Anda di halaman 1dari 12

Nama Kelompok

● Nafi’ah Laila Sari


● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B
Judul
Faktor Yang Berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Remaja Putri (Usia 15-18 tahun) di
SMAN 7 Kota Bekasi Tahun 2021

Variabel
● Konsumsi TTD (Variabel Independent)
● Asupan Vitamin C (Variabel Independent)
● Asupan Zat Besi (Variabel Independent)
● Anemia Pada Remaja (Variabel Dependent)

Latar Belakang
● Anemia merupakan masalah kesehatan yang menyebabkan penderitanya mengalami
kelelahan, letih dan lesu sehingga akan berdampak pada kreativitas dan
produktivitasnya. Tak hanya itu, anemia juga meningkatkan kerentanan penyakit pada
saat dewasa serta melahirkan generasi yang bermasalah gizi. (Kemenkes 2021)
● Angka kejadian anemia di Indonesia terbilang masih cukup tinggi. Berdasarkan data
Riskesdas 2018, prevalensi anemia pada remaja sebesar 32 %, artinya 3-4 dari 10
remaja menderita anemia. Data lain menunjukan bahwa pada remaja usia 13-19 tahun
di Jawa Barat prevalensi anemia mencapai 42,4% yang diperoleh dari beberapa faktor
yaitu asupan energi, protein, zat besi, vitamin C, kebiasaan minum teh dan kopi serta
karena pola menstruasi (Herwandar & Soviyati, 2020). Sedangkan pada penelitian
yang dilakukan di SMK di Kota Bekasi didapatkan siswi dengan Anemia 106 orang
dari 343 siswi. Faktor pendukung meningkatnya anemia juga dapat disebabkan pola
makan yang salah dengan konsumsi makanan yang dapat menghambat penyerapan zat
besi (Rositadinyati, Purwanti and Faculty, 2020).
● Salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya prevalensi anemia adalah pola
makan. Remaja di SMAN 7 memiliki kebiasaan pola makan yang tidak baik seperti
melewatkan sarapan, terlalu banyak mengkonsumsi makanan ringan dan jarang
mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran.
● Salah satu cara penanggulangan anemia pada remaja putri adalah pemberian tablet
tambah darah (TTD). Pemberian tablet tambah darah dilakukan oleh Dinas Puskesmas
berupa pemberian 4 tablet yang dikonsumsi selama 1 bulan, setiap 1 tablet
dikonsumsi selama 1 minggu. (Putri et al., 2017)
● Salah satu faktor terjadinya anemia remaja putri adalah pola makan yang tidak baik
dan juga kepatuhan mengkonsumsi tablet tambah darah. Jika pola makan remaja
menjadi lebih baik dan juga selalu mengkonsumsi tablet tambah darah setiap
minggunya maka prevalensi terjadinya anemia pada remaja akan berkurang.
(Chairunnisa et al., 2017)
● Karena tingginya prevalensi kejadian anemia di jawa barat, menandakan bahwa
kurangnya kepedulian para remaja akan pentingnya pola makan dan mengkonsumsi
tablet tambah darah. Pentingnya kesadaran pencegahan anemia pada remaja putri
karena dampak dari anemia pada remaja putri tidak hanya berpengaruh pada saat ini,
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B
tetapi mempengaruhi kehidupan masa depan remaja tersebut. Remaja putri yang
anemia memiliki peluang besar akan menderita anemia pada saat kehamilan, dan akan
berdampak pada anak yang dikandungnya.

Rumusan Masalah
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan yang paling banyak ditemui pada
remaja putri. Dengan kejadian anemia pada remaja putri maka, akan meningkatkan
kerentanan penyakit pada saat dewasa serta melahirkan generasi yang bermasalah dengan
gizi. Prevalensi anemia di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 32%. Data Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 angka kejadian anemia pada remaja dengan usia 15-44
tahun sebanyak 3.573 orang (1,46%) dari 11.370,481 jiwa. Oleh karena itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang hubungan pemberian TTD dan pola makan pada kejadian
anemia remaja putri di SMAN 7 Kota Bekasi.

