Anekdot diatas jelas menyirakan bahwa negeri kita merupakan salah satu surganya koruptor. Tengok saja hasil
survei yang diinisiasi Political and Economic Risk Consultancy (PERC) 2010 . Menempatkan Indonesia di
peringkat pertama sebagai negara terkorup dari 16 negara Asia Pasifik yang menjadi tujuan investasi. Hal ini
membuktikan bahwa masalah korupsi di indonesia cukup sebagai acuan bahwa korupsi merupakan ancaman
besar dalam melanjutkan estafet pembangunan bangsa yang digawangi oleh pemerintah. Berbicara bagaimana
mengatasi korupsi, tak ubahnya mencari jarum di kegelapan malam. Sangat sulit,rumit, dan berdaya frustasi
yang mendalam. Namun bagaimanapun juga, sesulit apapun permasalahannya, toh juga kitalah yang akhirnya
menanggung akibatnya. Sehingga mau tidak mau, kita harus segera memulai memikirkan cara yang tepat untuk
segera mengenyahkan budaya korupsi dari bumi pertiwi.
Kartono (1983) mendefinisikan korupsi sebagai tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna mengeduk keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Dari definisi tersebut, dapat
disimpulkan bahwa korupsi merupakan perilaku menyimpang sosial tingkat tinggi. Sebab cenderung merugikan
kepentingan umum dan negara. Meskipun hal ini sangatlah terkait dengan seberapa besar dampak sosialnya.
Namun bagaimana menghilangakan budaya korupsi?. Mengupayakan pembasmian korupsi dari akar rumput
mungkin menjadi sangat relevan untuk digalakkan . Tentunya kita harus mengupayakan dari yang terkecil. Dari
diri kita yang mengaku mahasiswa . Dari diri kita yang mengaku sebagai agen perubahan. Dari benih-benih
korupsi yang terjadi disekitar kita.
Dalam dunia kampus tidak dipungkiri bahwa mahasiswa pun sebagai corong perubahan tidak luput dari perilaku
menyimpang, seperti halnya korupsi . Perilaku anti korupsi yang seharusnya tertanam dalam diri mahasiswa
masih jauh dari kata cukup. Faktanya, masih banyak budaya-budaya korupsi yang kerap dilakukan mahasiswa di
dunia kampus, sebut saja menyontek , proposal yang tak lazim, kwitansi bodong dan uang pelicin sebagai
bentuk lain dari gratifikasi dsb. Jikalau ditelisik dari hati nurani, sebenarnya mahasiswa sangat sadar bahwa hal-
hal seperti itu merupakan riak-riak korupsi. Namun sayangnya, mahasiswa terkadang menganggap biasa atau
memandang sebagai hal yang lumrah. Nah disini perlu diupayakan tiga strategi yang urgen antara pihak kampus
dan mahasiswa agar budaya korupsi tidak berimbas dikemudian hari.
1.Stategi preventif
Hal ini berupa strategi pencegahan agar korupsi tidak berkembang dikalangan Mahasiswa. Semisal ketika ujian
semester berlangsung. Perlu adanya bahu membahu antara pihak kampus yang mengatur sistem agar tidak
terjadi kecurangan sedangkan mahasiswa sebagai obyek ketika ujian berlangsung, harus mengupayakan diri
agar men(jauh)kan dari moral-moral hazard dan menanamkan sikap transparansi,akuntabilitas dan kejujuran.
2.Strategi investigatif
Strategi ini sangatlah berkaitan erat dengan upaya penegakan hukum. Pihak kampus seharusnya
mengupayakan penindakan yang tegas atas perilaku- perilaku mahasiswa. Berupa penelusuran-penelusuran
yang nyata. Sebab disinyalir selama ini masih banyak terjadi kongkalikong antara pihak-pihak yang
berkepentingan. Sedangkan mahasiswa yang dibangun dalam sekup organisasi. Setidaknya perlu diarahkan
untuk ikut berpartisipasi dalam melaporkan tindak korupsi yang terjadi di kalangan kampus.
3.strategi edukatif
Berupa penanaman nilai-nilai luhur dikalangan kampus. Pihak kampus setidaknya perlu mencontoh salah satu
universitas di Jakarta. Yang mana, telah menjadikan pendidikan anti korupsi sebagai matakuliah wajib bagi
mahasiswanya. Pun demikian halnya mahasiswa, perlu ikut menggaungkan budaya anti korupsi dengan
menerapkan apa yang diperolehnya di bangku kuliah dan organisasi.
