdapat 34 RS jiwa pemerintahan, 9 RS jiwa
milik swasta/organisasi islam/organisasi sosial dan lainnya dan 1 RSKO di
28 provinsi dari 34 provinsi di Indonesia, 6 provinsi yang tidak memiliki RS
jiwa yaitu kepulauan riau, Kalimantan Utara,Sulawesi Tengah, Gorontalo,
Sulawesi barat dan Papua Barat ( Indrayani & Wahyudi,2019,p.6 ).Masalah
kesehatan jiwa ini diperkirakan oleh WHO akan menduduki peringkat
pertama penyebab kematian ditahun 2030 setelah penyakit jantung koroner (
Wuryaningsih et al., 2018 ).

Berdasarkan data RISKESDAS 2013,Orang dengan gangguan jiwa


berat (ODGJ) sebesar 0,17 %, orang dengan masalah kejiwaan ( ODMK )
sebesar 6,0 % dan angkat kejadian pasung 14,3 % ( Wuryaningsi et al.

1
2018 ). Pada tahun 2018 pusat data dan informasi kementerian kesehatan RI
(Infodatin) melaporkan bahwa pendudukan indonesia mengalami gangguan
jiwa Skhizofrenia atau psikosis mencapai 6,7 %.di Sumatera Selatan orang
dengan gangguan jiwa skhizofreniz atau psikosis yaitu 8 % ( Indrayani dan
Wahyudi,2019 ).Angka kejadian pasung di Indonesia pada tahun 2018 yaitu
mencapai 31,5 %.

Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada


pasien gangguan jiwa.Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang
membuat pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi
( Muhith,2015b, p.212 ).Hal yang dapat menimbulkan halusinasi adalah
skhizofrenia, psikosis fungsional, sindrom otak organik ( SOO),epilepsi,
neurolosis, histeris, intoksikasi atropine atau kecubung dan zat halusinogen
(candra et.al.,2017,p. 113). Halusinasi adalah bentuk dari gejala positif yang
dapat terjadi yang dapat terjadi pada semua modalitas sensori, yaitu
audiotori, visual, olfaktori, gustatori dan taktil. Isi halusinasi seringkali
merupakan hinaan dan ceomohan yang kemudian menyebabkan pasien
seringkali merasa takut, marah, sedih, merasa berasa bersalah karena hal ini.
(yudhantara dan istiqomah, 2018, p. 41).

Halusinasi dapat terjadi dikarenakan adanya gangguan organik atau


gangguan non-organik. Oleh sebab itu, perlu dilakukan pengkajian riwayat
trauma atau riwayat penyakit dari pasien yang berisiko terjadi gangguan
fungsi otak. Adapun faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi yaitu
faktor biologis, faktor psikologis dan faktor sosial budaya (Wuryaningsih et
al.,2018)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep medis dan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan kejiwaan halusinasi.

2
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan ini adalah untuk mendapatkan
pengalaman secara nyata dalam memberikan asuhan keperawatan
secara langsung pada klien dengan perubahan sensori persepsi:
halusinasi pendengaran di rumah sakit Ernaldi Bahar Provinsi
Sumatera Selatan.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan ini yaitu;
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan perubahan gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
b. Membuat diagnosa keperawatan pada klien perubahan gangguan
persepsi sensor halusinasi pendengaran.
c. Melakukan intervensi keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensor halusinasi pendengaran.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada klien gangguan persepsi
sensor halusinasi pendengaran
e. Mengevaluasi hasil tindakan keperawatan pada klien gangguan
persepsi sensori halusinas pendengaran
f. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien gangguan
persepsi sensori halusinasi pendengaran.
g. Membandingkan antara teori dan kenyataan dilapangan yang
peneliti dapatkan.
D. Manfaat
1. Pasien mampu mengenali halusinasinya
2. Pasien mampu menyebutkan isi halusinasinya
3. Klien mampu menyebutkan waktu terjadinya halusinasi
4. Pasien mampu menyebutkan situasi terjadinya halusinasi
5. Pasien menyebut perasaan saat halusinasi
6. Pasien mampu mengontrol halusinasinya

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Medis
1. Pengertian
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan
pada klien gangguan jiwa (Muhith, 2015a). Menurut Johnson, B. S.
(1995 : 421) dalam Wijayaningsih, (2015, p.75). Halusinasi adalah
persepsi yang salah atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan
realita atau kenyataan seperti melihat bayangan dan suara-suara yang
tidak ada. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi
palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penciuman (Yusuf et al., 2015).

2. Faktor Predisposisi
Menurut Yusuf, Fitryasari, and Nihayati, (2015, pp. 122-123).
Faktor predisposisi halusinasi sebagai berikut :
a. Faktor Perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stress dan ansietas yang
dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien mungkin
menekan perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan
emosi tidak efektif.
b. Faktor Sosisal Budaya
Berbagai faktor dimasyarakat yang membuat seseorang merasa
disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat diatasi sehingga
timbul akibat berat seperti delusi, dan halusinasi.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta peran ganda
atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan ansietas berat

4
terakhir dengan pengingkaran terhadap kenyataan, sehingga terjadi
halusinasi.
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetik
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia, skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang tua
skizofrenia.
3. Faktor Presipitasi
a. Stresor Sosial Budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat bila terjadi penurunan
stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang penting, atau
diasingkan dari kelompok dapat menimbulkan halusinasi
b. Faktor biokimia
Berbagai penelitian tentang dopamine, norepinetrin, indolamin,
serta zat halusigenik diduga berkaitan dengan gangguan orientasi
realitas termasuk halusinasi
c. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan mengatasi masalah memungkinakan
berkembangnya gangguan orientasi realitas. Pasien
mengembangkan koping untuk menghindari kenyataan yang tidak
menyenangkan.
d. Perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas berkaitan dengan perubahaan proses piker, afektif
persepsi, motorik, dan sosial.

5
4. Tanda dan Gejala
Menurut Carpetino L.J (1998); Townsend, M.C, (1998); Stuart,
G.W dan Sundeen, S.J (1998) dalam Wijayaningsih, (2015, pp. 76-77)
tanda dan gejala halusinasi sebagai berikut :
a. Data Subjektif :
1) Tidak mampu mengenal orang dan tempat
2) Tidak mampu memecahkan masalah
3) Mengungkapkan adanya halusinas (misalnya mendengar suara-
suara atau melihat bayangan)
4) Mengeluh cemas dan khawatir
b. Data Objektif :
1) Mudah tersinggung
2) Apatis atau menarik diri
3) Tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi,
kadang berhenti bicara seolah-olah mendengar sesuatu
4) Menggerakkan bibirnya tanpa mengeluarkan suara
5) Menyerigai dan tertawa tidak sesuai
6) Gerakan mata cepat pikiran yang berubah-ubah
7) Kadang tampak ketakutan
8) Respon-respon yang tidak sesuai
5. Jenis - jenis Halusinasi
Menurut Sutejo (2019, pp 14-15) jenis halusinasi terbagi menjadi
beberapa jenis yaitu sebagai berikut :

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi a. Mengarahkan telinga a. Mendengar
Pendengaran pada sumber suara suara atau
b. Marah-marah tanpa sebab bunyi gaduh
yang jelas b. Mendengar
c. Bicara atau tertawa suara yang

6
sendiri menyuruh
d. Menutup telinga untuk
melakukan
sesuatu yang
berbahaya
c. Mendengar
suara yang
mengajak
bercakap-
cakap
d. Mendengar
suara orang
yang sudah
meninggal
Halusinasi a. Ketakutan pada sesuatu a. Melihat
Penglihatan atau objek yang dilihat makhluk
b. Tatapan mata menuju tertentu,
tempat tertentu bayangan,
c. Menunjuk kearah tertentu seseorang
yang sesudah
meninggal
sesuatu yang
menakutkan
atau hantu
dan cahaya
Halusinasi a. Adanya tindakan a. Klien seperti
Pengecapan mengecap sesuatu sedang
gerakan mengunyah, merasakan
sering meludah, atau makanan atau
muntah rasa tertentu
atau

7
mengunyah
sesuatu
Halusinasi a. Adanya gerakan cuping a. Mencium bau
penghinduan hidung karena mencium dari bau-
sesuatu atau bauan
mengarahkan hidung tertentu,
pada tempat tertentu. seperti bau
mayat,masaka
n, fases, bayi,
atau parfum
b. Klien sering
mangatakan
bahwa ia
mencium
suatu bau
c. Halusinasi
penciuman
sering
menyertai
kliendemensia
kejang,atau
penyakit
serebrovaskul
ar
Halusinasi a. Menggaruk-garuk a. Klien
perabaan permukaan kulit klien mengatakan
terlihat menatap tubuhnya ada sesuatu
dan terlihat merasakan yang
sesuatu yang aneh seputar mengerayangi
tubuhnya tubuh, seperti
tangan,serang

8
ga,atau
makhluk
halus
b. Merasakan
sesuatu di
permukaan
kulit, seperti
rasa yang
sangat panas
atau dingin,
atau rasa
tersengat
aliran listrik.
6. Akibat Halusinasi
a. Risiko perilaku kekerasan (Pada diri sendiri, orang lain, lingkungan
danverbal)

b. Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

c. Isolasi sosial.

7. Rentang Respon Halusinasi


Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologist (Stuart dan Laraia, 2005). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika klien sehat persepsinya
akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra (pendengaran,
penglihatan, penghidu, pegecap, dan peraba), klien dengan halusinasi
mempersepsikansuatu stimulus pancaindra walaupun sebenarnya stimulus
tersebut tidak ada. Respon individu (yang karena suatu hal mengalami
kelainan persepsi) yaitu salah mempersepsikan stimulus yang diterimanya
yang disebut sebagai ilusi. Klien mengalami ilusi jika interpretasi yang

9
dilakukan terhadap stimulus pancaindra tidak akurat sesuai dengan
stimulus yang diterima.
Rentang respon tersebut digambarkan seperti pada gambar dibawah ini :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Gangguan


2. Persepsi akurat ilusi pikir / delusi
3. Emosi konsisten 2. Reaksi emosi 2. Halusinasi
dengan berlebihan 3. Sulit merespon
pengalaman emosi
3. Perilaku aneh atau
4. Perilaku sesuai 4. Perilaku
tidak biasa
5. Berhubungan 5. disorganisasi
sosial 4. Menarik diri 6. Isolasi sosial

a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah responyang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut, respon adaptif:
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.

2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.

3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari


pengalaman ahli.

4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.

5) Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan.
b. Respon psikososial
Respon psikososial meliputi:

10
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.