Pertanyaan Penelitian
● Bagaimana karakteristik remaja putri di SMAN 7 Kota Bekasi ?
● Bagaimana gambaran konsumsi TTD pada remaja putri di SMAN 7 Kota Bekasi ?
● Bagaimana asupan vitamin c dan zat besi pada remaja putri di SMAN 7 Kota Bekasi?
● Bagaiamana kejadian anemia pada remaja putri di SMAN 7 Kota Bekasi?
● Apakah terdapat hubungan konsumsi TTD dengan kejadian anemia pada remaja putri
di SMAN 7 Kota Bekasi?
● Apakah terdapat hubungan asupan vitamin c dan zat besi dengan kejadian anemia
pada remaja putri di SMAN 7 Kota Bekasi?
● Apakah terdapat hubungan konsumsi TTD dengan asupan vitamin c dan asupan zat
besi pada kejadian anemia pada remaja putri di SMAN 7 Kota Bekasi?

Tujuan Umum
● Mengetahui hubungan konsumsi TTD, asupan vitamin C dan asupan zat besi dengan
kejadian anemia pada remaja putri (usia 15-18 tahun) di SMAN 7 Kota Bekasi

Tujuan Khusus
● Mengetahui karakteristik subjek (remaja putri)
● Mengetahui gambaran konsumsi TTD pada remaja putri
● Mengidentifikasi asupan vitamin c pada remaja putri
● Mengidentifikasi asupanzat besi pada remaja putri
● Mengidentifikasi kejadian anemia pada remaja putri
● Menganalisa hubungan konsumsi TTD dengan kejadian anemia pada remaja putri
● Menganalisa hubungan asupan vitamin c dengan kejadian anemia pada remaja putri
● Menganalisa hubungan asupan zat besi dengan kejadian anemia pada remaja putri
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B
● Menganalisa hubungan konsumsi TTD dengan asupan vitamin c dan asupan zat besi
pada kejadian anemia pada remaja putri (usia 15-18 tahun) di SMAN 7 Kota Bekasi
tahun 2021

Metode Penelitian
● Design Penelitian: Cross sectional

Tinjauan Pustaka
1. Remaja
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan
yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja
mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta
cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
pertimbangan yang matang (Kemenkes RI, 2015).
Menurut World Health Organization (WHO), remaja adalah penduduk dalam
rentang usia 10-19 tahun, menurut Peraturan Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014,
remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24
tahun dan belum menikah.
Remaja adalah seseorang yang tumbuh menjadi dewasa mencakup
kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Dimana remaja mempunyai rasa
keingintahuan yang besar dan sedang mengalami proses perkembangan sebagai
persiapan memasuki masa dewasa. (Suindri et al., 2020)
A. Tahap Perkembangan Dewasa
Menurut tahap perkembangan, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap
(Putra,2013) yaitu:
a. Masa remaja awal (12-15), dengan ciri khas seperti:
1) Lebih dekat dengan teman sebaya
2) Ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya
b. Masa remaja tengah (15-18 tahun), dengan ciri khas seperti:
1) Mencari identitas diri
2) Timbulnya keinginan untuk berkencan
3) Mempunyai rasa cinta yang mendalam
4) Mengembangkan kemampuan berpikir abstrak
5) Berkhayal tentang aktivitas seks
c. Masa remaja akhir (18-21), dengan ciri khas seperti:
1) Pengungkapan identitas diri
2) Lebih selektif dalam mencari teman sebaya
3) Dapat mewujudkan rasa cinta
4) Mempu berpikir abstrak
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B
2. Anemia
Anemia merupakan sebuah kondisi tubuh dimana kadar hemoglobin (Hb)
dalam sel darah merah lebih rendah dari yang seharusnya. Untuk rematri dikatakan
anemia apabila Hb < 12 gr/dl. Hemoglobin berfungsi untuk mengikat oksigen dan
menghantarkan oksigen ke seluruh sel jaringan tubuh, termasuk otot dan otak untuk
melakukan fungsinya. Tanda-tanda anemia lazim disebut dengan 5 L, yaitu lesu,
lelah, letih, lemah dan lunglai.(Kemenkes RI, 2021)
A. Kriteria Anemia
Adapun kriteria anemia menurut WHO dapat dilihat pada tabel dibawah:

Tabel.2 Kriteria Anemia Berdasarkan Kisaran Hemoglobin Normal


Usia dan jenis kelamin Hb Normal (gr/dl) Anemia (gr/dl)
Lahir (aterm) 13,5 – 18,5 <13,5
Anak-anak: 2-6 bulan 9,5 – 13,5 <9,5
Anak-anak: 2-6 tahun 11,0 – 14,0 <11,0
Anak-anak: 6-12 tahun 11,5 – 15,5 <11,5
Laki-laki dewasa 13,0 – 17,0 <13,0
Perempuan dewasa tidak hamil 12,0 – 15,0 <12,0
Perempuan dewasa hamil 11,0 – 14,0 <11,0
Sumber: WHO (2014)

3. Tanda dan Gejala Anemia


Menurut Proverawati (2011), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
a. Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
b. Sering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang.
c. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
Menurut Aulia (2012), tanda-tanda anemia pada remaja putri adalah:
a) Mudah lelah.
b) Kulit pucat.
c) Sering gemetar.
d) Lesu, lemah, letih, lelah dan lunglai (5 L).
e) Sering pusing dan mata berkunang-kunang.
f) Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah dan telapak tangan
tampak pucat.
g) Anemia yang parah (kurang dari 6 gr%) dapat menyebabkan nyeri.

4. Dampak Anemia
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B
Menurut Merryana dan Bambang (2013), dampak anemia bagi remaja
adalah:
1) Menurunnya kesehatan reproduksi.
2) Terhambatnya perkembangan motorik, mental dan kecerdasan.
3) Menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar.
4) Mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai
optimal.
5) Menurunkan fisik olahraga serta tingkat kebugaran.
6) Mengakibatkan muka pucat.
Dampak jangka panjang anemia adalah meningkatkan
kematian pada bayi,dan terjadi keterlambatan perkembangan
psikomotor (WHO,2010)

5. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Anemia


5.1 Asupan Vitamin C
Vitamin C berperan dalam meningkatkan absorbsi zat besi heme di
usus. Efek peningkatan sebagian besar disebabkan oleh kemampuannya
mereduksi F23+ menjadi Fe2+ tetapi juga karena potensinya pada kelasi besi.
Asam askorbat akan mengatasi efek negatif semua inhibitor termasuk fitat,
polifenol,kalsium dan protein susu pada absorpsi zat besi serta akan
meningkatkan absorbs zat besi (Sa, et al., 2017).
5.2 Asupan Zat Besi
Fe diperlukan dalam proses eritropoesis. Kekurangan zat besi akan
menyebabkan gangguan hematopoesis dan metabolisme seluler, sedangkan
kelebihan zat besi dapat mengakibatkan kematian sel karena pembentukan
radikal bebas (Perdana & Jacobus, 2015).
Zat besi heme (Fe2+) yang terdapat dalam makanan hewani lebih
mudah diabsorbsi daripada zat besi non heme (Fe3+). Zat besi heme banyak
terdapat dalam daging merah, hati, ikan dan unggas, sedangkan zat besi non
heme banyak ditemukan dalam biji-bijian, sayuran dan buah-buahan.
Sebanyak 15-25% zat besi heme dapat diabsorbsi di duodenum dan yeyunum
bagian atas, sedangkan dalam bentuk non heme hanya 5-20% yang dapat
disabsorbsi (Santoyo-Sánchez, et al., 2015).

