Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UMI LAPORAN KASUS


RSUD ANDI MAKKASAU PAREPARE April 2019

KATARAK SENILIS

Oleh:
Rahmat Arbiansyah Hasan
111 2017 2116

Supervisor :
dr. H. Abd. Salam, Sp. M, M.Kes

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Rahmat Arbiansyah Hasan


NIM : 111 2017 2116
Judul Laporan Kasus : Katarak Senilis

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Muslim Indonesia.

Makassar, April 2019


Supervisor

dr. H. Abd. Salam, Sp. M, M.Kes


BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, Inggris Cataract, dan

Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular

dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak

adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat keduanya.4

Katarak di klasifikasikan menjadi 3 bagian. Yakni katarak kongenital, katarak

juvenil, dan katarak senilis.1 Ringkasnya, katarak adalah setiap kekeurah yang

terjadi dari pada lensa atau kapsula lensa.2

Katarak senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia

lanjut. Yaitu diatas 50 tahun.1,2,4 Hal ini terjadi karena suatu perubahan degenerasi

dari lensa atau karena proses penuaan. Dalam perlangsungannya katarak senilis

dibagi dalam 4 stadium : stadium insipien, imatur, matur, dan hipermatur.2,3

Penyebab katarak senilis sampai sekarang belum diketahui dengan pasti.

Tetapi, seiring dengan meningkatnya usia, maka lensa seseorang akan mengalami

perubahan-erubahan yaitu bertambahnya tekanan dan ketebalan lensa, serta

berkurangnya kekuatan akomodasi dari lensa.3

Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan

apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu

pekerjaan sehari-hari atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti

glaukoma.4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI

Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya

yang disebabkan oleh berbagai keadaan. Katarak yang dapat ditemukan dengan

tanpa kelainan mata atau kelainan sistemik lainnya terbagi dalam tiga bagian yaitu

katarak senilis, katarak juvenili dan katarak herediter.4

Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam

proses penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi,

kontaksi di pupil, akibat penuaan, dan perubahan warna serta kekeruhan lensa

mata, yaitu katarak. Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi

disekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di

antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilia atau biasanya ditemukan

pada lansia hingga sekarang sering disebut katarak sinilis.3

2. ETIOLOGI

Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun diduga

katarak senilis terjadi karena6:

 Faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh genetic

 Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat sehingga

mempunyai efek buruk terhadap serabu-serabut lensa.


 Faktor imunologik

 Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan nutrisi,

gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari.

3. PATOFISIOLOGI

Kekeruhan lensa dapat terjadi akibat hidrasi dan denaturasi protein lensa.

Dengan bertambahnya usia, ketebalan dan berat lensa akan meningkat

sementara daya akomodasinya akan menurun. Dengan terbentuknya lapisan

konsentris baru dari kortek, inti nucleus akan mengalami penekanan dan

pengerasan. Proses ini dikenal sebagai sklerosis nuclear. Selain itu terjadi pula

proses kristalisasi pada lensa yang terjadi akibat modifikasi kimia dan

agregasi protein menjadi highmolecular- weight-protein. Hasil dari agregasi

protein secara tiba tiba ini mengalami fluktuasi refraktif index pada lensa

sehingga menyebabkan cahaya menyebar dan penurunan pandangan.

Modifiaksi kimia dari protein nukleus lensa juga menghasilkan pigmentasi

progresif yang akan menyebabkan warna lensa menjadi keruh. Perubahan lain

pada katarak terkait usia juga menggambarkan penurunan konsentrasi glutatin

dan potassium serta meningkatnya konsentrasi sodium dan calcium.7

Terdapat berbagai faktor yang ikut berperan dalam hilangnya transparasi

lensa. Sel epithelium lensa akan mengalami proses degeneratif sehingga

densitasnya akan berkurang dan terjadi penyimpangan diferensiasi dari sel-sel

fiber. Akumulasi dari sel-sel epitel yang hilang akan meningkatkan

pembentukan serat-serat lensa yang akan menyebabkan penurunan transparasi


lensa. Selain itu, proses degenerative pada epithelium lensa akan menurunkan

permeabilitas lensa terhadap air dan molekulmolekul larut air sehingga

transportasi air, nutrisi dan antioksidan kedalam lensa menjadi berkurang.