2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar- benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.

3) Emosi berlebihan atau berkurang.

4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.

5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang


lain.
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun
respon maladaptif meliputi:
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial.

2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal


yang tidak realita atau tidak ada.

3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.

4) Perilaku tidak terorganisasi merupakan suatu yang tidak teratur.

5) Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami individu dan


diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan
yang negatif mengancam.

8. Sumber Koping
a. Personal ablity : ketidak mampuan memecahkan masalah, ada gangguan
diri kesehatan fisiknya, ketidak mampuan berhubungan dengan orang lain,

11
pengetahuan tentang penyakit dan intelegensi yang rendah, identitas ego
yang tidak adekuat.
b. Social support : hubungan antara individu, keluarga, kelompok,
masyarakat tidak adekuat, komitmen dengan jaringan social tidak adekuat
c. Material asset : ketidakmampuan mengelola kekayaan, misalnya boros
tidak punya uang untuk berobat, tidak ada tabungan, tidak memiliki
kekayaan dalam bentuk barang, tidak ada pelayanan kesehatan dekat
tempat tinggal.
d. Pasitif belief : distress spritual tidak memiliki motivasi, penilaian negatife
terhadap pelayanan kesehatan, tidak menggap itu suatu gangguan.
9. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi
(Stuart, Laraia, 2005) meliputi :
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari

b. Proyeksi : mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan mengalihkan


tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda

c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal

d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien

10. Pohon Masalah


Menurut Keliat 2006 dalam Sutejo (2019,p.18) pohon masalah
berdasarkan diagnosis gangguan sensosri persepsi: halusinasi adalah
sebagai berikut :

Resiko Menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

Gangguan Sensori persepsi : Halusinasi

12
Isolasi sosial

Gnagguan Konsep diri : Harga diri rendah

11. Masalah Keperawatan dan Data Perlu Dikaji


Menurut (Wijayaningsih,2015) terdapat 3 masalah yaitu sebagai
berikut :

No Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji


.
1. Masalah utama : DS:
Gangguan sensori 1. Klien mengatakan melihat
persepsi : Halusinasi atau mendengar sesuatu
2. Klien tidak mampu mengenal
tempat waktu, orang
DO :
1. Tampak bicara dan ketawa
sendiri
2. Mulut seperti bicara tapi tidak
keluar suara
3. Berhenti bicara setelah seolah
mendengar atau melihat
sesuatu,gerakan mata yang
cepat
2. Isolasi sosial DS:
1. Klien mengatakan merasa
kesepian
2. Klien mengatakan tidak dapat
berhubungan sosial
3. Klien mengatakan tidak

13
berguna
DO :
1. Tidak tahan terhadap kontak
yang lama
2. Tidak berkonsentrasi dan
pikiran mudah beralih saat
bicara
3. Tidak ada kontak mata
4. Ekspresi wajah murung, sedih
3. Resiko perilaku DS:
kekerasan 1. Klien mengungkapkan takut
2. Klien mengungkapkan apa
yang dilihat dan didengar
mengancam dan membuatnya
takut
DO:
1. Tampak larut dalam pikiran
dan ingatannya sendiri
2. Kurang aktifitas, tidak
komunikatif
3. Wajah klien tampak tegang
merah
4. Mata merah dan melotot
5. Tangan mengepal
6. Mondar mandir

14
12. Rencana Tindakan Keperawatan
Menurut sutejo,(2019,pp.19-26) rencana tindakan keperawatan gangguan sensori persepsi : halusinasi yaitu sebagai berikut:

Perencanaan
Diagnosis
Tujuan
keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(Tuk/Tum)
Gangguan TUM: 1. Ekspresi wajah 1.1 Hubungan saling percaya merupakan
sensori Klien dapat bersahabat Bina hubungan saling percaya dasar untuk memperlancar interaksi
persepsi : mengontrol menunjukkan rasa dengan mengemukakan prinsip selanjutnya yang akan dilakukan
halusinasi halusinasi yang senang, ada kontak komunikasi teraupetik.
pendengaran dialami mata, mau berjabat a. Sapa klien dengan ramah baik
(auditori) tangan, mau verbal ataupun non verbal
TUK 1 menyebutkan nama, b. Perkenalkan diri dengan sopan
Klien dapat mau menjawab c. Tanyakan nama lengkap klien dan
membina salam, klien mau nama panggilan yang disukai klien
hubungan saling duduk d. Jelaskan tujuan pertemuan
percaya berdampingan e. Tunjukkan sikap empati dan
dengan perawat menerima klien apa adanya
mau mengutarakan f. Beri perhatian kepada klien dan

15
masalah yang perhatian kebutuhan dasar klien
dihadapinya

TUK 2 : 1. klien dapat a. adakan kontrak sering dan singkat Selain untuk membina hubungan
Klien dapat menyebutkan isi secara bertahap saling percaya ,kontak sering dan
mengenali waktu dan b. observasi tingkah laku klien yang singkat akan memutus halusinasi
halusinasi nya frekuensi timbulnya terkait halusinansinya : bicara dan
halusinasi tertawa tanpa stimulus dan
memandang ke kiri/kanan ke Mengenal perilaku klien pada saat
depan seolah ada teman bicara halusinasi terjadi memudahkan
c. bantu klien mengenal perawat dalam melakukan intervensi
halusinasinya dengan cara :

16
1) Jika menemukan klien sedang Mengenal halusinasi mengukapkan
berhalusinansi tanyakan apa klien mengehindari factor timbulnya
suara yang didenagrnya halusnasi
2) Jika kllien menjawab ada
lanjutkan apa yang dikatakan Perngetahuan tentang isi dan waktu

suara itu katakana bahwa frekuensi munculny halusinasi dapat

perawat percaya klien mempermudah perawat

mendegar namum perawat


sendiri tidak mendengarnya Mengindeitifkasi pengaruh

(dengan nada bersahabat halusinansi

tanpa menuduh dan


menghakimi )
3) Katakan bahwa klien lain juga
2. klien dapat
ada seperti klien
mengungkapkan
4) Katakan bahwa perawat akan
bagaimana
mebantu klien
perasaannya
2.1 Diskusikan dengan klien :
terhadap
a. Situasi yang menimbulkan atau
halusinasi
tidak menimbulkan halusinasi

17
tersebut. (jika sendiri,jengkel,atau sedih).
b. Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi (pagi,siang,sore) dan
malam, terus menerus atau
sewaktu-waktu .

2.2 Diskusikan dengan klien


tentang apa yang dirasakan
jika terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih dan senang), beri
1. Klien dapat
kesempatan pada klien untuk
menyebutkan tindakan
mengungkapan perasaannya.
yang biasanya
dilakukan untuk
mengendalikan
TUK 3: 1.1 Bersama klien,
identifikasi Usaha untuk memutus halusinasi,
halusinasinya
Klien dapat tindakan yang dilakukan jika sehingga halusinasi tidak muncul
2. Klien dapat
mengontrol terjadi halusinasi (tidur, marah, kembali.
mmenyebutkan cara
halusinasinya menyibukkan diri, dll) Penggunaan reinforcement) dapat
baru mengontrol
1.2 Diskusikan manfaat dan cara meningkatkan harga diri klien.

18
halusinasi. yang digunakan klien. Jika
3. Klien dapat bermanfaat beri pujian kepada Memberi alternatif pilihan untuk
mendemonstrasikan klien. mengontrol halusinasi.

cara menghardik, 2.1 Diskusikan dengan klien tentang Meningkatkan pengetahuan klien

mengusir, dan tidak cara baru mengontrol dalam memutus halusinasi.


memperdulikan halusinasinya:
Harga diri klien meningkat.
halusinasinya a. Menghardik, mengusir, atau tidak
Memberi klien kesempatan untuk
4. Klien dapat memperdulikan halusinasinya.
mencoba cara yang telah dipilih.
mengikuti aktivitas b. Bercakap-cakap dengan orang lain
Memudahkan klien dalam
kelompok jika halusinasinya muncul.
mengendalikan halusinasi.
5. Klien dapat c. Melakukan kegiatan sehari-hari.
mendemonstrasikan 3.1 Beri contoh cara menghardik
Stimulasi persepsi dapat mengurangi
kepatuhan minum halusinasi:
perubahan interpretasi realitas akibat
obat untuk mencegah “Pergi! Saya tidak mau mendengar
adanya halusinasi.
halusinasi. kamu, saya mau mencuci piring atau
bercakap-cakap dengan suster”.
3.2 Beri pujian atas keberhasilan
klien.
3.3 Minta klien mengikuti contoh

19
yang diberikan dan minta klien
Mengulanginnya

3.4. Susun jadwal latihan klien dan


minta klien untuk mengisi
jadwal kegiatan (self-
evalcation).

4.1. Anjurkan klien untuk mengikuti


terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
persepsi.

5.1. Klien dapat menyebutkan jenis,


dosis, dan waktu minum obat,
serta manfaat obat tersebut
(prinsip 5 benar: benar orang,
benar obat, benar dosis, benar
1. Keluarga dapat waktu, dan benar cara
menyebutkan pemberian).
pengertian ,tanda,

20
dan Tindakan 5.2.Diskusikan dengan klien tentang
untuk jenis obat yang di minum
mengendalikan ( nama, warna, dan besarnya) :
halusinasi. waktu minum obat jika 3x:
TUK 4 Keluarga 2. Keluarga dapat Untuk meningkatkan pengetahuan
1. Diskusikan dengan keluarga
dapat merawat menyebutkan jenis, seputar halusinasi dan perawatannya
(pada saat berkunjeng /pada saat
klien dirumah dosis,wkatu,pembe pada pihak keluarga.
kunjungan rumah)
dan menjadi rian,manfaat,serta
2. Gejala halusinasi yang dialami
sitem pendukung efek samping obat. Dengan mengetahui efek samping,
klien
yang fektif keluarga akan tau apa yang harus
3. Cara yang dapat dilakukan klien
untuk klien dilakukan setelah minum obat
dan keluarga untuk memutuskan
halusinasi

4. Cara merawat anggota keluarga


dengan gangguan rumah: kegiatan,
jangan biarkan beri izin makan
sendin. besamapergian bersama jika
klien sedang sendiri di rumah,
lakukan dengan dalam telepon.

21
5. Beri informasi tentang lanjut
(follow up) atau kapan perlu
mendapatkan bantuan: halusinasi
tidak terkontrol risiko mencederai
orang lain.
6. Diskusikan dengan keluarga
tentang dosis, jenis, waktu,
pemberian, manfaat, dan efek
samping obat
7. Anjurkan kepada keluarga untuk
berdiskusi dengan dokter tentang
manfaat dan efek samping obat.