Tabel 3. Angka kecukupan Vitamin C dan Besi (per orang per hari)
Kelompok umur Vitamin C (mg) Besi (mg)
Perempuan
Usia 16-18 tahun 75 15

Laki-laki
Usia 16-18 tahun 90 11
Sumber: Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2019
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B

5.3 Konsumsi TTD


Tablet zat besi atau dapat disebut juga dengan tablet tambah darah
adalah tablet bulat atau lonjong berwarna merah tua yang sekurangnya
mengandung zat besi setara dengan 60 mg besi elemental dan 0,4 mg asam
folat yang disediakan oleh pemerintah maupun diperoleh sendiri (Dinas
Kesehatan Provinsi Bali, 2020).
Penanganan anemia salah satunya dengan program pemberian tablet
tambah darah pada remaja putri. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018 cakupan
TTD yang diperoleh remaja putri adalah 76,2%, dan 80,9% nya mendapatkan
dari sekolah. Kemenkes RI, Dirjen Kesmas, mengeluarkan surat edaran nomor
HK 03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet Tambah Darah pada
Remaja Putri dan Wanita Usia Subur. Dengan sasaran anak usia 12-18 tahun
yang diberikan melalui institusi pendidikan dan wanita usia subur (WUS) usia
15-49 tahun di institusi tempat kerja. Pemberian TTD dengan komposisi
terdiri dari 60 mg zat besi elemental (dalam bentuk sediaan Ferro Sulfat, Ferro
Fumarat atau Ferro Glukonat) dan 0.4 mg asam folat. Pelaksanaan pemberian
TTD sebelumnya adalah 1 (satu) tablet per minggu dan pada masa haid
diberikan 1 (satu) tablet per hari selama 10 (sepuluh) hari, tetapi pertemuan
para pakar memberi rekomendasi pemberian TTD diubah supaya lebih efektif
dan mudah pelaksanannya. (Dinas Kesehatan Kota Surakarta, 2020)

6. Metode FFQ (Food Frequency Questionnaire)


Metode frekuensi makan (Food Frequency Questionnaire) adalah metode yang
difokuskan pada kekerapan konsumsi makanan pada subjek. Kekerapan konsumsi
akan memberikan informasi banyaknya ulangan pada beberapa jenis makanan dalam
periode waktu tertentu. Metode frekuensi makan dapat dilakukan di rumah tangga dan
juga rumah sakit. Metode ini, terutama dipilih saat sebuah kasus penyakit diduga
disebabkan oleh asupan makanan tertentu dalam periode waktu yang lama.
Metode frekuensi makan tidak dapat dilakukan untuk tujuan mengetahui
tingkat asupan gizi. Informasi yang dikumpulkan meliputi makanan yang paling
sering dikonsumsi. Informasi akhir yang diperoleh dari metode ini adalah sebuah
penyakit berhubungan atau tidak berhubungan dengan frekuensi makan makanan
tertentu atau tidak. (Sirajuddin et al., 2018)
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B
Kuesioner Tertutup
Tentang Gejala Anemia
No Pertanyaan Sering Tidak Sering Skor
1. Apakah anda pernah mengalami 5L
2. Apakah anda sering merasa sulit
berkonsentrasi saat belajar
3. Seberapa sering anda merasakan pusing
dan berkunang-kunang saat bangun dari
tidur atau duduk

Tentang TTD (Tablet Tambah Darah )


No Pertanyaan Pernah, Pernah, tapi Tidak Skor
rutin tidak rutin pernah
1. Apakah anda mengkonsumsi TTD
dalam 3 bulan terakhir

Kuesioner FFQ
Tentang Asupan Vitamin dan Zat Besi
Frekuensi Makan
Bahan Makanan/ >3 kali 1 kali 3-6 kali/ 1-2 kali/ 2 kali
No. TP
Makanan sehari perhari minggu minggu sebulan Ket
(50) (25) (15) (10) (5) (0)
A Lauk Hewani
1. Ikan segar
2. Daging
kambing
3. Daging sapi
4. Daging ayam
5. Jeroan