Peningkatan produk oksidasi dan penurunan antioksidan seperti vitamin dan

enzim-enzim superoxide memiliki peran penting pada proses pembentukan

katarak.7

4. KLASIFIKASI

Berdasarkan kekeruhan pada lensa maka katarak senilis dibedakan atas:

1. Katarak insipient

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeruji menuju korteks

anterior dan posterior. Kekeruhan terutama terdapat pada bagian

perifer berupa berca-bercak seperti jari-jari roda, terutama mengenai

korteks anterior, sedang aksis relatif masih jernih.Gambaran berupa

Spokes of a wheel.

Gambar : Katarak stadium insipien “Spokes of a wheel”


2. Katarak imatur

Lensa terlihat putih keabu-abuan, namun masih terdapat korteks yang

jernih, maka terdapat iris shadow. Kekeruhan terdapat dibagian

posterior dan bagian belakang nukleus lensa. Pada stadium ini

mungkin terjadi hidrasi kroteks, yang mengakibatkan lensa menjadi

cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya

bertambah dan mata menjadi miopia.

3. Katarak matur

Kekeruhan korteks secara total sehingga iris shadow tidak ada. Lensa

telah menjadi keruh seluruhnya. Kekeruhan ini bisa terjadi akibat

deposisi ion Ca yang menyeluruh. Pada pupil nampak lensa yang

seperti mutiara. Pada stadium ini, lensa akan berukuran normal

kembali akibat terjadi pengeluaran air.

Gambar : klasifikasi katarak

4. Katarak hipermatur

- Katarak hipermatur tipe Morgagni: Pada kondisi ini, korteks

mencair dan lensa menjadi seperti susu. Nukleus yang berwarna


coklat tenggelam ke dasar. Pada stadium ini juga terjadi kerusakan

kapsul lensa, sehingga isi korteks yang cair dapat keluar dan lensa

menjadi kempis, yang dibawahnya terdapat nukleus lensa.

Gambar : Katarak hipermatur tipe Morgagni

- Katarak hipermatur tipe sklerotik: Pada kondisi ini, korteks

terdisintegrasi dan lensa menjadi berkerut yang menyebabkan

COA menjadi dalam.

5. GEJALA KLINIS

Seorang pasien dengan katarak senilis biasanya datang dengan riwayat

kemunduran secara progesif dan gangguan penglihatan. Penyimpangan

penglihatan bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak ketika pasien

datang.7
-
Penurunan visus, merupakan keluhan yang paling sering

dikeluhkan pasien dengan katarak senilis.


-
Silau, Keluhan ini termasuk seluruh spektrum dari penurunan

sensitivitas kontras terhadap cahaya terang lingkungan atau silau


pada siang hari hingga silau ketika mendekat ke lampu pada

malam hari.
-
Perubahan miopik, Progesifitas katarak sering meningkatkan

kekuatan dioptrik lensa yang menimbulkan myopia derajat sedang

hingga berat. Sebagai akibatnya, pasien presbiopi melaporkan

peningkatan penglihatan dekat mereka dan kurang membutuhkan

kaca mata baca, keadaan ini disebut dengan second sight. Secara

khas, perubahan miopik dan second sight tidak terlihat pada

katarak subkortikal posterior atau anterior.


-
Diplopia monocular. Kadang-kadang, perubahan nuclear yang

terkonsentrasi pada bagian dalam lapisan lensa, menghasilkan area

refraktil pada bagian tengah dari lensa, yang sering memberikan

gambaran terbaik pada reflek merah dengan retinoskopi atau

ophtalmoskopi langsung. Fenomena seperti ini menimbulkan

diplopia monocular yang tidak dapat dikoreksi dengan kacamata,

prisma, atau lensa kontak.


-
Noda, berkabut pada lapangan pandang.
-
Ukuran kaca mata sering berubah

6. DIAGNOSIS

Diagnosis katarak senilis imatur dapat diperoleh dari gejala-gejala klinis

yang dialami serta pemeriksaan oftalmologi. Pasien pada katarak senilis

imatur biasanya datang dengan keluhan mata kabur serta silau. Sementara

pemeriksaan oftalmologi dapat dilakukan dengan menggunakan senter, slit


lamp dan funduskopi. Berikut merupakan hasil temuan pemeriksaan

oftalmologi pada katarak senilis dan katarak stadium lainnya.