Korupsi memang tidak bisa diberangus total. Namun setidaknya , korupsi dapat diminimalisasi sedikit demi
sedikit. Setapak demi setapak. Untuk Itu mari ikut berupaya menggalakkan budaya anti korupsi di kalangan
kampus. Dari diri kita yang mengaku beragama. Dari diri kita yang mengaku mahasiswa. Ingatlah Pesan bung
Hatta “ mahasiswa jangan hanya berteriak di jalanan, cobalah teriakkan di hati masing-masing “.
Mahasiswa yang senantiasa meneriakkan korupsi, tindak ketidak adilan yang dilakukan
oleh koruptor, seharusnya juga berani meneriakkan kata tidak untuk benih-benih korupsi
di lingkungan perkuliahan.
Siang itu, di pertengahan Januari tahun ini, seorang Mahasiswi Fakultas Ekonomi
Unhas, menenteng sebuah bingkisan. Ketika ditanya oleh seorang rekan kuliahnya,
mahasiswa angkatan 2007 ini mengatakan ingin membawa bingkisan ucapan terima
kasih karena namanya ada di deretan penerima beasiswa BKM . Tentunya, Sinta (nama
samaran) khusus membawakan bingkisan kue itu pada salah seorang pegawai yang
telah memudahkannya menerima BKM.
Umumnya,orang menilai gambaran perilaku Sinta ini adalah bukanlah hal yang aneh.
Tapi sejatinya, perilaku tersebut adalah korupsi kecil-kecilan atau benih-benih perilaku
korupsi. Boleh dikatakan, untuk memudahkan keinginannya tercapai, ucapan terima
kasih sama esensinya dengan pelicin atau sogokan.
Nampaknya memang terlalu belebihan dan membesar-besarkan. Namun hal-hal seperti
ini seharusnya dapat menjadi perhatian kita sebagai kaum intelektual. Bila dihubungkan
dengan pidana korupsi yang diatur secara tertulis dalam hukum, sogokan alias
penyuapan diatur dalam pasal 5 ayat (1) huruf a UU No 31 Tahun 1999 jo UU No 20
Tahun 2001.
Di intisari edisi awal Januari tahun ini, wijayanto salah seorang pengajar Universitas
Paramadina menyitir salah satu ucapan Bung Hatta, tahun 1970, yang menyatakan,
“korupsi sudah menjadi bagian dari budaya kita”. Kutipan Bung Hatta ini, menyeret kita
untuk memahami bahwa korupsi adalah hal biasa dan tak aneh lagi bagi masyarakat.
Mengetahui hal ini, mahasiswa tentunya harus merenungi hal ini, jangan hanya berani
berteriak di jalan. Tapi berteriak di hati sendiri sangat sulit.
Dalam menjalani kehidupan perkuliahan tak dapat dipungkiri mahasiswa luput dari
perilaku menyimpang seperti halnya korupsi. Antikorupsi yang seharusnya ditanamkan
dalam kepribadian mahasiswa, masih jauh dari harapan. Karena pada praktiknya
perilaku korupsi kecil-kecil masih dilakukan oleh mahasiswa. Sebenarnya kita
menyadari, tapi terkadang mahasiswa memupuk sikap menganggap biasa atau
memandang hal itu bukanlah sesuatu yang besar.
Tak hanya sogok menyogok, Perilaku kecil-kecilan yang juga menjadi bagian dari
korupsi di kalangan mahasiswa adalah menyontek. Dari enam mahasiswa yang telah
diwawancarai, lima diantaranya menjawab pernah melakukan aksi menyontek. Misalnya
saja, Afandi, Mahasiswa Fakultas Hukum ini, mengaku membuka buku ketika ujian
karena takut nilainya anjlok. Demi nilai, berbuat curang pun dihalakan. Padahal
perbuatan curang itu termasuk tindakan korupsi yang diatur dalam pasal 7 ayat (1) huruf
a UU No 31 Tahun 1999 UU No 20 Tahun 2001. Walaupun menyontek bukanlah korupsi
kelas tinggi, tapi kebiasaan itu dapat bersarang hingga di dunia kerja kelak.
Selain dua kebiasaan yang disebutkan di atas, perilaku korupsi kecil-kecilan yang biasa
ditemui di universitas. Antara lain membiasakan mahasiswa membawa parsel ketika
ujian yang dapat digolongkan sebagai riak-riak gratifikasi, mahasiswa untuk
mendapatkan beasiswa harus memalsukan nilai semester yang dapat digolongkan
sebagai riak-riak perbuatan curang, dan beragai contoh perilaku yang sebenarnya
menjadi riak-riak perilaku korupsi.