B. Penelitian Terkait

22
Untuk melakukan pengayaan tinjauan pustaka, peneliti mengunakan kata kunci health literacy atau covid-19. Kata kunci
tersebut digunakan untuk mencari literature jurnal di database scopus, science direct, proquest, cumulative index to nursing and
allied health literature (cinahi ebsco), covid-19, jurnal nasional. Dengan kata kunci tersebut didapatkan 10 jurnal yang sesuai
dalam penelitian ini. Jurnal yang sesuai dengan ini peneliti sajikan dalam tabel dibawah ini :

No Judul artikel, penulis, Metode Hasil Penelitian


tahun

1. Penerapan strategi Studi kasus ini merupakan studi kasus Hasil studi menunjukkan bahwa klien 1 dari 19 tanda
pelaksanaan (SP2) “deskriptif” dimana penulis dan gejala terjadi penurunan tanda dan gejala
pada klien membandingkan sebelum dan sesudah sebanyak 58% masalah teratasi atau sebanyak 11
skizoprenia dengan dilakukan tindakan asuhan keperawatan tanda gejala, dan klien II menunjukkan dari 15 tanda
gangguan persepsi dengan implementasi strategi pelaksanaan dan gejala yang terdapat pada klien terjadi penurunan
sensori : Halusinasi 2 halusinasi apakah klien tanda gejala sebanyak 53% masalah teratasi atau
penglihatan penulis : skizopreniadengan masalah keperawatan sebanyak 8 tanda gejala.
Nur muhammad gangguan persepsi sensori halusinasi
abiding dan penglihatan dapat mengontrol
wahyuningsih halusinasinya. Kesimpulan : strategi pelaksanaan 2 pada klien
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
Tahun : 2020 vol. 4
penglihatan dapat membantu mencegah kekambuhan

23
No.2 halusinasi sehingga perawat perlu melakukan
tindakan tersebut.
Jurnal : jurnal
manajemen asuhan
keperawatan.

2. Penerapan strategi Metode yang digunakan pada penelitian ini Hasil menunjukkan klien 1 ada penurunan tanda dan
pelaksanaan 1 pada adalah “study kasus” pada 2 pasien yang gejala sebanyak 70% masalah teratasi atau sebanyak
klien skizoprenia dirawat dirumah sakit jiwa prof.Dr.soerojo 7 tanda dan gejala dan peningkatan kemampuan
paranoid dengan magelang mengontrol halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan
gangguan persepsi atau 100% pada klien 2 ada penurunan tanda dan
Jumlah pasien 2 orang.
sensori halusinasi gejala, peningkatan kemampuan mengontrol
penglihatan. halusinasi sebanyak 7 dari 7 kemampuan atau 100%.

Kesimpulan : strategi pelaksanaan 1halusinasi dapat


menurunkan tanda dan gejala halusinasi.
Penulis : Tiya
meliana dan emilia
puspitasari sugiyanti

Tahun : 2019 vol.3

24
no.1

Jurnal : manajemen
asuhan keperawatan

3. Asuhan keperawatan Karya tulis ilmiah ini mengunakan Hasil penelitian menunjukkan respon yang berbeda
jiwa perubahan rancangan penelitian deskriptif, sedangkan dari kedua pasien. Pada pasien 1 dapat mengontrol
persepsi sensori : jenis penelitian yang digunakan dalam dan mengurangi frekuensi halusinasi yang
halusinasi penulisan karya ilmiah ini adalah studi dialaminya. Sedangkan pada pasien 2 ia dapat
penglihatan dan kasus (case study) mengontrol dan mengurangi frekuensi halusinasi
latihan mengontrol yang dialaminya.
Jumlah pasien : 2 orang
halusinasi dengan
Kesimpulan : beberapa faktor yang mempengaruhi
menghardik pada
sehingga terjadi perbedaan hasil dalam penelitian
pasien Ny.D DAN
yang diantara nya fase halusinasi umur dan aspek
pasien ny. D diruang
medis.
larasati RSJID Dr.
Amino gondohutomo
provinsi jawa tengah

Penulis: Rif’atul

25
qonita tahun 2018

Jurnal : keperawatan
poltekes kemenkes
semarang

4. Studi kasus aktivitas Penelitian ini dilakukan secara deskriptif Hasil evaluasi klien mengalami penurunan setelah
menggambar dalam selanjutnya dilakukan dengan dilakukan aktivitas menggambar dengan hasil
mengontrol gejala mengumpulkan data terkaitdengan gejala evaluasi klien Tn.I dengan score 18.
halunasi di RSJ halusinasi sebelum dilakukan aktifitas
prof.Dr soerodjo menggambar melalui wawancara.
mangelang Instrument penelitian untuk mengumpulkan
data yaitu mengunakan PSYRT (psycotic
Penulis : novianti
symtom rating scale).
saptriadi, erna
erawati dan angga
sugiarto
Jumlah pasien : subjek penelitian pasien
Tahun : 2020 vol.3 dengan masalah keperawatan halusinasi
no.1 yang memenuhi kriteria inklusi

26
Jurnal : keperawatan
dan fisioterapi (JKP)

5. Efektivitas terapi Jenis penelitian Ada pengaruh sebelum dan sesudah tindakan terapi
musik terhadap musik terhadap penurunan tingkat halusinasi
Kuantitatif mengunakan pendekatan
penurunan tingkat penglihatan pada penderita gangguan jiwa Di RSJ
eksperimen semu (quasi eksperiment)
halusinasi Prof M. Ildrem provinsi sumatera utara.
metode penelitian pendekatan one grup
penglihatan pada
pretest-postest design. Penelitian yang akan Kesimpulan :
pasien gangguan jiwa
diidentifikasi adalah eksperimen antara
di RSJ prof.DR.M.
variabel musik dengan variabel dependen
Ildrem.
halusinasi penglihatan. Penelitian ini
Penulis : dian angri dilakukan oleh peneliti selama 7 hari setiap
yanti, wina novita pagi dan sore hari dan akhir perlakuan
br,Purba dilakukan pada hari ke 7 kemudian
halusinasi diobservasi kembali.
Tahun terbit : 2020

6. Pengaruh terapi Jenis penelitian kuantitatif, mengunakan Ada pengaruh terapi okupasi terhadap gejala
okupasi terhadap design eksperiment dengan rancangan halusinasi penglihatan pada pasien halusinasi
gejala halusinasi penelitian pre eksperiment dengan penglihatan rawat inap di yayasan aulia rahma

27
penglihatan pada pendekatan one group pretest-postest kemiling, bandar lampung
pasien halusinasi design. Populasi penelitian ini adalah
penglihatan rawat seluruh pasien halusinasi penglihatan di
inap di yayasan aulia yayasan aulia rahma, kemiling bandar
rahma kemiling lampung dengan jumlah 27 pasien
bandar lampung. halusinasi penglihatan, sampel yang
digunakan 27 pasien dengan halusinasi
Penulis : niken yuniar
penglihatan dengan mengunakan teknik
sari, budi antoro,
total smpling
niluh gede pita
setevani

Tahun terbit : 2019

Pengaruh Penerapan Penelitian pra-eksperimenta : one-group Ada pengaruh penerapan asuhan keperawatan pada
asuhan keperawatan pra-post test design.populasi : semua klien klien halusinasi terhadap kemampuan klien
7.
pada klien halusinasi dengan gangguan halusinasi di ruangan mengontrol halusinasi.
terhadap kemampuan kenari.Sampel : 14 responden, Teknik
klien mengontrol pengambilan sampel adalah total sampling.
halusinasi di RSKD

28
provinsi Sulawesi
Selatan ; Muhammad
Hari Samal, Abdul
Kadir Ahmad, St
Saidah,2018

8. Upaya peningkatan Studi kasus merupakan studi kasus dengan Hasil penelitian ini didapatkan bahwa sebelum
harga diri rendah pendekatan asuhan keperawatan jiwa pada dilakukan intervensi skor HDR Ppasien 19 meningkat
dengan terapi Tn.Y. Metode penelitian deskriptif dengan menjadi 24 yang diukur mengguanakan kuisoner
aktivitas kelompok studi kasus, sampel pada penelitian 1 Rosenberg self Esteen Scale.
(stimulasi persepsi) responden
di ruangan sub Akut
laku RSKD provinsi
Maluku ;Hani
Tuasikal ,Moomina
Siauta,Selpina
Embuai;2019

9. Analisis tanda dan Penelitian ini dilakukan pada 16 responden Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tanda dan
gejala resiko perilaku dengan teknikeccidental sampling. gejala yang sering muncul pada orang dengan resiko

29
kekerasan pada Penelitian ini merupakan penelitian perilaku kekeraan yaitu : mengepalkan tangan,bicara
pasien kuantitatif dengan desain penelitian desain kasar,suara tinggi menjerit atau berteriak.
skizofrenia;Eka deskriptif.
Malfasari;Rizka
Febtrina,Dini
Maulinda, Rizka
Amimi;2020

10. Tingkat pengetahuan Desain yang digunakan deskriptif korelasi Hasil penelitian ada hubungan pengetahuan pasien
pasien dalam dengan pendekatan cross sectional. dengan perilaku pasien halusinasi pengelihatan
melakukan cara Populasi penelitian adalah pasien yang
mengontrol dengan mengalami gangguan realita atau halusinasi
perilaku pasien yang berjumlah 50 orang. Teknik
halusinasi pengambilan sampel total sampling yaitu
pendengaran ; sebnayak 50 responden.
Marisca
Agustina ;2017

30
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANG : MERPATI

TANGGAL DI RAWAT : 25DESEMBER 2021

I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. F (L) Tanggal Pengkajian : 29 Desember 2021
Umur : 36 Tahun RM No. : 08-36-45
Informan : Pasien

II. ALASAN MASUK DAN FAKTOR PENCETUS


Klien di antar ke Rs. Ernaldi Bahar Palembang karena pasien saling cek cok dengan kakak
perempuan, pasien tinggal bersama kakak perempuan, pasien merasa kakak selalu
menyalahkan pasien, pasien sulit tidur, mudah kesal/marah, pasien mengatakan bahwa ia
mendengarkan bisikan suara yang mengatakan jelek dan tidak nikah-nikah sehinga pasien
melakukan tindakan membuka pakaian
Masalah Keperawatan:
GSP : Halusinasi Pendengaran dan Resiko perilaku kekerasan

III. FAKTOR PREDISPOSISI


1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu?
Ya Tidak √

2. Pengobatan sebelumnya?
Berhasil Kurang Berhasil Tidak Berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia


Aniaya Fisik - -

Aniaya Seksual

Penolakan

31
Kekerasan dalam keluarga

Tindakan Kriminal

Jelaskan : klien belum perna mengalami gangguan jiwa

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa?