Insipient Imatur Matur Hypermatur

Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Komplit Massif

Cairan lensa Normal Bertambah (air Normal Berkurang (air+masa

masuk) lensa keluar

Iris Normal Terdorong Normal Tremulans

Bilik Mata Depan Normal Dangkal Normal Dalam

(BMD)

Sudut Bilik Mata Normal Sempit Normal Terbuka

Shadow test Negative Positif Negative Pseudopos

Visus (+) < << <<<

penyulit - Glaucoma - Uveitis + glaucoma

7. PENATALAKSANAAN

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Penatalaksanaan

definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Terdapat 2 tipe ekstraksi

lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler

cataract ekstraksi (ECCE). ECCE sendiri terdiri dari dua teknik yaitu Small

Incision Cataract Surgery (SICS) dan Phakoemulsifikasi.8

- Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama
kapsulnya. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan
cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi korneal superior
yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak
sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama
populer. ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien
berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen
hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini
astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

- Ekstra Capsuler Cataract Ekstraksi (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan
pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa
anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui
robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa
intra ocular posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra
ocular, kemungkinan akan dilakukan bedah glukoma, mata dengan
prediposisi untuk terjadinya prolapse badan kaca, mata sebelahnya
telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami
ablasi retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi,
untuk mencegah penyulit pada saat melakukan pembedahan katarak
seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat timbul pada
pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

- Phakoemulsifikasi
Phakoemulsifikasi merupakan suatu teknik ekstraksi lensa dengan
memecah dan memindahkan kristal lensa. Pada tehnik ini diperlukan
irisan yang sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonik
akan digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin
phako akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih.
Sebuah lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui
irisan tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan
dan irisan akan pulih dengan sendirinya sehingga memungkinkan
pasien dapat dengan cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.
Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak
senilis padat.

8. KOMPLIKASI
- Fakoanafilaktik uveitis. Katarak hipermatur boleh menyebabkan

kebocoran protein lensa ke dalam bilik anterior. Protein ini boleh

bertindak sebagai antigen dan induce reaksi antigen-antibodi yang

seterusnya menyebabkan uveitis.9

- Glaukoma ‘lens-induced’. Boleh terjadi disebabkan oleh mekanisme

yang berbeda.9

- Katarak imatur (lensa intumescent) Glaukoma fakomorfik. Lensa

menerima cairan yang agak banyak selama perubahan kataraktous,

menyebabkan pertambahan ukuran. Ini mengganggu bilik anterior,

menimbulkan pupillary block dan sudut padat yang menyebabkan


sudut tertutup akut. Terapi adalah ekstraksi lensa bila tekanan

intraokular sudah terkendali secara medis.9

- Katarak hipermatur Glaukoma fakolitik. Beberapa katarak yang

telah lanjut boleh menyebabkan kebocoran pada kapsul lensa anterior

yang membolehkan protein lensa yang mencair masuk ke bilik

anterior. Ini akan menimbulkan reaksi inflamasi di bilik anterior,

trabekular meshwork udem dan obstruksi protein lensa yang

seterusnya menyebabkan kenaikan yang akut pada tekanan intraokular.

Ekstraksi lensa adalah terapi definitif setelah tekanan intraokular sudah

ditangani secara teratur dan terapi intensif steroid topikal sudah

menurunkankan inflamasi intraokular.9

- Subluksasi atau dislokasi lensa. Ini boleh terjadi disebabkan oleh

degenerasi zonules pada stadium hipermatur.9

9. PROGNOSIS
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi

sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah

katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada

pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis

dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan

menggunakan snellen chart.


BAB III
LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS

Nama : Ny. Hj. Suarni

Umur : 61 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Damis, No.2, Pare-pare.