Menyadari korupsi harus diberantas dan dibasmi di kalangan mahasiswa. Sebuah
lembaga Antikorupsi yakni Gerakan Radikal Tindak Pidana Korupsi (Garda Tipikor) pun
dibentuk di Fakultas Hukum (FH) Unhas. Dr Halim Hamzah MH, yang juga menjabat
sebagai pembina Garda Tipikor, mengatakan, lembaga ini memang ditujukan untuk
mahasiswa supaya mereka sadar akan bahaya korupsi dan tidak melakukan korupsi.
”Selama ini kita melakukan kajian-kajian, diskusi, dan langkah-langkah preventif yang
dapat mencegah korupsi itu,” ungkap Hamzah yang juga salah satu Dosen FH ini.
Bagi Prof Dr Aswanto SH DFM, yang juga dosen FH Unhas ini, untuk membasmi benih-
benih korupsi di kalangan mahasiswa tidak semudah membalikan telapak tangan. Ia
menambahkan seharusnya mencegah mulai dari hal-hal kecil dan antara semua elemen
memiliki kesepakatan bahwa jika ada perilaku korupsi yang dilakukan mahasiswa atau
dosen, diberi sanksi.
Semuanya berawal dari hal yang kecil-kecil lalu akhirnya menjadi kebiasaan. Korupsi
pun demikian. Seharusnya pihak universitas memikirkan hal ini. Apalagi keluaran kita
akan berinteraksi dengan dunia kerjanya kelak. Ini adalah tanggung jawab yang berat
dan besar bagi bangsa.
Korupsi????
Apa reaksi yang anda berikan saat mendangarkan kata ini???
Bete? Kesel? sedih?
Banyak pilihan rekasi yang bisa kita berikan. Tapi, sebagai mahasiswa yang memiliki peran sebagai
agent of change, moral force, Iron stock, dan sosial control.Reaksi yang harus kita lakukan adalah
Melawannya! Tapi, apa sebenarnya korupsi itu? bagaimana mau melawan kalau korupsi saja tidak
tahu artinya.
korupsi secara bahasa diambil dari bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok. secara istilah korupsi bermakna perilaku
pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
Kesal sekali bukan dengan sesuatu yang bernama KORUPSI karena ia mengakibatkan banyak
bencana - bencana yang melanda negeri kita. Sebagai mahasiswa yang masih memiliki hati nurani
yang ingin melepas jeratan korupsi untuk negara kita sepatutnya melawan dengan tegas! Tapi,
apakah kita mampu sedang tanpa kita sadari kita juga sebetulnya ada dalam lingkaran korupsi.
What??? Siapa bilang????
Nah, sadarkah kita bahwa kita sering melakukan korupsi juga????
Pasti kita ingin menolaknya bukan? But, let see!
Korupsi yang berarti busuk itu sama saja dengan perbuatan busuk yang kita lakukan yang jelas
merugikan orang lain. perbuatan busuk yang rawan kita lakukan di kalangan mahasiswa adalah
Mencontek!
Ya mencontek adalah jenis korupsi yang paling sering dilakukan oleh para mahasiswa. eh, lantas
kenapa ia tergolong dalam kegiatan korupsi??? dalam perspektif pemahaman saya mencontek sama
saja dengan kegiatan memperkaya diri dengan jawaban ujian yang berakibat buruk bagi diri sendiri
dan bagi orang lain.
Apa alasannya saat saya mengungkapkan hal ini???
Ada beberapa alasan mengapa saya mengkategorikan mencontek juga merupakan kegiatan korupsi.
1. Merugikan orang lain
Merugikan orang lain yang seperti apa? Mencontek merugikan orang lain dalam hal membuat
karya asli seseorang dinilai menjadi karya kita padahal orang tersebut telah susah payah
membuatnya, tapi dengan mudahnya kita menyalin dan boleh jadi kita yang akan mendapatkan
dampak positif dari karya itu dan orang yang asli membuatnya tidak mendapatkan apa - apa. hal ini
dapat berdampak buruk pada kepercayadirian seseorang. yang boleh jadi hal itu dapat merenggut
nyawa seseorang.