B Lauk Nabati
1. Tahu

C Sayuran
1. Brokoli
2. Paprika
3. Kubis
4. Bayam
5. Kale

E Buah
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B
1. Kiwi
2. Leci
3. Nanas
4. Jambu biji
5. Stroberi
6. Jeruk
7. Pepaya
8. Lemon
9. Melon
SkorKonsumsiPangan
(food score)
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B

Kerangka Teori

Asupan zat gizi Perilaku makan/minum


Zat besi Perilaku sarapan
pagi
Vitamin C
Perilaku minum

ANEMIA Status gizi

Kehilangan darah Sosial ekonomi

Infeksi Pendapatan
Ayah/Ibu
Investasi cacing
Pendidikan
Investasi parasit Ayah/Ibu
Sumber : Husaini (1989), Junadi (1995), Permaesih (2005), Satyaningsih (2007).

Kerangka Konsep

Konsumsi TTD

Asupan Vitamin C Kejadian Anemia Pada Remaja

Asupan Zat Besi


Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B

Definisi Operasional
No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala
1. Variabel Kondisi remaja putri Hematology Mengukur ● Tidak Ordinal
Dependent: dengan kadar Analyzer langsung anemia:
Kejadian hemoglobin (Hb) menggunakan ≥12 g/dl
Anemia kurang dari jumlah alat ● Anemia:
normal sesuai dengan Hematology <12 g/dl
usianya. Analyzer
(Sumber: WHO,
2011 dalam
Kemenkes R.I,
2016)
2. Variabel Keteraturan responden Kusioner Responden Skoring: Nominal
Independent: dalam mengkonsumsi mengisi Tidak pernah: 0
Konsumsi suplemen TTD di kuesioner Pernah tapi tidak
TTD sekolah, masa melalui link rutin: 1
menstruasi dan libur yang diberikan Pernah, rutin: 2
sekolah. secara online
(Rahayu, 2019) Penentuan skor:
Nilai minimum: 1
Nilai maksimum: 2

Kategori:
a. Tidak
teratur: jika
skor yang
didapat 0-1
b. Teratur: jika
skor yang
didapat >1

(Rahayu, 2019)
3. Variabel Frekuensi konsumsi FFQ Wawancara Klasifikasi tingkat Ordinal
Independent: bahan makanan sumber kecukupan Vitamin
Asupan vitamin C C sebagai berikut:
Vitamin C 0 = Kurang: <77%
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B
AKG
1 = Cukup:
≥77% AKG

(Gibson, 2005)
4. Variabel Frekuensi konsumsi FFQ Wawancara Klasifikasi tingkat Ordinal
Independent: bahan makanan sumber kecukupan Zat Besi
Asupan Zat Zat Besi sebagai berikut:
Besi 0 = Kurang: <77%
AKG
1 = Cukup:
≥77% AKG

(Gibson, 2005)
5. Karakteristik: Sesuatu yang dirasakan Kuesioner Responden Diukur dengan 3 Nominal
Gejala Anemia responden akibat dari mengisi pernyataan gejala,
penyakit anemia. kuesioner dengan penilaian
(Rahayu, 2019) melalui link jika:
yang diberikan
secara online 1: memilih sering
0: memilih tidak
sering

Penentuan skor:
Nilai maksimum: 3
Nilai minimum: 0

Kategori:
a. Rendah: jika
skor yang
didapatkan
0-1
b. Tinggi: jika
skor yang
didaptakan
2-3

(Rahayu, 2019)
Nama Kelompok
● Nafi’ah Laila Sari
● Safirah
● Shabrina Aulia Aldis
Kelas 5B

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


a. Analisa Univariat
Hasil analisis berupa data nilai mean, median, standar deviasi dari masing-masing
nilai variabel dan data pendukungnya serta distribusi frekuensi.
b. Analisa Bivariat
● Hubungan antara kejadian anemia dan konsumsi TTD dengan menggunakan
Chi-Square
● Hubungan antara asupan vitamin c dan kejadian anemia dengan menggunakan
Chi-Square
● Hubungan antara asupan zat besi dan kejadian anemia dengan menggunakan
Chi-Square

Pengolahan Data

Anda mungkin juga menyukai