Ya Tidak 

Penjelasan: Tidak ada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa


Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan


Pasien mengatakan tidak perna
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
IV. FISIK
1. Tanda vital : TD : 120/70 N:80 RR:20 T:36,0
2. Ukur : TB : 153 cm BB: 53 kg
3. Keluhan fisik ya  tidak
Jelaskan :
Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Klien tidak ada keluhan fisik
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Ket :

32
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Keturunan
: Pasien
: Laki-laki meninggal
: Perempuan meninggal
---- : Tinggal dalam satu rumah
Penjelasan :
Klien anak ke-5 dari 6 bersaudara, klien belum menikah tinggal bersama orang tua
nya, dalam pengambilan keputusan, orang tua sering memaksakan kehendak dan klien
merasa tertekan.
Masalah Keperawatan:
Koping keluarga tidak efektif : kompromi
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Klien mengatakan bersyukur dengan dirinya, menyukai hampir seluruh bagian
tubuhnya.
b. Identitas
Klien mengatakan ia belum menikah, jenis kelamin laki-laki, dan usia 36 tahun
tinggal di palembang.
c. Peran
Klien mengatakan peran sebagai anakdan bekerja sebagai wiraswasta

d. Ideal diri
Klien mengatakan jika sudah sembuh ingin pulang ia ingin bekerja kembali
e. Harga diri
Klien mengatakan merasa minder karena belum menikah sampai dengan
sekarang
Masalah keperawatan:
Harga Diri Rendah

3. Hubungan Sosial

33
a. Orang yang berarti
Klien mengatakan orang terdekatnya kakak perempuan
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
Klien mengatakan sering mengikuti kegiatan dalam masyarakat
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Tidak ada hambatan diri
Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah

4. Spritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan ia beragama islam
b. Kegiatan ibadah
Klien mengatakan hanya sholat saat sholat 5 waktu.
Masalah keperawatan :
Distress spritual
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak Rapi Penggunaan pakian tidak sesuai

Cara berpakian tidak seperti biasanya


Jelaskan: Pakaian klien cukup rapi, dan cukup sesuai
Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan
2. Pembicaraan
Cemas Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Loghorea

Tidak mampu memulai pembicaraan Echolita


Jelaskan: Klien menjawab dengan cepat setiap pertanyaan yang diberikan oleh
perawat, sesekali tampak tidak fokus terhadap topik pembicaraan.
Masalah Keperawatan:
GSP : Halusinasi Pendengaran

34
3. Aktivitas Motorik
Lesu Tegang  Gelisah Agitasi

Tik Grismen Tremor Kompulsif


Jelaskan : Selama observasi perawat, aktivitas klien terlihat berlebihan serta melihat-
lihat salah satu arah.
Masalah Keperawatan :
GSP : Halusinasi Pendengaran

4. Alam Perasaan
Sedih Ketakutan Putus asa

Jelaskan : Klien mengatakan biasa saja

Masalah keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Afek
Datar Tumpul  Labil Tdk sesuai
Jelaskan :
Klien tampak raut wajah tegang, tatapan tajam saat menatap ke suatu arah, beralih
keperawat dengan ekspresi biasa.
Masalah Keperawatan :
GSP : Halusinasi pendengaran

6. Interaksi Selama Wawancara


Bermusuhan Tidak kooperatif Tersinggung

Kontak mata (–) Defensif Curiga

Jelaskan : Pada saat di ajak wawancara klien memiliki kontak mata yang baik
dengan pewawancara. sesekali tampak berbicara sendiri
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

35
7. Persepsi Halusinasi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghindu

Jelaskan: Klien mengatakan sering mendengarkan bisikan yang mengatakan dirinya


jelek dan tidak nikah-nikah terdengar suara tersebut saat pasien sendirian dan waktu
sekitar 3 menit
Masalah Keperawatan :
GSP : Halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir

Sirkumtasi Tangesial Kehilangan asosiasi

Flight of idea Blocking Persevarasi

Neologisme

Jelaskan : Klien mengatakan tidak ada masalah pada proses pikirnya.

Masalah Keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisasi Ide yg terkait Pikiran Magis

Jelaskan: pasien tidak ada masalah dalam isi pikirnya, pasien dapat mengungkapkan
apa yang dipikirkannya dan menjawab pertanyaan sesuai apa yang ditanyakan

Masalah Keperawatan:
Tidak Ada Masalah Keperawatan

10. Tingkat Kesadaran

bingung sedasi stupor disorientasi

waktu tempat orang

36
Jelaskan : Pasien mengatakan dia mengetahui bahwa dia berada di Rumah Sakit Jiwa.
Pasien mengatakan tau jika sedang berbicara dengan suster dan juga mengenal teman
sekamarnya yaitu Tn. J Klien mengetahui waktu siang atau malam.

Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

11. Memori

Gangguan daya ingat Gangguan daya ingat


jangka panjang jangka pendek

Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi

Jelaskan : Pasien mengatakan pendidikan terakhirnya SMA. Pasien juga mengatakan


yang mengantarkan pasien ke Rumah Sakit adalah kakak perempuaanya. Pasien
mengatakan hari ini sudah mandi dan makan.

Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

12. Tingkat Konsentrasi dan Berhitung

Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan: Pasien mampu menjawab pertanyaan berhitung yang diberikan perawat


dengan benar.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

13. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan Gangguan bermakna

37
Jelaskan: Klien dapat memilih tindakan atau kegiatan yang lebih utama. Pasien
mengetahui kalau shalat harus wudhu terlebih dahulu, tahu urutan wudhu tetapi lupa
niat berwudhu.

Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

14. Daya Tilik Diri

Mengingkari penyakit yang diderita

Menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : Pasien mengatakan menyadari dia sakit dan harus dirawat di Rumah Sakit
sampai sembuh.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah keperawatan

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang


1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : Pasien makan 3x/hari secara mandiri dan teratur


Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan : Pasien BAB/BAK di toilet secara mandiri.


Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total

38
Jelaskan :
Pasien mandi dikamar mandi secara mandiri.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan :Pasien berpakaian/berhias secara mandiri.


Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

5. Istirahat dan Tidur


Tidur siang lama : 12:00 s/d 16:00

Tidur malam lama : 18:00 s/d 06:00

Kegiatan sebelum/sesudah tidur


Jelaskan: Pasien mengatakan makan dan minum obat sebelum tidur dan mandi
setelah bangun tidur.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

6. Penggunaan Obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan: Pasien mengatakan minum obat secara mandiri dan teratur.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan  Ya Tidak

Perawatan pendukung  Ya Tidak

39
Jelaskan : Pasien mengatakan perlu mendapatkan perawatan lanjutan untuk control
ulang dan perawatan pendukung yaitu keluarga.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah keperawatan

8. Kegiatan Di Dalam Rumah


Mempersiapkan makanan  Ya Tidak

Menjaga kerapihan rumah  Ya Tidak

Mencuci pakaian  Ya Tidak

Pengaturan keuangan  Ya Tidak

Jelaskan : Pasien mengatakan kegiatannya didalam rumah yaitu menjaga kerapihan


rumah seperti menyapu. Pasien juga bekerja dan yang mengatur keuangan didalam
rumah.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

9. Kegiatan di Luar Rumah

Belanja  Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Lain-lain  Ya Tidak

Jelaskan : Pasien mengatakan kegiatan diluar rumah yaitu bekerja sebagai bantu
orang naksi mobil.
Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

VIII. Mekanisme Koping

40
Adaptif Maladaptif
 Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan Reaksi lambat/berlebih



masalah

 Teknik relaksasi Bekerja berlebih

 Aktivitas konstruktif Menghindar

 Olahraga Mencederai diri

Lainnya : Lainnya :

Masalah Keperawatan :
Tidak Ada Masalah Keperawatan

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


 Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik : Klien ada masalah dengan
dukungan kelompok

 Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien mengatakan hanya


bergaul dengan orang yang dikenal saja.Tidak ikut kegiatan dilingkungan.

Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien tidak ada masalah dengan


pendidikan

Masalah dengan pekerjaan, spesifik : Klien bekerja sering membantu orang


naksi mobil

41
Masalah dengan perumahan, spesifik : Tidak ada masalah

Masalah ekonomi, spesifik : Klien tidak ada masalah dengan ekonomi


keluarganya.

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien tidak ada masalah


dengan pelayanan kesehatan

Masalah lainnya, spesifik : Tidak ada masalah

Masalah Keperawatan :
Koping Keluarga Tidak Efektif
X. Pengetahuan Kurang Tentang :
 Penyakit jiwa System pendukung

Faktor presipitasi Penyakit fisik

Koping  Obat-obatan

Lainnya
Jelaskan: Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit jiwa yang dideritanya
Masalah Keperawatan :
Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa

XI. Aspek Medik


Diagnosa Medik : Skizofrenia paranoid
Terapi Medik :
1. Risperidone 2x2 mg
2. Clozapin 1x12,5 mg
3. Trihexyphenedil 2x2 mg

42
Analisa Data

Data Masalah Keperawatan


DS :
Resiko perilaku kekerasan
Pasien mengatakan sering cek cok dengan kakak
perempuannya sehingga pasien merasa kesal/marah
DO :
Klien tampak banyak bicara, tatapan tajam

DS : Gsp : Halusinasi
Klien mengatakan sering mendengarkan bisikan yang pendengaran
mengatakan dirinya jelek dan tidak nikah-nikah terdengar
suara tersebut saat pasien sendirian dan waktu sekitar 3
menit

DO : Klien tampak gelisah, ngoceh – ngoceh sendiri, mulut


komat kamit, tiba – tiba terdiam saat interaksi.