No. Reg : 165198

2. ANAMNESA

Keluhan Utama :Pasien mengeluh penglihatan kabur

Keluhan Tambahan : kedua mata silau ketika melihat cahaya

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD A. Makkasau Pare-pare pada

hari rabu tanggal 10 april 2019 dengan keluhan penglihatan kabur pada kedua

mata yang dirasakan sudah sejak 3 bulan lalu, namun memberat satu bulan

terakhir. Pasien mengatakan penglihatan pasien kabur seperti berkabut.

Keluhan ini tidak disertai dengan keluhan mata merah ataupun nyeri pada

mata. Keluhan disertai dengan rasa silau saat melihat cahaya langsung.

Riwayat penggunaan kacamata tidak ada.


Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, riwayat

hipertensi ada.

Riwayat Penyakit keluarga :

Riwayat penyakit yang sama tidak ada.

Riwayat Pengobatan :

Riwayat pengobatan sebelumnya tidak ada.

Riwayat Kebiasaan Sosial :

Pasien sehari-hari hanya mengerjakan pekerjaan rumah ringan.

3. PEMERIKSAAN FISIK

 Status Generalisata

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tekanan Darah : 150/90 mmHg

Heart Rate : 74 x / menit

Respiratory Rate : 18 x / menit

Temperatur : 36,2oC
 Status Oftalmologis

PEMERIKSAAN OD OS

Visus 20/200 5/60

TIO (NCT) 20 15

Kedudukan Bola Mata Orthoforia

Gerakan Bola Mata

Palpebra :
 Edema - -
 Hiperemis - -
 Trikiasis - -
 Ptosis - -
 Lagoftalmus - -

 Blefarospasme - -

Konjungtiva :
 Injeksi konjungtiva - -
 Injeksi siliar - -
 Hiperemis - -

Kornea :
 Kekeruhan - -
 Ulkus - -
 Infiltrate - -
 Sikatrik - -

COA (Camera Oculi


Anterior) :
 Kedalaman Sedang Sedang
 Hifema - -
 Hipopion - -

Iris dan Pupil :


 Warna iris Cokelat Cokelat
 Bentuk pupil Bulat dan Sentral Bulat dan Sentral
 Refleks cahaya + +

Lensa :
 Warna Keruh Keruh
 Dislokasi - -

Sistem Lakrimasi Normal Normal

KEADAAN MATA PASIEN SAAT DIPERIKSA


4. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

5. DIAGNOSA

ODS Katarak Senilis Imature

6. DIAGNOSA BANDING

 Glaucoma Akut

 Kekeruhan Badan Kaca

7. TATALAKSANA

 Cendo Lyteers 3x1 tts ODS

 Vit. B complex 1x1

8. PROGNOSIS

OD OS

Quo ad visam ad bonam ad bonam

Quo ad sanactionam ad bonam ad bonam

Quo ad kosmetikam ad bonam ad bonam

Quo ad vitam ad bonam ad bonam


BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien perempuan berumur 61 tahun dengan keluhan utama pasien adalah