2. Merugikan diri snediri
Jelaslah mencontek itu merugikan diri sendiri. Why??? yang saya tahu mencontek itu kegiatan
menyalin/menjiplak hasil karya orang lain. So, saat kita mencontek kita tidak akan pernah tahu
potensi diri kita ada dimana dan kita tidak bisa mengembangkannya untuk kemandirian hidup kita.
akan selamanya kita bergantung pada orang lain. Padahal Allah sudah memberikan potensi yang tak
kalah luarbiasanya yang boleh jadi kita lebih hebat dari orang yang kita conteki.
3. Mengikis malu seseorang.
Kegiatan mencontek bisa membuat rasa malu kita terkikis dan tanpa kita sadari kita tak lagi malu
berbuat perbuatan amoral lainnya. mencuri, berbohong, dll yang termasuk ke dalam perbuatan
maksiat yang kita nilai itu adalah hal yang biasa saja untuk dilakukan.
4. Dosa terbesar kepada dosen
Wah dosa besar kepada dosen, kok bisa? Ya iyalah kita jelas sudah membohongi para dosen yang
sudah mengajar kita. dan ini termasuk alasan kenapa ia termasuk korupsi.Perbuatan busuk kan?
Ya itulah alasan kenapa mencontek termasuk ke dalam kegiatan korupsi. Kita mungkin sering koar -
koar di depan gedung rektorat, kantor walikota, kantor gubernur, kantor presiden, KPK dan
meneriakkan mereka itu berbuat korupsi. Tapi, apakah selama ini hasil koar - koar kita berdampak
banyak? tampaknya tidak ya? Boleh jadi hal tersebut dikarenakan kita tidak mampu mengetuk hati
para koruptor, para penegak hukum, dan pembuat kebijakan untuk benar - benar mau lepas dari
jeratan korupsi karena kita pun melakukan tindakan dasar dari koprupsi, yakni Mencontek!
Saatnya sekarang kita membersihkan jiwa kita dan kembali berjuang menegakkan nilai - nilai yang
membuat bangsa ini tidak lagi dilanda bencana baik bencana alam maupun bencana kehidupan.
1. Terlambat
Ini adalah bentuk korupsi paling kecil dan yang paling sering
dilakukan. Hampir seluruh pelajar pasti pernah melakukannya. Entah
sengaja atau tidak. Entah kehendaknya atau tidak. Yang pasti bakal
ada ribuan bahkan jutaan alasan pelajar untuk memperkuat sebab
musabab keterlambatannya.
Terlambat itu adalah sebuah bentuk korupsi waktu. Dan itu akan
menimbulkan kerugian baik bagi dirinya atau bagi orang lain. Hal
kecil seperti ini apabila sudah dipupuk sejak dini, maka oknum yang
sering telat ini kelak akan menjadi seorang koruptor besar. Bahaya
banget kan ?
2. Nyontek
Waaah, ini mah sepertinya merupakan hal yang paling lumrah
dikalangan pelajar. Gw yakin, hampir semua pelajar sudah tahu kalau
tindakan nyontek pada saat ulangan ini adalah salah satu bentuk
korupsi. Tapi anehnya kok nggak pernah bisa dihindari sih ?
Itu penyakit yang paling sulit dihilangkan dari diri pelajar. Termasuk
gw juga tentunya.
Tapi kalau boleh jujur sih, sekarang gw sedang berusaha keras untuk
menghindari kegiatan contek-mencontek. Nilai jeblok lebih baik dari
pada nilai istimewa hasil nyontek. Pasti bagi pelajar yang nyontek pas
ulangan dan nilainya tinggi mereka nggak akan pernah mendapatkan
kepuasan sampai kapanpun. Karena itu bukan murni hasil pemikiran
otak mereka.
Oh gosh !
Please dong, ulangan itu Cuma sehari kok ! Paling lama seminggu !
Ngantuk ? Tidur ? Lo ngapain aja seharian? Ngangkatin batu ? Jadi
kuli bangunan lo ?
Dan untuk yang alasannya itu nggak ngerti..
Emang fungsinya guru pada saat mengajar di depan kelas itu apa sih ?
Menerangkan, menjelaskan, dan menerima pertanyaan siswa untuk
kemudian diarahkan kejalan yang lurus. Tapi kenapa ya nggak ada
yang membekas satupun dari satu hari lo sekolah ?
MALES !
Itu jawabannya.
Gw jadi inget sama guru matematika favorit gw yang hobinya
ngomongin murid dengan kata-kata SEBUL atawa MALES.
Ya memang ada benernya sih.
Gw menyadari hal itu, and now, I'm trying to change it.