DS : Harga Diri Rendah


Klien mengatakan merasa minder karena belum menikah
sampai dengan sekarang
Klien sering mengatakan wajahnya jelak

DO :

klien terlihat berbicara tidak jelas

Sesekali tampak mengomentari dirinya jelek


DS :
Koping keluarga inefektif
Klien mengatakan dalam pengambilan keputusan, kakak
perempuan sering memaksakan kehendak dan klien merasa
tertekan

DO :

Klien tampak banyak bicara ketika terlalu lama bicaranya

43
ngelantur
DS :
Kurang pengetahuan
Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit jiwa
tentang penyakit jiwa
yang dideritanya

DO :
Klien tidak tau tentang penyakitnya

XII. Daftar Masalah Keperawatan


1. Resiko perilaku kekerasan
2. Gsp : Halusinasi pendengaran
3. Harga Diri Rendah
4. Regimen inefektif
5. Koping keluarga tidak efektif
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit jiwa
XIII. Daftar Diagnosis Keperawatan (sesuai urutan priotitas)
1. GSP: Halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Harga Diri Rendah

XIV. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

GSP: Halusinasi pendengaran

Harga diri rendah

44
Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi
GSP: TUM :
Halusinasi Klien dapat mengontrol 1. Setelah 3 x pertemuan, 1. Bina hubungan saling percaya 1. Kepercayaan dari
pendengaran halusinasinya. kilen menunjukan dengan mengunakan prinsif klien merupakan hal
tanda–tanda percaya komunikasi teraupetik: yang mutlak serta hal
TUK : kepada perawat : a. Beri salam setiap interaksi yang memudahkan
1. Klein dapat membina 1. Wajah cerah b. Perkenalkan nama, nama dalam melakukan
hubungan saling percaya tersenyum panggilan dan tujuan pendekatan dan
2. Ada kontak mata perawat berinteraksi tindakan keperawatan
3. Mau berkenalan c. Tanya nama lengkap kepada klien
4. Bersedia nama panggilan di sukai
menceritakan klien
perasaan d. Buat kontrak yang jelas
e. Degarkan dengan penuh
perhatian

2. Bantu klien mengenali


halusinasinya 2. Agar klien dapat

45
2. Setelah pertemuan klien a. Isi mengetahui dan
mampu mengenali b. Waktu terjadinya mengenali
2. Mengenali halusinasi halusinasinya c. Frekuensi halusinasinya
yang dialami d. Situasi pencetus
e. Perasaan saat terjadi
halusinasi

3. Latih cara mengontrol


3. Setelah 3 x pertemuan halusinasi dengan 3. Dengan menghardik
klien dapat mengkontrol menghardik : halusinasi dapat
3. Klien dapat mengontrol halusinasinya dengan a. Jelaskan cara memberi
halusinasinya kriteria hasil menghardik halusinasi kesempataan klien
a. Klien dapat pendengaran dan mengatasi masalah
menyebutkan pengelihataan dengan reaksi
tindakan yang dapat b. Mempraktikan cara penolakaan terhadap
dilakukan untuk menghardik halusinasi
mengendalikan c. Minta klien
halusinasinya. mempraktikan kembali
b. Klien dapat d. Anjurkan klien untuk

46
meenyebutkan cara memasukan ke dalam
yang baru jadwal kegiataan untuk
c. Klien dapat memilih latihan menghardik.
cara yang telah
dipilih untuk
mengendalikan
halusinasinya
d. Klien dapat
mengikuti terapi
aktivitas kelomponya
4. Agar klien dapat
4. Pasien dapat 4. Setelah 3 x pertemuan 4. Jelaskan kepada klien : mengetahui
menggunakan obat klien dapat menjelaskan a. Manfaat minum obat penggunaan obat
sesuai program obat dengan kriteria b. Kerugian tidak minum yang benar dan
hasil obat manfaat minum obat
a. Manfaat minum obat c. Nama obat serta kerugiaan
b. Kerugian tidak d. Bentuk dan warna obat tidakminum obat.
minum obat e. Dosis yang di berikan
c. Nama obat f. Waktu pemakaian

47
d. Bentuk dan warna g. Cara pemakaian
obat h. Efek yang di rasakan
e. Dosis yang
diberikan Anjurkan klien
f. Waktu pemakaian a. Meminta dan
g. Cara pemakaian menggunakan obat tepat
h. Efek yang dirasakan pada waktu
b. Melaporakan pada
perawat / dokter jika
mengalami efek yang
tidak biasa
c. Beri pujian terhadap
kedisiplinan klien.

48
STRATEGI PELAKSANAAN I

Nama : Tn. F

Umur : 36 Tahun

Hari/Tanggal : Sabtu, 01 Januari 2021

Pertemuan : ke-1

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien
Data Subjektif :
 Klien mengatakan sering mendengar suara-suara jelek dan tidak nikah -
nikah saat sendirian

Data Objektif :

 Klien tampak tenang


 Klien tampak bicara dan jika terlalu lama bicaranya ngelantur

2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran

3. Tujuan Tindakan
 Klien mampu melakukan bina hubungan saling percaya
 Klien mampu mengidentifikasi isi, jenis halusinasi, situasi munculnya
halusinasi dan frekuensi munculnya halusinasi
 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

49
4. Intervensi Keperawatan
 Lakukan bina saling percaya dengan pasien
 Identifikasi Halusinasi (Isi,jenis halusinasi, dan situasi muncul halusinasi)
 Latih mengontrol halusinasi dengan cara menghardik

B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orientasi
a. SalamTerapeutik
“Assalamualaikum pak, perkenalkan saya mahasiswa keperawatan Ikest
Muhammadiyah Palembang”,nama saya Nurul Maesya , saya biasa di
panggil Mae. Disini saya akan merawat bapak selama2 minggukedepan.
Namabapaksiapa? senang dipanggil apa?
b. EvaluasiatauValidasi
Apa benar ini dengan bapak F ? Bagaimana perasaan bapak hari ini ?
Apakeluhan bapak F saat ini ? bagaimana kalau kita bercakap-cakap
tentang suara yangselamaini bapak dengar.
c. Kontrak

Topik : Bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang suara yang


selamaini bapak lihat tetapi tidak ada wujudnya,untuk
menghilangkan suara itu dengancara pertama yaitu
menghardik.
Waktu :Bapakmauberapa lama?Bagaimana kalau15menit

Tempat : Bapakmaunyadimana?Bagaimana kalaudisini

2. Fase Kerja

“Apakah bapak mendengar suarayang tanpa ada wujudnya ? apayang


dilakukanitu ? apakah terus-menerus mendengar atau sewaktu-waktu ?

50
Kapan paling seringmendengar suara itu ? Berapa kali sehari bapak
mendengar suaraitu ? apakahpadawaktu sendiribapak mendengar
suaraitu ? apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?Apa
yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? apakah dengan cara itu
suara itu hilang ? bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah
suara itu muncul?Ada empat cara untuk mencegah suara itu muncul.
Pertama dengan menghardik suara tersebut,kedua dengan cara minum
obat secara teratur, ketiga dengan cara bercakap-cakap dengan orang
lain, dan yang keempat dengan cara melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal. Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik. Begini caranya saatsuara itu muncul bapak langsung bilang
“Pergi saya tidak mau mendengar, kamuitu suara palsu” Begitu diulang-
ulang sampai bayangan itu tidak terlihat lagi.Coba bapak peragakan,nah
bagus!coba lagi,ya bagus bapak sudahbisa.

3. Fase Terminasi

a. Evaluasi subyektif(klien)

Bagaimana perasaan bapak setelah belajar cara menghardik?

b. Evaluasi obyektif (perawat)

Baiklah bapak masih ingat tidak kita tadi


berbincang dan bicara apa? bagus sekali bapak,
bapak bisa mengingatnya dan melakukannya.
c. Rencana tindak lanjut
Sekarang kita buat jadwal latihan ya pak, berapa sekali sehari bapak mau
latihan menghadik? dan jika suara itu muncul bapak bisa melakukan cara
menghardik seperti yang telah saya ajarkan tadi.

51
d. Kontrak yang akan datang
Baiklah bagaimana kalau kita mengobrol kembali dan latihan cara kedua
yaitu minum obat? besok saya kesini lagi sekitar pukul 13.00, tempatnya
bapak mau dimana? baiklah disini saja ya bapak, waktunya mau berapa
lama? Bagaimana seperti tadi 15 menit? kalau begitu saya permisi dulu yaa
pak!!!

52
CATATAN PERKEMBANGAN I

Nama : Tn. F

No.RM : 083695

Ruangan : Merpati

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


01-01-2022 Gangguan - Membina S:
persepsi hubungan saling - Klien mengatakan namanya
sensori : percaya dengan Tn F
Halusinasi pasien - Klien mengatakan mendengar
Pendengaran - Mengidentifikasi bisiskan suara jelek dan tidak
Halusinasi nikah-nikah saat sendirian
(Isi,jenis - Klien merasa sedih jika
halusinasi, dan suara-suara jelek dan tidak
situasi muncul nikah itu muncul
halusinasi) - Pasien sudah bisa mengontrol
- Melatih halusinasi dengan
mengontrol menghardik
halusinasi dengan
cara menghardik O:
- klien tampak banyak bicara
jika terlalu lama sering
ngelantur
- Klien kooperatif
- klien ada kontak mata
- Klien tampak bisa mengontrol

53
halusinasi dengan menghardik
A:
- Gangguan persepsi sensori :
Halusinasi Pendengaran
- Klien sudah mampu
melakukan cara menghardik

P: Intervensi dilanjutkan
Perawat :Lanjutkan SP 2 minum
obat yang benar
Klien :Anjurkan pasien untuk
melatih cara yang sudah
diajarkan

54
STRATEGI PELAKSANAAN II

Nama : Tn. F

Umur : 36 Tahun

Hari/Tanggal: Minggu, 02 Januari 2022

Pertemuan : ke-2

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Data Subjektif:

 Klien mengatakan sering mendengar suara-suara jelek dan tidak nikah-


nikah saat sendirian

Data Objektif:

 Klien tampak kooperatif

 Klien tampak banyak bicara

2. Diagnosa Keperawatan

Gangguan persepsi sensori : Halusinasi Pendengaran

3. Tujuan

 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara minum obat

 Klien mampu mengenali nama obat dan kegunaannya

4. Intervensi Keperawatan

a. Latih cara mengontrol halusinasi dengan minum obat

55
b. Latih mengenal nama obat dan kegunaannya
B. Strategi Pelaksanaan

2. Fase Orientasi

a. SalamTerapeutik

“Assalamualaikum pak, selamat siang pak, Masih ingat dengan saya kan?
coba siapa? iya benar sekali.

b. EvaluasiatauValidasi

Bagaimana perasaan bapak hari ini ? Apakah tidur bapak nyenyak?


Apakeluhan bapak F saat ini ? Bagaimana bapak apakah sudah makan
siang dan minum obat? Apakah bapak sudah melakukan apa yang saya
ajarkan kemarin? Iya bagus sekali bapak!
c. Kontrak

Topik : Bagaimana jika kita bercakap-cakap tentang suara yang


selamaini bapak dengar tetapi taka ada wujudnya, untuk
menghilangkan suara itu kita dapat melakukan dengancara
kedua yaitu minum obat.
Waktu :Bapakmauberapa lama?Bagaimana kalau15menit

Tempat:Bapakmaunyadimana?Bagaimana kalaudisini.