kedua mata kabur secara perlahan-lahan sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan
dirasakan semakin memberat 1 bulan lalu hingga mengganggu aktivitasnya.
Pasien merasa lebih sulit melihat benda-benda yang terletak jauh dibandingkan
dengan sebelumnya. Pasien juga mengeluh silau dan ngeres pada kedua mata serta
seperti melihat kabut atau asap. Gejala-gejala yang dialami pasien ini sesuai
dengan kepustakaan yang menuju kearah katarak. Katarak merupakan kekeruhan
pada lensa sehingga mengakibatkan penurunan tajam penglihatan. Tingkat
kekaburan yang dialami pasien bervariasi tergantung dari tingkat kekeruhan lensa.
Lensa pasien katarak akan semakin cembung akibat proses sklerosis nucleus yang
meningkatkan ketebalan lensa. Hal ini menyebabkan kekuatan dioptri lensa pasien
menjadi semakin kuat sehingga pasien menjadi lebih jelas melihat dekat
dibandingkan melihat jauh. Berbeda dengan pasien pasien usia tua yang umumnya
mengalami presbiopi sehingga lebih jelas ketika melihat jauh dibandingkan
dengan melihat dekat. Usia pasien yang lebih dari 50 tahun merupakan salah satu
penentu jenis katarak. Jenis katarak yang sesuai adalah katarak senilis. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan visus pasien kurang dari 6/6, terdapat kekeruhan
pada kedua lensa yang jika disinari dengan menggunakan senter pada kemiringan
45o menimbulkan bayangan iris. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang
menyatakan bahwa pada lensa normal yang tidak terdapat kekeruhan, sinar dapat
masuk kedalam mata tanpa ada yang dipantulkan. Jika kekeruhan lensa hanya
sebagian saja, maka sinar obliq yang mengenai bagian yang keruh ini, akan
dipantulkan lagi, sehingga pada pemeriksaan, terlihat dipupil, ada daerah yang
terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada daerah lensa yang keruh dan daerah
yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang keruh. Keadaan ini
disebut bayangan iris (+). Pada pemeriksaan opthalmologi, tidak ditemukan
adanya hiperemi pada konjungtiva serta rasa nyeri pada mata (-). Pada
funduskopi, didapatkan reflex fundus yang (+). Adanya bayangan iris dan reflek
fundus yang (+) mengarah kepada katarak senilis imatur. Dari hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik, didapatkan diagnosis yang sesuai adalah katarak senilis imatur.
Usulan pemeriksaan yang dilakukan pada pasien ini adalah pemeriksaan
funduskopi dan slit lamp untuk lebih memastikan kekeruhan yang terjadi pada
lensa dan segmen posterior bola mata serta menilai keadaan retina pasien.
Penatalaksanaan pada katarak imatur adalah penggunaan kaca mata sehingga
pasien mampu beraktivitas dengan baik. Namun jika hal ini masih dirasa
mengganggu oleh pasien, dapat dilakukan ekstraksi lensa. Ekstraksi lensa dapat
dilakukan dengan metode SICS + IOL atau Fakoemulsifikasi + IOL. Dimana
pemilihan teknik operasi ini juga diserahkan pada pasien, namun sebelumnya kita
harus memberikan edukasi mengenai kelebihan ataupun kekurangan dari masing-
masing teknik tersebut. Pada SICS + IOL, pembedahan yang dilakukan lebih lebar
dibandingkan dengan teknik fakoemulsifikasi sehingga proses penyembuhan akan
berlangsung lebih lama dan kemungkinan terjadinya astigmatisma juga lebih
besar. Sementara teknik fakoemulsifikasi memiliki komplikasi astigmatisma yang
lebih kecil hanya saja biayanya lebih mahal dibandingkan dengan SICS.
Prognosis pasien ini baik, hal ini disebabkan karena katarak merepukan
suatu kekeruhan pada lensa yang dapat diperbaiki. Sehingga tajam penglihatan
pasien setelah dioperasi akan lebih baik dibandingkan dengan sebelum dioperasi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Katarak, Dalam : Penuntun Ilmu Penyakit Mata, FKUI, Jakarta,

2005

2. Wijaya N, Lensa (Katarak), Dalam : Ilmu Penyakit Mata, FK UI

Jakarta, 1990 : 40-72.

3. Nazira A, Kowara RA, Amalia, Yunaidah A, Putri RA, Rahyuningtias,

dkk. Katarak senilis, risiko bagi orang yang berusia lanjut. Dalam: Jurnal EPTM

Katarak. 2014. pp 1-12.

4. Ilyas S, Tansil MS, Azhar Z. Sari ilmu penyakit mata. Cetakan kedua.

Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2000

5. Riordan-Eva P, Whitcher JP,. Vaughan & Asbury: Oftalmologi Umum,

Jakarta, 2010.

6. Faradila, Nova. Glaukoma dan Katarak Senilis. Riau: Fakultas

Kedokteran Universitas Riau, 2009.

7. Khalilullah, Said Alvin. Patologi dan Penatalaksanaan pada

Katarak Senilis, 2010.

8. Riordan-Eva, P, Whitcher, J P : Vaughan & Asbury’s General

Ophthalmology, Sixteenth edition, Mc Graw Hill Companies, Inc, Boston,

Singapore, International Edition 2004.

9. Buku ajar ilmu kesehatan mata, panduan klinik dan skill program

profesi dokter FK-UMI.

Anda mungkin juga menyukai