2. Fase Kerja

“Bapak adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara itu
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya bayangan yang bapak
lihat dan mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat
yang bapak minum ? (Perawat menyiapkan obat pasien) Ini yang warna
orange (Risperidone) 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam gunanya

56
untuk menghilangkan bayangan yang bapak lihat. Ini yang putih
(Trihexyphenedil) 2 kali sehari jam nyasama gunanya untuk rileks dan
tidak kaku. Sedangkan yang kuning (Clozapin) 2 kali sehari jam nya sama
gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara itu sudah hilang obatnya
tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau
putus obat, bapak akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan
semula. Kalau obat habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan
obat lagi. bapak juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan
obatnya benar, artinya bapak harus memastikan bahwa itu obat yang benar-
benar punya bapak Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang
benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya bapak juga harus
perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
3. Fase Terminasi

a. Evaluasisubyektif(klien)

Bagaimana perasaan bapak setelah belajar cara minum obat yang benar?

e. Evaluasiobyektif (perawat)

Baiklah bapak masih ingat tidak kita tadi


berbincang dan bicara apa? bagus sekali bapak,
bapak bisa mengingatnya dan melakukannya.
f. Rencana tindak lanjut
Sekarang kita masukan ke jadwal kegiatan ya pak,
g. Kontrak yang akan datang
Baiklah bagaimana kalau kita mengobrol kembali dan latihan cara ketiga
yaitu bercakap-cakap? besok saya kesini lagi sekitar pukul 09.00,
tempatnya bapak mau dimana? baiklah disini saja ya bapak, waktunya mau

57
berapa lama? Bagaimana seperti tadi 15 menit? kalau begitu saya permisi
dulu yaa pak!!!

58
CATATAN PERKEMBANGAN II

Nama : Tn. F

No.RM : 083695

Ruangan : Merpati

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


02-01-2022 Gangguan S:
- Melatih cara
persepsi - Klien mengatakan bahwa ia
mengontrol
sensori : sudah mengerti cara minum
halusinasi dengan
Halusinasi obat yang benar
minum obat
Pendengaran
- melatih mengenal
O:
nama obat dan
- Klien tampak menyebutkan
kegunaannya
cara minum obat yang benar
dan nama obatnya
- Klien tampak banyak bicara
- TTV

TD : 110/70 mmhg
T : 36,6 °C
N : 82 x/menit
RR : 21 x/menit
A:
- GSP : Halusinasi Pendengaran
- klien mampu menyebutkan nama
obat dan cara minum obat yang
benar

59
P: Intervensi dilanjutkan
Pasien : Lanjutkan SP 3
bercakap-cakap
Klien :Anjurkan pasien untuk
melatih kembali cara
1 menghardik dan
cara 2 minum obat
benar

STRATEGI PELAKSANAAN

60
HALUSINASI PENGLIHATAN

Nama : Tn. F

Usia : 36 Tahun

Hari /tanggal : Senin, 03 Januari 2022

Pertemuan : III (SPIII)

A. ProsesKeperawatan
1. KondisiKlien
Data Subjektif :
- Klien mengatakan bahwa ia sudah bisa melakukan cara
menghardik
- Klien mengatakan sudah tidak mendengar suara tidak laku,
bujang tua saat sendiri

Data Objektif
- Klien tampak tenang
- Pandangan mata klien fokus

2. DiagnosaKeperawatan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi pendengaran

3. Tujuan
- Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan oranglain
-
4. Tindakan Keperawatan (sesuaiSP)

61
- Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-
cakap dengan oranglain.

62
B. StrategiPelaksanaan

1. FaseOrientasi
a. Salam
Assalamualaikum/Selamat pagi bapak, masih ingat dengan saya?
Coba siapa? Iyaa benar sekali.
b. Evaluasi/validasi
Bagaimana kabar bapak hari ini? dan bagaimana perasaan bapak
saat ini? Apakah tidur bapak nyenyak? Apakah suara-suara itu
sering muncul ? masih ya pak. Bagaimana bapak masih ingat yang
kita pelajari kemarin ? bagus sekali bapak masih mengingatnya.
c. Kontrak danTujuan
Baiklah seperti janji kita kemarin hari ini kita akan latih cara ketiga
untuk mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Bapak ingin berbincang - bincang dimana? Baiklah
disini saja ya. Berapa lama mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 15 menit? Tujuan kita hari ini berlatih bercakap-cakap untuk
menghilangkan halusinasi bapak.
2. FaseKerja

Baik bapak cara ketiga untuk mengontrol halusinasi yang lain adalah
bercakap-cakap dengan orang lain, jadi kalau bapak mendengar suara
itu lagi langsung saja cari teman untuk di ajak bicara. Minta teman
untuk mengbrol dengan bapak, contohnya begini “tolong saya mulai
mendengar suara aneh ayo mengobrol dengan saya” begitu ya pak.
Coba praktekan bagus sekali pak, begitu suster tidak ada, bapak bisa
melakukannya sendiri. Jadi itu tadi cara bercakap-cakap dengan orang
lain ya pak.

63
3. FaseTerminasi
a. EvaluasiSubjektif
Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara bercakap-cakap

b. EvaluasiObjektif
Baiklah bapak masih ingat tidak kita tadi latihan dan belajar apa?
Coba bapak sebutkan? Bagus sekali, bapak masih mengingatnya,
jadi ada berapa cara mengntrol halusinasi pak?
c. Rencana tindak lanjut
Sekarang kita tambahkan ke jadwal kegiatan harian ya pak. Nanti
ketika suara-suara itu muncul lakukan yang suster ajarkan dengan
teratur ya.

d. Kontrak yang akandatang


Baiklah cukup sampai disini dulu kita mengobrol, besok kita
ketemu lagi besok kita akan belajar latihan cara yang keempat
yaitu melakukan aktivitas terjadwal. Besok saya akan kembali lagi
sekitar jam 09:00, bagaimana kalo besok kita berbincang- bincang
lagi disini? Waktunya sama seperti yang tadi 15 menit ? Kalau
begitu saya permisi dulu ya bapak.

64
CATATAN PERKEMBANGAN III

Nama : Tn.F

NoRM :083695

Ruangan : Merpati

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan
03-01- Gangguan a. Mengajarkan S:
2022 persepsi klien cara - Klien mengatakan
sensori: mengontrol sudah jarang
Halusinasi halusinasi mendengar bisikan
pendengara dengan cara suara jelek dan tidak
n bercakap- nikah-nikah
cakap dengan - Klien mengatakan bisa
oranglain mengontrol
halusinasinya dengan
cara bercakap-cakap
dengan orang lain
O:
- Keadaan umum klien
baik
- Klien kooperatif
- Klien dapat mengontrol
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap
A:
- Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi
pendengaran
- Klien sudah bisa
mengontrol
halusinasi dengan
bercakap-cakap
dnegan orang lain
P : Intervensi dilanjutkan
Pasien :Lanjutkan SP 4
membuat aktivitas
terjadwal

65
Klien : Anjurkan terus
melatih cara mengontrol
halusinasi yang sudah
diajarkan .

STRATEGI PELAKSANAAN
HALUSINASI PENGLIHATAN

Nama : Tn. F
Usia : 36Tahun
Hari /tanggal : Selasa, 04 Januari 2022
Pertemuan : IV (SPIV)

A. ProsesKeperawatan
1. Kondisi Klien
Data subjectif :
- Klien mengatakan bahwa ia sudah bisa melakukan cara mengontrol
halusinasi yang sudah diajarkan
- Klien mengatakan sudah tidak mendengar suara tidak laku, bujang
tua saat sendiri

66
Data Objektif :

- Klien tampak tenang


- Klien tampak banyak bicara
2. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori :Halusinasi pendengaran
3. Tujuan

 Klien mampu mengontrol halusinasi dengan cara aktifitas terjadwal


4. Intervensi Keperawatan
 Ajarkan klien membuat aktivitas terjadwal

B. Strategi Pelaksanaan

1. Fase Orientasi
“ Selamat pagi bapak, bagaimana perasaan pagi ini? Apakah sudah
sarapan?”
“apakah suara itu masih muncul? Bagaimana kalau kita latihan mengontrol
halulsinasi dengan cara ke empat?”
“Bagaimana pak masih ingat 3 cara yang telah kita pelajari sebelumnya?
Apakah ketiga cara tersebut sudah di praktekkan?”
“ Sesuai janji kita tadi. Kita akan melakukan belajar cara yang ke 4 yaitu
membuat kegiatan terjadwal. Apakah bapak bersedia?”

2. Fase Kerja

“ Baiklah bapak mari kita buat jadwal kegiatan nya, bapak bagun tidur
jam berapa? Oo jam 05:00 jadi mari kita membuat jadwal harian bapak
mulai dari jam 05:00 pagi ya, jam 05:00 bapak bagun tidur dan rapikan
tempat tidur, 05:15 sholat subuh, 05:30 melatih cara menghardik, 06 : 15
mandi, 06:30 sarapan pagi, 07:00 minum obat, jam 07:30 bercakap-cakap
dengan teman, jam 08:00 senam pagi, 09:00 melatih cara menghardik,
jam 10:00 makan snack, 10:20 berbincang-bincang dengan teman, 11:30
makan siang, 12:00 sholat zuhur, 12:30 tidur siang, 15:00 makan snack,
15:15 sholat ashar, 15:30 latihan cara menghardik, 16:00 berbincang-
bincang dengan teman, 17:00 mandi sore, 17:30 makan sore, 18:15 sholat
magrib, 19:00 minum obat, 19:30 sholat isya, 20:00 istirahat tidur malam.
Nah jadwalnya sudah kita buat nanti bapak bisa ikuti jadwalnya ya pak.
Tujuannya agar bapak dapat mengalihkan penglihatan yang bapak dilihat.
3. Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan setelah kita membuat jadwal kegiatan?”
Bagus!! Jika bayangannya muncul kembali silakan bapak mengontrol
halusinasi dengan cara yang sudah diajarkan dan jangan lupa ikuti kegiatan

67
yang terjadwal sudah kita buat tadi ya pak. Jadi besok ketemu suster lagi
nati kita evaluasi cara yang sudah kita pelajari dan praktekan untuk
mengontrol halusinasi agar cepat sembuh dan suara palsunya hilang”
baiklah kalau begitu suster permisi dulu.

68
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. F No. Rekam Medis : 083695


Umur : 36 tahun Ruangan : Merpati

Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi


Keperawatan

04-01-2022 Gangguan - Ajarkan klien membuat S:


persepsi aktivitas terjadwal Klien mengatakan
sensori: jadwal harian nya
Halusinasi dimulai dari jam
pendengaran 05:00 pagi ya, jam
05:00 bapak bagun
tidur dan rapikan
tempat tidur, 05:15
sholat subuh, 05:30
melatih cara
menghardik, 06 : 15
mandi, 06:30 sarapan
pagi, 07:00 minum
obat, jam 07:30
bercakap-cakap
dengan teman, jam
08:00 senam pagi,
09:00 melatih cara
menghardik, jam
10:00 makan snack,
10:20 berbincang-
bincang dengan
teman, 11:30 makan
siang, 12:00 sholat

69
zuhur, 12:30 tidur
siang, 15:00 makan
snack, 15:15 sholat
ashar, 15:30 latihan
cara menghardik,
16:00 berbincang-
bincang dengan
teman, 17:00 mandi
sore, 17:30 makan
sore, 18:15 sholat
magrib, 19:00 minum
obat, 19:30 sholat
isya, 20:00 istirahat
tidur malam.
O:
- Klien
koorperatif,
tenang
- Klien dapat
menyebutkan
cara mengontrol
halusinasi
- Klien
memasukkan
jadwal kegiatan
yang bisa dia
lakukan
A:
Gangguan persepsi
sensori: Halusinasi

70
pendengaran
P:
Intervensi dilanjutkan
Evaluasi kegiatan
harian, latih SP yang
sudah di ajarkan

BAB IV

71
PEMBAHASAN

A. PENGKAJIAN

Pengkajian adalah tahap dan dasar utama dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber untuk mengevaluasi dan mengindentifikasi status kesehatan klien
(Muhith, 2015a, p. 4). Data yang dikumpulkan pada saat melakukan proses
pengkajian jiwa meliputi aspek identitas klien, alasan masuk, faktor predisposisi,
fisik, psikososial, lingkungan, pengetahuan, sosial, spiritual dan aspek medik.
Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara dengan Tn.
F. observasi secara langsung terhadap kemampuan dari perilaku Tn. F. Selain itu
keluarga juga berperan sebagai sumber data yang mendukung dalam memberikan
asuhan di Tn. F. Namun, saat pengkajian dilakukan tidak ada anggota keluarga
Tn.F yang datang menjenguk sehingga, penulis tidak memperoleh informasi dari
pihak keluarga.
Menurut Yusuf, Fitryasari and Nihayati, (2015, pp. 122-123) faktor
predisposisi pada klien dengan gangguan halusinasi dapat muncul dari berbagai
faktor seperti faktor perkembangan atau adanya hambatan perkembangan yang
mengganggu hubungan interpersonal, faktor sosial budaya yang membuat merasa
disingkirkan, faktor psikologis seperti adanya hubungan interpersonal yang tidak
harmonis, faktor biologi seperti adanya kelainan struktur otak yang abnormal, dan
faktor genetik. Hal ini sesuai dengan yang dialami oleh Tn.F karena pernah dibuli
oleh teman, ditolak oleh masyarakat dan dikucilkan oleh keluarga dan dipukul
oleh orang tua.

Kondisi tersebut didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh


Wahyuningsih (2015, p. 7) bahwa sebagian besar (54,2%) responden yang
mengalami gangguan jiwa memiliki riwayat keturunan gangguan jiwa. Namun
Tn. F tidak memiliki masalah dengan lingkungan sekitar ia tinggal.

Tanda dan gejala halusinasi ialah mudah tersinggung, apatis atau menarik
diri, tampak gelisah, perubahan perilaku dan pola komunikasi yang kadang

72
berhenti bicara seolah-olah melihat sesuatu, menggerakkan bibirnya tanpa
mengeluarkan suara, tertawa tidak sesuai, gerakan mata yang cepat, kadang
tampak ketakutan, respon- respon yang tidak sesuai, mengeluh ceman dan
khawatir, mengungkapkan adanya halusinasi. Gejala-gejala tersebut beberapa juga
dialami oleh Tn.F seperti sulit tidur, mudah kesal/marah, pasien mengatakan
bahwa ia mendengarkan bisikan suara yang mengatakan jelek dan tidak nikah-
nikah sehinga pasien melakukan tindakan membuka pakaian. Dari pengkajian
pada Tn. F didapatkan data mengenai jenis dan isi halusinasi, waktu, frekuensi
dan situasi yang menyebabkan halusinasi, serta respon klien terhadap
halusinasinya. Dalam pengkajian pola fungsional difokuskan pada pola persepsi
pada Tn. F didapatkan data bahwa Tn. F mengalami halusinasi pendengaran. Tn.
F mengatakan sering mendengarkan bisikan yang mengatakan dirinya jelek dan
tidak nikah-nikah terdengar suara tersebut saat pasien sendirian dan waktu sekitar
3 menit.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi


keperawatan dalam rangka mencapai peningkatan dan penyembuhan penyakit
serta pemulihan kesehatan (Muhith, 2015, p. 8). Proses diagnosis terdiri dari
analisa, interpretasi data, identifikasi masalah klien, dan perumusan diagnose
keperawatan. Komponen diagnose keperawatan terdiri dari masalah (problem),
penyebab (etiologi), gejala (symptom), atau terdiri dari masalah dengan penyebab
(Muhith, 2015. p. 8). Menurut Fitria (2012) p. 58 ada pohon masalah dijelaskan
bahwa harga diri rendah merupakan penyebab dari terjadinya penrubahan persepsi
sensori : halusinasi yang mana akan berakibat pada kejadian resiko perilku
kekerasan, Sesuai dengan kasus Tn. F pada analisa data penulis lebih
memprioritaskan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran.

Menurut PPNI (2016) pada gangguan persepsi sensori: halusinasi


pendengaran memilki tanda dan gejala : mendengar suara bisikan atau melihat

73
bayangan, meraskan sesuatu melalui indra perabaan, penciuman, perabaan, atau
pengecapan, distorsi sensori, respon tidak sesuai, bersikap seolah melihat,
mendengar, mengecap, meraba atau mencium sesuatu, menyatakan kesal,
menyendiri, melamun, konsentrasi buruk, disorientasi waktu, tempat, orang atau
situasi, curiga, melihat ke satu arah, mondar - mandir, dan bicara sendiri. Sesuai
dengan data yang memperkuat penulis mengangkat diagnose gangguan persepsi
sensori halusinasi pendengaran yaitu data subjektif yang diperoleh dari hasil
wawancara Tn. F yaitu Tn. F mengatakan bahwa ia sering mendengarkan bisikan
yang mengatakan dirinya jelek dan tidak nikah-nikah terdengar suara tersebut saat
pasien sendirian dan waktu sekitar 3 menit. Klien tampak gelisah, ngoceh –
ngoceh sendiri, mulut komat kamit, tiba – tiba terdiam saat interaksi.

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Menurut PPNI, 2009 dalam Muhith, (2015, p. 12) rencana tindakan


keperawatan cara untuk mengatasi masalah kesehatan dan meningkatkan
kesehatan lain. Menurut Stuart, GW dan Sundeen,S.J,2006 dalam Muhith, (2015,
p. 13) rencana tindakan keperawatan membagikan karakteristik tindakan yaitu
konseling/ Psikotrapeutik, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri dan ADL,
terapi modalitas, perawatan berkelanjutan, kolaborasi terapi somatis dan
psikofarma.

Tujuan umum gangguan persepsi Sensoris Halusinasi Pendengaran yaitu


klien dapat Mengontrol Halusinasi yang dialaminya. Terdapat lima tujuan
gangguaan persepsi Sensoris Halusinasi Antara lain klien dapat membina
hubungan saling percaya dengan Perawat. Rasional dan tindakan yang dilakukan
yaitu hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi terapeutik klien dan
Perawat. Tujuan khusus yang kedua klien dapat mengenal Halusinasi Yang
dialaminya. Rasionalnya kalian dapat menyebutkan isi, frekuensi, waktu, respon
dan situasi Dari Halusinasi yang dialaminya. Tujuan khusus yang ketiga yaitu
Klien dapat Mengontrol Halusinasi nya dengan cara menghardik Halusinasi,
minum obat teratur, bercakap cakap dengan orang lain, dan mengalihkan

74
halusinasinya dengan beraktivitas Secara terjadwal. Rasionalnya tindakan yang
dilakukan klien merupakan upaya untuk mengatasi halusinasinya. Tujuan khusus
tempat lain tidak mendapatkan dukungan keluarga dalam mengatasi Halusinasi
nya. Rasionalnya keluarga mampu merawat klien dengan Halusinasi saat berada
di rumah. Tujuan kelima Kelian dapat memanfaatkan obat dengan baik.
Rasionalnya dapat meningkatkan pengetahuan dan motivasi klien untuk minum
obat secara teratur (wijayaningsih, 2015). Hal tersebut juga penulis rencanakan
pada kalian dengan tujuan umum untuk mengontrol Halusinasi nya dan lima
tujuan khusus Halusinasi yang telah diuraikan di atas.

Setiap akhir tindakan strategi pelaksanaan dapat diberikan reinforcement positif


Yang rasionalnya dapat memberikan penghargaan atas keberhasilan Tn.F
reinforcement positif Merupakan pemberian penguatan yang menyenangkan
setelah tingkah laku yang diinginkan dapat ditampilkan agar tingkah laku yang
diinginkan cenderung akan diulang, meningkat dan menetap di masa yang akan
datang (Mulawarman et al., 2019, p. 125). Reinforcement Mempunyai
kemampuan untuk menginginkan tindakan yang diberikan reinforcement positif
Akan dilakukan secara berulang oleh pelaku tindakan tanpa adanya paksaan yaitu
dengan ke Mawan pelaku tindakan itu sendiri (Mulawarman et al., 2019). Hal ini
sesuai dengan intervensi yang dilakukan penulis yaitu dengan memberikan
reinforcement positif kepada Tn. F ketika Tn. F melakukan setiap strategi
pelaksanaan dengan baik.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Menurut PPNI, 2009 dalam Muhith, (2015, p. 14) perawat


mengimplementasikan tindakan dalam rencana keperawatan. Implementasi
keperawatan merupakan pengelolaan atau perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahapan perencanaan sesuai dengan rencana tindakan
keperawatan dan jenis tindakan implementasi terdiri dari tindakan mandiri
(independent), Saling ketergantungan atau kalaborasi (interdependent) Dan
tindakan rujukan atau ketergantungan (dependent) (Muhith, 2015a). Penulis dalam

75
melakukan implementasi menggunakan jenis tindakan mandiri dan saling
ketergantungan.

Pada 01 Januari 2022 Penulis melakukan strategi pelaksanaan 1 yaitu


membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi isi, waktu, frekuensi, situasi
dan respon klien saat Halusinasi muncul, menjelaskan dan mengajarkan kalian
cara mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik menutup telinga dan bilang
"pergi-pergi Kamu suara palsu, saya tidak mau melihat". Tn. F dilatih untuk
mengikuti cara mengontrol Halusinasi dengan cara menghardik kemudian,
memberikan reinforcement positif apabila Tn. F Mampu atau berhasil
memperagakan cara menghardik Halusinasi yang diajarkan.

Pada 02 januari 2022 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan harian,


menjelaskan pentingnya minum obat secara teratur, menjelaskan akibat putus obat
dan menjelaskan prinsip 6 benar minum obat. Tn. F mampu menjelaskan prinsip 6
benar minum obat dan menjelaskan kembali pentingnya minum obat dan akibat
jika putus obat.
Pada tanggal 03 januari 2022 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan yang
sudah dilakukan dan mengajarkan klien cara mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain. Tn. F dapat mengontrol halusinasinya dengan
menghardik dan minum obat teratur dengan benar, klien mampu mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
Pada 04 januari 2022 penulis mengevaluasi jadwal kegiatan harian,
melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan kegiatan yang
mampu dilakukan klien dan mengajarkan klien memasukkan kegiatan terjadwal
ke jadwal kegiatan harian. Tn. F mampu menyebutkan dan melakukan cara
mengontrol halusinasi yang pernah diajarkan. Klien mampu melakukan cara
mengontrol halusinasi dengan baik sehingga diberikan Reinforcement positif
berupa alat mandi (sabun, sampo, sikat gigi, dan pasta gigi) serta memberikan
respon perilaku seperti senyum, pin, pujian ,menganggukan kepala untuk
menyetujui, bertpuk tangan, mengacungkan jempol.

76
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada 01 Januari 2021 penulis
melakukan strategi pelaksaaan 1 yang dimana hasil evaluasi klien terlihat dari
hasil pengkajian klien tampak sesekali berbicara sendiri serta klien sudah dapat
melakukan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik menutup telingan
dan bilang “ pergi-pergi kamu suara palsu , saya tidak mau dengar.” Tn. F dilatih
untuk mengikuti cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Kemudian
memberikan Rainformencent positif apabila Tn. F mampu atau berhasil
memperagakan cara menghardik halusinasi yang telah diajarkan. Rencana tindak
lanjut untuk klien yaitu mengajarkan kembali kepada klien untuk melatih kembali
cara menghardik yang telah diajarkan selanjutnya mengajarkan klien untuk
mengontrol halusinasi dengan cara kedua. Menurut penelitian (Zelika &
Dermawan, 2015) bahwa bina hubungan saling percaya untuk menentukan
keberhasilan rencana selanjutnya. Membantu pasien mengenal halusinasi (isi,
waktu terjadinya, frekuensi, situasi pencetus, perasaan saat terjadinya halusinasi)
dan menjelaskan cara-cara mengontrol halusinasi yang bertujuan untuk
menentukan tindakan yang tepat atas halusinasinya.
Pada 02 Januari 2022 penulis mengevalusi jadwal kegiatan harian Tn. F
tentang pentingnya minum obat secara teratur. Setelah diulas kembali Tn. F
mampu menjelaskan prinsip 6 benar minum obat dan menjelaskan kembali
pentingnya minum obat dan akibat jika putus obat. Untuk rencana tindak lanjut
mengajarkan pasien untuk memasukkan ke jadwal kegiatan harian dan latih
mengontrol halusinasi yang sudah diajarkan sebelumnya serta menganjurkan
pasien untuk mengingat kembali yang telah diajarkan. Menurut penelitian
(Fitriana, 2019) mengemukakan bahwa klien mampu minum obat secara teratur
efektif dilakukan dalam mengontrol halusinasi.
Pada tanggal 03 januari 2022 bahwa klien telah dapat mengontrol
halusinasi dengan menghardik dan minum obat dengan benar. Klien mengatakan
sudah mengerti cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Lalu klien juga bisa dan mampu melakukan SP yang telah diajarkan dengan
benar. Klien mampu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang

77
lain Perencanaan tindakan adalah melanjutkan intervensi dengan melakukan
latihan cara mengontrol halusinasi dengan minum obat dan bercakap-cakap
dengan orang lain kemudian memasukkanya kedalam jadwal kegiatan klien.
Penelitian (Fresa et al., 2015) Mengemukakan bahwa pasien yang setelah
dilakukan terapi bercakap-cakap mulai mampu mengontrol halusinasinya.
Pada tanggal 04 Januari 2022 bahwa didapatkan klien mengatakan masih
mengingat SP yang pernah diajarkan penulis yaitu menghardik, minum obat
dengan benar dan bercakap-cakap dengan orang lain. Klien mengatakan kegiatan
yang dapat dilakukannya yaitu makan, tidur, sholat, mandi, olahraga, merapikan
tempat tidur, menonton.Klien dapat menyebutkan cara mengontrol halusinasi
yang pernah diajarkan. Klien memasukkan kegiatan yang bisa dilakukannya ke
jadwal kegiatan harian. Perencanaan tindakan keperawatan adalah mengevaluasi
kembali kegiatan yang telah diajarkan dan melatih SP yang telah diajarkan yaitu
menghardik, minum obat dengan benar, bercakap-cakap dengan orang lain dan
mencatat kegiatan terjadwal. Menurut penelitian (Zelika & Dermawan, 2015)
bahwa penelitian pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga yaitu
melaksanakan aktivitas terjadwal. Tujuannya adalah partisipasi pasien dalam
kegiatan membantu pasien beraktivitas agar halusinasi tidak dapat muncul.

BAB V

PENUTUP

78
A. Kesimpulan
Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada pasien
gangguan jiwa.Halusinasi merupakan gangguan persepsi yang membuat
pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Hal yang
dapat menimbulkan halusinasi adalah skhizofrenia, psikosis fungsional,
sindrom otak organik ( SOO),epilepsi, neurolosis, histeris, intoksikasi
atropine atau kecubung dan zat halusinogen. Halusinasi adalah bentuk dari
gejala positif yang dapat terjadi yang dapat terjadi pada semua modalitas
sensori, yaitu audiotori, visual, olfaktori, gustatori dan taktil. Isi halusinasi
seringkali merupakan hinaan dan ceomohan yang kemudian menyebabkan
pasien seringkali merasa takut, marah, sedih, merasa berasa bersalah
karena hal ini.
Adapun asuhan keperawatan jiwa pada pasien halusinasi pendengaran
antara lain proses pengkajian jiwa meliputi aspek identitas klien, alasan
masuk, faktor predisposisi, fisik, psikososial, lingkungan, pengetahuan,
sosial, spiritual dan aspek medik.analisa data,menetukan diagnosa
keperawatan,intervensi, implementasi dan tahap terakhir evaluasi.

B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan dan
peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa
memberikan asuhan keperawatan yang profesional untuk klien,
khususnya asuhan keperawatan jiwa pada Tn.F dengan halusinasi
pendengaran.
2. Institusi RSUD Bari Palembang
Diharapkan RS ERNALDI BAHAR PALEMBANG lebih memotivasi
dan memberikan pendidikan secara berkala kepada mahasiswa,
khususnya mengenai metode pelayanan pada pasien untuk
meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mahasiswa profesi ners
IkesT Muhammadiyah Palembang.

79
3. Penulis
Penulis harus mampu memberikan dan berfikir kritis dalam melakukan
asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien, terutama klien
Tn.F dengan Halusinasi Pendengaran. Penulis juga harus menggunakan
teknik komunikasi terapeutik yang lebih baik lagi pada saat pengkajian,
tindakan dan evaluasi agar terjalin kerja sama yang baik guna
meningkatkan kesehatan jiwa klien.

DAFTAR PUSTAKA

Prim, Riska,2020. Analisis tanda dan genjala resiko perilaku kekerasan pada
pasien skizofrenia. Diakses 11januari2021:20.50WIB.

Mustina M, 2017. Tingkat pengetahuan pasien dalam melakukan cara mengontrol


dengan perilaku pasien halusinasi penengaran.

Candra, I. W., Harini, I. G. A., & Sumirta, I. N. (2017). Psikologi Landasan


Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa. Andi.

Idrayani, Y. A, & Wahyudi, T. (2019). Pusat Data dan Informasi Kementerian


Kesehatan RI.

Kekat, B. A. (2012) Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas (CMHN). Jekarta:


EGC.

Muhith, A. (2015b). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Andi.

Wutawarman, Nugraheni, E. P., Putri, A., & Febrianti, T. (2019). Psikologi


Konseling. Prenadamedia.

Nihayati, Yusuf, Rizky Fitryasari, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan


Kesehatan Jiwa. Salemba Medika.

80
Samal, M Haxi.2018. Pengaruh han tan pada klien halusinasi terhadap
kemampuan kilen mengontrol halusinasi di RSKD provinsi Sulawesi
selatan.

Sai, N. Y. et al (2019) "Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Gejala Halusinasi


Pendengaran Pada Pasien Halusinasi Pendengaran Rawat Inap di Yayasan
Aulia Rahma Kemiling Bandar Lampung”, dumai Kesehatan, VI, pp. 33-
40. Available at: Tar, tani « sena ter yp

Sutopo, (2019). Keperawatan Jiwa. Pustaka Baru Pross.

Wahyuningsih, S. (2015). Hubungan Faktor Keturunan Dengan Kejadian


Gangguan Jiwa Di Desa Banaran Galur Kulor Progo Yogyakarta.

wjayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan

Jiwa. Trans Info Medika. Wuryaningsih, E. W., Windarwati, H. D., Dewi, E. I.,
Deviantony, F., & Hadi, E. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. UPT
Percetakan dan

Penerbitan. Yanti, D. A. (2020) “Efektivitas Terapi Musik Terhadap Penurunan


Tingkat Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah
Sakit Jiwa Prof. DR. M. Ildrem', Jurnal Keperawatan dan Fisioterapi, 31).

Yudhantara, D. S., & Istigomah, R. (2018). Sinopsis Skizofrenia Untuk


Mahasiswa Kedokteran. UB Press.

Yusuf, A. (2015) Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba


Medika.

Tuasikal,Haikal.2019. Upaya Peningkatan harga diri rendah dengan terapi


aktivitas kelompok (stimulasi persepsi) di ruangan sub Akut 'aki RSKO
provinsi Maluku.

81
82

Anda mungkin juga menyukai